FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PENDAHULUAN • Peters anomaly pertama kali diperkenalkan pada tahun 1906 oleh Albert P eters, seorang dokter spesialis mata dari Jerman. Didefinisikan sebagai ke keruhan kornea sentral yang terjadi pada saat lahir yang sering dihubungk an dengan adhesi iris sentral dan kornea posterior. Hampir 60-80% kasus t erjadi bilateral dan telah ditemukan sejak bayi usia 2,5 bulan, dengan rent ang usia 1 tahun hingga 13 tahun. • Etiologi penyakit ini dikaitkan dengan adanya mutasi pada beberapa gen s eperti PAX6, FOXC1, CYP1B1, EYA1, dan FOXE3. Mutasi tersebut akan mengakibatkan terjadinya disgenesis segmen anterior, pada peters anoma ly manifestasi klinis yang muncul berupa kekeruhan kornea sentral. • Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis mendalam, pemeriksaan oft almologi menyeluruh, termasuk pemeriksaan tekanan intra okuler (TIO), re tinoskopi, dokumentasi berupa foto, serta pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Konsultasi ke bagian pediatri, THT, juga diperlukan, untuk men getahui adanya kelainan sistemik lain. EMBRIOLOGI DEFINISI • Peters anomaly merupakan salah satu kelainan yang disebabkan oleh ano mali perkembangan kornea, iris, dan lensa yang disebut disgenesis segme n anterior.2 Peters anomaly adalah kekeruhan kornea sentral yang terjadi p ada saat lahir yang sering dihubungkan dengan adhesi iris sentral dan kor nea posterior EPIDEMIOLOGI • Angka kejadiannya belum diketahui secara pasti, namun dari penelitian oleh Ng uyen (2006) kelainan telah ditemukan sejak bayi usia 2,5 bulan, dengan rentan g usia 1 tahun hingga 13 tahun.5 Hampir 60% kasus ini bilateral. Anomali Peter ini dihubungkan dengan malformasi sistemik pada kira-kira 60% kasus.2 Pasien dengan Peters anomaly berisiko mengalami glaukoma, hal ini dikaitkan dengan abnormalitas perkembangan anyaman trabelukar dan kanal Schlemm dan/atau dengan bilik depan dangkal. Sekitar 50-70% pasien dengan Peters anomaly jug a mengalami dengan glaukoma. ETIOLOGI KLASIFIKASI Peters anomaly tipe 1 Peters anomaly tipe 2 Lebih sering terjadi unilateral Lebih sering terjadi bilateral Kekeruhan kornea ringan hingga tebal yang d Kekeruhan kornea yang lebih tebal ibatasi dengan iris strand Diduga lebih sering terjadi secara sekunder Kornea perifer biasanya jernih, namun dapat t Terdapat adhesi keratolentikuler erjadi edema perifer ataupun skleralisasi Lebih sering lensa menempel pada bagian posterior dari kornea Edem perifer dapat membaik, terutama jika TI , atau dapat melekat sangat kuat. Namun pada beberapa kasus, O membaik pada peters anomaly yang diserta dapat hanya bagian/ fragmen lensa saja yang menempel pada i glaukoma bagian posterior dari lensa. Sedangkan lensa masih berada di p Lensa biasanya jernih (namun dapat keruh) d osisinya an terletak di posisinya Terdapat kelainan okuler dan sistemik yang berat. Kelainan okuler lain yang biasanya menyertai - Kelainan okuler: mikroftalmia dengan kelainan vitreoretinal (PH adalah mikrokornea, sklerokornea, dan glauk PV), mikrokornea, kornea plana, glaukoma, sklerokornea, kolob oma infantil oma, aniridia, atrofi optik Jarang terjadi kelainan vitreoretinal - Kelainan sistemik: penyakit jantung bawaan, dysplasia kraniofas Potensi memperoleh visus yang baik ial, kelaiana tulang, kelainan system saraf pusat, dan urogenital, Kelainan sistemik sangat jarang ditemui. kelainan telinga eksternal, hipoplasia pulmoner, sindaktili, polida ktili, fetal transfusion syndrome, wilms tumor KLASIFIKASI • Manifestasi Klinis • Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Banding Diagnosis Banding TATALAKSANA Penetrating Keratoplasty Prognosis Tergantung Visus Pasien. Semakin dini dilakukan tindakan keratopla sti, semakin baik prognosisnya untuk mencegah amblyopia KOMPLIKASI Komplikasi peters anomaly meliputi amblyopia dan penurunan visus atau kebutaan akibat glaucoma. Komplikasi transplantasi kornea dan operasi katarak memiliki risiko yang lebih tinggi lagi. Terima Kasih