Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

LASIK
(LASER-ASSISTED IN SI TU
KERATOMILEUSIS)
Disusun oleh :
Tissa Noveria Azusna 1102012296
Dimas Aji Kusuma 1102014074
Elvira Sari 1102014084
Silvia Laurent 1102014248

Pembimbing :
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Henry A. W, SpM (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
dr. Hermansyah, SpM
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 29 Juli – 30 Agustus 2019 dr. Mustafa K. Shahab, SpM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI dr. Susan Sri A, SpM
Pendahuluan

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada


retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan
pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.

Koreksi terhadap kelainan refraksi dapat dilakukan dengan


penggunaan kacamata, lensa kontak dan pada keadaan tertentu
kelainan refraksi dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea
antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser
Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelainan Refraksi Pada Mata

Miopia disebut rabun jauh karena Hipermetropia adalah keadaan Pada astigmatisma, berkas cahaya
berkurangnya kemampuan melihat mata yang tidak berakomodasi yang diterima oleh retina tidak
jauh tapi dapat melihat dekat memfokuskan bayangan di terkumpul menjadi satu titik,
dengan lebih baik. Pada penderita belakang retina. Pada penderita melainkan menyebar, membentuk
miopia, berkas cahaya yang hipermetropia, berkas cahaya yang garis-garis vertikal, sehingga
melewati kornea dan lensa mata melewati kornea dan lensa mata menghasilkan bayangan yang kabur.
tidak terfokus pada retina mata, terfokus bukan pada retina, Astigmatisma terjadi jika kornea
melainkan jatuh di depan retina, melainkan pada bagian belakang dan lensa mempunyai permukaan
sehingga menghasilkan bayangan retina, sehingga menghasilkan yang rata atau tidak rata sehingga
yang jelas pada objek yang dekat, bayangan yang kabur pada objek tidak memberikan satu fokus titik
namun bayangan menjadi kabur yang dekat, namun bayangan api.
sama sekali ketika pasien melihat menjadi jelas ketika melihat objek
benda yang jauh letaknya. yang jauh.
Lasik adalah salah satu operasi refraksi untuk memperbaiki
kelainan refraksi pada mata seperti miopia, hipermetropia dan
astigmatisma. Lasik merupakan jenis yang paling sering
digunakan dan paling terkenal dibandingkan operasi dengan
bantuan laser (laserassisted) lainnya, seperti PRK
(photorefractive keratectomy) atau yang lebih dikenal dengan
Lasek (laser-assisted sub-ephitelial keratectomy).
LASIK merubah secara permanen bentuk dari bagian sentral anterior pada CARA KERJA LASIK
kornea dengan memanfaatkan laser jenis excimer untuk mengablate
(mengikis suatu bagian dari jaringan hidup dengan penguapan) sebagian
kecil dari lapisan jaringan stroma kornea yang berada di bagian depan mata,
tepat dibawah lapisan jaringan epitelium kornea.

Bagian lapisan yang lebih dalam disebut


stroma kornea, terbentuk sebelum
epitelium, dan memiliki kemampuan
regenerasi jauh lebih lambat dan terbatas
dibanding lapisan epitelium.

Bagian ini, merupakan bagian yang diubah pada


tindakan operasi mata dengan LASIK maupun
PRK/LASEK. Apabila bagian ini dibentuk ulang
oleh tindakan diatas menggunakan laser atau
mikrokeratome (sayatan halus), maka bagian ini
akan mempertahankan bentuk tersebut tanpa
terjadi perubahan bentuk semula.
• Laser excimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk
operasi kornea dan koreksi pengelihatan dari teknologi
TEKNOLOGI DALAM
Excimer Laser sebelumnya. Sebuah pulse dari laser excimer dapat
mengambil 0,25 mikron dari jaringan. Sebagai
BIDANG LASIK
perbandingan, sebuah rambut manusia memiliki ketebalan
70 mikron.

• Laser Femtosecond adalah sinar infra merah yang


Laser digunakan untuk membuat flap LASIKMemotong flap di
kornea seperti yang dilakukan mikrokeratome, dengan
Laser Femtosecond dapat menciptakan gelmbung –
Femtosecond gelembung kecil dalam kornea untuk memisahkan lapisan
– lapisan jaringan kornea.

• Sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter


Broad Beam yang relatif besar (6,0-8,0 mm) yang dapat dimanipulasi
untuk mengikis kornea. Penggunaan laser jenis ini dapat
menghasilkan waktu operasi tercepat dibandingkan laser
Laser lainnnya, yang mengurangi kemungkinan overcorrection
dan decentration
• Sebuah silt scanning laser menggunakan laser berukuran
relatif kecil, yang kemudian dihubungkan ke perangkat
Slit Scanning Laser rotasi dengan celah yang dapat berubah. Selama operasi,
sinar laser yang melewati celah ini dapat berubah secara
bertahap meningkatkan zona pengikisan kornea.

• Sistem laser ini memiliki potensi untuk menghasilkan


Spot Scanning pengikisan kornea yang halus dan menggunakan teknologi
radar untuk melacak gerakan mata. Sistem ini juga
Laser memiliki kemampuan untuk mengobati silindris tidak
teratur dari acuan topografi.

Wavefront Sensing • Wavefront sensing adalah sebuah alat diagnostik untuk


Diagnostik mengukur kesalahan refraksi mata. Metode refraksi
konvensional terbatas untuk mengukur refraksi speris dan
(Wavefront-guided silinder yang dapat dijangkau oleh mata (miopia atau
hyperopia dan silindris biasa).
LASIK)
PROSEDUR LASIK
Pra-operasi
Pemeriksaan komprehensif mata yang meliputi:
• Penentuan pengelihatan sebelum dan sesudah dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak
• Penentuan besarnya kesalahan pengelihatan dalam setiap mata
• Penilaian permukaan kornea dengan topografi (kurvatur kornea atau bentuk
• Pengukuran ukuran pupil dalam cahaya redup dan ruang
• Pemeriksaan pada kelopak mata untuk melihat apakah kelopak berbalik ke
• Pemeriksaan kornea untuk menentukan apakah ada kelainan
• Pemeriksaan dari lensa kristal untuk menentukan apakah terdapat kekaburan (katarak
• Pengukuran ketebalan kornea (dengan pachymetry
• Pengukuran tekanan intraokular untuk mendeteksi kondisi glaukoma atau preglaukoma
• Penilaian bagian belakang (segmen posterior) mata
PROSEDUR LASIK

Pemeriksaan Mata
a) Riwayat kesehatan
b) Ketajaman penglihatan
c) Refraksi subjektif dan cycloplegic
d) Tonometri
e) Pemeriksaan retina
f) Topografi kornea
g) Pachynetry kornea
h) Pupillometry
OPERASI

Pembuatan
•Sebuah ring penahan dan pembentuk kornea dipasang pada mata, menahan posisi
mata agar tidak bergerak. Prosedur ini terkadang, pada beberapa kasus
menyebabkan perdarahan minor pada pembuluh darah halus pada mata, yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah operasi.
sayatan (Flap)
Laser
•Langkah kedua ialah menggunakan excimer laser, yang memiliki panjang gelombang
sebesar 195 nm untuk merubah bentuk dari stroma kornea. Laser menguapkan
(vaporized) jaringan stroma yang ingin dibentuk ulang (remodelling) dengan ketelitian
yang amat tinggi tanpa membahayakan jaringan lain disekitarnya.
Remodelling
•Setelah laser me-remodelling lapisan jaringan stroma, lapisan epiltelium yang
diangkat perlahan-lahan dikembalikan ke tempatnya semula, yaitu diatas lapisan

Reposisi Flap stroma yang telah di bentuk ulang, kemudian dicek ulang terdapatnya gelembung
udara, debris (kotoran halus), dan memastikan bahwa lapisan epitellium telah
terpasang secara tepat.
PERAWATAN PASCAOPERASI

Sangat dianjurkan untuk tidak menyentuh mata pasien yang baru saja dioperasi selama seminggu.
Menggosok – gosok mata harus dihindari sekurang – kurangnya selama sebulan. Karena gosokan mata
yang terlalu keras dapat menyebabkan kerutan dari flap kornea.

Sesudah LASIK, pasien dianjurkan untuk menghindari debu dan kotoran, untuk mencegah agar tidak terjadi
infeksi. Tidak dianjurkan untuk melakukan olah raga air selama sebulan, dan olah raga keras yang dapat
menyebabkan trauma mata selama 6 bulan.
Kontrol Pasca Operasi
Untuk mengetahui dan meyakinkan bahwa mata dalam keadaan normal akan dilakukan 4 kali jadwal
kontrol.
Yang pertama dilakukan sehari setelah dilakukan operasi. Untuk memastikan flap kornea berada di posisi
yang betul dan mata si pasien memberikan respon untuk proses penyembuhan yang normal.
Efek Samping Resiko Potensi Komplikasi

• Mata kering • Infeksi • “Mata kering” pasca operasi


• Masalah penglihatan • Bentuk flap yang tidak • Overcorrection dan
dimalam hari sempurna undercorrection
• Kekurangan kepekaan • Tumbuhnya sel epitel • Sensitivitas berlebihan
kontras • Flap kornea yang lepas atau terhadap cahaya
hilang • Pengelihatan tidak stabil
• Ektasi kornea • Halo
• Pengelihatan ganda
(berbayang
• Pengikisan (ablasi)
berlebihan
• Kotoran renik (debris) dalam
sayatan
• Erosi epitelium
• Macular hole
PERBEDAAN PRK/LASEK DAN LASIK

Pada PRK/LASEK, lapisan epitelium pada kornea diambil dan dibuang sebelum laser ditembakkan ke mata.
Karena PRK tidak membutuhkan sayatan permanen pada lapisan epitelium, namun lapisan epitelium
dibuang dan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya, maka struktur kornea lebih stabil dibandingkan LASIK.
Prosedur ini berbeda dengan LASIK, dimana bagian epitelium kornea dibuat suatu sayatan/flap dengan
menggunakan mikrokeratome (pisau bedah halus), untuk menghasilkan sayatan/flap pada kornea setebal
100 hingga 180 micrometer sebelum laser ditembakkan ke mata, yang nantinya sayatan akan ditutup dan
menyatu kembali dengan sendirinya oleh lapisan yang diambil sebelumnya.
Operasi Operasi
Lasik pada Lasik pada
Hipermetrop LASIK dapat digunakan untuk Miopia Dengan menggunakan sinar cahaya
mengobati hipermetrop derajat laser juga dapat membentuk
rendah sampai tinggi dengan kembali kornea dan seterusnya
hasil yang memuaskan. FDA dapat membaiki miopia.
merekomendasikan LASIK untuk Keratectomy photorefractive (PRK)
koreksi hipermetrop sampai dan laser keratomileusis in situ
+6.00 D. (LASIK) merupakan dua prosedur
yang umum dilakukan.
Hipermetrop LASIK (H-LASIK)
Lapisan tipis jaringan dari
dilakukan dengan bentuk ablasi permukaan kornea dihilangkan
annular di daerah perifer kornea dengan menggunakan laser dalam
untuk meninggikan daerah prosedur PRK bertujuan untuk
sentral kornea dan mendapatkan mengubah bentuk jaringan tipis dari
efek kekuatan refraksi yang kornea dan memfokuskan cahaya
diinginkan. yang masuk ke dalam mata.
Keuntungan Lasik
• Minimal atau tidak ada rasa nyeri setelah operasi
• Kembalinya penglihatan lebih cepat dibandingkan PRK
• Tidak ada risiko perforasi saat operasi dan rupture bola mata karena
trauma setelah operasi
• Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel

Kerugian Lasik
• Lasik jauh lebih mahal
• Membutuhkan skill operasi para ahli mata
• Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti
flap putus saat operasi, dislokasi flap post operasi, astigmat
irreguler
BAB III
KESIMPULAN

1. Dengan operasi lasik ini, dapat membantu mengurangi ketergantungan seseorang pada kaca mata dan
kontak lensa.
2. LASIK merupakan prosedur yang tingkat keberhasilannya mencapai 90 %, hanya sedikit menimbulkan
rasa sakit dan prosedur LASIK ini hanya memerlukan waktu jauh lebih singkat.
3. Excimer laser merupakan alat kedokteran yang menggunakan prinsip dasar fisika khususnya laser.
4. Kesalahan pembiasan pada mata seperti miopi, presbiopi dan astigmatisma dapat diperbaiki dengan
bantuan sinar laser melalui rekonstruksi kornea
Daftar Pustaka
1. Sidarta Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Uiversitas Indonesia. 2005
2. Reinstein DZ, Archer TJ, Gobbe M. The history of LASIK. Journal of Refractive Surgery. 2012; 28(4): 291-98
3. Vaugan DG, Asbury T, Eva P. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya Medika. 2000; 3
4. Binder PS, Lindstrom RL, Stulting RD ,et al. Keratoconus and Corneal Ectasia After LASIK. Journal of Refractive Surgery
.2005; 21: 749-753
5. Matillon Y. Correction of refractive disorders by excimer laser: photorefractive keratectomy and LASIK. The national
agency For accreditation and evaluation In health (anaes).2000
6. Gulani A. Hyperopia" Lasik. In: eMedicine Article. 2006; 1-8.
7. Turu L, Alexandrescu C, Stana D, Tudosescu, et al. Dry Eye Disease After LASIK. Journal of medicine and life. 2011
8. Hammond S, Puri A, Ambati B. Quality of vision and patient satisfaction after LASIK. Current Opinion in Ophthalmology.
2004;15(4):328-332.
9. Jin GJC, Lyle A. Laser In situ keratomileusis for primary hyperopia. In : J Cataract Refractive Surgery. 2005 ;31 :776-784.
10. Helgesen A, Hjortdal J, Ehlers N. Pupil size and night vision disturbances after LASIK for myopia. Acta Ophthalmologica
Scandinavica. 2004;82(4):454-460
11. Epstein D. LASIK Outcomes ln Myopia and Hyperopia. Smolin And Thoft's The Comea. 4th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins, 2005; 1229-1231.

Anda mungkin juga menyukai