Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Dextra

Oleh :

Magdalena Talumewo

19014101034

Residen Pembimbing

dr. Matilda Susanto

Supervisor Pembimbing

dr. Denny Walandouw, SpM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

RSUP Prof Dr. R.D KANDOU

MANADO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus

Dextra” telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada di Bagian

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Residen Pembimbing

dr. Matilda Susanto

Supervisor Pembimbing

dr. Denny Walandouw, SpM


BAB I

PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar yang terdapat pada

kelopak mata. Kuman yang merupakan penyebab hordeolum biasanya

Staphylococus aureus. Hordeolum secara histopatologik gambaramnya seperti

abses.1 Dikenal dua bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll.

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan

terutama yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses di

dalam kelenjar tersebut.2

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan

kelainan pada kelopak mata yang sering ditemukan dikalangan masyarakat.

Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat

menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak

ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar

kelopak mata atau lebih3,-6. Namun, sampai saat ini belum terdapat data mengenai

insidensi dan prevalensi secara global. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Sobrinho, et al di Brazil ditemukan prevalensi hordeolum sebesar 7,6% dari 1063

pasien yang datang ke pusat pelayanan gawat darurat khusus mata. 7 Penelitian

yang dilakukan dipuskesmas kota Bandung tahun 2015 ditemukan prevalensi

0,618% dari 83292 pasien yang datang ke poli umum puskesmas di kota Bandung

yang didiagnosa dengan Hordeolum.8 Presentase pada Sulawesi utara sendiri

angka kejadian Hordeolum 105 45 yang dilaporkan pada tahun 2009.9


Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,

terasa mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum

sering membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Untuk mempercepat

peradangan kelenjar ini dapat diberikan kompres hangat 3 kali sehari selama 10

menit sampai nanah keluar.1

Pada umumnya hordeolum yang biasanya merupakan infeksi

Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak bersiat dapat sembuh sendiri (self-

limited). Namun tidak jarang memerlukan pengobatan seperti antibiotik topikal

maupun sistemik. Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses

dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan

terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.8,10

Penyakit Hordeolum berdasarkan angka kejadian yang dilaporkan di

Sulawesi Utara merupakan penyakit yang cukup banyak terjadi, oleh karena itu

berdasarkan studi pendahulan diatas saat ini penulis telah membuat laporan kasus

mengenai hordeolum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra

Palpebra superior dan inferior merupakan modifikasi lipatan kulit yang

dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Palpebra terdiri atas

lima jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, lapis otot

rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis

membran mukosa (konjungtiva pelpebra).7,11

1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Muskulus Orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi

fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian

orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat

di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum

orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian

orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

3. Jaringan Areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan lapis

subaponeurotik dari kulit kepala.


4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa

padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak

atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi

tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss

dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara

dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi

kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian

posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau

tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior

palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui

kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di

antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan

lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan

membentuk sudut tajam7,11

Septum orbital adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis

yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara

palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendon dari levator

palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan

tarsus inferior.6

Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,

bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks

orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan

bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus

Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus

rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus

obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan

orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.

Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.


Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah arteri palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,

sedangkan kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.12-15

B. Hordeolum

1. Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom

yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.

Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah

infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.10

2. Klasifikasi

a. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll

dengan penonjolan terutama kedaerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,

nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya kearah kulit, ikut dengan

pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri kearah kulit.7

b.Hordeolum internum

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di

dalam tarsus dengan penonjolan terutama kedaerah konjungtiva tarsal. Hordeolum

internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum.

Pada hordeolum internum, benjolan menonjol kearah konjungtiva dan tidak ikut

bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak

memecah sendiri.7
Gambar 2. Hordeolum Internum dan Hordeolum Eksternum

3. Etiologi

Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak

mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang

timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara

berulang.12

4. Patofisiologi

Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi pada kelenjar Zeiss

atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang

terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi

pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Secara histologis, hordeolum

menggambarkan adanya kumpulan fokus leukosit polimorfonuklear (PMN) dan

debris nekrotik (yaitu abses). Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi

blefaritis.13
5. Gejala danTanda

a. Gejala

Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan

nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang

dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil

daerah kelopak yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak

membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil

yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung

pecah dan melepaskan sejumlah nanah.3

b. Tanda

Palpebra bengkak, merah, sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra.

Sering disertai blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran

keadaan umum, acne vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada

anak-anak dan dewasa muda.3

6. Penatalaksanaan

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2

minggu. Namun tak jarang memerlukan obat topikal (salep atau tetes mata

antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (sistemik). Urutan

penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut :

- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit sebanyak 3-4 kali sehari.

- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Polygran, Gentamicin,

Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan


lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter,

terutama pada fase peradangan

- Antibiotika oral misalnya: Amoksisilin, Eritromisin, Doxycycline, atau

ciprofloxacin. Obat ini diberikan selama 7-10 hari

- Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan

sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya

hordeolum. Obat-obat simptomatis dapat diberikan untuk meredakan

keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam mefenamat, Ibuprofen, dan

sejenisnya.14

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan

pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di

daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, vertikal pada

margo palpebra, hal ini dilakukan untuk menghindari kelenjar Meibom.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar atau horizontal dengan margo

palpebra. Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskoleasi atau kuretase

seluruh isi jaringan yang meradang di dalam kantongnya dan kemudian

diberi salep antibiotik.8

7. Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang

sesuai.8
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : SFP

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 44 tahun

Suku : Minahasa

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Malalayang

B. Anamnesis

 Keluhan utama :Sakit pada mata kanan

 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sakit mata kanan

disertai dengan bengkak pada kelopak mata kanan atas sejak 3 hari yang

lalu sebelum datang ke Rumah Sakit. Bengkak dirasakan pasien saat

bangun pagi dan membuat pasien kurang nyaman karena merasakan

sensasi benda asing pada kelopak mata kanan atas dan merasa tidak

nyaman saat mengedipkan mata kanan. Nyeri tekan (+), kemerahan pada

kelopak mata kanan atas (+), gatal (+), mata berair (+), merasa silau (-),

penurunan penglihatan/mata kabur (-), demam (-), riwayat trauma (-),

riwayat alergi debu (+)

 Riwayat penyakit dahulu: Pasien sudah pernah menghalami sakit serupa ,

sebanyak 2 kali.
 Riwayat keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini.

 Riwayat Alergi : Debu

 Riwayat kebiasaan : Pasien suka mengucak mata tanpa mencuci tangan.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 159/91 mmHg

Nadi : 81 x/m

Respirasi : 18 x/m

Suhu : 36,5 ºC

2. Pemeriksaan Oftalmologi

Status Lokalis Okulus Dextra Okulus Sinistra


Pemeriksaan Objektif
Visus 6/6 6/6
Tekanan Intra Normal Normal
Okuli
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Inspeksi

Suprasilia Rontok (-) Rontok (-)


Palpebra Hiperemi (+), Sekret (-) Hiperemi (-) Sekret (-)
tampak benjolan pada
palpebral superior didaerah
konjungtiva tarsal

Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)


Sklera Normal Normal
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup dalam Cukup dalam
Pupil Bulat, reflex cahaya (+) Bulat, reflex cahaya (+)
diameter pupil 3mm diameter pupil 3mm
Iris Normal Normal
Lensa Jernih Jernih
Palpasi
Palpebra superior Bengkak (+), tidak mobile Dalam batas normal
Nyeri tekan (+)
Palpebra inferior Dalam batas normal Dalam batas normal

Segmen Posterior
Refeks Fundus (+) Uniform (+) Uniform
Retina Perdarahan (-), Perdarahan (-), Kalsifikasi (-)
Kalsifikasi (-)
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
vital, CDR 0,3 vital, CDR 0,3
Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal

D. Resume Masuk

Seorang perempuan, umur 44 tahun datang ke RSUP Prof. dr. R. D.

Kandou pada hari Selasa, 17 Desember 2019 dengan keluhan utama sakit mata

kanan atas sejak ± 3 hari yang lalu. Pasien sudah pernah mengalami sakit seperti

ini sebanyak 2 kali. Di keluarga, hanya pasien yang mengalami sakit seperti ini.

Ada riwayat alergi debu, dan menurut pasien beberapa hari yang lalu pasien sering

membersihkan rumah atau halaman dengan tidak menggunakan masker

pelindung. Ada riwayat kebiasaan, pasien suka mengucak mata tanpa mencuci

tangan. Riwayat trauma disangkal.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,

tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada status oftalmologi pada oculus dextra,

palpebra superior tampak hiperemis (+), berair mata (+), tampak benjolan pada

palpebra superior bagian dalam (+), secret berlebih (-), konjungtiva, sklera,
kornea, COA, pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya kelainan. Pada oculus

sinistra tidak didapatkan kelainan

E. Diagnosis

Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Dextra

F. Diagnosis Banding

- Kalazion

- Blefaritis.

G. Prognosis

 Ad vitam : Dubia ad bonam.

 Ad functionam : Dubia ad bonam

 Ad sanationam : Dubia ad bonam

H. Terapi

Non farmakologis :

- Kompres air hangat 3 kali sehari selama 10 menit.

- Menjaga hygine mata.

Farmakologis :

- Lyteers 4-6 x 1 gtt OD

- Levofloxacin 4x1 gtt OD

- Amoxiclav tab 3x 500 mg per hari

- Cetirizine tab 2x10 mg per hari

BAB IV
PEMBAHASAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.

Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah

dan nyeri bila ditekan. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan

fisik.6 Gejala pada pasien ini menunjukkan gejala hordeolum yaitu terdapat

benjolan pada kelopak mata kanan atas dan adanya kemerahan. Riwayat alergi

debu pada pasien menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya hordeolum.

Riwayat kebiasaan pasien yang suka mengucak mata tanpa mencuci tangan juga

menjadi salah satu faktor terjadinya hordeolum.

Hordeolum dibagi menjadi dua, yaitu hordeolum internum dan hordeolum

eksternum. Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom, dengan

penonjolan terutama kedaerah konjungtiva tarsal sedangkan hordeolum eksternum

atau radang kelenjar Zeis satau Moll, dengan penonjolan terutama kedaerah kulit

kelopak atau keluar. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar

dibanding hordeolum eksternum.1 Pada pasien ini benjolan terlihat pada kelopak

mata kanan bagian dalam dan termasuk dalam hordeolum internum.

Penanganan pada pasien yaitu dengan pemberian antibiotik Levofloxacin 4

dd 1 gtt OD , Amoxiclav tab 3 dd 1 pc. Air mata buatan Lyteers 4-6 dd 1 gtt OD.

Dan antihistamin Cetirizine tab 3 dd 1 pc. Tujuan antibiotik adalah untuk

mengobati infeksi akibat kuman staphylococcuus dan streptococcus. Serta

diberikan juga obat antihistamin untuk penangan terhadap riwayat alergi debu.

Prognosis pada penderita ini yaitu baik apabila kebersihan daerah mata tetap

dijaga serta terapi obat yang sesuai dengan pemberian dokter. Pada penderita juga
dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit,

menjaga kebersihan daerah mata dan menghidari alergen untuk mempercepat

penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita

dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan

penyakit dan keberhasilan terapi.1,14

BAB V

PENUTUP
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu

ditemukan adanya benjolan pada kelopak mata atas sejak 3 hari yang lalu serta

ditemukan adanya hiperemi dan nyeri tekan region palpebra superior dextra pada

pemeriksaan oftalmologi. Dengan adanya tanda-tanda demikian maka dapat

ditegakkan diagnosis yaitu Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus

Dextra.

Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis Hordeolum

Internum Palpebra Superior Okulus Dextra yang mencakup diagnosis,

pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilsya S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2015.

2. Ilyas Sidarta H.Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta, 2004: 92

3. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 2010.

4. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley heart Center

University Of Illionis. 17th Edition, 2010.

5. Sahta RV. Hordeolum. 2010. Available from:

http://translate.wordpress.com/2010/03/09/jordeolum/

6. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from:

http://translate.google.co.id/translate?

hl=id&langpair=enlid&u=http://emedicine.madscape.com/article/798940-

overview

7. Sobrinho MVA, Aguiar ACB, Alencar LD, Binotti WW, Faria O.

Epidemiological profile of eye diseases in an emergency center complex in

Campinas, Brazil. Vis Pan-Am. 2016;15(1):10-11.

8. Restuningrum MD, Sri YIS. Characteristic of Disease Based on Chief Complaint

From Electronic Medical Record Patients at Puskesmas Bandung City in 2015.

JSK, 2019;4:3

9. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

10. Ehrenhaus M.P MD. Hordeolum Treatment, Management & Clinical presentation.

2012

11. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta, 2005: hal 45-46


12. Ehrenhaus MP. Hordeolum. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#showall.

13. Vaughan, D.G Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika,

Jakarta, 2000 : Hal. 17-20

14. Kanski JJ. Clinical Ophthalmogi A synopsis. Butterworth-Heinemann, Boston,

2009.

15. Penyebab dan Pengobatan Hordeolum. Available from:

http://www.medkes.com/2015/01/penyebab-

danpengobatanhordeolumbintitan.html

16. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Balai Penelitian FK UI.

Jakarta 2010: Hal 15-16.

Anda mungkin juga menyukai