Oleh :
Magdalena Talumewo
19014101034
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
PENDAHULUAN
abses.1 Dikenal dua bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak
ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar
kelopak mata atau lebih3,-6. Namun, sampai saat ini belum terdapat data mengenai
insidensi dan prevalensi secara global. Pada penelitian yang dilakukan oleh
pasien yang datang ke pusat pelayanan gawat darurat khusus mata. 7 Penelitian
0,618% dari 83292 pasien yang datang ke poli umum puskesmas di kota Bandung
terasa mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum
peradangan kelenjar ini dapat diberikan kompres hangat 3 kali sehari selama 10
Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak bersiat dapat sembuh sendiri (self-
maupun sistemik. Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses
dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan
Sulawesi Utara merupakan penyakit yang cukup banyak terjadi, oleh karena itu
berdasarkan studi pendahulan diatas saat ini penulis telah membuat laporan kasus
mengenai hordeolum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Palpebra terdiri atas
lima jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, lapis otot
rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
3. Jaringan Areolar
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
5. Konjungtiva Palpebrae
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan
lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendon dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.6
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
B. Hordeolum
1. Definisi
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
2. Klasifikasi
a. Hordeolum eksternum
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya kearah kulit, ikut dengan
b.Hordeolum internum
Pada hordeolum internum, benjolan menonjol kearah konjungtiva dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak
memecah sendiri.7
Gambar 2. Hordeolum Internum dan Hordeolum Eksternum
3. Etiologi
mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara
berulang.12
4. Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi pada kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
debris nekrotik (yaitu abses). Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis.13
5. Gejala danTanda
a. Gejala
nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang
dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil
yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung
b. Tanda
keadaan umum, acne vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada
6. Penatalaksanaan
minggu. Namun tak jarang memerlukan obat topikal (salep atau tetes mata
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit sebanyak 3-4 kali sehari.
sejenisnya.14
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, vertikal pada
7. Prognosis
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.8
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : SFP
Umur : 44 tahun
Suku : Minahasa
Alamat : Malalayang
B. Anamnesis
disertai dengan bengkak pada kelopak mata kanan atas sejak 3 hari yang
sensasi benda asing pada kelopak mata kanan atas dan merasa tidak
nyaman saat mengedipkan mata kanan. Nyeri tekan (+), kemerahan pada
kelopak mata kanan atas (+), gatal (+), mata berair (+), merasa silau (-),
sebanyak 2 kali.
Riwayat keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Nadi : 81 x/m
Respirasi : 18 x/m
Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Segmen Posterior
Refeks Fundus (+) Uniform (+) Uniform
Retina Perdarahan (-), Perdarahan (-), Kalsifikasi (-)
Kalsifikasi (-)
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
vital, CDR 0,3 vital, CDR 0,3
Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal
D. Resume Masuk
Kandou pada hari Selasa, 17 Desember 2019 dengan keluhan utama sakit mata
kanan atas sejak ± 3 hari yang lalu. Pasien sudah pernah mengalami sakit seperti
ini sebanyak 2 kali. Di keluarga, hanya pasien yang mengalami sakit seperti ini.
Ada riwayat alergi debu, dan menurut pasien beberapa hari yang lalu pasien sering
pelindung. Ada riwayat kebiasaan, pasien suka mengucak mata tanpa mencuci
tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada status oftalmologi pada oculus dextra,
palpebra superior tampak hiperemis (+), berair mata (+), tampak benjolan pada
palpebra superior bagian dalam (+), secret berlebih (-), konjungtiva, sklera,
kornea, COA, pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya kelainan. Pada oculus
E. Diagnosis
F. Diagnosis Banding
- Kalazion
- Blefaritis.
G. Prognosis
H. Terapi
Non farmakologis :
Farmakologis :
BAB IV
PEMBAHASAN
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah
dan nyeri bila ditekan. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik.6 Gejala pada pasien ini menunjukkan gejala hordeolum yaitu terdapat
benjolan pada kelopak mata kanan atas dan adanya kemerahan. Riwayat alergi
debu pada pasien menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya hordeolum.
Riwayat kebiasaan pasien yang suka mengucak mata tanpa mencuci tangan juga
atau radang kelenjar Zeis satau Moll, dengan penonjolan terutama kedaerah kulit
dibanding hordeolum eksternum.1 Pada pasien ini benjolan terlihat pada kelopak
dd 1 gtt OD , Amoxiclav tab 3 dd 1 pc. Air mata buatan Lyteers 4-6 dd 1 gtt OD.
diberikan juga obat antihistamin untuk penangan terhadap riwayat alergi debu.
Prognosis pada penderita ini yaitu baik apabila kebersihan daerah mata tetap
dijaga serta terapi obat yang sesuai dengan pemberian dokter. Pada penderita juga
dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit,
BAB V
PENUTUP
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu
ditemukan adanya benjolan pada kelopak mata atas sejak 3 hari yang lalu serta
ditemukan adanya hiperemi dan nyeri tekan region palpebra superior dextra pada
Dextra.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilsya S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2015.
2. Ilyas Sidarta H.Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai
3. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 2010.
http://translate.wordpress.com/2010/03/09/jordeolum/
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&langpair=enlid&u=http://emedicine.madscape.com/article/798940-
overview
JSK, 2019;4:3
10. Ehrenhaus M.P MD. Hordeolum Treatment, Management & Clinical presentation.
2012
11. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#showall.
13. Vaughan, D.G Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika,
2009.
http://www.medkes.com/2015/01/penyebab-
danpengobatanhordeolumbintitan.html
16. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Balai Penelitian FK UI.