Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

G DENGAN DIAGNOSA MEDIS KATARAK DI RUANG POLI MATA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :
Aditya Saputra
( 2016.C.08a.0733 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2018/2019
1.1 KONSEP DASAR PENYAKIT
1.1.1 Pengertian
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa. Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun (Doenges, 1999).
1.1.2 Etiologi
a) Trauma
b) Terpapar substansi toksik
c) Penyakit
d) Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
e) Usia lanjut
1.1.3 Manifestasi Klinis
a) Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau asap
b) Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa
c) Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu terang
d) Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria
e) Mata sering berair.
1.1.4 Penatalaksanaan Medis
a) Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah ECCC
(extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
b) Koreksi lensa
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu
menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering.
Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca mata katarak atau lensa
kontak (contact lens).
1.1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat
larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein
yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi
jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik
kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan dan disintegrasi pada serabut tersebut
mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan.
WOC KATARAK

Etiologi :
 Penyakit Metabolik ( Glukoma, DM )
 Proses Penuaan
 Defek Kongingental
 Faktor Radikal Bebas
 Trauma
 Faktor Obat-obatan

KATARAK

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kapsul lensa Intumensesi Blocking sinar Intumensesi Asietas Cahaya ke retina


rusak yang masuk berkurang
Massa asing bagi HCL Visus menurun
Dislokasi Lensa Massa asing bagi Pengamburan jariangan uvea
jariangan uvea bayangan yang semu

Otak mengintrepestasikan Peradangan uvea Prastaltik usus Penglihatan


Uvelitis Peradangan bayangan berkabut meningkat berkurang
uvea saat melihat
suatu objek

Suplai O2 Suplai O2 tidak Pandangan Suplai O2 tidak Mual, muntah


Tidak seimbang seimbang kabur seimbang MK :
Gangguan
immobilitas fisik
seimbang

Peningkatan Peningkatan MK : Evaporasi MK :


kerja napas Gangguan presepsi meningkat Perbuhan nutrisi
kerja Nafas
sensori visual kurang dari
kebutuhan tubuh

Dyspnea Pervusi jaringan Dehidrasi


menurun

MK : MK : MK :
Resiko pola Resiko gangguan Kekurangan
napas tidak perfusi jaringan volume cairan
efektif
1.1.6 Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retraksi kuat
sampai titik dimana kelayan melakukan aktivitas sehari – hari, maka penanganan
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi
bila ketajaman pandangan mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup atau bika
visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau saraf optikus seperti : diabetes dan glaukoma. Ada
dua macam teknik pembedahan, yaitu ekstraksi katarak intra kapsuler dan
esktraksi katarak ekstra kapsuler.
1.1.7 Komplikasi
a. Glaucoma
b. Uveitis
c. Kerusakan endotel kornea
d. Sumbatan pupil
e. Edema macula sistosoid
f. Endoftalmitis
g. Fistula luka operasi
h. Pelepasan koroid
i. Bleeding
1.1.8 Data Penunjang
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusak
an kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem sa
raf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukom
a.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup gluk
oma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papile
dema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Katarak
2.1.1 Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b. Makan / cairan
Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa
di ruang gelap.
Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba – tiba, berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata.
e. Penyuluhan dan pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular,
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, ketidakseimbangan
endokrin.
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
2.1.2.1 Pre Operasi
2.1.2.2 Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
2.1.2.3 Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
2.1.3 Post Operasi
2.1.3.1 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasif.
2.1.3.2 Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (bedah pengangkatan).
2.1.3.3 Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan
secara terapeutik dibatasi.
2.1.3.4 Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
2.2 Rencana Keperawatan
2.2.2 Pre Operasi
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan persepsi Tujuan : gangguan persepsi 1. Orientasikan pasien terhadap 1. Memperkenalkan pada pasien
sensori visual / sensori teratasi. lingkungan aktifitas. tentang lingkungan dam aktifitas
penglihatan Kriteria hasil : sehingga dapat meninggalkan
berhubungan  Dengan penglihatan stimulus penglihatan.
dengan penurunan yang terbatas klien 2. Bedakan kemampuan lapang pandang 2. Menentukan kemampuan lapang
ketajaman mampu melihat diantara kedua mata. pandang tiap mata.
penglihatan, lingkungan 3. Observasi tanda disorientasi dengan 3. Mengurangi ketakutan pasien dan
penglihatan ganda. semaksimal mungkin. tetap berada di sisi pasien. meningkatkan stimulus.
 Mengenal perubahan 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas 4. Meningkatkan input sensori, dan
stimulus yang positif sederhana seperti menonton TV, radio, mempertahankan perasaan normal,
dan negatif. dll. tanpa meningkatkan stress.
 Mengidentifikasi 5. Anjurkan pasien menggunakan 5. Menurunkan penglihatan perifer dan
kebiasaan lingkungan. kacamata katarak, cegah lapang gerakan.
pandang perifer dan catat terjadinya
bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup terbuka, 6. Menurunkan penglihatan perifer dan
jauhkan rintangan. gerakan.
2. Cemas Tujuan : kecemasan 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 1. Membantu mengidentifikasi sumber
berhubungan teratasi relaks, berikan dorongan untuk ansietas.
dengan Kriteria hasil : verbalisasi dan mendengarkan dengan
pembedahan yang  Mengungkapkan penuh perhatian.
akan dijalani dan kekhawatirannya dan 2. Yakinkan klien bahwa ansietas 2. Meningkatkan keyakinan klien.
kemungkinan ketakutan mengenai mempunyai respon normal dan
kegagalan untuk pembedahan yang diperkirakan terjadi pada pembedahan
memperoleh akan dijalani. katarak yang akan dijalani.
penglihatan  Mengungkapkan 3. Tunjukkan kesalahpahaman yang 3. Meningkatkan keyakinan klien.
kembali. pemahaman tindakan diekspresikan klien, berikan informasi
rutin perioperasi dan yang akurat.
perawatan. 4. Sajikan informasi menggunakan 4. Meningkatkan proses belajar dan
metode dan media instruksional. informasi tertulis mempunyai
sumber rujukan setelah pulang.
5. Jelaskan kepada klien aktivitas 5. Pengetahuan yang meningkat akan
premedikasi yang diperlukan. menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan.
6. Diskusikan tindakan keperawatan pra 6. Pengetahuan yang meningkat akan
operatif yang diharapkan. menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan
7. Berikan informasi tentang aktivitas 7. Menjelaskan pilihan memungkinkan
penglihatan dan suara yang berkaitan klien membuat keputusan secara
dengan periode intra operatif. benar.
2.2.3 Post Operasi

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Tujuan : nyeri teratasi 1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu pasien menemukan
nyaman (nyeri Kriteria hasil : tindakan penghilangan nyeri yang tindakan yang dapat menghilangkan
akut)  klien melaporkan efektif. atau mengurangi nyeri yang efektif.
berhubungan penurunan nyeri secara 2. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi 2. Nyeri dapat terjadi sampai anestesi
dengan prosedur progresif dan nyeri sampai beberapa jam setelah local habis, memahami hal ini dapat
invasive. terkontrol setelah pembedahan. membantu mengurangi kecemasan
intervensi. yang berhubungan dengan yang
tidak diperkirakan.

3. Lakukan tindakan mengurangi nyeri 3. Latihan nyeri dengan menggunakan


dengan cara: tindakan yang non farmakologi
- Posisi : tinggikan bagian kepala memungkinkan klien untuk
tempat tidur, ganti posisi dan tidur, memperoleh rasa kontrol terhadap
ganti posisi dan tidur pada sisi yang nyeri.
tidak dioperasi
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgetik sesuai program 4. Analgesik dapat menghambat
5. Lapor dokter jika nyeri tidak hilang reseptor nyeri.
setelah ½ jam pemberian obat, jika 5. Tanda ini menunjukkan
nyeri disertai mual. peningkatan tekanan intra ocular
atau komplikasi lain.
2. Resiko tinggi Tujuan : infeksi tidak 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan : - Nutrisi dan hidrasi yang optimal
terjadinya infeksi terjadi - Beri dorongan untuk mengikuti diet meningkatkan kesehatan secara
berhubungan Kriteria hasil : seimbang dan asupan cairan yang keseluruhan, meningkatkan
dengan prosedur  Tanda-tanda infeksi adekuat penyembuhan luka pembedahan.
invasif (bedah tidak terjadi - Memakai pelindung mata
pengangkatan).  Penyembuhan luka - Instruksikan klien untuk tetap meingkatkan penyembuhan dan
tepat waktu menutup mata sampai hari pertama menurunkan kekuatan iritasi
 Bebas drainase purulen setelah operasi atau sampai kelopak mata terhadap jahitan
, eritema, dan demam diberitahukan. luka.

2. Gunakan tehnik aseptic untuk 2. Tehnik aseptic menimalkan


meneteskan tetes mata : masuknya mikroorganisme dan
- Cuci tangan sebelum memulai mengurangi infeksi.
- Pegang alat penetes agak jauh dari
mata.
- Ketika meneteskan hindari kontk
antara mata dengan tetesan dan alat
penetes.
3. Gunakan tehnik aseptic untuk 3. Tehnik aseptic menurunkan resiko
membersihkan mata dari dalam ke luar penyebaran infeksi / bakteri dan
dengan tisu basah / bola kapas untuk kontaminasi silang.
tiap usapan, ganti balutan dan
memasukkan lensa bila menggunakan. 4. Mencegah kontaminasi dan
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / kerusakan sisi operasi.
menggaruk mata yang dioperasi.
5. Observasi tanda dan gejala infeksi 5. Deteksi dini infeksi memungkinkan
seperti : kemerahan, kelopak mata penanganan yang cepat untuk
bengkak, drainase purulen, injeksi meminimalkan keseriusan infeksi.
konjunctiva (pembuluh darah
menonjol), peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan 6. Ketegangan pada jahitan dapat
pada jahitan dengan cara : menimbulkan interupsi,
menggunakan kacamata protektif dan menciptakan jala masuk untuk
pelindung mata pada malam hari. mirkoorganisme
7. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
- Antibiotika (topical, parental atau 7.
sub conjunctiva) - Sediaan topical digunakan
secara profilaksis, dimana terapi
- Steroid. lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.
- Menurunkan inflamasi.
3. Gangguan sensori Hasil yang diharapkan: 1. tentukan ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan individu dan pilihan
– perceptual :  Meningkatkan apakah satu atau kedua mata terlibat intervensi dan pilihan intervensi
penglihatan ketajaman penglihatan bervariasi sebab kehilangan
berhubungan dalam batas situasi penglihatan terjadi lambat dan
dengan gangguan individu progresif.
penerimaan  Mengenal gangguan
sensori/ status sensori dan 2. orientasi pasien terhadap lingkungan, 2. Memberikan peningkatan
organ indera, berkompensasi staf/ orang lain di area kenyamanan dan kekeluargaaan,
lingkugan secara terhadap perubahan menurunkan cemas dan disorientasi
terapeutik pasca operasi.
dibatasi, ditandai 3. observasi tanda-tanda dan gejala-gejala 3. Terbangun dalam lingkungan yang
dengan : disorientasi, pertahankan pengamanan tak dikenal dan mengalami
Menurunnya tempat tidur sampai benar-benar keterbatasan penglihatan dapat
ketajaman, sembuh dari anesthesia. mengakibatkan bingung pada
gangguan orangtua.
penglihatan. 4. ingatkan klien menggunakan kacamata 4. Perubahan ketajaman dan
Perubahan respo katarak yang tujuannya memperbesar ± kedalaman persepsi dapat
biasanya terhadap 25%, penglihatan perifer hilang. menyebabkan bingung /
rangsang. meningkatkan resiko cedera sampai
pasien belajar untuk
mengkompensasi.
4. Kurang Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji informasi tentang kondisi individu 1. Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tindakan prognosis tipe prosedur, tipe prosedur kerjasama dengan program pasca
tentang kondisi keperawatan lensa. operasi
prognosis berupa HE 2. Tekankan pentingnya evaluasi
pengobatan diharapkan klien perawatan. Beritahu untuk melaporkan 2. Pengawasan periodic menurunkan
berhubungan mengerti dengan penglihatan berawan. resiko komplikasi serius.
dengan tidak kondisi, 3. Informasikan kepada klien untuk
mengenal sumber prognosis,dan menghindari tetes mata yang dijual 3. Dapat bereaksi silang / campur
informasi, pengobatan. bebas. dengan obat yang diberikan.
ditandai dengan Kriteria hasil : 4. Dorong pemasukan cairan yang 4. Memertahankan konsistensi faeces
klien kurang  Dapat melakukan adekuat, makan terserat. untuk menghindari mengejan
mengikuti perawatan dengan 5. Anjurkan klien untuk menghindari 5. Aktifitas yang menyebabkan mata
instruksi, sering prosedur yang benar membaca, berkedip, mengangkat yang lelah tegang, manuver valsava atau
bertanya terjadi  Dapat menyembuhkan berat, mengejar saat defekasi, meningkatkan TIO. dapat
komplikasi yang kembali apa yang telah membongkok pada panggul, meniup mempengaruhi hasil operasi dan
dapat dicegah. dijelasakan hidung penggunaan spray, bedak bubuk, mencetuskan perdarahan.
merokok. Catatan : iritasi pernapasan yang
menyebabkan batuk / bersih dapat
meningkatkan TIO.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 2
tahun 2013.
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made
Kariasa. Jakarta . EGC
Buku saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC Judith (Ilyas, 2009). M.Wilkinson dan Nanchy
R.Ahern
Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Buku Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor Arif Mansjoer, Kuspuji
Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardani dan Wiwiek Setiowulan.
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan
Sari. Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai