BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
kondisi fisik maupun mental komunitas korban dan karenanya kebutuhan mereka,
sangat dibutuhkan. Selain itu, sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi
legitimasi kerja pemberian bantuan yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu
dipahami bahwa sumber daya sebesar apapun yang kita miliki tidak akan cukup
untuk memenuhi seluruh kebutuhan komunitas korban bencana. Di sisi lain,
sekecil apapun sumber daya yang kita miliki akan memberikan arti bila
didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik dan perencanaan yang tepat dan
cepat, mengena pada kebutuhan yang paling mendesak.
Bencana, apapun sebabnya, merupakan hal yang menganggu tatanan
masyarakat dalam segala aspeknya, baik psikologis, ekonomi, sosial budaya
maupun material. Jika kita mengamini faktum bahwa setiap orang memiliki hak
untuk hidup layak maka komunitas manapun yang mengalami bencana berhak
atas bantuan kemanusiaan dalam batas-batas minimum.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa Saja Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4 Cs (Command,
Control, Coordination & Communication)?
1.2.2 Bagaimana Perawatan Terhadap Individu Dan Komunitas?
1.2.3 Apa Saja Perawatan Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Bencana?
1.2.4 Apa Saja Perawatan Untuk Populasi Rentan?
1.2.5 Apa Saja Pemenuhan Kebutuhan Jangka Panjang?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk Mengetahui Dan Mempelajari Tentang Apa Saja Pengelolaan
Kegawatdaruratan Bencana 4 Cs (Command, Control, Coordination &
Communication).
1.3.2 Untuk Mengetahui Dan Mempelajari Tentang Bagaimana Perawatan
Terhadap Individu Dan Komunitas.
1.3.3 Untuk Mengetahui Dan Mempelajari Tentang Apa Saja Perawatan
Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Bencana.
3
1.3.4 Untuk Mengetahui Dan Mempelajari Tentang Apa Saja Perawatan Untuk
Populasi Rentan.
1.3.5 Untuk Mengetahui Dan Mempelajari Tentang Apa Saja Pemenuhan
Kebutuhan Jangka Panjang.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka manfaat penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1 Agar Dapat Memahami Dan Mengerti Tentang Apa Saja Pengelolaan
Kegawatdaruratan Bencana 4 Cs (Command, Control, Coordination &
Communication).
1.4.2 Agar Dapat Memahami Dan Mengerti Tentang Bagaimana Perawatan
Terhadap Individu Dan Komunitas.
1.4.3 Agar Dapat Memahami Dan Mengerti Tentang Apa Saja Perawatan
Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Bencana.
1.4.4 Agar Dapat Memahami Dan Mengerti Apa Saja Perawatan Untuk Populasi
Rentan.
1.4.5 Agar Dapat Memahami Dan Mengerti Tentang Apa Saja Pemenuhan
Kebutuhan Jangka Panjang.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
seperti yang dilakukan untuk mencegah kolera bagi sukarelawan di Aceh pada
tahun 2005 dan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi sukarelawan di DIY dan
jateng apda tahun 2006.
2.3 Perawatan Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Bencana
Inayat Khan dalam bukunya Dimensi Spiritual Psikologi menyebutkan bahwa
kekuatan psikis yang dimiliki oleh seseorang dapat dikembangkan melalui olah
spiritual yang dilakukan melalui beberapa tahapan.
Pertama, berlatih melakukan konsentrasi. Dengan konsentrasi, seseorang
dapat memiliki kekuatan dan inspirasi karena berada dalam kondisi terpusat serta
tercerahkan. Melalui konsentrasi pula, seseorang belajar dan berlatih untuk
menguasai dirinya.
Kedua, berlatih mengungkapkan hasil konsentrasi melalui pikiran. Artinya,
setelah seseorang mendapatkan hasil dalam konsentrasi, maka ia harus berani
mengungkapkan hasil konsentrasi tersebut dalam ungkapan-ungkapan yang
sederhana melalui kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran ini nantinya akan
mempengaruhi kekuatan perasaan yang dimiliki. Ketahuilah, sesungguhnya
perasaan adalah ruh pemikiran, sebagaimana ucapan adalah ruh suatu tindakan.
Karena itu, konsentrasi merupakan hal penting untuk mengembangkan kekuatan
psikis seseorang.
Ketiga, agar dapat mengekspresikan kekuatan psikis, seseorang harus
memiliki kekuatan tubuh (kesehatan fisik). Artinya, orang yang sehat umumnya
memiliki pernafasan dan sirkulasi darah yang teratur dan lancar, sehingga
memberikan efek bagi kemampuan mengekspresikan dirinya.
Keempat, berlatih menjaga kestabilan dan ketenangan dalam berpikir.
Artinya, seseorang yang terbiasa mengembangkan kebiasaan-kebiasaan buruk
dalam berpikir, seperti khawatir, cemas, takut, atau ragu tentang sesuatu, akan
mengurangi daya kekuatan dalam mengekspresikan diri.
Kelima, berlatih mengumpulkan kekuatan psikis yang selanjutnya digunakan
untuk bertindak. Artinya, hasrat dan daya tarik kekuatan psikis yang dimiliki
seseorang harus ditunda sebelum betul-betul terkumpul dan berkembang
melimpah. Saat itulah kekuatan psikis mampu dimanfaatkan untuk menolong diri
8
sendiri maupun orang lain. Kekuatan psikis yang timbul dari energi spiritual
bagaikan mata air yang tercurah, melimpah secara konstan dan stabil.
Terapi psiko-spiritual ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan penyadaran
diri (self awareness), tahapan pengenalan jati diri dan citra diri (self
identification), dan tahapan pengembangan diri (self development). Pada fase
penyadaran diri, para korban akan melalui proses pensucian diri dari bekasan atau
hal-hal yang menutupi keadaan jiwa melalui cara penyadaran diri, penginsyafan
diri, dan pertaubatan diri.
Selanjutnya, pada fase pengenalan diri, para korban akan dibimbing kepada
pengenalan hakikat diri secara praktis dan holistik dengan menanamkan nilai-nilai
ketuhanan dan moral. Melalui fase ini, individu diajak untuk menyadari potensi-
potensi yang ada di dalam dirinya. Setelah diidentifikasi, berbagai potensi itu
perlu segera dimunculkan.
Terakhir, pada fase pengembangan diri, para korban akan didampingi dan
difasilitasi untuk tidak hanya sehat fisikal, namun juga sehat mental dan spiritual.
Kesehatan mental terwujud dalam bentuk keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
masalah yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya. Adapun kesehatan spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan dalam
hidup seseorang, mengandalkan Tuhan (The Higher Power), merasakan
kedamaian, dan merasakan hubungan dengan alam semesta.
2.4 Perawatan Untuk Populasi Rentan
Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat
yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari
potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan
menanggapi dampak bahaya tertentu.
Memahami akibat dari bencana adalah manusia potensial menjadi korban,
sehingga perlu kita perlu memahami dua hal yang perlu mendapatkan fokus utama
adalah mengenali kelompok rentan dan meningkatkan kapasitas dan kemampuan
masyarakat dalam menanggulangi bencana. Kerentanan adalah keadaan atau sifat
manusia yang menyebaabkan ketidakmampuan menghadapi bencana yang
9
dibutuhkan juga perawatan terhadap mayat dan keluarga yang ditinggalkan, baik
di rumah sakit, lokasi bantuan perawatan darurat maupun ditempat pengungsian
yang menerima korban bencana.
2. Fase menengah dan panjang pada siklus bencana.
Pada fase ini, terjadi perubahan pada lingkungan tempat tinggal yaitu dari
tempat pengungsiam ke rumah sementara dan rumah yang direhabilitasi. Hal-hal
yang dilakukan diantaranya adalah : memperhatikan segi keamanan supaya dapat
menjalankan aktivitas hidup yang nyaman dengan tenang, membantu terapi
kejiwaan korban bencana, membantu kegiatan-kegiatan untuk memulihkan
kesehatan hidup dan membangun kembali komunitas social
3. Fase tenang pada siklus bencana
Pada fase tenang diman tidak terjadi bancana, diperlukan pendidikan
penanggulangan bencana sebagai antisipasi saat bencana terjadi, pelatihan
pencegahan bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk setempat,
pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik di
daerah-daerah maupun pada fasilitas medis, srta membangun sistem jaringan
bantuan.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana.
Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus
dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah
sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan
terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik
fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan
dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu
dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan
tindakan tanggap bencana.
3.2 Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu
diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah
berpengalaman dalam praktik pelayanan kesehatan mau untk berperan dalam
penanggulangan bencana yang ada di sekitar kita. Karena ilmu yang didapat di
bangku perkuliahan sangat relevan dengan yang terjadi di masyarakat, yaitu
fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di tempat yang sedang terjadi
bencana.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi
manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan manusia untuk
dapat mengendalikannya. Didalam Penanganan bencana terdapat beberapa
aspek yaitu aspek mitigasi bencana (pencegahan), Kegawatdaruratan saat
terjadinya bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan kegawatdaruratan ketika
bencana targetnya adalah penyelamatan sehingga risiko tereliminir. Hodgetts &
Jones (2002), mengatakan bahwa faktor yang mendukung keberhasilan dalam
pengelolaan bencana adalah manajemen bencana. Salah satu syarat sukses
dalam management bencana adalah tenaga kesehatan. Ketiadaan atau
kelemahan ketenaga kesehatan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan
malapetaka. Namun justru hal inilah yang biasanya menjadi titik lemah
penanganan bencana di Indonesia, termasuk kasus penanganan gempa dan
tsunami di NAD khususnya pada saat-saat awal kejadian bencana, dimana untuk
tenaga kesehatan perannya sangat diperlukan.
KEYWORD: Peran, Tenaga Kesehatan, Manajemen Bencana
ABSTRACT
Abstrak
Kondisi di pengungsian menyebabkan beberapa masalah kesehatan reproduksi
seperti kekerasan dan pelecehan seksual, hubungan seksual yang tidak aman,
masalah distribusi kontrasepsi, koordinasi lintas program dan lintas sektoral yang
belum optimal, penanggung jawab dan struktur organisasi yang belum jelas serta
belum semua tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan terlatih. Untuk
mengatasi masalahmasalah tersebut dan memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang ideal bagi pengungsi dibutuhkan strategi untuk mencapainya.
Strategi tersebut dirumuskan dari hasil analisa SWOT input, proses dan output
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Kata Kunci : Manajemen Bencana, Kesehatan Reproduksi, Pengungsi