Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“KATARAK”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Ibu Healthy Seventina.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kris Adinata
42010121008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes CIREBON)
Tahun 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT (TERKAIT DENGAN POKOK BAHASAN)


1.1 Definisi
Mata memiliki fungsi utama sebagai indra pengelihatan yang juga berperan
dalam meningkatkan estetika fisik individu. Organ ini terdiri dari beberapa bagian,
yang secara fisiologisnya dibagi menjadi rongga orbita, bola mata, dan adneksa yang
terdiri atas kelopak mata dan sistem air mata (sistem lakrimal). Masingmasing bagian
ini saling bersinergi sehingga individu dapat melihat. (Fransiska Lavinia, 2017).
Salah satu bagian mata yang penting adalah lensa. Lensa mata merupakan struktur
globular yang transparan, terletak di belakang iris, di depan badan kaca. Bagian depan
ditutupi kapsul anterior dan bagian belakang oleh kapsul posterior. Lensa memiliki
fungsi dalam refraksi yaitu untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning dan juga
berfungsi dalam akomodasi mata, untuk melihat objek dekat maka lensa akan menjadi
cembung. Terdapat beberapa keadaan patologis yang dapat terjadi pada lensa, salah
satunya adalah katarak (Fransiska Lavinia, 2017).

Katarak merupakan salah satu penyakit degeneratif. Definisi katarak sendiri ialah
suatu kondisi dimana terjadi kekeruhan pada lensa sehingga menurunnya fungsi penglihatan
seseorang (widya, 2018). Katarak adalah pengembangan dari keadaan tidak tembus cahaya
dalam lensa. Seiring bertambahnya usia, ada gangguan dalam struktur lensa dan akumulasi
pigmen. Katarak ditandai dengan adanya gangguan penglihatan (kabur atau mendung),
penurunan tajam penglihatan secara progresif, membutuhkan lebih banyak cahaya untuk
melihat hal-hal yang jelas, silau, perubahan persepsi warna dapat terjadi dengan intensitas
berkurang, kurangnya kontras atau distorsi kekuningan (Aini, 2018).

1.2 ANATOMI & FISIOLOGIS

Anatomi dan Fisiologi Mata Mata merupakan salah satu organ yang penting
dalam tubuh manusia. Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan. Lapisan terluar
adalah kornea dan sklera yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
Kornea berfungsi sebagai pelindung mata dari infeksi dan kerusakan struktural serta
membiaskan cahaya ke lensa dan retina. Sklera merupakan mantel atau pelindung
mata agar tetap mempertahankan bentuknya saat ada tekanan dari internal maupun
eksternal. Sklera tertutup oleh selaput transparan yang disebut dengan konjungtiva.
Kornea dan sklera dihubungkan oleh limbus. (Willoughby CE, 2010)

Lapisan kedua terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Iris berfungsi dalam
pengaturan akomodasi pupil agar cahaya yang masuk dapat tersampaikan ke retina
dengan baik. Badan siliar berfungsi dalam memproduksi aqueous humor dan terletak
antara iris dan koroid (Borges, AS, 2013). Koroid berfungsi dalam memasok oksigen
dan nutrisi ke bagian luar dan dalam retina. Fungsi lain dari koroid adalah menyerap
cahaya, termoregulasi dengan menghilangkan panas dari mata, dan juga mengatur
tekanan intraokuler dengan mengontrol vasomotor aliran darah (Nickla, DL, 2010).

Lapisan terdalam dari mata adalah retina. Retina merupakan bagian mata yang peka
terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut dan sel batang. Bila sel batang dan sel
kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui sel saraf pada retina itu sendiri, ke
serabut saraf optikus dan diinterpretasikan oleh korteks serebri (Guyton,2013).

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola
mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk dengan dua
kelengkungan berbeda.15 Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera
yang bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata
terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor (Yustina, 2013)

1.3 Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017):
1. Usia lanjut dan proses penuaan.
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti (Maria, 2017):
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic

1.4 TANDA & GEJALA/MANIFESTASI KLINIK


Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain (Maria, 2017):
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Gejala objektif biasanya meliputi (Maria, 2017):
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampakh abu-abu putih. Penglihatan seakanakan
melihat asap dan pupil mata seakan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative.
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Maria, 2017):
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa.
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah (Maria, 2017) :
1. Sering berganti kaca mata.
2. Penglihatan sering pada salah satu
Pathway
Bertambahnya usia

Perubahan fisik Perubahan warna Perubahan kimia


lensa pada nukleus lensa

Perubahan protein
Perubahan serabut lensa
halus yang Hilangnya
memanjang dari transparansi lensa
badan silier ke luar
Perubahan dalam
lensa
serabut-serabut lensa,
mengalami denaturasi

Penglihatan menjadi
distorsi Terjadi koagulasi

Katarak
Terbentuknya daerah
keruh lensa
Dapat mengakibatkan:
Glaukoma,
Kebutaan

Tindakan :

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

 Gangguan
Gangguan persepsi  Risiko  Nyeri akut
Nyeri
persepsi
sensori sensori hipotermia  Gangguan persepsi
Gangguan
sensori
 Risiko tinggi
Risiko cedera persepsi sensori
 Risiko cedera
 Defisiensi
cedera  Risiko cedera
Pengetahuan Risiko infeksi
 Kurangnya  Risiko infeksi
 Ansietas
pengetahuan
 Ansietas
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan
palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat
normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan
shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga
pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus
examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
1. Retinometri adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang
turun itu disebabkan katarak atau tidak.
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit
4. Oftalmoskopis yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata atau pupil.
Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah padda pupil yang
merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak atau
kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak akan terlihat.
5. A-Scan ultrasound (Echography)
6. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi.

1.7 Komplikasi

1. Glaukoma Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler didalam
bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina Kerusakan retina ini dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi
penimbunan eksudat dibawah retina terangkat
3. Infeksi ini bisa terjadi seelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
adekuat. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan visus visus normal : 6/6 visus 5/6-6/60 atau 1/300 : tergantung jenis
katarak dan stadiumnya
b. Pemeriksaan lapang pandang lapang pandang biasanya berkurang
c. Uji pencatatan signal untuk melihat adanya gelombang listrik dalam otak
1.8 Penatalaksanaan

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam pengihatan
yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling serng
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anesthesia
lokal. macam pembedahannya ada 2 macam yaitu :

1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler Intra catarax ectraction (ICCE) mengeluarkan


lensa secara utuh
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler Ekstra capsular catarax extaction (ECCE) :
mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan
kapsul bagian posterior.
3. Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini
memerlukan penyembhan yang paling pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi
dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk
penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3
metode: kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL.
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan
penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan pemasangan
lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak dilakukan, pasien perlu
mengunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk menggantikan fungsi lensa
yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan dramatis telah terjadi dalam 16 tindakan
pengangkatan lensa pada saat sekarang ini, karena tindakan ini merupakan prosedur
bedah untuk pasien rawat jaan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis
ekstraksi lensa yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa
dan extracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul
Menurut Kimberly A.J Bilota (2011) terapi katarak yaitu:
1) Umum.
a. Sebelum pembedahan, kacamata dan lensa kontak dapat membantu
memperbaiki penglihatan.
b. Kacamata hitam saat cahaya terang dan lampu terang dapat memberi
cahaya reflektif bukan cahaya langsung yang mengurangi silau dan
membantu penglihatan.
c. Pembatasan aktivitas sesuai gangguan/ kehilangan penglihatan.
1.9 Pencegahan

1. Memeriksakan kondisi mata secara rutin

Jika Anda rutin memeriksakan kesehatan mata, dokter akan cepat mendeteksi apabila muncul
tanda-tanda mata katarak. Katarak yang masih berada pada tahap awal dapat lebih mudah
ditangani dan diobati oleh dokter mata.

Orang dewasa dianjurkan untuk memeriksakan mata ke dokter tiap dua tahun sekali sampai
usia 50 tahun. Di atas usia 50 tahun, Anda disarankan untuk memeriksakan mata setidaknya
setahun sekali.

Sementara bagi orang dengan riwayat diabetes yang lebih berisiko mengalami penyakit mata,
disarankan untuk lebih sering memeriksakan kondisi mata.

2. Melindungi mata dari paparan sinar UV

Paparan sinar ultraviolet (UV) pada mata dapat meningkatkan risiko terjadinya mata katarak.
Selain itu, sinar UV juga membuat katarak yang sebelumnya sudah dialami menjadi makin
parah. Hal ini karena sinar ultraviolet (UV) dapat merusak protein di lensa mata.

Untuk mencegah mata katarak, hindari mata dari paparan sinar matahari langsung dengan
menggunakan kacamata hitam atau topi lebar, terutama saat sedang beraktivitas di bawah
terik matahari langsung.

Pilihlah kacamata hitam yang dapat memblokir setidaknya 99% sinar UV dan berukuran
lebar, sehingga perlindungan yang Anda dapatkan maksimal.

3. Menjaga kesehatan tubuh

Menjaga kesehatan tubuh sangat penting dalam mencegah penyakit, salah satunya mata
katarak. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang dapat meningkatkan risiko mata katarak,
seperti diabetes, kondisi mata yang tidak sehat, serta komplikasi dari operasi mata yang
pernah dijalani.

Anda juga sebaiknya berhati-hati terhadap penggunaan kortikosteroid jangka panjang, karena
dapat meningkatkan risiko terkena katarak. Selalu pastikan untuk kontrol rutin ke dokter
terkait penggunaan steroid dan penyakit penyerta yang Anda alami.

4. Mengonsumsi makanan bergizi

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang mengandung senyawa antioksidan,


seperti lutein dan zeaxanthin, vitamin C, dan vitamin E, berdampak signifikan dalam
menurunkan risiko tejadinya katarak. Antioksidan diketahui dapat menghentikan kerusakan
protein pada lensa mata, sehingga mencegah katarak.

Anda bisa mendapatkan manfaat antioksidan dari mengonsumsi sayuran berdaun hijau tua.
Sementara itu, sumber alami vitamin C bisa Anda dapatkan dari jeruk, tomat, stroberi,
brokoli, melon, dan kiwi, serta sumber vitamin E yang bisa didapatkan dari minyak sayuran,
kacang almond, dan bayam.

5. Menjaga berat badan ideal

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, yang
merupakan salah satu faktor risiko mata katarak. Oleh karena itu, pastikan Anda menjaga
berat badan ideal dengan menjalani pola makan yang sehat dan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, serta rutin berolahraga.

6. Menghentikan kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena mata katarak karena menciptakan
lebih banyak radikal bebas di mata Anda. Guna menurunkan risiko mata katarak, Anda
disarankan untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok. Jika upaya ini terlalu
berat, cobalah berkonsultasi dengan dokter.

7. Membatasi konsumsi minuman beralkohol

Jika Anda termasuk penggemar minuman beralkohol, sebaiknya batasi atau hentikan
kebiasaan ini. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
meningkatkan risiko terkena mata katarak

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajiaan
b. Data subjektif :
1) Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis
kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat
2) Keluhan utama: pada umumnya keluhan utama pada Katarak adalah Gangguan
persepsi sensori.
3) Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam),
lokasi/tempat mengalami cedera.
4) Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
(jenisnya), obat, dan lainnya.
5) Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan
pertama setelah cedera, apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan
terhadap penyakit tertentu?
6) Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien
menderita penyakit tertentu sebelum menngalami cedera, apakah penyakit
tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera?
7) Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum
cedera? Hal ini untuk memonitor muntahan dan untuk mempermudah
mempersiapkan bila harus dilakukan tindakan lebih lanjut/operasi.
c. Pengkajian ABCDFGH
1) AIRWAY
- Cek jalan napas paten atau tidak
- Ada atau tidaknya obstruksi misalnya karena lidah jatuh kebelakang,
terdapat cairan, darah, benda asing, dan lain-lain.
- Dengarkan suara napas, apakah terdapat suara napas tambahan seperti
snoring, gurgling, crowing.
2) BREATHING
- Kaji pernapasan, napas spontan atau tidak
- Gerakan dinding dada simetris atau tidak
- Irama napas cepat, dangkal atau normal
- Pola napas teratur atau tidak
- Suara napas vesikuler, wheezing, ronchi
- Ada sesak napas atau tidak (RR)
- Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan
-
3) CIRCULATION
- Nadi teraba atau tidak (frekuensi nadi)
- Tekanan darah
- Sianosis, CRT
- Akral hangat atau dingin, Suhu
- Terdapa perdarahan, lokasi, jumlah (cc)
- Turgor kulit
- Diaphoresis
- Riwayat kehilangan cairan berlebihan
4) DISABILITY
- Kesadaran : composmentis, delirium, somnolen, koma
- GCS : EVM
- Pupil : isokor, Anisokor, medriasis
- Ada tidaknya refleks cahaya
- Refleks fisiologis dan patologis
- Kekuatan otot
5) EXPOSURE
- Ada tidaknya deformitas, contusio, abrasi, penetrasi, laserasi, edema
- Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman
6) FIVE INTERVENTION
- Monitoring jantung (sinus bradikardi, sinus takikardi)
- Saturasi oksigen
- Ada tidaknya indikasi pemasangan kateter urine
- Pemeriksaan laboratorium
7) GIVE COMFORT
- Ada tidaknya nyeri
- Kaji nyeri dengan
P : Problem

Q : Qualitas/Quantitas

R : Regio

S : Skala

T : Time

8) H 1 SAMPLE
- Keluhan utama
- Mekanisme cedera/trauma
- Tanda gejala
9) H 2 HEAD TO TOE
- Fokus pemeriksaan pada daerah kepala yaitu daerah mata.
- Mata kanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada pasien dengan
katarak adalah sebagai berikut:
Pre Operasi

a. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan (D.0085)

b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)

Intra Operasi

a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142)

Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077)

3. Intervensi
Preoperasi
SDKI SLKI SIKI

1. Gangguan Tingkat nyeri Manajemen nyeri (1.08238)


persepsi sensori (L.08066)Menurun
1. Observasi
berhubungan Kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan gangguan durasi, frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri menurun
penglihatan intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
(D.0085) - Meringis menurun
 Identifikasi respon nyeri non
- Gelisah menurun verbal
 Identifikasi faktor yang
- Frekuensi nadi membaik memperberat dan memperingan
nyeri
- Pola napas membaik  Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Tekanan darah membaik
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Fokus membaik
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perilaku membaik kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Ansietas Tingkat Ancietas (L.09093) Reduksi Anseitas (1.09314)


berhubungan Menurun Reduksi Ansietas
dengan kurang Kriteria Hasil : 1. Observasi
terpapar informasi Verbalisasi kebinggungan a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(D.0080) menurun (Mis. Kondisi, waktu, stresor)
Verbalisasi khawatih akibat b. Identifikasi kemampuan mengambil
kondisi yang dihadapi keputusan
Perilaku gelisah menurun c. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
Perilaku tegang menurun nonverbal)
Konsentrasi membaik 2. Terapeutik
Kontak mata membaik a. Ciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
b. Pahami situasi yang membuat ansietas
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan.
e. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
b. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
h. Latih Teknik relaksasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiansietas, jika
perlu
Intra Operasi

SDKI SLKI SIKI

Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (1.14539)


berhubungan dengan Menurun Observasi :
efek prosedur Kriteria Hasil: • Monitor tanda dan gejala infeksi local
invasive (D.0142) dan sistemik
Demam menurun
Terapeutik :
Kemerahan menurun • Batasi jumlah pengunjung

Nyeri menurun • Berikan perawatan kulit pada area


edema • Cuci tangan sebelum dan
Bengkak menurun
sesudah kontak dengan pasien dan
Kadar sel darah putih membaik lingkungan pasien
• Pertahankan teknikn aseptic pada pasein
beresiko tinggi
Edukasi :
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cuci tangan dengan benar
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Post Operasi
SDKI SLKI SIKI

Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Menurun Manajemen nyeri (1.08238)


berhubungan dengan Kriteria hasil :
agen pencedera fisik 1. Observasi
(prosedur operasi) - Keluhan nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) durasi, frekuensi, kualitas,
- Meringis menurun intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun  Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Frekuensi nadi membaik  Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
- Pola napas membaik
nyeri
- Tekanan darah membaik  Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Fokus membaik  Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Perilaku membaik  Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4.IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan. Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya. Adapun format penulisan Implementasi Keperawatan adalah sebagai
berikut:

DIAGNOSA HARI/
IMPLEMENTASI RESPON PARAF
KEPERAWATAN TANGGAL/ JAM
5.EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan Tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan juga merupakan penilaian
keberhasilan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Tahap evaluasi menentukan kemajuan
pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Adapun format penulisan Evaluasi
Keperawatan adalah sebagai berikut :

DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/ TANGGAL/ JAM EVALUASI PARAF


DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1 cetakan III (revisi). Jakarta: DPP PPNI
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
4. file:///C:/Users/accer%204738/Downloads/214-403-2-PB.pdf
5. file:///C:/Users/accer%204738/Downloads/Bahan%20katarak.pdf
6. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/farmasi/article/view/2284
7. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/105129 http://repository.ump.ac.id/6769/3/BAB%20II.pdf
8. file:///C:/Users/accer%204738/Downloads/20639-Article%20Text-48679-1-10-20180518%20(1).pdf
9. http://eprints.undip.ac.id/46853/3/Yustina_Elisa_22010111130122_Lap.KTI_Bab2.pdf

10. https://www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/katarak/patofisiologi
11. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/79476/I%20Gede%20Gandharwa%20Putera%20Negara
%20-%20142310101164_.pdf?sequence=1&isAllowed=y
12. https://hellosehat.com/mata/katarak/mata-katarak/ https://eprints.umm.ac.id/74307/3/BAB%20II.pdf
13. http://eprints.umbjm.ac.id/973/4/BAB%202.pdf
Lampiran I : Jurnal Internasional
22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n K a t a r a k

Anda mungkin juga menyukai