4. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar.Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti
kristal salju pada jendela
Perbedaan mata normal dan Katarak
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3 (Ilyas,
2005), yaitu :
a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
c. Katarak senilis, katarak pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
Katarak senilis sendiri digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Katarak insipien
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga
bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2) Katarak immatur
Katarak immatur adalah keadaan dimana lensa masih memiliki bagian
yang jernih. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
3) Katarak matur
Katarak matur adalah keadaan dimana lensa mata sudah menjadi keruh
secara keseluruhan.
4) Katarak hipermatur
Katarak hipermatur adalah keadaan dimana ada bagian permukaan
yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan dapat mengakibatkan
peradangan pada bagian mata lainnya.
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
a. Katarak traumatika
Katarak yang terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada
satu mata (katarak monokular).
b. Katarak toksika
Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
c. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaukoma,
proses degenerasi pada satu mata lainnya.
6. GEJALA KLINIS
Gejala subjektif antara lain :
a. Mengeluh penurunan ketajaman penglihatan dan silau sertagangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya antara lain :
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Dalam jangka waktu tertentu katarak mengakibatkan pupil akan tampak
benar-benar putih , sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b. Gangguan penglihatan bisa berupa :
1) Peka terhadap sinar atau cahaya
2) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
5) Kesulitan melihat pada malam hari
6) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
7) Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pokok
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah
sebagai berikut :
1) Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan
ke retina
2) Pengukuran Tonografi
TIO (12-25 mmHg)
3) Oftalmoskopi
Mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan
4) Keratometri
Pengukuran kelengkungan lensa
5) Pemeriksaan lampu slit
6) A-scan ultrasound (echography).
7) Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi
8) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
Untuk menunjukan anemia sistemik atau infeksi
2) Test toleransi glukosa atau GDS
Untuk menentukan kontrol diabetes
3) Pemeriksaan biometri
Untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak dan
retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah
operasi.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya
dengan jalan operasi.Penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan
kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai
bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan
diganti lensa buatan (lensa intraokuler).
Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang
dibekukan.Kadang-kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan
mengisap keluar. Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak
adalah :
1) Phacoemulsification (Phaco)
Teknologi Phacoemulsification adalah sebuah operasi
pengangkatan katarak modern yang dijalankan dengan
menggunakan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri
pada kornea (selaput bening mata).Terkini ini hanya dengan
melakukan sayatan (3mm) pada kornea. Dengan teknik phaco lensa
mata yang keruh dihancurkan (emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)
dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya
serta ditanam secara permanen.
2) Small Incision Catarac Sustruction (SICS)
Teknik operasi katarak dengan menggunakan metode SICS
memerlukan dua sayatan kecil di sisi bola mata, lalu melepas lensa
mata keruh dan memasangkan lensa intraokular buatan.
3) Ekstra Kapsuler
Teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan
aspirasi.Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam
permanen.Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
4) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE)
Mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan
meninggalkan kapsul bagian posterior.Korteks dan nukleus diangkat,
kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus,
melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan
untuk implantasi lensa intra okuler.
5) Intra Capsular Catarak Ekstraktie (ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya.Keuntungannya prosedur mudah
dilakukan. Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment
(lepasnya retina)
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan.Ini dapat
diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu tingkat
keparahannya.Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang
bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah
saponin.
Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu
protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi
polipeptida pendek dan asam amino.Karena aktivitas inilah lapisan protein
yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “dicuci”
sehingga lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental
berwarna putih kekuningan.Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan
untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit.C,vit.Adan vit.E.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah :
a. Glaukoma
Sebuah katarak senilisyang terjadi pada usia lanjut yang pertama kali
akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudianpembengkakan lensa dan
penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu,
seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan
putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul
lensa dan terjadi kebocoran. Bila tidak diobatikatarak dapat
menyebabkan glaukoma.
Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma,
yaitu:
1) Phocomorpic Glaucoma
Lensa lebih besar karena menyerap air sehingga pada orang dengan
predisposes tertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi dangkal
dan jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju. Bisa
menimbulkan glaukoma sekunder sudut tertutup.Glaukomanya mirip
dengan glaukoma akut, tapi glaukomanya sekunder.
2) Phacolytic Glaucoma
Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari
kapsul, bisa ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum sehingga
menyebabkan tekanan intraokular meningkat. Pada kasus ini
glaukomanya sudut terbuka, tetapi tersumbat oleh protein-protein lensa.
3) Phacotoxic Glaucoma
Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang.
Kalau lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan
blokade pupil yang bisa menyebabkan glaukoma sekunder sudut
tertutup.
a) Uveitis
Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh
berusaha menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi
uveitis
b) Subluksasi dan Dislokasi lensa
Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini
zonulnya menjadi kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa.
Lensa bisa subluksasi atau dislokasi
Komplikasi pembedahan katarak
a. Hilangnya vitreous
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan risiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrumen yang mengaspirasi dan mengeksisi
gel (vitrektomi).Pemasangan lensa intraokular sesegera mungkin tidak bisa
dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pascaoperasi dini.Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi
insisi.Pupil mengalami distorsi.Keadaan ini membutuhkan perbaikan
segera dengan pembedahan.
c. Endoftalmitis
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi
(kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan:
1) Mata merah yang terasa nyeri
2) Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan
3) Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).
4) Pasien membutuhkan penilaian mata segera, pengambilan sampel
akueous dan vitreous untuk analisis mikrobiologi, dan terapi dengan
antibiotik intravitreal, topikal, dan sistemik.
d. Astigmatisnne pascaoperasi
Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisme kornea.Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran
kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid
dihentikan.Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis
jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya
menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik
dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp.
Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun
rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi
tidak sempurna.Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil
rnenghindarkan komplikasi ini.Selain itu, penempatan luka memungkinkan
koreksi astigmatisme yang telah ada sebelurnnya.
e. Edema makular sistoid
Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai
hilangnya vitreous.Dapat sembuh seiring waktu namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
f. Ablasio retina
Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahnya tingkat kornplikasi ini.Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
g. Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihanan kapsul posterior berkurang
pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya.Penglihatan menjadi kabur dan
mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul
dengan laser (neodymium yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis
rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya
retina setelah kapsulotomi YAG.Penelitian yang ditujukan pada
pengurangan komplikasi ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan
untuk membuat lens, bentuk tepi lens.dan tumpang tindih lensa intraokular
dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalarn mencegah
opasifikasi kapsul posterior.
h. Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan
dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan
mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan
jahitan.
Pathway
Lensa normal (jernih,
transparan)
Ansietas
Hipoterm Risiko Nyeri Kurang
i Infeksi akut Pengeta
huan
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan
meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang
adekuat. Jika klien memakai kacamata, kacamata dipakai saat pemeriksaan.
Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen chart.
Klien diminta duduk atau berdiri 6m dari snellen chart untuk membaca
semua huruf dimulai dari garis mana saja, pertama dengan kedua mata
terbuka kemudian dengan satu mata tertutup dan minta klien tidak menekan
mata. Skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan kedua mata.
Mata normal dapat membaca bagan dengan perbandingan 20/20.
b. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan, atau minta klien
duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm) lalu pasien
mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
c. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan, semua benda dibagian
tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda
(pandangan lurus).
d. Stuktur Mata Eksternal
1) Posisi dan kesejajaran mata
a) Adakah tonjolan (eksoftalamus)
b) Tumor atau inflamasi
2) Alis
a) Simetris
b) Distribusi rambut
3) Kelopak mata
Posisi, warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah bulu mata,
kemampuan klien untuk membuka mata, menutup mata dan berkedip.
4) Aparatus Laktrimal
a) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
b) Palpasi : normalnya tidak teraba
5) Konjungtiva dan sclera
a) Konjungtiva : kemerahan
b) Sklera : putih
6) Kornea
Bagian mata yang transparan, tidak berwarna, menutupi pupil dan iris
7) Pupil dan iris
a) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya
b) Iris : jernih
8) Lensa
Keruh
e. Struktur Interna Mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk
menerangi struktur strukturnya yaitu oftalmoskop, digunakan untuk
menginspeksi fundus yang mencakup retina, koroid, discus saraf optikus,
macula, fovea sentralis, dan pembuluh retina.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur karena keruhnya lensa
mata yang ditandai dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer
b. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensoris penurunan visus dan
lapang pandang perifer
c. Gangguan Sensori Persepsi : Penglihatan berhubungan dengan perubahan
integrasi sensori
Intra Operasi
a. Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan pasca prosedur
invasif (bedah pengangkatan katarak)
c. Risiko cidera berhubungan dengan pasca tindakan invasif.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kemampuan otot, kelemahan
otot atau perubahan ketajaman penglihatan
melaksanakan tepat
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi
8), EGC, Jakarta