14 TINDAKAN KEPERAWATAN
187
Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
Meningkatkan rasa percaya diri klien
Indikasi
Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah.
Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
Cara menggunakan :
1. Cara Naik
Lakukan posisi tiga titik
Bebankan berat badan pada kruk
Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit
Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
2. Cara Turun
Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada
kruk,
Gerakkan kaki yang sakit kedepan
Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari kursi.
3. Cara duduk
Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh
kursi
Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang
lebih kuat
Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan tubuh
kekursi
4. Cara bangun
Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
188
Cuci tangan
Gambar. Kruk
b) Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan terbuat
dari kayu atau logam (Barbara et.al, 2009).
- Tipe tongkat:
Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai panjang 91 cm.
Tongkat kaki tiga
Tongkat kaki empat.
- Persyaratan tongkat meliputi (Suratun, 2008):
Ujung tongkat yang mengenai lantai diberi karet setebal 3,75 cm untuk memberi
stabilitas optimal pada klien.
Ukuran tongkat setinggi pangkal paha
Siku klien dapat defleksi (pembelokan) diatas tongkat
- Tujuan mobilisasi
Mempertahankan tonus otot
Meningkatkan peristaltik usus sehingga mencegah obstipasi
Memperlancar peredaran darah
Mempertahankan fungsi tubuh
Mengembalikan pada aktivitas semula
189
Gambar Tongkat
c) Walker Kruk
Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan lebih banyak bantuan dari
yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari alumunium yang
telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan kekuatan parsial
pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang kuat, dan depresor
bahu yang kuat pula. Selain itu klien juga harus mampu menahan setengah berat
badan pada kedua tungkai. Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker
sehingga penyangga tangan berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi.
Walker yang terlalu rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang
terlalu tinggi dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Cara penggunaan walker kruk:
Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.
Gerakkan walker kedepan kira-kira 15cm sementara berat badan bertumpu pada
kedua tungkai
Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat badan
dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara berat
badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.
Jika salah satu tungkai klien lemah Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara
bersamaan sekitar 15 cm (6 inchi)
sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat
Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara beratbadan
bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan.
190
Walker Kruk
d) Kursi Roda
Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda listrik
merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan untuk
perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat ganda sehingga tidak mampu
untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan kursi roda mereka cukup dengan
menggunakan tuas seperti joystick untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda
belok kiri atau belok kanan dan untuk mengerem jalannya kursi roda.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat untuk mengecas/mengisi ulang
aki/baterainya yang dapat terus dimasukkan dalam stop kontak dirumah/bangunan yang
dikunjungi. Kursi roda manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku. kursi roda
digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan
untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan bantuan orang lain
maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat dioperasikan oleh
penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan
- Indikasi penggunaan kursi roda:
Paraplegia
Tidak dapat berjalan atau tirah baring
Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto rontgen
Pasca amputasi kedua kaki
- Hal-hal yang harus diperhatikan:
Tentukan ukuran tubuh klien
Tentukan kemampuan klien intuk mengikuti perintah
Kekuatan otot dan pergerakan sendi klien,
Adanya paralisis.
191
B. ROM (Range Of Motion)
1. Pengertian
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (HELMI, 2012). Menurut
(potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan
maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bdang yaitu:
sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagI menjadi dua jenis
yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)
Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM
adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, (2). Memelihara
mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk.
(Potter dan Perry (2006).
2. Kasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom sebagai berikut:
ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami kelemahan
otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dimana klien
192
tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau
keluarga.
ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan
perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien
yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan kooperatif.
3. Tujuan ROM
Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut:
Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang sakit.
Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.
Memudahkan kenyamanan.
Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun, Heryati,
Manurung, & Raenah (2008).
Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
Memelihara mobilitas persendian.
Merangsang sirkulsi darah. Mencegh kelainan bentuk.
193
5. Manfaat ROM
Memperbaiki tonus otot
Meningkatkan mobilisasi sendi
Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
Meningkatkan massa otot
Mengurangi kehilangan tulang
6. Indikasi ROM
Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
Kelemahan otot
Fase rehabilitasi fisik
Klien dengan tirah baring lama
8. Gerakan-Gerakan ROM
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
Jelaskan prosedur yang kan dilakukan
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang pergelangan
tangan pasien.
Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
Catat perubahan yang terjadi.
194
Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
195
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara :
Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
Kembalikan ke posisi semula.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi
196
Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu
6.Rotasi Bahu
Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
197
Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.
Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah.
Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
Kembalikan lengan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.
198
Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari
199
Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
Kembalikan ke posisi semula.
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
Catat perubahan yang terjadi.
200
Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut
201
12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
Cara :
Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit
Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.
202
1.3 MELAKSANAKAN EVALUASI KEBUTUHAN AKTIFITAS
Kemampuan Mobilitas
Siku
150
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan
dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah
203
belakang sejauh mungkin
Persentase kekuatan
Skala Karakteristik
normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi
1 10 otot dapat di palpasi atau
dilihat
Gerakan otot penuh melawan
2 25
gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal
3 50
melawan gravitasi
204
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan
5 100 penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh.
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut:
205
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhy, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC edisi kelima. Yogyakarta : Med Action
Andra, S. N. ( 2013 ). KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan dewasa teori dan
contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis& nanda nic noc
jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta.
Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore: Elsevier
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions
Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Guyton&Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Huda, A. N., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction.
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI : Jakarta.
Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 3. Jogjakarta : Medi Action
Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.
Wiley, dkk. 2009. Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification. USA: Mosby
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed.4. Jakarta: EGC
Yatim, Faisal, 2006. PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Pustaka Populer Obor :
Jakarta.
206