Anda di halaman 1dari 20

2.

14 TINDAKAN KEPERAWATAN

A. ALAT BANTU JALAN


1. PENGERTIAN
Alat bantu jalan yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien supaya dapat
berjalan dan bergerak (Suratun, 2008). Alat bantu jalan merupakan sebuah alat yang
dipergunakan untuk memudahkan klien dalam berjalan agar terhindar dari resiko cidera dan
juga menurunkan ketergantungan pada orang lain Alat bantu jalan pasien adalah alat bantu
jalan yang digunakan pada penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan
patah tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan (Barbara, 2009).
Alat bantu jalan adalah alat yang di gunakan untuk membantu pengguna supaya dapat
berjalan dan bergerak (suratun dkk,2008). Fungsi utama dari alat bantu jalan adalah
memudahkan pengguna dalam berjalan, mengurangi resiko cidera dan menurunkan
ketergantungan terhadap orang lain dalam kegiatan seharihari. Disamping itu alat bantu jalan
juga membantu penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang
pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan (kozier barbara dkk, 2009).
Belakangan ini, alat bantu jalan sudah terdapat dalam berbagai macam jenis, model dan
ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Ada yang berbentuk simple atau
bahkan ada pula yang menggunakan teknologi terbaru. Tidak hanya dapat ditemukan di
rumah sakit, bahkan beberapa toko khusus alat bantu jalan sudah ada di Indonesia.

2. MACAM-MACAM ALAT BANTU JALAN


 Kruk Axila
 Tongkat
 Walker Kruk
 Kursi roda

3. CARA PENGGUNAAN ALAT BANTU JALAN


a) Kruk
Kruk yaitu tongkat/ alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara ber-
pasangan yang diciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan. Kruk
yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang
di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan. (suratun dkk,2008)
 Tujuan

187
 Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
 Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
 Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
 Meningkatkan rasa percaya diri klien
 Indikasi
 Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
 Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah.
 Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
 Cara menggunakan :
1. Cara Naik
 Lakukan posisi tiga titik
 Bebankan berat badan pada kruk
 Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
 Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit
 Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
2. Cara Turun
 Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
 Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada
kruk,
 Gerakkan kaki yang sakit kedepan
 Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
 Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari kursi.
3. Cara duduk
 Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh
kursi
 Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
 sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang
 lebih kuat
 Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan tubuh
 kekursi
4. Cara bangun
 Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.

188
 Cuci tangan

Gambar. Kruk
b) Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan terbuat
dari kayu atau logam (Barbara et.al, 2009).
- Tipe tongkat:
 Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai panjang 91 cm.
 Tongkat kaki tiga
 Tongkat kaki empat.
- Persyaratan tongkat meliputi (Suratun, 2008):
 Ujung tongkat yang mengenai lantai diberi karet setebal 3,75 cm untuk memberi
 stabilitas optimal pada klien.
 Ukuran tongkat setinggi pangkal paha
 Siku klien dapat defleksi (pembelokan) diatas tongkat
- Tujuan mobilisasi
 Mempertahankan tonus otot
 Meningkatkan peristaltik usus sehingga mencegah obstipasi
 Memperlancar peredaran darah
 Mempertahankan fungsi tubuh
 Mengembalikan pada aktivitas semula

189
Gambar Tongkat

c) Walker Kruk
Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan lebih banyak bantuan dari
yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari alumunium yang
telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan kekuatan parsial
pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang kuat, dan depresor
bahu yang kuat pula. Selain itu klien juga harus mampu menahan setengah berat
badan pada kedua tungkai. Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker
sehingga penyangga tangan berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi.
Walker yang terlalu rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang
terlalu tinggi dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Cara penggunaan walker kruk:
 Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.
 Gerakkan walker kedepan kira-kira 15cm sementara berat badan bertumpu pada
 kedua tungkai
 Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat badan
 dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
 Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara berat
 badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.
 Jika salah satu tungkai klien lemah Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara
bersamaan sekitar 15 cm (6 inchi)
 sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat
 Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara beratbadan
 bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan.

190
Walker Kruk
d) Kursi Roda
Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda listrik
merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan untuk
perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat ganda sehingga tidak mampu
untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan kursi roda mereka cukup dengan
menggunakan tuas seperti joystick untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda
belok kiri atau belok kanan dan untuk mengerem jalannya kursi roda.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat untuk mengecas/mengisi ulang
aki/baterainya yang dapat terus dimasukkan dalam stop kontak dirumah/bangunan yang
dikunjungi. Kursi roda manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku. kursi roda
digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan
untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan bantuan orang lain
maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat dioperasikan oleh
penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan
- Indikasi penggunaan kursi roda:
 Paraplegia
 Tidak dapat berjalan atau tirah baring
 Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto rontgen
 Pasca amputasi kedua kaki
- Hal-hal yang harus diperhatikan:
 Tentukan ukuran tubuh klien
 Tentukan kemampuan klien intuk mengikuti perintah
 Kekuatan otot dan pergerakan sendi klien,
 Adanya paralisis.

191
B. ROM (Range Of Motion)
1. Pengertian
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (HELMI, 2012). Menurut
(potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan
maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bdang yaitu:
sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagI menjadi dua jenis
yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)
Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM
adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, (2). Memelihara
mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk.
(Potter dan Perry (2006).

2. Kasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom sebagai berikut:
 ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami kelemahan
otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dimana klien

192
tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau
keluarga.
 ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan
perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien
yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan kooperatif.

3. Tujuan ROM
Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut:
 Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang sakit.
 Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
 Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.
 Memudahkan kenyamanan.
Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun, Heryati,
Manurung, & Raenah (2008).
 Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
 Memelihara mobilitas persendian.
 Merangsang sirkulsi darah. Mencegh kelainan bentuk.

4. Prinsip Dasar ROM


Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut Suratun, Heryati,
Manurung, & Raenah (2008) yaitu:
 ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali sehari
 ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.
 Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,Memperhatikan umur
pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.
 ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli fisioterapi
 Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,lengan, siku, bahu,
tumit, atau pergelangan kaki.
 Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai mengurangi proses
penyakit.
 Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin
telah dilakukan.

193
5. Manfaat ROM
 Memperbaiki tonus otot
 Meningkatkan mobilisasi sendi
 Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
 Meningkatkan massa otot
 Mengurangi kehilangan tulang

6. Indikasi ROM
 Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
 Kelemahan otot
 Fase rehabilitasi fisik
 Klien dengan tirah baring lama

7. Kontra Indikasi ROM


 Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah
 Kelainan sendi atau tulang
 Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
 Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam
 Nyeri berat
 Sendi kaku atau tidak dapat bergerak

8. Gerakan-Gerakan ROM
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
 Jelaskan prosedur yang kan dilakukan
 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
 Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang pergelangan
tangan pasien.
 Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
 Catat perubahan yang terjadi.

194
Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2. Fleksi dan Ekstensi Siku


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke
tubuhnya
 Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.
 Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku

195
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara :
 Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
 Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
 Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi

Gambar 3. Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah


4. Pronasi Fleksi Bahu
Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
 Angkat lengan pasien pada posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

196
Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu

5. Abduksi dan Adduksi Bahu


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
 Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
 Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi

Gambar 5. Latihan abduksi dan adduksi bahu

6.Rotasi Bahu
Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.

197
 Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.
 Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah.
 Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
 Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
 Kembalikan lengan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 6. Latihan rotasi bahu

7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
 Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang kaki.
 Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
 Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

198
Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari

8. Infersi dan efersi kaki


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
 Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki
dengan tangan satunya.
 Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
 Kembalikan ke posisi semula
 Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 8. Latihan infers efersi kaki

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki


Cara ;
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

199
 Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki

10. Fleksi dan Ekstensi lutut.


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
 Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan
yang lain.
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
 Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
 Kembali ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

200
Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut

11. Rotasi pangkal paha


Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas
lutut.
 Putar kaki menjauhi perawat.
 Putar kaki ke arah perawat.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 11. Latihan potasi pangkal paha

201
12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
 Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit
 Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
 tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
 Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha

202
1.3 MELAKSANAKAN EVALUASI KEBUTUHAN AKTIFITAS

 Kemampuan Mobilitas

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.

 Kemampuan Rentang Gerak

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal


Bahu

Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari 180


posisi samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.

Siku

150
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan
dan ke arah atas menuju bahu.

Pergelangan Tangan

Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian 80-90


dalam lengan bawah.

Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari


80-90
posisi fleksi.

70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah

203
belakang sejauh mungkin

Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi 0-20

ibu jari ketika tangan menghadap ke atas.

Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah


30-50
kelingking, telapak tangan menghadap ke
atas.

Tangan dan Jari

Fleksi: Buat Kepalan Tangan 90

Ekstensi: Luruskan Jari 90

Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke 30


belakang sejauh mungkin

Abduksi: Kembangkan jari tangan


20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi
abduksi. 20

 Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Persentase kekuatan
Skala Karakteristik
normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi
1 10 otot dapat di palpasi atau
dilihat
Gerakan otot penuh melawan
2 25
gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal
3 50
melawan gravitasi

204
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan
5 100 penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh.

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan fungsi sistem tubuh


2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukan keceriaan.

205
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhy, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC edisi kelima. Yogyakarta : Med Action
Andra, S. N. ( 2013 ). KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan dewasa teori dan
contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis& nanda nic noc
jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta.

Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore: Elsevier
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions
Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Guyton&Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Huda, A. N., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction.
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI : Jakarta.

Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 3. Jogjakarta : Medi Action
Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.
Wiley, dkk. 2009. Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification. USA: Mosby

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed.4. Jakarta: EGC
Yatim, Faisal, 2006. PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Pustaka Populer Obor :
Jakarta.

206

Anda mungkin juga menyukai