Anda di halaman 1dari 7

Crutct (kruk)

Ukuran Kruk

Bahkan jika Anda sudah pernah cocok untuk kruk, pastikan bantalan kruk Anda dan hand grips
ditetapkan pada jarak yang tepat, sebagai berikut:

• Crutch pad distance from armpits (jarak kruk pad dari ketiak): Bantalan kruk (puncak kruk)
harus 1 ½ " sampai 2" (lebar sekitar dua jari) di bawah ketiak, dengan bahu relaks.

• Handgrip (pegangan) : Tempatkan sehingga siku cukup sedikit ditekuk , sehingga dapat
sepenuhnya memperpanjang siku saat mengambil langkah.

• Crutch length (panjang kruk) (atas ke bawah): Panjang Total kruk harus sama, jaraknya dari
ketiak sekitar 6 "di depan sepatu

Mulailah di "Posisi Tripod"

Posisi tripod adalah posisi di mana Anda berdiri saat menggunakan kruk. Hal ini juga posisi di
mana Anda mulai berjalan. Untuk masuk ke posisi tripod, tempat kiat kruk sekitar 4 "sampai 6"
ke samping dan di depan masing-masing kaki. Berdiri “ tegak” di atas kaki Anda (salah satu
yang berat-bearing)

Berjalan dengan Kruk (Non-weight-bearing)

Jika kaki Anda dan ahli bedah pergelangan kaki telah memberitahu Anda untuk menghindari
SEMUA menahan beban, Anda akan memerlukan kekuatan tubuh bagian atas yang cukup untuk
mendukung semua berat badan Anda hanya dengan lengan dan bahu.
1. Mulailah di posisi tripod, mengingat untuk menyimpan semua berat badan Anda pada
kaki "dengan baik" (weight-bearing) kaki.
2. Memajukan kedua kruk dan kaki yang cedera/ kaki.
3. Pindahkan "dengan baik" weight-bearing foot / kaki ke depan (di luar kruk).
4. Memajukan kedua kruk, dan kemudian kaki yang cedera/ kaki.
5. Ulangi langkah 3 dan 4.

Manajemen kruk berdiri dari kursi

Untuk masuk ke dan keluar dari kursi dengan aman:

1. Pastikan kursi stabil dan tidak akan roll atau slide. Harus punya kekuatan/alat dan
mendukung punggung.
2. Berdirilah dengan punggung kaki Anda menyentuh bagian depan kursi.
3. Tempatkan kedua kruk di satu tangan, menggenggam hand grips.
4. Berpegang pada tongkat (di satu sisi) dan lengan kursi (di sisi lain) untuk keseimbangan
dan stabilitas sambil menurunkan diri Anda dengan posisi duduk, atau meningkatkan diri
dari kursi untuk berdiri.

AMBULASI DINI PADA PASIEN PASCA OPERASI

EXTREMITAS BAWAH

A.    DEFINISI AMBULASI


Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan
bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002)
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk
memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hin Chiff, 1999)

  
B.     MANFAAT AMBULASI
Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah :
1.      Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
         Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat yang
menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
         Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung, hipotensi
ortostatic, phlebotrombosis.
         Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan
ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
         Sistem Pencernaan : Anoreksi – Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
         Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran kemih,
hiperkalsiuria
         Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
         Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian distal,
nyeri yang hebat.
2.      Depresi
3.      Perubahan tingkah laku
4.      Perubahan siklus tidur
5.      Perubahan kemampuan pemecahan masalah

                                                       
C.    PERSIAPAN AMBULASI DINI
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi,
antara lain :
a.       Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal :
1.      Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-olah ia menekan
lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara kakinya naik ke atas.
Hitung sampai hitungan  kelima.
Ulangi latihan ini 10 – 15 kali.
b.      Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
1.      Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi atau benda yang
beratnya berangsur-angsur ditambah dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah
kekuatan otot ekstrimitas atas.
2.      Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.
3.      Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.
4.      Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit (Asmadi),
2008)

D.    ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK AMBULASI


Alat yang digunakan untuk Ambulasi adalah :
1.      Kruk
         Terbuat dari logam dan kayu
         Biasanya digunakan pada pasien Fraktur hip dan Ekstremitas bawah
2.      Canes (tongkat)
Adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu dan logam
3.      Walker
Adalah alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam
dan mempunyai empat penyangga yang kokoh.

E.     PELAKSANAAN AMBULASI DINI PASIEN PASCA OPERASI EKSTRIMITAS


BAWAH
Tahapan pelaksanaan Ambulasi Dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi yaitu:
1.      Sebelum pasien berdiri dan berjalan, nadi, pernafasan dan tekanan darah pasien harus diperiksa
terlebih dahulu.
2.      Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri. 20 menit
sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan menyebabkan nyeri.
(Wahyuningsih, 2005)
3.      Pasien diajarkan duduk di tempat tidur, menggantungkan kakinya beberapa menit dan
melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing
pada pasien.
4.      Selanjutnya pasien berdiri disamping tempat tidur selama beberapa menit sampai pasien stabil.
Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi
ortostatik
5.      Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat pasien sehingga dapat membantu
jika pasien tergelincir atau merasa pusing (Wahyu Ningsih, 2005; Steven S. et al. 2000)
6.      Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan bersama, Jika pasien tampak
tidak mantap, tempatkan satu lengan merangkul pinggul pasien untuk menyokong pasien pada
siku.
7.      Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien dengan satu tangan dan
memegang lengan bawah dengan tangan yang lain.
8.      Bila pasien mengalami pusing dan mulai jatuh, perawat menggenggam lengan bawah dan
membantu pasien duduk di atas lantai atau di kursi terdekat (Wahyuningsih, 2005)
9.      Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat biasanya dalam satu atau dua hari
setelah pembedahan.Sasarannya adalah berjalan secara mandiri.
10.  Pasien yang mampu mentoleransi aktifitas yang lebih berat, dapat dipindahkan ke kursi beberapa
kali sehari selama waktu singkat (Brunner & Suddarth, 2002)

Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah.
Weight Bearing adalah jumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah.
*Tingkatan Weight Bearing dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu:
1.      Non weight bearing (NWB)
-          Kaki tidak boleh menyentuh lantai
-          NWB adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 Minggu pasca operasi.
2.      Touch Down Weight Bearing (TDWB)
-          Berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari 5% beban tubuh.
3.      Partial Weight Bearing (PWB)
-          Berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh.
-          Dilakukan 3-6 vMinggu pasca opersi.

4.      Weight Bearing as Tolerated (WBAT)


-          Tingkatannya dari 50 – 100 % beban tubuh
-          Pasien dapat meningkatkan beban jika merasa sanggup melakukannya.
5.      Full Weight Bearing (FWB)
-          Kaki dapat membawa 100 % beban tubuh setiap melangkah
-          Dilakukan 8-9 bulan pasca operasi
(Prerson, 2002)

F.     Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi
Ekstremitas Bawah
a.       Kesehatan Umum
-          Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan lelah kronik
menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal. (Kozter, 1987)
b.      Tingkat Kesadaran
-          Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak
mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
c.       Nutrisi
-          Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan jaringan subkutan yang
serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
-          Pasien juga akan mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya
asupan vitamin C (Patter & Perry, 2006)
d.      Emosi
-          Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri sendiri akan
mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur  ambulasi (Kozier, 1987)
e.       Tingkat Pendidikan
-          Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada
ketrampilan yang lebih baik dalam mengevaluasi informasi (Goldman 2002)
-          Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka,
untuk mematuhi saran-saran kesehatan
f.       Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan bertahan lama
dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo – 1993)

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta  : Salemba medika
Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah.( Alih Bahasa Rini, MA).
Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai