DISUSUN OLEH :
VERDIANTO
2020205201052
A. KONSEP MASALAH
1. DEFINISI
Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari
tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan. Manfaat ambulasi adalah untuk
memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT).
Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan
peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff,
1999; Craven dan Hirnle, 2009). Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien
pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama
sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan
(Kozier, 1989).
Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi
kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan
pengetahuan.
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat dirumah sakit
dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien.
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan
mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari
latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam
Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan
tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari
duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
sesuai dengan kondisi pasien.
2. TUJUAN AMBULASI
a. Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
b. Memenuhi kebutuhan ambulasi
c. Mempertahankan kenyamanan
d. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
e. Mempertahankan control diri pasien
f. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
3. MANFAAT AMBULASI
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah :
Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a. Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang
terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b. Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja
jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c. Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter
maksimal, penurunan ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang
menurun.
d. Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e. Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi
saluran kemih, hiperkalsiuria
f. Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat
otot
g. Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada
bagian distal, nyeri yang hebat.
h. Depresi
i. Perubahan tingkah laku
j. Perubahan siklus tidur
k. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
a. Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan
kaki yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada bagian atas,
melangkah, memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi. Walker
memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat
badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa
kelemahan yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit,
mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika
berjalan. Secara umum, walker tidak dapat digunakan di tangga.
Macam-macam Walker, yaitu :
Standard walker
Memiliki empat kaki dengan sumbat karet di setiap kakinya. Tingginya dapat
disesuaikan dan digunakan untuk orang dewasa dalam kisaran berat badan
normal. Standard walker adalah alat bantu jalan paling aman.
1. Standard Walker 2. Front Wheeled Walker 3. Wheel Walker
Gambar Lofstrand
2) Kruk aksila
Mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas,
dimana berada tepat di bawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang
yang dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Panjang
pendeknya kruk bisa disesuaikan dengan aksila pasien. Kruk harus diukur
panjang yang sesuai dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka
dengan aman, untuk mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun
tangga serta bangkit dari duduk. Kruk memperluas area dasar, dengan
demikian juga meningkatkan keseimbangan. Berbeda dengan cane, crutch
dapat menunjang seluruh berat badan. Jenis kruk ini dapat mentransfer
sampai 80% berat badan.
Gambar Kruk Aksila
Cara Penggunaan (Cara Kerja)
a) Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi
klien, jarak antarabantalan kruk dengan aksila, dan sudut
fleksi siku. Pengukuran dilakukandengan satu dari dua
metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine
atau berdiri. Pada posisi telentang-ujung kruk berada
15cm di samping tumit klien.
b) Tempatkan ujung pita pungukur dengan lebar tiga sampai
empat jari(4-5cm) dari aksila dan ukur sampai tumit
klien.
c) Pada posisi berdiri-posisi kruk dan ujung kruk berada 14-
15 cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien.
Dengan motede lain, siku harus direfleksikan 15 sampai
30 derajat. Fleksi siku harus diperiksa dengangoniometer.
Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila.
Tempat berjalan, seperti lorong rumah sakit atau taman
yang dilengkapi dengan tempat latihan untuk berjalan.
d. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain,
digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis. Diperkirakan konsep pertama dari sebuah kursi
roda telah diciptakan lebih dari 6.000 tahun yang lalu.
Kursi roda manual adalah kursi roda digerakkan dengan tangan si penderita
cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan untuk semua kegiatan.
Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan bantuan orang lain maupun oleh
penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat dioperasikan oleh
penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan.
Gambar Kursi Roda
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal, ditandai dengan indikator
berikut:
1. Bergerak dengan mudah
2. Berjalan
Rencana Tindakan :
1. Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas
Rasional : Mengetetahui kemampuan klien
2. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
Rasional : menilai batasan kemampuan klien
3. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan
Rasional : Menghindari resiko Jatuh
4. Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
Rasional : Meningkatkan kebutuhan sehari-hari
5. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs
pasien
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan klien ADLs pasien
6. Beri alat bantu jika diperlukan
Rasional : meningkatkan gerakan tubuh pasien
7. Berikan penguatan positif selama aktivitas
Rasional : mendukung kemauan beraktivitas
b. Nyeri akut
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Klien akan memperlihatkan pengendalian nyeri, ditandai dengan indikator
berikut:
1. Nyeri berkurang
2. Tampak rileks
3. Dapat beristirahat
4. Dapat beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi Keperawatan :
1. Lakukan pengkajian tentang nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, atau
keparahan nyeri
Rasional : mengetahui derajat/skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) untuk menurunkan nyeri
Rasional : memberikan ketenagan dan mengurangi derajat nyeri
3. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : nyeri yang berkelanjutan akan meningkatkan tanda-tanda vital
4. Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam
Rasional : merilekskan dan mengurangi nyeri
5. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi ketegangan-ketegangan otot
6. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : terapi farmakologi dapat meredakan nyeri
Intervensi Perawatan :
Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah.( Alih Bahasa Rini, MA).
Jakarta EGC. KESEHATAN (15)