Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA RECTI

Oleh :
ANTIKA YUNANDA SETYAWATI
2020205201007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023
A. DEFINISI
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid
junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga
atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian
bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneal.
Kanker rektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan
epitel dari rectum (Smeltzer, 2002). Kanker merupakan suatu proses
pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti aturan baku proliferasi
yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal).
Kanker rektal atau kolorektal adalah epitel yang berkembang sebgai
akibat dari proliferasi sel yang tidak terkontrol dan disregulasi mekanisme
apoptosis sel (Hijral aswad, 2021)

B. ETIOLOGI
Menurut (Tomislav Dragovich, 2014), banyak faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya adalah :
1. Diet tinggi lemak, rendah serat.
2. Usia lebih dari 50 tahun.
3. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
4. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi
kanker rektum.
5. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers
6. syndrome dan Muir syndrome.
7. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
8. Inflammatory bowel disease.
9. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
10. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat
C. TANDA GEJALA

Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan
atau akibat penyebaran. Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan
pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke distal letak tumor feses makin
menipis atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir.
Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah panggul berupa
tanda penyakit lanjut. Pada obstruksi penderita merasa lega saat flatus (Price,
2005). Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara
lain ialah:
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya.
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri.
5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
6. Mual dan muntah.
7. Rasa letih dan lesu.
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.

D. PATOFISIOLOGI
Umumnya kanker rektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor
secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul
gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari
jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker rektal menyebar
dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan
dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding
abdomen juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah bening
regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi,
bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih
normal (Price, 2006).
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem
limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak,
tulang dan ginjal. Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala
hingga tahap lanjut karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun
sebelum muncul gejala (Price, 2006). Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe
dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan 6sering sebagai manifestasi yang
membawa pasien datang berobat. Gejala awal yang lain sering terjadi
perubahan kebiasaan buang air besar, diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut
adalah nyeri, anoreksia dan kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba
massa di abdomen atau rektum. Biasanya pasien tampak anemis akibat dari
perdarahan.
Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat
terdeteksi dan penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal
mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih rendah
pada usia dewasa tua . Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker
kolorektal : (1) obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi;
(2) perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga
peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan langsung tumor ke organorgan yang
berdekatan.
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan
TNM staging system yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium
(Stadium I-IV).
1. Stadium 0
Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan
melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar ke bagian
terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A
rectal cancer.
3. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
PATHWAY
Kebiasaan Makan

(TInggi Karbohidrat
Kolitis
&
Ulceratif

Polimerase Karsinogen

Membuat DNA baru Polip


Faktor Genetik Colon

Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk

Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Ca Recti
Gangguan Kurang
Citra Pengetahuan
Tubuh

Perdarahan
Per Anus Ansietas

Hemoroid
Perubahan Kebiasaan
PK : Perdarahan Defikasi :
Komstipasi, Diare
PK : Anemi
Nyeri

Nyeri Kronis Anoreksia : Ketidakseimbangan


Resiko Infeksi
Nutrisi dari kebutuhan tubuh, mual
E. KOMPLIKASI
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
1. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
2. Hematogen
3. Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati,
paru dan otak.
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap.
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi.
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses.
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock.

F. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
a. Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral.
b. Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal.
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat.
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukan keadaan sudah lanjut. Massa pada sigmoid lebih jelas teraba dari
pada massa di bagian lain kolon.
.
Mengenai diagnosis kanker kolorektal ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto
kolon dengan kontras ganda (De Jong, 2005). Pasien dengan dugaan kanker
kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik lanjut untuk pemeriksaan fisik.
test laboratorium, radiograpi dan biopsi untuk memastikan.
Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik ditandai
dengan sel-sel darah merah yang kecil tanpa terlihat penyebab adalah
indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan
kepastian kanker rektal.
2. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses,
karena semua kanker rektal mengalami perdarahan intermitten.
3. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di
membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Karena tes
ini tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh
pasien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk dalam skrining atau
test diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama digunakan sebagai
prediktor pada prognosis postoperatif dan untuk deteksi kekambuhan
mengikuti pemotongan pembedahan.
4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meningkat, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya
meliputi serum protein, kalsium dan kreatinin.
5. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya
dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam
usus bagian bawah, kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus,
konstriksi atau gangguan pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor dan
pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor
kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rektum.
6. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI) atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah
mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor.
7. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik utama
digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsi
jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50-65% dari kanker
kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi direkomendasikan
untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi pada pasien dengan perdarahan
rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema
mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif
sentral, seperti penyakit divertikel, ulseratif kolitis dan penyakit Crohn’s
(Smeltzer, 2002).

H. PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
a. Kelemahan, keletihan, kelelahan
b. Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misalnya: nyeri, ansietas dan berkeringat malam
hari
c. Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi
2. Sirkulasi
Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor stress
b. Masalah terhadap perubahan penampilan
c. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat defekasi
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
a. Perasaan lelah
b. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi)
c. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
d. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya
darah atau mucus.
e. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
f. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
g. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga
riwayat penurunan BB.
Pengkajian objekif meliputi :
a. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
b. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
c. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. PK: Anemia
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
d. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur pembedahan,
berhubungan dengan kurang paparan informasi
2. Post-operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Risiko infeksi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi)
dan adanya stoma
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Observasi
berhubungan keperawatan selama…..x 24 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen jam diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
cedera biologis menurun, dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis 3. Identifikasi respons nyeri
c. Frekuensi nadi non verbal
d. Tekanan darah 4. Monitor keberhasilan terapi
e. Fungsi berkemih ko,plementer yang ssudah
di berikan
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Edukasi :
1. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi,
guided imagery, masase,
kompre hangan atau dingin,
dll).
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik sesuai
indikasi.
2. Konstipasi Setelah diberikan askep Observasi
berhubungan selama …. X 24 jam 1. Catat waktu terakhir pasien
dengan obstruksi diharapkan eliminasi fekal BAB, konsistensi, warna,
akibat tumor membaik, dengan kriteria jumlah
hasil : Terapeutik
a. Kontrol pengeluaran 1. Anjurkan klien untuk tidak
fases mengejan
b. Keluahan defekasi lama Edukasi
dan sulit 1. Ajarkan pasien untuk
c. Teraba massa pada mengonsumsi makanan
rektal yang mengandung serat
d. Mengejan saat defekasi seperi pepaya
e. Konsistensi fases 2. Anjurkan pasien untuk
tidak menahan-nahan
keinginan untuk BAB
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan hidrasi,
terutama air hangat
merangsang proses
defekasi.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
suposituria sesuai indikasi
3. Risiko infeksi. Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama .....x 24 1. Monitor tanda dan gejala
jam diharapkan tingkat infeksi local dan sistemik
infeksi menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil 1. Batasi jumlah pengunjung
a. Tidak ada kemerahan 2. Berikan perawatan kulit
b. Tidak terjadi hipertermia pada area edema
c. Tidak ada pembengkakan 3. Cuci tangan sebelum dan
d. Tidak ada drainase sesudah kontak dengan
purulen -WBC dalam pasien
batas normal) 4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi atau antibiotic
bila perlu.
1. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2.


Jakarta:EGC

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga.

Hijral aswad, S.S.M.K. (2021) Identifikasi Bakteri Kolorektal Dan Mutasi Gen
Kras Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Kolorektal. PENERBIT KBM
INDONESIA (buku ajar). Available at: https://books.google.co.id/books?
id=S1BKEAAAQBAJ.

DPPPNI (2017) ‘Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia’, in Standar Diagnosa


Keperawatan Indonesia. Cetakan 3. Jakarta Selatan, p. 328.

DPPPNI (2018) ‘Standar Intervensi Keperawatan Indonesia’, in Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta Selatan, p. 527.

Anda mungkin juga menyukai