Anda di halaman 1dari 14

KANKER KOLON

A. DEFINISI
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan
Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Lokasi tersering timbulnya kanker
kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu
penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan
produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat
setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 ). Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah.

B. EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologis, angka kejadian kanker kolorektal mencapai urutan ke-4 di


dunia dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan
dengan perbandingan 19.4 dan 15.3 per 100.000 penduduk (Abdullah, 2006).

Kanker kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh


pasien kanker di Amerika Serikat. Kanker usus besar dan rektum adalah penyebab
paling umum ketiga kematian kanker pada wanita (setelah kanker paru-paru dan
payudara) dan penyebab yang paling umum ketiga kematian kanker pada laki-laki
(setelah kanker paru-paru dan prostat). Lebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis
setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan angka kematian per tahun mendekati
angka 60.000 (www. Medicineworld, 2010)

Penyakit tersebut paling banyak ditemukan di Amerika Utara, Australia, Selandia


Baru dan sebagian Eropa. Kejadiannya beragam di antara berbagai populasi etnik,
ras atau populasi multietnik/multi rasial. Secara umum didapatkan kejadian kanker
kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun, fenomena ini dikaitkan dengan
pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya hidup. Di Amerika Serikat rata-rata
pasien kolorektal adalah berusia 67 tahun dan lebih dari 50% kematian terjadi pada
mereka yang berumur di atas 55 tahun (Abdullah, 2006).

Di Indonesia, menurut laporan registrasi kanker nasional, didapatkan angka yang


berbeda. Didapatkan kecenderungan untuk umur yang lebih muda dibandingkan
dengan laporan dari negara barat. Untuk usia di bawah 40 tahun data dari Bagian
Patologi Anatomi FKUI didapatkan angka 35,36% (Abdullah, 2006).

Distribusi kanker kolorektal menurut lokasinya dapat dilihat pada gambar di


bawah ini:

C. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO


Penyebab dari kanker kolon saat ini belum diketahui secara pasti. Namun faktor
resiko dari kanker kolon sebagai berikut:
- Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua.
Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita di atas usia 50 tahun.
Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun pun dapat saja terkena.
Sekitar 3% kanker ini menyerang penderita pada usia di bawah 40 tahun.
- Polip kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam
usus besar dan rektum. Sering terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah
menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat menurunkan
risiko terjadinya kanker kolorektal.
- Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena
(orangtua, kakak, adik, atau anak), maka risiko untuk terkena kanker ini
menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena tersebut terserang
kanker ini pada usia muda.
- Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan risiko
terkena kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang
dapat menyebabkan kanker ini adalah hereditary nonpolyposis colon cancer
(HNPCC), yang disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar
tiga dari empat penderita cacat gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal,
di mana usia yang tersering saat terdiagnosis adalah di atas usia 44 tahun.
- Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit
yang sama untuk kedua kalinya. Demikian pula wanita yang memiliki riwayat
kanker indung telur, kanker rahim, kanker payudara memiliki risiko yang tinggi
untuk terkena kanker ini.
- Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang
menyebabkan inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu
lama, akan meningkatkan risiko terserang kanker kolorektal.
- Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan dan rendah kalsium ,
folat dan rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering
minum alkohol, akan meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.
- Merokok, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan stadium dan faktor prognosis kanker kolon atau kolorektal ini
dijelaskan seperti berikut:
Harapan hidup pasien dengan kanker kolon bergantung pada derajat penyebaran
saat pasien datang. Prognosis pasien berhubungan dengan dalamnya penetrasi
tumor ke dinding kolon, keterlibatan KGB (Kelenjar Getah Bening) regional atau
metastasis jauh, penyebaran lokal yang dapat menyebabkan perlekatan dengan
struktur yang tak dapat diangkat, dan derajat histologi yang tinggi. Semua
variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem staging yang dimodifikasi
dari skala Dukes-Turnbull. Untuk semua pasien hasil kelangsungan hidup adalah
sekitar 25% tetapi pada pasien yang bisa diobati dengan reseksi meningkat
menjadi 50% dan jika tidak menembus seluruh ketebalan dinding kolon maka
harapan hidupnya hampir normal. Kriteria terpenting adalah keterlibatan KGB
regional saat dilakukan reseksi primer, pasien dengan tumor yang belum
menembus dinding kolon dan belum terdapat keterlibatan KGB regional
mempunyai harapan hidup 90%, tapi bila KGB regional sudah terlibat angka
harapan hidup menurun tinggal 40%. Jumlah KGB regional yang terlibat juga
penting, karena apabila lebih dari 3 KGB regional terlibat angka harapan hidup
menjadi lebih rendah yaitu 15-26%. Pada intinya kanker yang sudah
menunjukkan gejala biasanya pada stadium yang sudah parah dan angka
harapan hidup secara keseluruhan ahanya berkisar 50%. Prognosis yang buruk
juga terjadi pada pasien dengan usia muda, menderita kanker koloid, dan
menunjukkan gejala obstruksi atau perforasi (Roediger, 1994).

Berikut adalah klasifikasi kanker kolorektal menurut Dukes turnbull :

E. MANIFESTASI KLINIK
Tidak ada gambaran yang khas dari kanker kolon ini. Gejala bermacam-macam
berlainan pada penderita yang satu dengan yang lainnya bergantung pada
lokasinya.
1. Kanker di sekum.
Biasanya tanpa keluhan untuk waktu yang lama. Mungkin ada keluhan rasa
tak enak di perut kanan bawah untuk waktu yang lama. Tiba-tiba penderita
jatuh dalam keadaan anemia, berat badan menurun dan ada massa di perut
kanan bawah.
2. Kanker di kolon asenden
Biasanya mempunyai keluhan, misalnya mengeluh karena rasa nyeri. Mula-
mula timbul sindroma dispepsi (gangguan pencernaan), rasa tak enak pada
perut kanan atas timbul, yang kemudian disertai rasa penuh di perut,
anoreksia, nausea. Kadang-kadang menjadi lemas. Berat badan mulai
menurun dan makin anemis yang mungkin karena adanya perdarahan. Darah
biasanya bercampus dengan isi kolon
3. Kanker di kolon transversum.
Jarang memberi keluhan, demikian pula fungsi kolon tak terganggu,
walaupun adanya melena yang periodik. Kalau ada keluhan biasanya telah
mengalami metastase, misalnya metastase ke paru dan hepar.
4. Kanker kolon desendens.
Keluhan nyeri di perut sering mendahului dan sering diajukan. Selain itu ada
perubahan kebiasaan defekasi, dengan kontipasi atau diare atau keduanya.
Biasanya feses disertai darah. Obstruksi komplet agak sering terjadi atau
adanya penyempitan
5. Kanker kolon di sigmoid
Gejala-gejala yang sering yaitu timbulnya perubahan kebiasaan defekasi,
dengan konstipasi atau diare atau keduanya, dimana bentuk feses berlendir
dan berdarah. Rasa nyeri timbul, sering dengan kolik (mulas mendadak)
terutama di abdomen kiri bawah. Sering terjadi obstruksi (penyumbatan).
6. Kanker rektum
Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya kontipasi atau diare. Sring terjadi
perdarahan yang segar dan sering bercampur dengan lendir. Berat badan
menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa ada kanker rektum.
Kadang-kadang timbul tenesmi (keinginan defekasi disertai rasa sakit) dan
bahkan sering merupakan gejala utama.
F. PATOFISIOLOGI

Delesi gen p53 Diet/Kebiasaan makan


Kelainan Mutasi gen Normal
(proliferasi sel rendah serat
kolon APC epitelium
yang
(mengatur
Kolitis mengalami
kematian Perubahan feses dan
Ulseratif kerusakan DNA
Initial degradasi garam
meningkat)
Proliferasi Adenoma
Pembentuka
n abses (Small Polip) Replikasi Masa transit feses
Mutasi kopian gen meningkat
APC (delesi gen
Gen supresor
Inflamasi prolifesi baik) Kontak zat berpontensi
Large Polip tumor yang
jaringan karsinogenik dengan
dengan sel lain (Deleted
mukosa usus
malignan in Colon
Kehilangan fungsi bertambah lama
Cancer)
kolon Akumulasi gas dan cairan di
Menyerang
Detruksi Mutasi K-RAS dalam lumen dari letak
Gangguan (kromosom 12) dinding usus
jaringan delesi gen
obstruksi sebelah
absorpsi cairan KANKER proksimal
saraf supresor tumor
KOLON Obstruksi
Perubahan Usus Kehilangan H2O & elektrolit
Diare Merangsang status
serabut saraf Ansietas
Volume (ECV)Effective
Stres Circulation Fluid
Korteks Hipothalamu
cerebri s Nutrisi Kurang
Anoreksia Dari Kebutuhan Distensi
Resiko Nyeri Syok
Kekurangan dipersepsika Hipovolemik
Intake Penurunan
Volume
inadekuat berat badan
Cairan Nyeri Proliferasi bakteri Peritonitis
yang berlangsung Septikemia
cepat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon memberikan
hasil normal. Perdarahan intermitten dan polip yang besar dapat dideteksi
melalui darah samar feses atau anemia defisiensi besi.
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip
kolon dengan spesifitas 85%. Bagian rektosigmoid sering untuk divisualisasi oleh
karena itu pemeriksaan rektosigmoideskopi masih diperlukan. Bilamana ada lesi
yang mnecurigakan pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi.
Pemeriksaaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan alternatif lain
untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini sering tak bisa mendeteksi lesi
berukuran kecil. Enema barium cukup efektif untuk memeriksa memeriksa bagian
kolon di balik striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Gambaran radiologi kanker kolon dengan menggunakan pemeriksaan barium
enema dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

3. Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat
dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan.
Pemeriksaan kolon yang lengkap dapat mencapai >95% pasien. Rasa tidak
nyaman yang timbul dapat dikurangi dengan pemberian obat penenang intravena
meskipun ada risiko perforasi dan perdarahan. Kolonoskopi dengan enema
barium terutama untuk mendeteksi lesi kecil seperti adenoma. Kolonoskopi
merupakan prosedur terbaik pada pasien yang diperkirakan menderita polip
kolon. Kolonskopi mempunyai sensitivitas 95% dan spesitivitas 99% paling tinggi
untuk mendeteksi polip adenomatous, di samping itu dapat melakukan biopsi
untuk menegakkan diagnosis secara histologis dan tindakan polipektomi penting
untuk mengangkat polip.
4. Evaluasi histologis
Adenoma diklasifikasikan sesuai dengan gambaran histologi yang dominan, yang
paling sering adalah adenoma tubular 85%, adenoma tubulovisum 10% dan
adenoma serrata 1%. Temuan sel atipik pada adenoma dikelompokkan menjadi
ringan, sedang dan berat. Gambaran atipik berat menunjukkan adanya fokus
karsinomatosus namun belum menyentuh membran basalis. Bilamana sel ganas
menembus membran basalis tapi tidak melewati muskularis mukosa disebut
karsinoma intramukosa. Secara umum displasi bearat atau adenokarsinoma
berhubungan dengan dengan ukuran polip dan dominasi jenis vilosum.
Gambaran histologis kanker kolon bisa dilihat pada gambar di bawah ini :

Diagnosis kanker kolon melalui sigmoidoskopi, barium enema atau


kolonoskopi dengan biopsi harus diikuti dengan prosedur penentuan stadium
untuk menentukan luasnya tumor. Pemeriksaan CT scan abdomen dan radiografi
dada harus dilakukan, adanya tumor yang terloksalisir biasanya mengharuskan
pembedahan radikal untuk mengeksisi tumor secara total dengan tepi minimal 6
cm dan dengan reseksi en bloc pada semua kelenjar getah bening di akar
mesenterium (Schein, 1997)
5. Deteksi dini pada pasien tanpa gejala
Deteksi dini pada masyarakat luas dilakukan dengan beberapa cara, seperti : tes
darah samar dari feses, dan sigmoidoskopi. Pilihan lain berdasarkan waktu
antara lain: FOBT (Fecal Occult Blood test) setahun sekali, sigmoidokopi fleksibel
setiap 5 tahun, enema barium kontras ganda setiap 5 tahun dan kolonoskopi
setiap 10 tahun (Abdullah, 2006).

H. KOMPLIKASI
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain :
a. Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi
b. Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal
c. Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan
Komplikasi yang timbul setelah pembedahan (reseksi usus besar) dibagi
menjadi2 berdasarkan perkiraan waktu munculnya komplikasi, yaitu
komplikasi segera dan komplikasi lambat. Komplikasi segera meliputi :
a. Kardiorespirasi
b. Kebocoran anastomosis
c. Infeksi luka
d.Retensi urine
Komplikasi lambat meliputi :
a. Kekambuhan
b. Sistemik
c. Lokal

I. PENATALAKSANAAN
Meskipun adenoma kolon merupakan lesi pre maligna, namun perjalanan
menjadi adenokarsinoma belum diketahui. Pengamatan jangka panjang
menunjukkan bahwa perkembangan menjadi adenokarsinoma dari polip 1 cm 3%
setelah 5 tahun, 8% setelah 10 tahun dan 24% setelah 20 tahun diagnosis
ditegakkan. Pertumbuhan dan potensi ganas bervariasi secara substansial. Rata-
rata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan adenoma menjadi adebikarsinoma
adalah 7 tahun, laporan lain menunjukkan polip adenomatous dengan atipia
berat menjadi kanker membutuhkan waktu rata-rata 4 tahun dan bila atipia
sedang 11 tahun (Abdullah, 2006).

1. Kemoprevensi
Obat Anti Inflamatori Steroid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan
dengan penurunan motalitas kanker kolon. Bebrapa OAIN seperti sulindac
dan celecoxib telah terbukti sewcara efektif menurunkan insidens
berulangnya adenoma pada pasien dengan Familial Adenomatous Polyposis
(FAP). Data epidemiologi menunjukkan adanaya penurunan risiko kanker di
kalangan pemakai OAIN namun bukti yang mendukung manfaat pembrian
aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah kanker kolon sporadik masih
lemah. (FKUI)
2. Endoskopi dan operasi
Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan tingkat polipektomi.
Bila ukuran <5mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau
elektrokoagulasi bipolar. Di samping polipektomi dapat diatasi dengan
operasi, indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum, kolon
ascenden, kolon transversum tetapi lesi di fleksura lienalis dan kolon
desenden di atasi dengan hemikolektomi kiri. Tumor di sigmoid dan rektum
proksimal dapat diangkat dengan tindakan Low Anterior Resection (LAR).
Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi dikerjakan
secara emergensi maka angka mortalitas menjadi lebih tinggi. Reseksi
terhadap metastasis di hepar dapat memberikan hasil 23-35% rata-rata
bebas tumor.

Beberapa contoh tindakan polipektomi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Terapi utama untuk kanker usus besar adalah pembedahan dengan eksisi luas,
mencakup daerah drainase limfe yang tepat. Untuk kebanyakan pasien, eksisi yang
tepat adalah hemikolektomi kiri atau kanan, tetapi pada beberapa pasien dengan
beberapa adenoma dan pasien muda dengan kanker, beberapa ahli bedah
menyarankan kolektomi total dan anastomosis ileorektal (Jones dan Schofield, 1996).
3. Terapi ajuvan
Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan mengalami rekurensi.
Kemoterapi ajuvan dimaksudakan untuk menurunkan tingkat rekurensi kanker kolon
setelah operasi. Pasien dengan kriteria Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU
secara signifikan meningkatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor.
Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh pada pasien dengan kriteria Dukes B. Irinotecan
(CPT11) inhibitor topoisomer dapat memperpanjang masa harapan hidup. Oxaliplatin
analog platinum juga memperbaiki respon setelah diberikan 5FU dan leucoverin.

DAFTAR PUSTAKA

- Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta hal: 373-378
- Aninomous,http://medicineworld.org/cancer/colon/epidemiology-of-colon-
cancer. html diupload tanggal 7 Oktober 2011 15:58 WIB.
- Anonimous,http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/C/Cancer.
html diupload tanggal 7 Oktober 2011 16:39 WIB.
- Jones & Schofield. 1996. Neoplasia Kolorektal dalam Petunjuk Penting
Penyakit Kolorektal. EGC : Jakarta hal :58-65
- Roediger, WEW. 1994. Cancer of the Colon, rectum and Anus in Manual of
Clinical Oncology Sixth edition. UICC : Germany p:336-347
- Rudy, David R & Zdon, Michael J. 2000. American family physician Update
on Colorectal Cance r < http://www.aafp.org/afp/20000315/1759.html>
- Schein, Philips. 1997. Onkologi Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Binarupa Aksara : Jakarta.
- Winawer SJ, Fletcher RH, Miller L, Godlee F, Stolar MH, Mulrow CD, et al.

Anda mungkin juga menyukai