Anda di halaman 1dari 39

RESUME PBL BLOK 5.

SKENARIO 1

NAMA : PRISKA FEBIOLA SUTRISNA

NPM : 118170138

KELOMPOK : 1B

BLOK : 5.2

NAMA TUTOR : dr. Bambang Wibisono, M.H

UNIVERSITAS SWADAYA baGUNUNG JATI

FAKULTAS KEDOKTERAN

CIREBON

2020
SKENARIO I

Tanda-Tanda Kematian

Seorang laki-laki ditemukan oleh warga setempat dalam keadaan tidak


bernyawa di pinggir jalan tol. Dari keterangan warga, tidak ada yang mengenali
identitas korban tersebut. Mayat kemudian dibawa ke instalasi Forensik dan
dilakukan pemeriksaan luar. Pada pemeriksaan didapatkan kulit pucat, livor
mortis pada ujung ekstremitas tidak hilang dengan penekanan, rigor mortis
seluruh tubuh, belum ditemukan dekomposisi. Tim forensik menyimpulkan laki-
laki tersebut telah meninggal sekitar 12-24 jam yang lalu.

Step I
1. Livor Mortits: Perubahan warna kulit berupa biru kemerahan yang
dipengaruhi gaya gravitasi (Lebam mayat)
2. Rigor Mortis: Kaku mayat, kekakuan pada otot orang yang sudah meninggal.
3. Forensik: forensic (dari luar) dan forum (tempat umum), Ilmu yang
membantu proses penegakkan keadilan melalui proses penerapan ilmu sains
4. Dekomposisi: proses pembusukan pada mayat sudah meninggal.

Step II
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
2. Bagaimana hubungan kematian dengan livor mortis, rigor mortis dan
bagaimana mekanismenya?
3. Bagaimana pemeriksaan luar yang dilakukan pada instalansi tersebut?
4. Bagaimana cara memperkirakan waktu kematian?
5. Apa saja dasar hukum pada kedokteran forensic?
6. Bagaimana pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan luar?

Step III
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
- Pasti: Ligor mortis, Rigor mortis, Algor mortis, Dekomposisi
- Tidak pasti: relaksasi otot, pernafasan berhenti dll
- Macam2 kematian: mati cerebral, mati suri, mati batang otak
- Terhenti denyut jantung, pernafasan, sirkulasi, lalu lanjutan perubahan
suhu mayat, lebam mayat, pembusukan, adipocere dan mumifikasi (jarang
terjadi di Indonesia)
- Cara kematian: wajar dan tidak wajar
2. Bagaimana hubungan kematian dengan livor mortis, rigor mortis dan
bagaimana mekanismenya?
Mekanisme orang meninggal,
- Livor Mortis: darah terhenti peredarannya, maka terjadi stagnasi, otomatis
mempengaruhi gaya gravitasi, darah menncari tempat terendah otomatis
mengendap, lalu terlihat bitnik merah kebiruan  livor mortis
- Kriteria waktu:
20-30 mnt: pasca mati mulai tampak
8.8 jam : hilang dengan penekanan
8 sampai 12 jam : menetap
- Rigor mortis: kekakuan otot, mekanismenya saat setelah mati kadar ATP
habis, Actin myosin menggumpal otot menjadi kaku
2 jam kemudian, lengkapnya 12 jam
- Dekomposisi: terjadi karena adanya degradasi jaringan karena kerja
bakteri.
>24 jam
- Suhu: mayat akan mengikuti suhu lingkungan karena tidak metabolism,
adiposere, mumifikasi: adanya aliran udara yang baik dan kelembaban
rendah
Factor suhu, lingkungan dan perubahan posisi mempengaruhi.
3. Bagaimana pemeriksaan luar yang dilakukan pada instalansi tersebut?
Bisa dilihat secara visual, dokumen, perhiasan/pakaian/gigi, medis dan
eksklusi
- Harus mengetahui sebab kematian
- Mekanisme kematian
- Cara kematian
Indetifikasi
Perbuhana setelah kematian
Tanda-tanda kekerasan
4. Bagaimana cara memperkirakan waktu kematian?
- Caranya, melihat algor mortis, dekomposisi apakah ada pembusukan atau
tidak, rigor mortis, ada livor mortis atau tidak.
- Fungsi system saraf, kardiovaskular dan pernafasan.
5. Apa saja dasar hukum pada kedokteran forensic?
Dasar hukum: pasal (133, 134, 184, 186, 187) KUHAP
6. Bagaimana pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan luar?
Autopsi forensic: kapan, penyebab, mekanisme kematian, identifikasi
kematian
- Luar: label, tanda mayat dll
- Dalam: insisi, memeriksa organ dalam korban.

Step IV
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
Pasti: Livor mortis, Rigor mortis, Algor mortis, Dekomposisi
Livor mortis : setelah kegagalan kardiovaskular mengganggu tek
hidrostatik, a v terdorong gravitasi kea rah lebih rendah, bila kurang dari 8-12
jam lebam belum menetap. Ada darah tertimbun, darah pergi ke jaringan,
hemolisis darah.
5-15 menit setelah kematian. Seiring berjalannya waktu semakin jelas
sekitar 12 jam setelah kematian menetap. Dapat diperiksa dari bagian bawah
jenazah. Dapat difoto untuk dokumentasi.
20 menit hingga 30 menit. Setelah kematian menurut referensi lain.
Berdasarkan warna dapat diprediksi penyebab kematian
Kematian akibat keracunan CO akan menimbulkan warna lebam menjadi
merah terang (cherry red), sedangkan keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal
akan membuat lebam berwarna coklat, asfiksia membuat berwarna lebih
gelap.
- H2S menjadi hijau
- Merah terang sianida
- CO2 kebirubiruan
- Flulor Asetat merah terang
- Hipotermi kemerahan
- Sodium klorat coklat
- Opium hitam

Rigor Mortis (patomekanisme ATP): primary falciditty: maish bisa


dirangsang oleh elektrik, secondary: timbulnya lemas. ATP ada yang + aktin
myosin akan berkontraksi, otot lemas serabut aktin myosin lentur, (-) kaku
otot. Muncul sekitar 2 jam setelah kematian. Dapat dilakukan saat meepas
pakaian lalu diraba, coba menggerakan persendian.

- 0-2 jam relaksasi primer


- 2 jam mulai tampak tapi belum seluruh
- 12-24 jam mulai keseluruhan
- 24-36 jam relaksasi sekunder
- Menetap selama 12 jam lalu terjadi relaksasi

Dalam kondisi sedang kekakuan dapat pertama kali terdeteksi di wajah antara
1 dan 4 jam dan di anggota badan antara 4 dan 6 jam setelah kematian.

Dekomposisi: pembuluh darah kehijauan, bulla, rambut mudah lepas,


membengkaknya skrotim wajah dll. Proses degradasi karena bakteri. Bakteri
bisa menghasilkan H2S akan bereaksi dengan Hb akan menghasilkan yang
berwarna kehijauan dari Baru tampak setelah 24 jam kematian. Didaerah
perut kanan bag bawah, sekum dan bau busuk.

Tanda tanda pembusukan dan waktunya

Bakteri dekomposisi: C. welcii, terdapat di usus sifatnya safrofit (pelajari


tentang bakteri ini)
Berapa lama larva muncul setelah kematian? 8-24jam setelah kematian.
Larva lalat setelah pembentukan gas 36-48jam, telurnya dapat ditemukan di
alis sudut mata atau antara bibir.

Algor mortis cari penurunan suhu: dapat terjadi karena perpindahan


kalor, bisa melalui radiasi konduksi evaporasi.

Hubungan penurunan suhu tubuh dengan lama kematian:

- 2 jam pertama à suhu tubuh turun ½ dari perbedaan antara suhu tubuh
dengan suhu sekitarnya
- 2 jam kedua à turun ½ dari nilai 2 jam pertama
- 2 jam ketiga à turun ½ dari nilai 2 jam kedua
- 2 jam keempat à turun ½ dari nilai 2 jam ketiga atau 1/8 dari 2 jam
pertama.

Adiposere : hidrolisi lemak pada jenazah akan tampak bahan berwarna


keputihan lunak berbau tengik. Factor mempengaruhi pembentukannya adalah
kelembapan tinggi, suhu hangat, lemak tubuh yang cukup.

Mumifikasi : proses penguapan cairan atau dehodrasi jaringan yang cukup


cepat hingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya menghentikan
pembusukan, contohnya Firaun. Jaringan menjadi keras dan kering dan
berwarna gelap dan tidak membusuk. Proses terjadinya kelembapan rendah
aliran udara baik, tubuh terdehidrasi, waktu yang lama.

Tidak pasti: relaksasi otot, pernafasan berhenti dll

Ada kriterianya, pernafasan: berhenti lebih dari 10 menit, terhentinya


sirkulasi lebih dari 10 menit (nadi karotis ga teraba), Pucat (tp blm bisa
dipercaya), tonus otot menghilang dan relaksasi (terutama di wajah, kulit
menimbun), kelemasan otot sesaat (pendataran daerah tertekan), pembuluh
darah retina bersegmentasi kearah tepi retina dan menetap. Pengeringan
kornea (bisa hilang dengan tetesan air maka dia masih hidup), respon pupil
tidak ada bila sudah meninggal.
Macam2 kematian: mati cerebral, mati suri, mati batang otak. Terhenti
denyut jantung, pernafasan, sirkulasi, lalu lanjutan perubahan suhu mayat,
lebam mayat, pembusukan, adipocere dan mumifikasi (jarang terjadi di
Indonesia)

Cara kematian: wajar dan tidak wajar

- Kematian somatik: mati klinis, terhntinya fungsi ketiga sistim penunjam


kehidupan, SSP akan berhenti fungsi, Kardiovaskular, Pernafasan
menetap/irreversible.
- Kematian seluler: Matimolekular. Kematian organ/jaringan beberapa saat
setelah kemtaian.
- Kematian serebral: Kerusakan kedua hemisfer otak irreversible, kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistim lainnya masih
berfungsi dengan bantuan alat.
- Kematian batang otak: kerusakan seluruh otak karena irreversible
termasuk batang otak dan serebelum. Seseorang tidak dapat dinyatakan
hidup sehingga alat bantu bisa dihentikan
- Dikatakan kematian menurut SKPB IDI 336, 231, seseorang dikatakan
mati apabila fungsi nafas dan jantung nya berhenti irreversible, atau
batang otak mati.
- Definisi kematian tidak harus tiga-tiganya, salah satu saja bisa disebut
kematian.
- Mati suri/semua: terhenti 3 sistem kehidupan, ditentukan dengan alat
kedokteran yang sederhana. Belum bisa dikatakan mati.
- Tanatologi: ilmu yang mempelajari kematian. Sebab akbibat, dan segala
aspek yang berkaitan dengan kematian
2. Bagaimana hubungan kematian dengan livor mortis, rigor mortis dan
bagaimana mekanismenya?
Mekanisme orang meninggal,
Livor Mortis: darah terhenti peredarannya, maka terjadi stagnasi, otomatis
mempengaruhi gaya gravitasi, darah menncari tempat terendah otomatis
mengendap, lalu terlihat bitnik merah kebiruan  livor mortis
Kriteria waktu:
- 20-30 mnt: pasca mati mulai tampak
- 30-8 jam : hilang dengan penekanan
- 8 sampai 12 jam : menetap

Rigor mortis: kekakuan otot, mekanismenya saat setelah mati kadar ATP
habis, Actin myosin menggumpal otot menjadi kaku

2 jam kemudian, lengkapnya 12 jam

Dekomposisi: terjadi karena adanya degradasi jaringan karena kerja bakteri


(>24 jam)

Suhu: mayat akan mengikuti suhu lingkungan karena tidak metabolism,


adiposere, mumifikasi: adanya aliran udara yang baik dan kelembaban rendah

Factor suhu, lingkungan dan perubahan posisi mempengaruhi.

3. Bagaimana pemeriksaan luar yang dilakukan pada instalansi tersebut?


Bisa dilihat secara visual, dokumen, perhiasan/pakaian/gigi, medis dan
eksklusi
- Harus mengetahui sebab kematian
- Mekanisme kematian
- Cara kematian

Indetifikasi

- Perbuhana setelah kematian


- Tanda-tanda kekerasan
4. Bagaimana cara memperkirakan waktu kematian?
- Caranya, melihat algor mortis, dekomposisi apakah ada pembusukan atau
tidak, rigor mortis, ada livor mortis atau tidak.
- Fungsi system saraf, kardiovaskular dan pernafasan.
5. Apa saja dasar hukum pada kedokteran forensic?
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena ena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman au dokter
dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan/atau
pemeriksaanbedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
kepada mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan di ibu jari kaki atau
bagian lain dari badan mayat.
Pada 134 KUHAP
1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
dahulu kepada keluarga korban.
2) Dalam hal ini keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apa pun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3)
undang-undang ini.
Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan
penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 170 KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat, atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban
untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang
dipercayakankepada mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknyasegala alasan untuk permintaan
tersebut.
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang
timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan
ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang
berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan
peneliteian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)
4) Peneliteian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang berasal
dari instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
a) keterangan saksi
b) keterangan ahli
c) surat
d) petunjuk
e) keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau
yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangannya itu;
2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dan padanya5

Tanatologi: yang berhak memberi tahu keluarga: dr Forensic hanya


menyampaikan hasil apa adanya kemudian diberikan ke pihak kepolisian
untuk memutuskan apa yang terjadi.

6. Bagaimana pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan luar?


Autopsi forensic: kapan, penyebab, mekanisme kematian, identifikasi
kematian
- Luar: label, tanda mayat dll
- Dalam: insisi, memeriksa organ dalam korban
- Bisa menggunakan EKG, jika kematian maka bisa asystole, organ vital
salah satunya otak, EEG hasilnya selama 5 menit akan datar.
Mind map

Definisi Fungsi dan


Kegunaan

Ciri-ciri
Kematian Tanatologi Mekanisme tanda
kematian

Kriteria Tipe-tipe Batang otak


Kematian Kematian
Mati seluler

Fisik Penunjang Mati suri

Mati
somatis

Step V
1. Menjelaskan Tanatologi ( Definisi dan Fungsi )
2. Menjelaskan Proses kematian diserakan dengan mekanismenya dan apa yang
berperan dan waktunya

Refleksi Diri

Alhamdulillah pada PBL skenario 1 di blok 5.2 ini saya dapat lebih
memahami kembali mengenai Tanatologi Terimakasih kepada dr. Bambang yang
telah membimbing dan mengarahkan kelompok kami sehingga diskusi dapat
berjalan dengan lancar dan sistematis sehingga kami mudah memahaminya.
Walaupun terdapat beberapa materi yang belum saya pahami, tetapi saya akan
berusaha mencari tau kembali melalui sumber-sumber terpercaya lainnya, semoga
pada pertemuan PBL kedepannya bisa lebih baik lagi aamiin.

Step VI

Belajar Mandiri
Step VII

1. Menjelaskan Tanatologi ( Definisi dan Fungsi )


Definisi
Tanatologi berasal dari dua kata Thanatos dan Logos. Artinya adalah
bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang memengaruhi
perubahan tersebut. (1)
Thanatologi berasal dari dua kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati
dan “logos” yang berarti ilmu. Thanatologi adalah ilmu yang mempelajari
segala macam aspek yang berkaitan dengan mati yang meliputi pengertian,
cara-cara melakukan diagnosis, perubahan-perubahan yang terjadi sesudah
mati dan manfaatnya. (2)
Kematian adalah berhentinya ketiga sistem yaitu kardiovaskular,
respirasi, dan sistem saraf pusat, yang merupakan satu unit kesatuan dan tidak
terkonsumsinya oksigen. (1)
Tujuan Thanatologi
1) Untuk diagnosis kematian
Untuk penentuan diagnosis kematian dapat dilakukan dengan
menggunakan tanda-tanda pasti kematian, antara lain:
- Lebam mayat (Livor Mortis)
- Kaku Mayat (Rigor Mortis)
- Penurunan suhu tubuh (Algor Mortis)
- Pembusukan (Decomposition, putrefaction)
- Adiposera (Lilin mayat)
- Mummifikasi

Jika tanda-tanda pasti kematian tidak ditemukan maka korban harus


dianggap masih dalam keadaan hidup sehingga perlu mendapat
pertolongan (misal melakukan bantuan pernapasan) sampai menunjukan
tanda-tanda kehidupan atau sampai munculnya tanda pasti kematian yang
paling awal, yaitu lebam muncul.

2) Untuk Penentuan Saat Kematian


Pemeriksaan forensic untuk menentukan saat kematian korban,
meliputi perubahan eksternal dan internal yang terjadi pada tubuh
seseorang yang sudah meninggal dunia dapat digunakan sebagai bahan
kajian untuk memperkirakan saat terjadinya kematian.

3) Perkiraan Sebab Kematian (Cause of Death)


Perubahan tak lazim yang ditemukan pada tubuh mayat sering dapat
memberi petunjuk tentang sebab kematiannya
- Perubahan warna lebam mayat menjadi :
a. Normal: Merah kebiruan.
b. Keracunan CO: Cherry red.
c. Keracunan CN: Bright red.
d. Keracunan nitrobenzena: Chocolate brown
e. Asfiksia: Dark red. (1)
- Keluarnya urine faeces atau vomitus memberi petunjuk tanda
relaksasi sphincter akibat kerusakan otak, anoksia atau kejang-kejang
4) Untuk Perkiraan Cara Kematian (Manner of Death)
Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat dapat memberi petunjuk
cara kematiannya. Distribusi lebam mayat pada orang gantung diri
biasanya didapati lebam mayat pada ujung kaki, ujung tangan atau alat
kelamin laki laki. Jika disamping itu juga ditemukan lebam mayat di
tempat lain maka hal itu dapat dipakai sebagai petunjuk cara kematiannya
akibat pembunuhan.
Fungsi Tanatologi
Tanatologi berfungsi untuk menentukan saat kematian. Istilah mati:
1. Mati somatis/mati klinis. (1)
- Terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan (SSP, cardiovascular,
pernafasan) yang menetap dan irreversible
- Tidak ditemukan refleks
- EEG datar
- Nadi tidak teraba
- Denyut jantung tidak terdengar
- Tidak ada gerak pernapasan
- Suara napas tidak terdengar pada auskultasi. (3)
Apabila seseorang secara ireversibel/menetap tetapi beberapa organ dan
jaringan masih bisa berfungsi sementara sehingga memungkinkan untuk
dilakukannya transplantasi organ. Terbagi atas:
2. Mati seluler/molekuler
- Kematian organ atau jaringan tubuh yg timbul beberapa saat setelah
kematian somatis
- SSP mati selular dalam 4 menit
- Otot masih dapat dirangsang listrik sampai 2 jam pasca mati dan
mengalami mati seluler setelah 4 jam
- Kulit dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pasca mati dengan
cara menyuntikan subkutan pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%
- Spermatozoa masih ebrtahan hidup beberapa hari dalam epididymis
- Kornea masih dapat ditransplantasikan
- Darah dapat dipakai transfuse sampai 6 jam pasca mati. (3)
3. Mati suri
- Terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan
dengan alat kedokteran sederhana
- Dengan alat canggih masih dapat dibuktikan masih berfungsi
- Mati suri sering ditemukan pada ksus keracunan obat tidur, tersengat
listrik, tenggelam. (3)
4. Mati serebral
- Kerusakan pada kedua hemisfer otak ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum
- Sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan
bantuan alat. (3)
5. Mati otak/batang otak. (1)
- Kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum
- Setelah diketahui seseorang mati otak maka dapat dikatakan
seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi
- Alat bantu dapat dihentikan. (3)

Kriteria medikolegal untuk menentukan brain death (mati serebral):

1. Dilatasi bilateral dan fiksasi pupil,


2. Absennya semua reflex,
3. Berhentinya respirasi pernapasan tanpa bantuan,
4. Berhentinya aktivitas kardiak,
5. jejak gelombang otak datar. (1)

Kelima kriteria itu semuanya harus ada sebelum seseorang dinyataka mati
dan dihentikan bantuan mesin pembantu kehidupannya. Tanda kematian
pasti:

1. Lebam mayat (livor mortis),


2. Kaku mayat (rigor mortis),
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis),
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction),
5. Adiposera atau lilin mayat,
6. Mumifikasi. (1)

Perubahan Setelah Kematian (Post Mortem)

Ada 2 (dua) fase perubahan post mortem, yaitu fase dini dan fase lanjut.
Perubahan pada fase dini post mortem ada 5 (lima), yaitu:

1) Perubahankulit muka
2) Hilangnya elastisitas kulit
3) Otot atoni dan relaksasi
4) Perubahan mata
5) Terhentinya sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan saraf. (1)

Perubahan pada fase lanjut post mortem ada 5 (lima), yaitu:

1) Algor mortis
2) Livor mortis
3) Rigor mortis
4) Pembusukan (Putrefection/Dekomposisi)
5) Perubahan biokimia. (1)
Perubahan post mortem:
1) Kulit wajah pucat: karena sirkulasi berhenti, darah mengendap terutama
pembuluh darah besar.
2) Relaksasi primer. karena tonus otot tidak ada- rahang bawah meloro.
3) Perubahan pada mata. (1)
Penurunan Suhu Mayat (Algor Mortis)
Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan suhu mayat:
a. Faktor lingkungan dan suhu medium
b. Suhu tubuh sebelum kematian. Intensitas dan kuantitas aliran atau
pergerakan udara
c. Keadaan tubuh dan pakaian yang menutupi
d. Jenis medium. (1)

Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian


adalah:

1) Livor mortis (lebam jenazah)


2) Rigor mortis (kaku jenazah)
3) Body temperature (suhu badan)
4) Degre of decomposition (derajat pembusukan)
5) Stomach Content (isi lambung)
6) Insect activity (aktivitas serangga).
7) Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat 7
kejadian). (1)
Perubahan pada Kulit
Lebam mayat (livor mortis, post mortum lividity, post mortum suggilation,
post mortum hypostasis, vibices) terjadi karena pengendapan butir-butir
eritrosit karena adanya gaya gravitasi sesuai dengan tubuh, berwarna biru
ungu tetapi masih dalam pembuluh darah. Timbul 20-30 menit dan setelah 6-
8 jam lebam mayat masih bisa ditekan dan masih bisa berpindah tempat. (1)
Korban meninggal  peredaran darah berhenti  stagnasi  akibat
gravitasi  darah mencari tempat yang terendah  terlihat bintik-bintik
merah kebiruan.
Warna lebam mayat:
a. Normal: Merah kebiruan.
b. Keracunan CO: Cherry red.
c. Keracunan CN: Bright red.
d. Keracunan nitrobenzena: Chocolate brown
e. Asfiksia: Dark red. (1)

Tabel 1. perbedaan antara lebam mayat dengan memar. (1)


Perubahan Pada Otot
Rigor mortis berasal dari bahasa latin rigor berarti "stiff" atau kaku, dan
mortis yang berarti tanda kematian (sign of death).
Setelah kematian, otot-otot tubuh akan melalui 3 (tiga) fase, yaitu:
1) Inisial flaksid atau flaksid primer
2) Onset rigiditas otot yang disebut kaku mayat
3) Fase flaksid sekunder. (1)
Gambar 2. Skema terjadinya Rigor Mortis. (1)

Timbul: 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam,


dimulai dari otot kecil, rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan
anggota bawah kemudian kaku lengkap, dan menurun setelah 24 jam. (1)

Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu:

a. Aktivitas fisik pra kematian/premortal.


b. Suhu tubuh tinggi
c. Konstitusi berupa tubuh kurus
d. Suhu lingkungan tinggi
e. Umur yaitu anak-anak dan orang tua
f. Gizi yang jelek. (1)

Beberapa cara yang dipakai dalam menentukan terjadinya rigor mortis:

a. Pemeriksaan secara manual


b. Alat fiksasi dari kayu yang menempel pada meja
c. Pemeriksaan otot rangka dengan menggunakan mikroskop elektron

Kekakuan yang menyerupai kaku mayat:


a. Cadaveric spasm (instantaneous rigor) adalah keadaan dimana terjadi
kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot
segera setelah terjadi kematian somatis. (1)

Table 2. perbedaan rigor mortis dan cadaveric spasm. (1)

b. Heat stiffening: kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas
c. Cold stiffening terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot. (1)

Algor mortis

- Penurunan suhu tubuh akibat pemindahan panas dari suatu benda ke benda
yang lebih dingin melalui radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi
- Penurunan suhu dipengaruhi
a. Suhu lingkungan (rendah lebih cepat)
b. Aliran dan kelembaban udara (berangin dan tidak lembab lebih cepat)
c. Bentuk tubuh dan posisi tubuh (kurus dan telentang lebih cepat)
d. Pakaian (tipis atau tidak berpakaian lebih cepat)

Moritz’s formula :
Lama kematian (Jam) = (98,4°F- suhu rektal jenazah °F)
        1,5
Pembusukan (dekomposisi atau putrefection) adalah keadaan di mana
bahan-bahan organik terutama protein mengalami dekomposisi baik yang
melalui autolisis ataupun kerja bakteri pembusuk. Ada 17 tanda pembusukan,
yaitu:

a. Wajah membengkak
b. Bibir membengkak
c. Mata menonjol
d. Lidah terjulur
e. Lubang hidung keluar darah
f. Lubang mulut keluar darah
g. Lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus
(gravid)
h. Badan gembung
i. Bulla atau kulit ari terkelupas
j. Aborescent pattern / morbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna
kehijauan
k. Pembuluh darah bawah kulit melebar
l. Dinding perut pecah
m. Skrotum atau vulva membengkak
n. Kuku terlepas
o. Rambut terlepas
p. Organ dalam membusuk
q. Larva lalat. (1)

Tabel 3. faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan pembusukan mayat. (1)


Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan:

a. cepat: otak, lambung, usus, uterus hamil/post partum


b. lambat: jantung, paru, ginjal, diafragma
c. paling lambat: prostat, uterus yang tidak hamil. (1)

Tabel 4. Perbedaan bulla intravital dan bulla pembusukan. (1)

Variasi-variasi pembusukan:

a. Mummifikasi terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun  dehidrasi


viseral sehingga kuman-kuman tidak berkembang  tidak terjadi
pembusukan  mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman,
struktur anatomi masih lengkapsampai bertahun-tahun.
b. Adipocare terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam
palmitat, asam stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak
jenuh yang relatif padat. (1)

Perkiraan Saat Kematian

1. Perubahan pada mata


2. Perubahan dalam lambung
3. Perubahan rambut
4. Pertumbuhan kuku
5. Perubahan dalam cairan serebrospinal
6. Metode entomologik. (1)

Tabel 5. aktivitas insekta pada jasad manusia yang mati di udara. (1)

Mekanisme Pembusukan
Kejadian setelah mati dikenal sebagai dekomposisi mayat. Keurusakan
dari jaringan tubuh melalui proses autolisis, putrefaksi, dan decay. Putrefaksi
adalah terjadinya degradasi sel atau jaringan tubuh secara anaerob, sedangkan
pada decay proses ini terjadi secara aerob. Pada tahap awal terjadinya
putrefaksi dimulai dengan autolisis dimana proses ini berlangsung karena sel
yang mati dengan adanya enzim-enzim tertentu serta tidak dipengaruhi oleh
mikroorganisme. (4)
Pada orang yang telah mati semua sistem pertahanan tubuh hilang maka
kuman-kuman pembusuk dapat leluasa memasuki pembuluh darah dan
menggunakan darah sebagai media yang sangat baik untuk berkembang biak.
Kuman tersebut dapat menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang
terjadi sebelum atau sesudah mati, pencairan thrombus dan emboli, perusakan
jarigan-jaringan dan pembentukan gas-gas pembusukan. Proses ini akan
mulai tampak kurang lebih 48 jam setelah mati. (4)
Tanda awal dari pebusukan akan tampak diskolorasi pewarnaan hijau
pada kuadran bawah abdomen, bagian kanan lebih sering daripada bagian
kiri. Biasanya akan terjadi pada 24-36 jam setelah kematian. Di daerah
kuadran kanan bawah, dimana usus besar di daerah tersebut banyak
mengandung cairan dan bakteri selain karena letak usus tersebut memang
dekat dengan dinding perut. Pewarnaan kehijauan tersebut juga akan terjadi
pada daerah kepala, leher, dan bahu. Warna hijau tersebut disebabkan oleh
karena terbentuknya sulf-Hb, dimana H2S yang berasal dari pemecahan
protein akan bereaksi dengan Hb yang akan membentuk Hb-S dan Fe-S. (4)
Bakteri yang masuk dan berkembang biak pada pembuluh darah
menyebabkan hemolisa dengan adanya reaksi hemoglobin dan hydrogen
sulfide yang kemudian mewarnai dinding permbuluh darah dan jaringan
sekitarnya menjadi hitam kehijauan, proses ini disebut marbling. Bakteri ini
memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah
menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena superfisial sehingga
pembuluh darah dan cabang-cabangnya nampak lebih jelas seperti pohon
gundul (aborescent pattern atau aborescent mark). (4)
Pada minggu kedua kulit ari akan mudah terlepas bila tergeser atau
tertekan karena terbentuknya gelembung-gelembung pembusukan yang
merupakan kelanjutan dari perubahan tersebut. Gelembung-gelembung
pembusukan berisi cairan merah kehitaman yang disertai bau pembusukan
yang bila dipecah akan tampak pada kulit pada dasar gelembung tersebut licin
dan berwarna merah jambu. (4)
Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah dicabut, kuku-kuku
akan terlepas, wajah akan tampak menggembung dan pucat dengan
pewarnaan kehijauan dan akan berubah menjadi hitam kehijauan yang
akhirnya akan bewarna hitam, mata akan tertutup erat oleh karena
penggembungan pada kedua kelopak mata serta bola mata akan menjadi
lunak, bibir akan menggembung dan mencucur, lidah akan menggembung
dan terjulur keluar, dan cairan dekomposisi dapat keluar dari hidung. (1)
Organ-organ dalam akan membusuk dan kemudian hancur. Organ
dalam yang paling cepat membusuk adalah otak, hati, lambung, usus halus,
limpa, uterus pada wanita hamil atau masa nifas. Sedangkan organ yang
lambat membusuk adalah paru-paru, esophagus, jantung, diafragma, ginjal
dan kandung kemih. Organ yang paling lambat membusuk antara lain
kelenjar prostat pada laki-laki dan uterus wanita yang tidak sedang hamil
ataupun nifas. (4)
Otak akan menjadi lunak sampai seperti bubur, paru-paru akan menjadi
lembek, hati, jantung, limpa dan ginjal akan mudah dikenali. Hati akan
menjunjukkan gambaran honey-comb, limpa lunak dan mudah hancur, otot
jantung akan tampak keunguan dan manjadi suram. Pada organ yang paling
lama membusuk seperti prostat dan uterus dapat menjadi pertanda untuk
menentukan jenis kelamin dari mayat pada keadaan dimana pembusukan
sudah berlanjut atau berlangsung lama.(4)
factor-faktor yang mempengaruhi pembusukan
- Faktor luar, yaitu:
a. Mikroorganisme
Pada mayat bayi yang baru dilahirkan proses pembusukannya akan
terhambat
b. Suhu disekitar mayat
Suhu optimal pembusukan 70-100 Fahrenheit
c. Kelembaban udara
Semakin tinggi kelembaban udara semakin cepat proses
pembusukannya
d. Medium dimana mayat berada
Pembusukan medium udara akan lebih cepat disbanding medium air,
medium air akan lebih cepat dibandingkan medium tanah
- Faktor dalam, yaitu:
a. Umur
Pada mayat dari orang-orang tua proses pembusukannya lebih lambat
disebabkan lemak ditubuhnya relative lebih sedikit, pada bay baru
lahir juga lebih lambat karena belum kemasukan kuman pembusuk
b. Sebab kematian
Mayat pada orang yang mati mendadak lebih lambat pembusukannya
dibanting karena penyakit kronis
c. Keadaan mayat
Proses pembusukan yang cepat terjadi pada tubuh mayat yang
gemuk, edematus, atau luka-luka.
Adiposera (saponifikasi)
- Lilin mayat
- Terbentuk bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
- Asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan
mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh yang
tercampur dengan sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf
- Adiposera terapung di air bila dipanaskan mencair dan terbakar nyala
kuning, larut dalam alcohol panas dan eter
- Adiposera terbentuk disebarang lemak tubuh, di dalam hati
- Perubahan berbentuk bercak terlihat di pipi, payudara, dan bokong
- Jarang semua lemak berubah jadi adiposera
- Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh bertahan
bertahun – tahun.
- Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera
a. Kelembaban dan lemak tubuh cukup
b. Udara hangat
c. Invasi bakteri ke dalam jaringan
- Faktor yang menghambat pembentukan
a. Air yang mengalir dan membuang elektrolit
b. Udara dingin
- Pembusukan terhambat oleh adiposera
a. Derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah
b. Lemak segar mengandung 0.5% asam lemak bebas
c. Dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20%
d. Setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih
e. Adiposera menjadi jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna
putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian lunak
tubuh
f. Adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat. (5)

Mumifikasi

- Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat


sehingga terjadi pengeringan jaringan dan menghentikan pembusukan
- Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak
membusuk. Karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan
kering
- Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik,
tubuh dehidrasi dan waktu lama (12-14 minggu)
- Jarang dijumpai pada cuaca normal. (5)

2. Menjelaskan Proses kematian disertakan dengan mekanismenya dan apa yang


berperan dan waktunya
Cara kematian (manner of death)

Cara kematian menjelaskan bagaimana kematian itu terjadi. Cara


kematian secara umum dapat dikategorikan menjadi:

a. Sebab yang alamiah (natural death/ mati wajar), misalnya karena


penyakit.
b. Sebab yang tidak alamiah (unnatural death/mati tidak wajar), misalnya
pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan, mati mendadak, dan tidak bisa
ditentukan.(1)

Kesimpulan tentang cara kematian ada kemungkinan berbunyi sebagai


berikut:

a. Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan
tanda-tanda kekerasan. Keadaan TKP-nya rapi; dalam lemari ditemukan
obat-obatan dan rontgen foto yang menandakan korban sakit paru-paru.
Cara kematian korban diduga adalah wajar.
b. Bunuh Diri
- Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter dalam
hal ini bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat
berkesimpulan, "Jelas suatu kejadian bunuh diri".
- Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh
korban adalah luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan,
"Peristiwa tersebut biasanya merupakan peristiwa bunuh diri".
- Jika menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada korban adalah
luka-luka tanda klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan, "Peristiwa
ini lebih mendekati bunuh diri dari pembunuhan".
c. Pembunuhan. Jika dokter menemukan keadaan TKP porak-poranda dan
luka-lukapada korban tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia
dapat berkesimpulan, "Peristiwa tersebut merupakan pembunuhan
d. Kecelakaan. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan di atas meja
terdapat alat seterika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban
terdapat kawat listrik yang bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia
dapat berkesimpulan, "Peristiwa tersebut menurut dugaan adalah suatu
kecelakaan".
e. Cara kematian tidak jelas. Dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar
pada korban belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian.(1)

Sebab Kematian

Sebab kematian adalah setiap luka, cedera atau penyakit yang


mengakibatkan rangkaian gangguan fisiologis tubuh yarng berakhir dengan
kematian pada seseorang. Misalnya luka tembak pada kepala, luka tusuk pada
dada, intoksikasi sianida, tuberkulosis paru, adenokarsinoma pada paru-paru,
dan aterosklerosis koronaria.(1)

Terdapat perbedaan penggunaan hubungan sebab kematian dengan


mekanisme kematian antara di klinik dan patologi forensik, di mana jika
diklinik mekanisme mati karena sebab mati (misalnya: syok hemorhagik
karena luka tusuk abdomen), sedangkan di patologi forensik sebab mati
berakibat mekanisme mati (misalnya: luka tusuk abdomen yg merobek aorta
mengakibatkan perdarahan hingga syok) . Penulisan seperti ini sesuai dengan
logika kedokteran, yaitu keadaan yang memulai suatu rangkaian akibat
dianggap sebagai sebab. (1)

Dari pemeriksaan luka dapat diambil kesimpulan benda apa yang


menyebabkan, misalnya:

- Karena persentuhan benda tumpul,


- Karena persentuhan benda tajam,
- Karena tembakan,
- Ledakan granat dan sebagainya.(1)

Ada 2 jenis sebab-akibat dalam hukum, yang pertama adalah penyebab


langsung (proximate cause),dan yang kedua adalah "but for test".
Penyebablangsung (proximate cause) adalah sebuah peristiwa yang
menyebabkan suatu peristiwa, terutama cedera karena kelalaian atau tindakan
salah, dengan sengaja melakukan suatu tindakan, misalnya, bila tidak
menerobos lampu merah, maka tabrakan tidak akan terjadi. Sedangkan sebab
akibat “but for test" sangat mudah untuk ditunjukkan dan bukan merupakan
suatu kelalaian (misalnya kalau tidak ada salju maka kecelakaan mobil tidak
akan terjadi). (1)

Mekanisme Kematian

Mekanisme kematian adalah suatu keadaan gangguan fisiologis dan


biokimiawiyang disebabkan oleh sebab kematian, sehingga menyebabkan
kematian seseorang. Misalnya: perdarahan, septikimia, asfiksia, fibrilasi
jantung atau aritmia jantung, dll yang secara umum mekanisme kematian itu
digolongkan menjadi 5 besar, yaitu perdarahan, mati lemas, refleks vagal,
emboli, dan kerusakan organ vital. (1)

Ada sebuah pemikiran bahwa suatu keterangantentang mekanime


kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya.
Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan
dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas dari masuk ke pembuluh darah, dan
seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh,
luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak kemungkinan
mekanisme kematian yang teriadi, contohnya perdarahan atau peritonitis.(1)

Penentuan Kematian
- Kriteria tradisional didasarkan konsep permanent cessation heart beating
and respiration
a. Fungsi jantung dan paru terhenti sekitar 10 menit
b. Sel otak akan rusak ireversibel jika tidak dapat suplai oksigen, di suhu
dingin ketahanannya mencapai 1 jam atau lebih
- Kriteria baru diagnostik didasarkan pada konsep brain death dan brain
stem death
a. Mustahil diagnosis brain death dengan epriksa seluruh fungsi otak
dalam keadaan koma
b. Proses brain death tidak serentak tapi bertahap, karena resistensi
terhadap ketiadaan oksigen berbeda beda (brain stem lebih tahan drpd
kroteks atau thalamus)
c. Brain stem bagian yang mengatur fungsi vital (co: pernapasan)
- Kriteria yang paling banyak digunakan
a. Hilang respon terhadap rangsang
b. Tidak ada gerakan otot serta postur (asalkan tidak sedang dibawah
pengaru obat obatan curare
c. Tidak ada reflek pupil
d. Tidak ada reflek kornea
e. Tidak ada respon motoric dri saraf kranial terhadap rangsang
f. Tdak ada refleks menelan atau batuk Ketika ETT masuk
g. Tidak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es ke
lubang telinga
h. Tidak ada napas spontan Ketika respirator dilepas dalam waktu yang
cukup lama
- Dicek paling cepat 6 jam sesudah onset koma serta apneu dan diulang
paling cepat 2 jam sesudah tes eprtama
- Tes konfirmasi dengan EEG atau angiografi hanya dilakukan jika
meragukan atau ada kekhawatiran akan adanya tuntutan di kemudian hari
- Untuk menetukan paru – paru sudah berhenti bernapas perlu dilakukan
pemeriksaan
a. Auskultasi
b. Tes Winslow
Gelas berisi air diatas perut atau dada. Bila permukaan air bergoyang
berarti ada Gerakan napas
c. Tes cermin
Meletakan cermin di depan mulut dan hidung, kalau basah berarti
masih bernapas
d. Tes bulu burung
Meletakan bulu burung di depan hidung, bila bergetar masih bernapas.
- Untuk menetukan jantung sudah berhenti bernapas perlu dilakukan
pemeriksaan
a. Auskultasi
Prekardial selama 10 menit
b. Tes Magnus
Mengikat jari tangan sehingga hanya ada aliran darah vena yang
terhenti. Bila terjadi bendungan sianotik berarti masih ada sirkulasi
c. Tes Icard
Menyuntikan larutan campuran 1 gr fluorescein dan 1 gr Sodium
bicarbonate dalam 8 ml air secara subkutan
Bila ada warna kuning kehijaun berarti masih ada sirkulai darah
d. Insisi arteri radialis
Bila terpaksa dilakukan pengirisan pada arteri radialis, bila keluar
darah pulsatil berarti masih ada sirkulasi. (5)

Perubahan – Perubahan Post Mortem

1. Perubahan kulit muka


Akibat berhentinya sirkulasi darah maka darah yang berada pada
kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna raut muka napak menjadi lebih rendah
sehingga warna raut muka Nampak menjadi lebih pucat. Pada mayat dari
orang yang mati akibat kekuarangan oksigen atau keracunan zatzat
terntentu (misalnya korban monoksida), warna semula daei raut muka
akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.
2. Relaksasi otot
Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos
akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi
pada stadium itu disebut relaksasi primer. Akibat rahang bawah akan
melorot menyebabkan mulut terbuka, dada kolap dan bila tidak ada yang
menyangga anggota tubuh akan jatuh ke bawah. Relaksasi yang terjadi
pada otot-otot muka akan mengesankan lebih muda dari umur yang
sebenarnya, sedang relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan
spingter ani mengalami delatasi. Oleh sebab itu jika ditemukan delatasi
pada anus, harus hati-hati untuk menyimpulkan sebagi akibat hubungan
seksual per ani. Sesudah relaksasi primer akan terjadi kaku mayat dan
selanjutnya akan terjadi relaksasi lagi. Relaksasi yang terakhir ini disebut
relaksasi sekunder.
3. Perubahan pada mata
Pada orang yang sudah mati pandangan mata terlihat kosong, reflex
cahaya dan reflek kornea menjadi negative. Vena-vena pada retina akan
mengalami kerusakan dalam waktu 10 detik sesudah mati. Jika sesudah
kematiannya keadaan mata tetap terbuka maka lapisan kornea yang paling
luar akan mengalami kekeringan. Dalam waktu 10 sampai 12 jam sesudah
mati kelopak mata, baik terbuka atau tertutup, akan berubah manjadi putih
dan keruh. Perubahan lain yang terjadi ialah penurunan tekanan bola mata
dan naiknya adar potassium pada mata.
4. Penurunan suhu tubuh
Sesudah mati, metabolism yang menghasilkan panas akan terhenti
sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium
disekitarnya penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi,
konduksi dan pancaran panas.
Pada jam-jam pertama penurunannya sangat ambat karena masih
adanya produksi panas dari proses glikogenolisis, tetapi sesudah itu
penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat
Kembali. Kalau proses penurunan tersebut digambarkan dalam bentuk
grafik maka gambarannya akan seperti sigmoid atau huruf S terbalik. Jika
dirata-dirata maka penurunan suhu tersebut antara 0,9 sampai 1 derajat
celcius atau sekitar 1,5 derajat Fahrenheit setiap jam, dengan catatan
penurunan suhu dimulai dari 37 derajat celcius atau 98.4 derajat
Fahrenheit. Pengukuran dilakukan per rektal dengan menggunakan
thermometer kimia yang Panjang (long chemical thermometer). (5)
Penurunan suhu tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor,
antara lain:
a. Suhu tubuh pada saat mati:
Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati seperti misalnya penderita
infeksi atau perdarahan otak, akan mengakibatkan penurunan suhu
menjadi lebih cepat. Sedangkan pada penderita dengan hypothermia
tingkat penurunannya akan menjadi sebaliknya.
b. Suhu medium
Semakin rendah suhu medium tempat tubuh mayat berada akan
semakin cepat tingkat penurunannya. Dengan kata lain semakin besar
perbedaan suhu medium dengan suhu tubuh mayat, semakin besar
tingkat penurunannya.
c. Keadaaan udara disekitarnya
Pada udara lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal
ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang
baik. Pada udara yang terus berembus (angin), tingkat penurunannya
juga semakin cepat.
d. Jenis medium
Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab
air merupakan konduktor yang baik.
e. Keadaan tubuh mayat
Pada mayat bayi, tingkat penurunan suhu lebih cepat dibandingkan
mayat orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada bayi, luas
permukaan tubuhnya relative lebih besar.
f. Pakaian mayat
Semakin tipis pakaian yang dipakai, semakin cepat tingkat
penurunannya. Estimasi saat kematian dengan memanfaatkan
penurunan suhu mayat hanya bisa dilakukan pada kematian kurang
dari 12 jam.
Perkiraan Saat Kematian
Perubahan pada mata

- Bila mata terbuka pada atmosfer kering  sklera di kiri dan kanan kornea
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar
di tepi kornea (taches noires sclerotiques)
- Kornea keruh lapis demi lapis dari lapisan terluar yang dapat dihilangkan
dengan meneteskan air
a. Bila mencapai lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air
(6 jam pasca mati)
b. Mata tertutup / terbuka kornea keruh dalam 10 – 12 jam
- Tekanan Bola mata menurun  distorsi pupil pada penekanan bola mata

Perubahan Retina

- 30 menit pasca mati tampak keruh macula dan discus opticus mulai pucat
- 1 jam pasca mati macula lebih pucat dan tepi tidak tajam
- 2 jam pasca mati retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning
(kuning disekitar macula yang menjadi lebih gelap). Koroid vaskular
tampak bercak dengan latar belakang merah (segmentasi)
- 3 jam pasca mati segmentasi menjadi kabur
- 5 jam pasca mati homogen dan pucat
- 6 jam pasca mati batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar mengalami
segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu
- 7 – 10 jam pasca mati segmen mencapai tepi retina dan batas diskus akan
sangat kabur
- 12 jam pasca mati diskus dapat dikenali dengan adanya konvergensi dan
hanya beberapa pembuluh darah terisisa
- 15 jam pasca mati tidak ditemukan gambaran pembuluh darah retina,
diskus dan hanya terlihat macula yang berwarna coklat gelap

Perubahan dalam lambung

- Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi


- Tidak bisa dijadikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat
mati
- Keadaan lambung dan isinya membantu dalam membuat keputusan

Perubahan rambut

- Kecepatan tumbuh ramb ut 0.4 mm/hari Panjang rambut kumis dan


jenggot dapat dipergunakan untuk memperikarakan saat kematian
- Bisa digunakan teknik ini pada pria yang mempunyai kebiasaan cukur
kumis atau jenggot dan diketahui terakhir mencukurnya.

Pertumbuhan kuku

- Kecepatan pertumbuhan diperkirakan 0,1mm/hari

Perubahan cairan serebrospinal

- Nitrogen asam amino < 14mg% menunjukkan kematian dibawah 10 jam


- Kadar nitrogen non-protein < 80mg% menunjukkan kematian belum 24
jam
- Kadar kreatin < 5mg% menunjukkan kematian dibawah 10 jam
- Kadar kreatin < 10mg% menunjukkan kematian dibawah 30 jam

Penilaian dalam cairan vitreus


- Peningkatan kadar kalium cukup akurat untuk memperkirakan saat
kematian diantara 24 - 100 jam pascca mati

Kadar semua komponen darah

- Belum ditemukan untuk menentukan perkiraan saat kematian dengan


kadar komponen darah

Reaksi supravital

- Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup
- Rangsang listrik dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90 -120
menit pasca mati  Mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60 –
90 menit
- Trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam
pasca mati.

Dari semula sudah dikemukakan bahwa tujuan pengetahuan tanatologi


adalah untuk kepentingan medikolegal, terutama berkaitan dengan post-
mortem interval. Pengetahuan ini harus selalu diterapkan dalam pemeriksaan
mayat. Bila saat kematian korban tidak diketahui, maka beberapa petunjuk di
bawah ini dapat dipakai. (1)

1. Jam pertama kematian. Tubuh masih hangat (dengan termometer panjang


didapati suhu 37° C), otot-otot masih lemas seluruhnya (periode relaksasi
primer), kornea mata bening, belum tampak atau belum jelas adanya
lebam mayat.
2. 4-6 jam. Telah mulai dingin (suhu rektal 34-35° C), kaku mayat di rahang
telah ada, begitu juga di beberapa persendian, lebam mayat masih hilang
pada penekanan.
3. 10-12 jam. Mayat mulai dingin (suhu sekitar 29-30° C), kaku mayat
lengkap di seluruh tubuh seperti papan, bila diangkat kaki, panggul dan
punggung juga terangkat,lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada
penekanan.
4. 16-18 jam. Mayat dingin (sama dengan suhu ruang 28-29° C), kaku mayat
di beberapa persendian telah hilang, mulaitampak tanda-tanda
pembusukan terutama di perut bagian kanan bawah tampak biru
kehijauan, lebam mayat luas di bagian terendah dari tubuh.
5. 20-24 jam. Dingin, kaku mayat sudah menghilang (relaksasi sekunder),
tanda pembusukan makin jelas, perut mulai tegang, bau pembusukan,
darah pembusukan keluar dari hidung dan mulut.
6. 30-36 jam. Mayat menggembung, mata bengkak, mata tertutup, bibir
menebal, keluar gas dan air pembusukan keluar dari hidung dan mulut,
tampak garis pembuluh darah di permukaan tubuh (marble appearance).
7. 40-48 jam. Gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum
bengkak,lidah bengkak dan menonjolkeluar. Sebagian gelembung pecah,
kulit muda terkelupas.
8. 3 hari. Pembusukan lanjut, uterus bisa prolapse, demikian juga anus. Mata
menonjol keluar,muka sangat bengkak kehitaman rambut dan kuku
mudah dicabut.
9. 4-5 hari. Perut mengempes kembali karena gas keluar dan celah jaringan
yang rusak/hancur, sutura kepala merenggang, otak mengalami
perlunakan menjadi seperti bubur.
10. 6-10 hari. Jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lanma menjadi
hancur, rongga dada dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah
hancur dan seluruhnya hingga tinggal tulang belulang.(1)

Daftar Pustaka

1. Alfanie I, Nirmalasari N, Arizal HM. Ilmu Kedokteran Forensik dan


Medikolegal. Depok : Rajawali Press ; 2019. Hlm 85-89, 137-149
2. Nitiprodjo HA, Maulana MA. Persepsi tenaga medis dan paramedis terhadap
pasien meninggal, vol 01, no 01. Herb-Medicine Journal : UMP ; 2018. hlm
115-21
3. Dahlan, Sofwan. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak
hukum. Semarang. Fakultas kedokteran Unisulla. 2019.
4. Wagner AS. Color atlas of the autopsy. Prancis : CRC Press ; 2005
5. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK
UI). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI.

Anda mungkin juga menyukai