SKENARIO 1
NPM : 118170138
KELOMPOK : 1B
BLOK : 5.2
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
SKENARIO I
Tanda-Tanda Kematian
Step I
1. Livor Mortits: Perubahan warna kulit berupa biru kemerahan yang
dipengaruhi gaya gravitasi (Lebam mayat)
2. Rigor Mortis: Kaku mayat, kekakuan pada otot orang yang sudah meninggal.
3. Forensik: forensic (dari luar) dan forum (tempat umum), Ilmu yang
membantu proses penegakkan keadilan melalui proses penerapan ilmu sains
4. Dekomposisi: proses pembusukan pada mayat sudah meninggal.
Step II
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
2. Bagaimana hubungan kematian dengan livor mortis, rigor mortis dan
bagaimana mekanismenya?
3. Bagaimana pemeriksaan luar yang dilakukan pada instalansi tersebut?
4. Bagaimana cara memperkirakan waktu kematian?
5. Apa saja dasar hukum pada kedokteran forensic?
6. Bagaimana pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan luar?
Step III
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
- Pasti: Ligor mortis, Rigor mortis, Algor mortis, Dekomposisi
- Tidak pasti: relaksasi otot, pernafasan berhenti dll
- Macam2 kematian: mati cerebral, mati suri, mati batang otak
- Terhenti denyut jantung, pernafasan, sirkulasi, lalu lanjutan perubahan
suhu mayat, lebam mayat, pembusukan, adipocere dan mumifikasi (jarang
terjadi di Indonesia)
- Cara kematian: wajar dan tidak wajar
2. Bagaimana hubungan kematian dengan livor mortis, rigor mortis dan
bagaimana mekanismenya?
Mekanisme orang meninggal,
- Livor Mortis: darah terhenti peredarannya, maka terjadi stagnasi, otomatis
mempengaruhi gaya gravitasi, darah menncari tempat terendah otomatis
mengendap, lalu terlihat bitnik merah kebiruan livor mortis
- Kriteria waktu:
20-30 mnt: pasca mati mulai tampak
8.8 jam : hilang dengan penekanan
8 sampai 12 jam : menetap
- Rigor mortis: kekakuan otot, mekanismenya saat setelah mati kadar ATP
habis, Actin myosin menggumpal otot menjadi kaku
2 jam kemudian, lengkapnya 12 jam
- Dekomposisi: terjadi karena adanya degradasi jaringan karena kerja
bakteri.
>24 jam
- Suhu: mayat akan mengikuti suhu lingkungan karena tidak metabolism,
adiposere, mumifikasi: adanya aliran udara yang baik dan kelembaban
rendah
Factor suhu, lingkungan dan perubahan posisi mempengaruhi.
3. Bagaimana pemeriksaan luar yang dilakukan pada instalansi tersebut?
Bisa dilihat secara visual, dokumen, perhiasan/pakaian/gigi, medis dan
eksklusi
- Harus mengetahui sebab kematian
- Mekanisme kematian
- Cara kematian
Indetifikasi
Perbuhana setelah kematian
Tanda-tanda kekerasan
4. Bagaimana cara memperkirakan waktu kematian?
- Caranya, melihat algor mortis, dekomposisi apakah ada pembusukan atau
tidak, rigor mortis, ada livor mortis atau tidak.
- Fungsi system saraf, kardiovaskular dan pernafasan.
5. Apa saja dasar hukum pada kedokteran forensic?
Dasar hukum: pasal (133, 134, 184, 186, 187) KUHAP
6. Bagaimana pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan luar?
Autopsi forensic: kapan, penyebab, mekanisme kematian, identifikasi
kematian
- Luar: label, tanda mayat dll
- Dalam: insisi, memeriksa organ dalam korban.
Step IV
1. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda kematian?
Pasti: Livor mortis, Rigor mortis, Algor mortis, Dekomposisi
Livor mortis : setelah kegagalan kardiovaskular mengganggu tek
hidrostatik, a v terdorong gravitasi kea rah lebih rendah, bila kurang dari 8-12
jam lebam belum menetap. Ada darah tertimbun, darah pergi ke jaringan,
hemolisis darah.
5-15 menit setelah kematian. Seiring berjalannya waktu semakin jelas
sekitar 12 jam setelah kematian menetap. Dapat diperiksa dari bagian bawah
jenazah. Dapat difoto untuk dokumentasi.
20 menit hingga 30 menit. Setelah kematian menurut referensi lain.
Berdasarkan warna dapat diprediksi penyebab kematian
Kematian akibat keracunan CO akan menimbulkan warna lebam menjadi
merah terang (cherry red), sedangkan keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal
akan membuat lebam berwarna coklat, asfiksia membuat berwarna lebih
gelap.
- H2S menjadi hijau
- Merah terang sianida
- CO2 kebirubiruan
- Flulor Asetat merah terang
- Hipotermi kemerahan
- Sodium klorat coklat
- Opium hitam
Dalam kondisi sedang kekakuan dapat pertama kali terdeteksi di wajah antara
1 dan 4 jam dan di anggota badan antara 4 dan 6 jam setelah kematian.
- 2 jam pertama à suhu tubuh turun ½ dari perbedaan antara suhu tubuh
dengan suhu sekitarnya
- 2 jam kedua à turun ½ dari nilai 2 jam pertama
- 2 jam ketiga à turun ½ dari nilai 2 jam kedua
- 2 jam keempat à turun ½ dari nilai 2 jam ketiga atau 1/8 dari 2 jam
pertama.
Rigor mortis: kekakuan otot, mekanismenya saat setelah mati kadar ATP
habis, Actin myosin menggumpal otot menjadi kaku
Indetifikasi
Ciri-ciri
Kematian Tanatologi Mekanisme tanda
kematian
Mati
somatis
Step V
1. Menjelaskan Tanatologi ( Definisi dan Fungsi )
2. Menjelaskan Proses kematian diserakan dengan mekanismenya dan apa yang
berperan dan waktunya
Refleksi Diri
Alhamdulillah pada PBL skenario 1 di blok 5.2 ini saya dapat lebih
memahami kembali mengenai Tanatologi Terimakasih kepada dr. Bambang yang
telah membimbing dan mengarahkan kelompok kami sehingga diskusi dapat
berjalan dengan lancar dan sistematis sehingga kami mudah memahaminya.
Walaupun terdapat beberapa materi yang belum saya pahami, tetapi saya akan
berusaha mencari tau kembali melalui sumber-sumber terpercaya lainnya, semoga
pada pertemuan PBL kedepannya bisa lebih baik lagi aamiin.
Step VI
Belajar Mandiri
Step VII
Kelima kriteria itu semuanya harus ada sebelum seseorang dinyataka mati
dan dihentikan bantuan mesin pembantu kehidupannya. Tanda kematian
pasti:
Ada 2 (dua) fase perubahan post mortem, yaitu fase dini dan fase lanjut.
Perubahan pada fase dini post mortem ada 5 (lima), yaitu:
1) Perubahankulit muka
2) Hilangnya elastisitas kulit
3) Otot atoni dan relaksasi
4) Perubahan mata
5) Terhentinya sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan saraf. (1)
1) Algor mortis
2) Livor mortis
3) Rigor mortis
4) Pembusukan (Putrefection/Dekomposisi)
5) Perubahan biokimia. (1)
Perubahan post mortem:
1) Kulit wajah pucat: karena sirkulasi berhenti, darah mengendap terutama
pembuluh darah besar.
2) Relaksasi primer. karena tonus otot tidak ada- rahang bawah meloro.
3) Perubahan pada mata. (1)
Penurunan Suhu Mayat (Algor Mortis)
Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan suhu mayat:
a. Faktor lingkungan dan suhu medium
b. Suhu tubuh sebelum kematian. Intensitas dan kuantitas aliran atau
pergerakan udara
c. Keadaan tubuh dan pakaian yang menutupi
d. Jenis medium. (1)
b. Heat stiffening: kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas
c. Cold stiffening terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot. (1)
Algor mortis
- Penurunan suhu tubuh akibat pemindahan panas dari suatu benda ke benda
yang lebih dingin melalui radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi
- Penurunan suhu dipengaruhi
a. Suhu lingkungan (rendah lebih cepat)
b. Aliran dan kelembaban udara (berangin dan tidak lembab lebih cepat)
c. Bentuk tubuh dan posisi tubuh (kurus dan telentang lebih cepat)
d. Pakaian (tipis atau tidak berpakaian lebih cepat)
Moritz’s formula :
Lama kematian (Jam) = (98,4°F- suhu rektal jenazah °F)
1,5
Pembusukan (dekomposisi atau putrefection) adalah keadaan di mana
bahan-bahan organik terutama protein mengalami dekomposisi baik yang
melalui autolisis ataupun kerja bakteri pembusuk. Ada 17 tanda pembusukan,
yaitu:
a. Wajah membengkak
b. Bibir membengkak
c. Mata menonjol
d. Lidah terjulur
e. Lubang hidung keluar darah
f. Lubang mulut keluar darah
g. Lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus
(gravid)
h. Badan gembung
i. Bulla atau kulit ari terkelupas
j. Aborescent pattern / morbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna
kehijauan
k. Pembuluh darah bawah kulit melebar
l. Dinding perut pecah
m. Skrotum atau vulva membengkak
n. Kuku terlepas
o. Rambut terlepas
p. Organ dalam membusuk
q. Larva lalat. (1)
Variasi-variasi pembusukan:
Tabel 5. aktivitas insekta pada jasad manusia yang mati di udara. (1)
Mekanisme Pembusukan
Kejadian setelah mati dikenal sebagai dekomposisi mayat. Keurusakan
dari jaringan tubuh melalui proses autolisis, putrefaksi, dan decay. Putrefaksi
adalah terjadinya degradasi sel atau jaringan tubuh secara anaerob, sedangkan
pada decay proses ini terjadi secara aerob. Pada tahap awal terjadinya
putrefaksi dimulai dengan autolisis dimana proses ini berlangsung karena sel
yang mati dengan adanya enzim-enzim tertentu serta tidak dipengaruhi oleh
mikroorganisme. (4)
Pada orang yang telah mati semua sistem pertahanan tubuh hilang maka
kuman-kuman pembusuk dapat leluasa memasuki pembuluh darah dan
menggunakan darah sebagai media yang sangat baik untuk berkembang biak.
Kuman tersebut dapat menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang
terjadi sebelum atau sesudah mati, pencairan thrombus dan emboli, perusakan
jarigan-jaringan dan pembentukan gas-gas pembusukan. Proses ini akan
mulai tampak kurang lebih 48 jam setelah mati. (4)
Tanda awal dari pebusukan akan tampak diskolorasi pewarnaan hijau
pada kuadran bawah abdomen, bagian kanan lebih sering daripada bagian
kiri. Biasanya akan terjadi pada 24-36 jam setelah kematian. Di daerah
kuadran kanan bawah, dimana usus besar di daerah tersebut banyak
mengandung cairan dan bakteri selain karena letak usus tersebut memang
dekat dengan dinding perut. Pewarnaan kehijauan tersebut juga akan terjadi
pada daerah kepala, leher, dan bahu. Warna hijau tersebut disebabkan oleh
karena terbentuknya sulf-Hb, dimana H2S yang berasal dari pemecahan
protein akan bereaksi dengan Hb yang akan membentuk Hb-S dan Fe-S. (4)
Bakteri yang masuk dan berkembang biak pada pembuluh darah
menyebabkan hemolisa dengan adanya reaksi hemoglobin dan hydrogen
sulfide yang kemudian mewarnai dinding permbuluh darah dan jaringan
sekitarnya menjadi hitam kehijauan, proses ini disebut marbling. Bakteri ini
memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah
menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena superfisial sehingga
pembuluh darah dan cabang-cabangnya nampak lebih jelas seperti pohon
gundul (aborescent pattern atau aborescent mark). (4)
Pada minggu kedua kulit ari akan mudah terlepas bila tergeser atau
tertekan karena terbentuknya gelembung-gelembung pembusukan yang
merupakan kelanjutan dari perubahan tersebut. Gelembung-gelembung
pembusukan berisi cairan merah kehitaman yang disertai bau pembusukan
yang bila dipecah akan tampak pada kulit pada dasar gelembung tersebut licin
dan berwarna merah jambu. (4)
Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah dicabut, kuku-kuku
akan terlepas, wajah akan tampak menggembung dan pucat dengan
pewarnaan kehijauan dan akan berubah menjadi hitam kehijauan yang
akhirnya akan bewarna hitam, mata akan tertutup erat oleh karena
penggembungan pada kedua kelopak mata serta bola mata akan menjadi
lunak, bibir akan menggembung dan mencucur, lidah akan menggembung
dan terjulur keluar, dan cairan dekomposisi dapat keluar dari hidung. (1)
Organ-organ dalam akan membusuk dan kemudian hancur. Organ
dalam yang paling cepat membusuk adalah otak, hati, lambung, usus halus,
limpa, uterus pada wanita hamil atau masa nifas. Sedangkan organ yang
lambat membusuk adalah paru-paru, esophagus, jantung, diafragma, ginjal
dan kandung kemih. Organ yang paling lambat membusuk antara lain
kelenjar prostat pada laki-laki dan uterus wanita yang tidak sedang hamil
ataupun nifas. (4)
Otak akan menjadi lunak sampai seperti bubur, paru-paru akan menjadi
lembek, hati, jantung, limpa dan ginjal akan mudah dikenali. Hati akan
menjunjukkan gambaran honey-comb, limpa lunak dan mudah hancur, otot
jantung akan tampak keunguan dan manjadi suram. Pada organ yang paling
lama membusuk seperti prostat dan uterus dapat menjadi pertanda untuk
menentukan jenis kelamin dari mayat pada keadaan dimana pembusukan
sudah berlanjut atau berlangsung lama.(4)
factor-faktor yang mempengaruhi pembusukan
- Faktor luar, yaitu:
a. Mikroorganisme
Pada mayat bayi yang baru dilahirkan proses pembusukannya akan
terhambat
b. Suhu disekitar mayat
Suhu optimal pembusukan 70-100 Fahrenheit
c. Kelembaban udara
Semakin tinggi kelembaban udara semakin cepat proses
pembusukannya
d. Medium dimana mayat berada
Pembusukan medium udara akan lebih cepat disbanding medium air,
medium air akan lebih cepat dibandingkan medium tanah
- Faktor dalam, yaitu:
a. Umur
Pada mayat dari orang-orang tua proses pembusukannya lebih lambat
disebabkan lemak ditubuhnya relative lebih sedikit, pada bay baru
lahir juga lebih lambat karena belum kemasukan kuman pembusuk
b. Sebab kematian
Mayat pada orang yang mati mendadak lebih lambat pembusukannya
dibanting karena penyakit kronis
c. Keadaan mayat
Proses pembusukan yang cepat terjadi pada tubuh mayat yang
gemuk, edematus, atau luka-luka.
Adiposera (saponifikasi)
- Lilin mayat
- Terbentuk bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
- Asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan
mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh yang
tercampur dengan sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf
- Adiposera terapung di air bila dipanaskan mencair dan terbakar nyala
kuning, larut dalam alcohol panas dan eter
- Adiposera terbentuk disebarang lemak tubuh, di dalam hati
- Perubahan berbentuk bercak terlihat di pipi, payudara, dan bokong
- Jarang semua lemak berubah jadi adiposera
- Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh bertahan
bertahun – tahun.
- Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera
a. Kelembaban dan lemak tubuh cukup
b. Udara hangat
c. Invasi bakteri ke dalam jaringan
- Faktor yang menghambat pembentukan
a. Air yang mengalir dan membuang elektrolit
b. Udara dingin
- Pembusukan terhambat oleh adiposera
a. Derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah
b. Lemak segar mengandung 0.5% asam lemak bebas
c. Dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20%
d. Setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih
e. Adiposera menjadi jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna
putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian lunak
tubuh
f. Adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat. (5)
Mumifikasi
a. Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan
tanda-tanda kekerasan. Keadaan TKP-nya rapi; dalam lemari ditemukan
obat-obatan dan rontgen foto yang menandakan korban sakit paru-paru.
Cara kematian korban diduga adalah wajar.
b. Bunuh Diri
- Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter dalam
hal ini bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat
berkesimpulan, "Jelas suatu kejadian bunuh diri".
- Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh
korban adalah luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan,
"Peristiwa tersebut biasanya merupakan peristiwa bunuh diri".
- Jika menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada korban adalah
luka-luka tanda klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan, "Peristiwa
ini lebih mendekati bunuh diri dari pembunuhan".
c. Pembunuhan. Jika dokter menemukan keadaan TKP porak-poranda dan
luka-lukapada korban tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia
dapat berkesimpulan, "Peristiwa tersebut merupakan pembunuhan
d. Kecelakaan. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan di atas meja
terdapat alat seterika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban
terdapat kawat listrik yang bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia
dapat berkesimpulan, "Peristiwa tersebut menurut dugaan adalah suatu
kecelakaan".
e. Cara kematian tidak jelas. Dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar
pada korban belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian.(1)
Sebab Kematian
Mekanisme Kematian
Penentuan Kematian
- Kriteria tradisional didasarkan konsep permanent cessation heart beating
and respiration
a. Fungsi jantung dan paru terhenti sekitar 10 menit
b. Sel otak akan rusak ireversibel jika tidak dapat suplai oksigen, di suhu
dingin ketahanannya mencapai 1 jam atau lebih
- Kriteria baru diagnostik didasarkan pada konsep brain death dan brain
stem death
a. Mustahil diagnosis brain death dengan epriksa seluruh fungsi otak
dalam keadaan koma
b. Proses brain death tidak serentak tapi bertahap, karena resistensi
terhadap ketiadaan oksigen berbeda beda (brain stem lebih tahan drpd
kroteks atau thalamus)
c. Brain stem bagian yang mengatur fungsi vital (co: pernapasan)
- Kriteria yang paling banyak digunakan
a. Hilang respon terhadap rangsang
b. Tidak ada gerakan otot serta postur (asalkan tidak sedang dibawah
pengaru obat obatan curare
c. Tidak ada reflek pupil
d. Tidak ada reflek kornea
e. Tidak ada respon motoric dri saraf kranial terhadap rangsang
f. Tdak ada refleks menelan atau batuk Ketika ETT masuk
g. Tidak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es ke
lubang telinga
h. Tidak ada napas spontan Ketika respirator dilepas dalam waktu yang
cukup lama
- Dicek paling cepat 6 jam sesudah onset koma serta apneu dan diulang
paling cepat 2 jam sesudah tes eprtama
- Tes konfirmasi dengan EEG atau angiografi hanya dilakukan jika
meragukan atau ada kekhawatiran akan adanya tuntutan di kemudian hari
- Untuk menetukan paru – paru sudah berhenti bernapas perlu dilakukan
pemeriksaan
a. Auskultasi
b. Tes Winslow
Gelas berisi air diatas perut atau dada. Bila permukaan air bergoyang
berarti ada Gerakan napas
c. Tes cermin
Meletakan cermin di depan mulut dan hidung, kalau basah berarti
masih bernapas
d. Tes bulu burung
Meletakan bulu burung di depan hidung, bila bergetar masih bernapas.
- Untuk menetukan jantung sudah berhenti bernapas perlu dilakukan
pemeriksaan
a. Auskultasi
Prekardial selama 10 menit
b. Tes Magnus
Mengikat jari tangan sehingga hanya ada aliran darah vena yang
terhenti. Bila terjadi bendungan sianotik berarti masih ada sirkulasi
c. Tes Icard
Menyuntikan larutan campuran 1 gr fluorescein dan 1 gr Sodium
bicarbonate dalam 8 ml air secara subkutan
Bila ada warna kuning kehijaun berarti masih ada sirkulai darah
d. Insisi arteri radialis
Bila terpaksa dilakukan pengirisan pada arteri radialis, bila keluar
darah pulsatil berarti masih ada sirkulasi. (5)
- Bila mata terbuka pada atmosfer kering sklera di kiri dan kanan kornea
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar
di tepi kornea (taches noires sclerotiques)
- Kornea keruh lapis demi lapis dari lapisan terluar yang dapat dihilangkan
dengan meneteskan air
a. Bila mencapai lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air
(6 jam pasca mati)
b. Mata tertutup / terbuka kornea keruh dalam 10 – 12 jam
- Tekanan Bola mata menurun distorsi pupil pada penekanan bola mata
Perubahan Retina
- 30 menit pasca mati tampak keruh macula dan discus opticus mulai pucat
- 1 jam pasca mati macula lebih pucat dan tepi tidak tajam
- 2 jam pasca mati retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning
(kuning disekitar macula yang menjadi lebih gelap). Koroid vaskular
tampak bercak dengan latar belakang merah (segmentasi)
- 3 jam pasca mati segmentasi menjadi kabur
- 5 jam pasca mati homogen dan pucat
- 6 jam pasca mati batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar mengalami
segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu
- 7 – 10 jam pasca mati segmen mencapai tepi retina dan batas diskus akan
sangat kabur
- 12 jam pasca mati diskus dapat dikenali dengan adanya konvergensi dan
hanya beberapa pembuluh darah terisisa
- 15 jam pasca mati tidak ditemukan gambaran pembuluh darah retina,
diskus dan hanya terlihat macula yang berwarna coklat gelap
Perubahan rambut
Pertumbuhan kuku
Reaksi supravital
- Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup
- Rangsang listrik dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90 -120
menit pasca mati Mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60 –
90 menit
- Trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam
pasca mati.
Daftar Pustaka