Anda di halaman 1dari 72

dr. Armon Rahimi, Sp.

PD-KPTI FINASIM
FK UISU Medan
2017
1. ZIKA VIRUS
• Infeksi virus zika adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus zika melalui
perantara gigitan nyamuk.
• Penyakit yang disebabkannya dinamakan
sebagai Zika, penyakit Zika (Zika disease)
ataupun demam Zika (Zika fever).
Epidemiologi
• Sebelum tahun 2015, wabah virus Zika
terjadi di wilayah Afrika, Asia Tenggara,
dan Kepulauan Pasifik
• Negara yang diberi status Kejadian Luar
Biasa (KLB) Zika adalah Brazil, Cape
Verde, Colombia, El Savador, Honduras,
Martinique, Panama, dan Suriname.
Epidemiologi
• Penyebaran virus Zika juga perlu diwaspadai di Indonesia mengingat
Indonesia merupakan wilayah tropis dan endemis DBD,
• Kasus Virus zika di Indonesia:
1. Tahun 1981 dilaporkan ada satu pasien di Rumah Sakit Tegalyoso
Klaten
2. Tahun 1983 dilaporkan ada enam dari 71 sampel di Lombok NTB
3. Tahun 2013 dilaporkan ada seorang turis perempuan dari Australia
positif terinfeksi virus Zika setelah sembilan hari tinggal di Jakarta
4. Tahun 2015 dilaporkan ada seorang turis dari Australia terinfeksi virus
Zika setelah digigit monyet di Bali
5. Tahun 2015-2016 Lembaga Eijkman melaporkan seorang pasien di
Provinsi Jambi positif terinfeksi virus Zika
Etiologi

• Pertama kali ditemukan pada tubuh monyet di


Hutan Zika, Uganda pada tahun 1947 dan pada
tahun 1952 ditemukan pada tubuh manusia.

• Virus Zika merupakan spesies virus dari


familia flaviviridae genus flavivirus yang
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
juga dikenal sebagai vektor DBD dan
Chikungunya.
Penularan
• Melalui gigitan nyamuk
• Dari ibu ke janin
• Melalui Transfysi darah yang terinfeksi dan
kontak seksual dengan penderita
Manifestasi
• Demam ringan ( kurang dari 38,5 ° C )
• Ruam makulopapular
• Konjungtivitis dan sakit dibelakang mata
• Nyeri otot dan nyeri sendi dengan
kemungkinan pembengkakan
• Malaise
• Sakit kepala
Pemeriksaan penunjang
• Tes laboratorium untuk spesimen akut
- Selama 7 hari pertama, RNA virus sering
dapat diidentifikasi dalam serum metode
RT-PCR
- Antibodi spesifik IgM virus dapat terdeteksi
di hari ke-4 atau lebih setelah onset
penyakit.
Pemeriksaan penunjang
• Tes laboratorium untuk spesimen pada fase konvalesens
- Antibodi IgM biasanya bertahan selama kurang lebih 2-
12 minggu
- Karena reaktivitas silang serologi antara flaviviruses,
antibody IgM tidak dapat membedakan antara Zika dan
infeksi virus dengue dengan baik. Maka, hasil IgM
positif dalam tes IgM ELISA dengue dan Zika harus
dipertimbangkan sebagai indikasi adanya infeksi
flavivirus.
- Plaque-Reduction Neutralization test (PRNT) dapat
dilakukan untuk mengukur antibodi virus spesifik
Diagnosis
• Infeksi virus Zika dapat ditegakkan
berdasarkan gejala dan riwayat (misalnya
tinggal atau perjalanan ke suatu daerah di
mana virus Zika dikenal untuk hadir )

• Diagnosis virus Zika hanya dapat dikonfirmasi


dengan tes laboratorium untuk keberadaan
RNA virus Zika dalam darah atau cairan tubuh
lainnya , seperti air seni atau air liur
Penatalaksanaan
• Tidak ada pengobatan antivirus spesifik
yang tersedia untuk penyakit virus Zika

• Pengobatan umumnya merupakan obat-


obatan simptomatik mencakup istirahat,
cairan , dan penggunaan analgesik dan
antipiretik.
Komplikasi
1. Mikrosefali dan malformasi system saraf pusat
kongenital
• Mikrosefali adalah suatu kondisi di mana
kepala bayi jauh lebih kecil dari normal
Gejala mikrosefali antara lain:
• Kejang
• Keterlambatan perkembangan, seperti masalah
dalam berbicara atau perkembangan lainnya
(seperti duduk, berdiri, dan berjalan)
• Cacat intelektual (penurunan kemampuan untuk
belajar dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari)
• Masalah dengan gerakan dan keseimbangan
• Masalah dalam asupan, seperti kesulitan menelan
• Gangguan pendengaran
• Masalah penglihatan
• Mikrosefali dapat didiagnosis selama
kehamilan atau setelah bayi lahir:
- USG akhir trimester ke-2 atau awal trimester
ke-3
- Ukur lingkar kepala  ≤ -2SD: mikrosefali, ≤
-3SD mikrosefali berat
• Pada bulan November, Departemen Kesehatan
Brasil merilis sebuah laporan menyatakan
kenaikan dramatis jumlah kasus mikrosefali,
terutama di Pernambuco. Di Brazil, RNA virus
Zika telah terdeteksi baik pada ibu dan pada
sampel cairan ketuban dari janin. Dengan
demikian, virus Zika mungkin memiliki potensi
untuk menginfeksi janin dan berpotensi
menyebabkan disfungsi perkembangan saraf
termasuk mikrosefali.
• Ada laporan dari wanita hamil yang terinfeksi virus
Zika bahwa mereka mengalami mikrosefali
bawaan pada bayi mereka. Beberapa bayi dengan
mikrosefali telah dikonfirmasi memiliki virus Zika.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa wanita
hamil lebih rentan terinfeksi virus Zika.

• Wanita hamil dengan riwayat perjalanan ke daerah


yang penularan virus Zikanya tinggi yang tidak
mengalami gejala klinis atau dengan hasil tes PCR
negatif dapat ditawarkan USG scanning untuk
mendeteksi mikrosefali atau kalsifikasi
intrakranial.
Komplikasi
2. Guillan – Barre Sindrom
• Kasus GBS terus dilaporkan dari negara-negara
yang terkena dampak tetapi tidak ada bukti
ilmiah baru mengenai hubungan antara virus
Zika dan GBS.

• Potensi hubungan infeksi virus Zika dengan


GBS pertama kali dilaporkan pada tahun 2014 ,
ketika wabah penyakit virus Zika di Polinesia
Perancis. Antara Oktober 2013 dan Februari
2014  38 kasus GBS disertai penyakit sugestif
infeksi virus zika
• Sindrom Guillain - Barré ( GBS ) adalah
suatu kondisi autoimun di mana sistem
kekebalan tubuh individu tidak tepat dan
menyerang komponen saraf perifer mereka

• Hal ini menyebabkan kelemahan otot di kaki


dan atau lengan , yang dapat menyebar ke
bagian lain dari tubuh
Pencegahan Virus Zika
• mengurangi nyamuk melalui pengurangan sumber
nyamuk (penghapusan dan modifikasi tempat
perkembangbiakan) dan mengurangi kontak antara
nyamuk dan manusia:
- menggunakan obat nyamuk secara teratur
- mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh
- menggunakan saringan nyamuk untuk pintu dan
jendela,
- perlindungan pribadi tambahan, seperti tidur di
bawah kelambu di siang hari.
- Membersihkan dan menutup wadah penampung air
2. SEVERE ACUTE
RESPIRATORY SYNDROME
(SARS)
• Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS)  penyakit infeksi saluran nafas
yang disebabkan oleh virus Corona dengan
sekumpulan gejala klinis yang berat.
ETIOLOGI
• Saat ini penyebab SARS sudah berhasil diketahui yaitu
berupa infeksi virus yang tergolong ke dalam Genus
Coronavirus (CoV)
• Genus Coronavirus berasal dari ordo Nidovirales yaitu
golongan virus yang memiliki selubung kapsul dan
genom RNA rantai tunggal.
• CoV terbagi kedalam 3 kelompok besar yaitu :
– Human CoV 229e dan porcine trans-missible gastroenteritis
virus
– Human CoV OC34 bovine coronavirus, mice hepatitis virus
– Virus bronkitis infeksiosa
PATOGENESIS DAN
PATOLOGI
• SARS secara klinis lebih banyak melibatkan
saluran nafas bagian bawah dibandingkan
dengan saluran nafas bagian atas.
• Pada saluran nafas bawah sel-sel asinus
adalah sasaran yang lebih banyak terkena
daripada trakea ataupun bronkus.
• Menurut hasil pemeriksaan post mortem
yang dilakukan, diketahui bahwa SARS
memiliki 2 fase di dalam patogenesisnya.
• Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit pada
fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan diffuse
alveolar damage (DAD) yang eksudatif.
• Fase ini dicirikan dengan adanya infitrasi dari campuran
sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan hialin
• Fase selanjutnya dimulai tepat setelah 10 hari perjalanan
penyakit dan ditandai dengan perubahan pada DAD
eksudatif menjadi DAD yang terorganisir.
• Pada periode ini terdapat metaplasia sel epitel skuamosa
bronkial,bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding dan lumen alveolus.
• Pada fase ini tampak dominasi pneumosit
tipe 2 dengan pembesaran nukleus serta
nukleoli yang eosinofolik.
• Selanjutnya seringkali ditemukan sel
raksasa dengan banyak nukleus didalam
rongga alveoli.
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala Prodmonal
– Masa Inkubasi antara 1-14 hari dengan rata-rata
waktu sekitar 4 hari.
– Demam 380C
– Mialgia
– Menggigil
– Rasa Kaku di tubuh
– Batuk non produktif
– Nyeri Kepala
– Diare
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Non Spesifik
– Foto Toraks
– Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
• Pemeriksaan Spesifik
– Pemeriksaan RT-PCR pada spesimen dahak,
feses dan darah perifer pasien.
– Pemeriksaan deteksi antigen serum dan kultur
virus
DIAGNOSIS
• Dalam menjaring kasus SARS, WHO tahun 2013 mengeluarkan
kategori :
– Demam Tinggi dengan suhu > 380C atau >1000F
– Satu atau lebih keluhan pernapasan termasuk batuk, sesak dan
kesulitan bernafas disertai dengan satu atau lebih keluhan berikut :
• Kontak dekat dengan orang yang didiagnosa suspek atau probable suspek
SARS dalam 10 hari terakhir
• Riwayat perjalanan ke tempat/negara yang terkena wabah SARS dalam 10
hari terakhir
• Bertempat tinggal di negara yang terjangkit wabah SARS
• Selanjutnya kasus suspek ditambah dengan gambaran foto
toraks yang menunjukkan tanda peneumonia atau respiratory
distress syndrome
TATALAKSANA
• Penatalaksanaan Kasus Suspek SARS :
– Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah
memakai masker N95)
– Berikan masker bedah pada penderita
– Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan sudah memakai
penggunaan alat proteksi perorangan
– Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak sepuluh hari sebelumnya
– Lakukan pemeriksaan foto thoraks normal dan darah tepi lengkap
– Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap di rumah
– Pengobatan rumah simptomatik, antibiotik bila ada indikasi,
vitamin dan makanan bergizi
• Penatalaksanaan Kasus Probable
– Rawat di RS dalam ruang isolasi dengan kasus
sejenis
– Pengambilan darah untuk darah tepi lengkap,
fungsi hati, kreatin fosfokinase, urea, elektrolit,
C reaktif protein
– Pengambilan sampel untuk membedakan dari
kasus pneumonia tipikal/atipikal
• Indikasi Rawat
– Suspek SARS dengan riwayat kontak erat (+)
– Suspek SARS dengan gejala klinis berat
– Probable SARS
– Isolasi di Rumah/ Home isolation
– Indikasi ke luar Rumah Sakit
• Tidak Panas selama 48 jam
• Tidak batuk
• Leukosit kembali normal
• Trombosit kembali normal
• CPK kembali normal
• Uji Fungsi hati kembali normal
• Perbaikan foto toraks
PEDOMAN PENATALAKSAAN
SARS
• Suspek SARS
– Observasi 2 x 24 jam perhatikan :
• Keadaan Umum
• Kesadaran
• Tanda vital
– Terapi suportif
– Antibiotik : amoksilin atau amoksilin + anti β-
laktamase
• Probable SARS
– Ringan / sedang
• Terapi suportif
• Antibiotik
Golongan β-laktam + anti β-betalaktamase ditambah
makrolit generasi baru secara oral atau,
Sefalosforin generasi ke 2 atau ke 3 IV ditambah
makrolid generasi baru atau,
Fluorokuinolon respirasi IV : Moxifloxacin,
Levofloxacin, Gatifloxacin
– Berat
• Terapi suportif
• Antibiotik
a. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas :
- Sefalosporin generasi ke 3 IV non pseudomonas +
makrolit generasi baru, atau
- Fluorokuinolon respirasi
b. Ada faktor resiko infeksi pseudomonas :
- sefalosporon anti pseudomonas
• Kortikosteroid. Hidrokortison IV 4 mg/kgBB tiap 8 jam,
tapering atau metilprednisolon IV 240-320 mg tiap hari
• Ribavirin 1,2 gr oral/8jam atau 8 mg/kgBB IV per 8 jam
• Kriteria Hasil
Kriteria Pneumonia berat salah satu diantara
ini :
– Frekuensi nafas > 30 x/I
– PaO2/FiO2 < 250 mmHg
– Foto toraks paru kelainan bilateral
– Foto toraks paru melibatkan lebih dari 2 lobus
– Tekanan sistolik < 90 mmHg
– Tekanan diatolik <60 mmHg
• Resiko Infeksi pseudomonas
– Bronkiektasis
– Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
– Pengobatan antibiotik spektrum luas dari lebih
dari 7 hari
– Pada bulan terakhir
– Gizi kurang
3. MERS CoV
• Virus corona Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) virus organ pernafasan orang yang yang
merupakan jenis penyakit saluran pernafasan yang
bisa mengakibatkan kematian.
• Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona
virus (Novel Corona Virus).
Apakah corona virus itu ?
• Coronavirus adalah RNA virus
yang mana sering menyebabkan
infeksi saluran nafas ringan.

•Coronavirus terutama
menginfeksi saluran nafas dan
pencernaan mamalia dan
burung.

•SARS (severe acute respiratory


syndrome) dan MERS (middle
east respiratory syndrome)
adalah infeksi coronavirus yang
sekarang menjadi fokus
perhatian dunia.
EPIDEMIOLGI
•Virus MERS 
September 2012 di Arab
Saudi.
•14 juni 2013, 58 kasus
infeksi MERS CoV
dengan 33 kematian
pada manusia.
•Penyebaran manusia ke
manusia terjadi terbatas
pada beberapa kelompok
kasus di Jordan, Saudi
Arabia, UK, Prancis,
Tunisia dan Italia.
ETIOLOGI
•MERS CoV  beta-
coronavirus dengan family
yang sama penyebab SARS.

•Rangkaian viral genome dan


analisa phylogenetic
menunjukkan MERS CoV
adalah genus beta-
coronavirus, pada garis
keturunan C dan SARS
pada garis keturunan B.

•Masa inkubasi sekitar 1-9


hari.
GAMBARAN
KLINIS
• MERS CoV: influenza
ringan ,pneumonia berat
disertai gagal nafas dan ginjal
dan berakhir dengan
kematian.
•Dimana symptom dari
MERS adalah demam, batuk,
sesak nafas dan gejala
gastrointestinal.
•Dan gejala ini hampir sama
dengan virus SARS.
DIAGNOSIS
• Identifikasi pasien: perjalanan
ke negeri arab, atau terpapar
penyakit setelah kembali dari
perjalanan ke daerah tersebut.

•Sampel saluran nafas seperti


hidung dan swab tenggorokan,
sputum, aspirasi endotracheal,
atau cuci bronchial akan diuji
untuk MERS CoV dengan RT-
PCR untuk memastikan
diagnose.
PENYEBARAN

• menurut data WHO,


penyebaran masih terbatas di
infeksi antara keluarga dan
petugas kesehatan.

• penyebaran manusia ke
manusia hanya terjadi
dibeberapa kelompok
tertentu.

•Model penyebaran yang


pasti masih belum diketahui.
PENCEGAHAN
• Menghindari kontak
dengan orang yang
batuk, sesak nafas, dan
demam.

• Gunakan tissue atau


masker penutup hidung
saat batuk.
PROSEDUR
PENCEGAHAN

• cuci tangan dengan air panas


dan sabun setidaknya 6 atau 7
kali sehari

• desinfektan sesering mungkin


daerah yang kemungkinan
terinfeksi

• cuci tangan atau gunakan


sanitiser ketika kontak dengan
daerah yg dicurigai terinfeksi
PENGOBATAN
• Pada saat ini, hanya ada
minimal penelitian untuk
menggunakan antiviral atau
terapi pendukung untuk
novel pathogen ini.

•Seperti SARS, pelayanan


suportif termasuk dukungan
ventilator mekanik dan terapi
pengganti ginjal mungkin
terapi terbaik yang dapat
ditawarkan.
Hisham Momattin, Khurram Mohammed, et al; Therapeutic options for middle east respiratory syndrome
coronavirus (MERS CoV) – possible lessons from a systematic review of SARS-CoV therapy; from International
Journal of Infectious Diseases 17 (2013) e792-e798.
DISKUSI
•penyebaran yang luas masih
belum dijumpai.

• pola penyebaran masih


belum diketahui

• belum ada peringatan


untuk dilarang bepergian ke
daerah endemik
4. FLU BURUNG
• Flu burung adalah suatu infeksi pada unggas dimana yang ringan
ditandai dengan rontoknya bulu serta menurunnya produksi telur
sampai ke yang berat yag disebut highly pathogenic avian influenza.

• Pada keadaan yang berat bahkan unggas dapat mati pada hari yang
sama dengan mulai timbulya gejala, angka kematian dapat mencapai
hampir 100% dan sangat menular antar unggas sehingga jutaan unggas
dapat terkena.

• Jenis virus avian influenza pada manusia antara lain H1N1, H2N2,
H3N2, H5N1, H9N2, dan H7N7.
• Menurut WHO pada akhir tahun 2003 dan awal 2004 virus
yang ditemukan di Vietnam, Thailand dan Kamboja serta
Indonesia adalah jenis virus H5N1.

• Penularan dapat terjadi dari unggas ke unggas ke hewan lain


dan kini juga ke mausia. Unggas yang terinfeksi akan menular
pada 2 minggu pertama penyakitnya. Masa inkubasi antara
mulai masuknya virus dan timbulnya gejala adalah 1-3 hari.

• Kepustakaan lain menyatakan bahwa masa inkubasi dapat


berkisar antara 3-7 hari, tergantung isolat, dosis dari inokulum,
spesies dan umur burung. Virus akan mati dengan detergen,
desinfektan seperti formalin dan cairan yang mengandung
iodine dipanaskan.
• Virus dapat tetap hidup di air pada suhu 22o C selama 4 hari. Pada suhu
0oC bahkan sampai lebih dari 30 hari  wabah flu burung banyak merebak
dimusim dingin atau musim penghujan yang udaranya relatif lebih dingin.
Sementara itu pada bahan organik maka virus akan hidup lebih lama.
Dalam tinja ungas dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama.

• Virus akan mati pada pemanasan 60oC selama 30 menit atau 56oC selama 3
jam. Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari ringan
nyaris tanpa gejala, ringan sampai sangat berat tergantung keganasan
virusnya, lingkungan dan keadaan unggasnya sendiri.

• Gejala yang timbul dapat berupa jengger biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare dan tak mau makan. Dapat terjadi gangguan
pernafasan berupa : batuk dan bersin. Gangguan reproduksi berupa
penurunan produksi telur dapat merupakan gejala awal. Gangguan sistem
saraf dapat dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus unggas mati tanpa
gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala, pada kalkun
dapat 2-3 hari.
• Di lapangan diagnosis pada unggas akan berdasar pada gejala
klinik penurunan produksi telur. Setelah itu dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium.

• Dalam hal ini harus jelas bahan yang dikirim, dapat berupa
swab, tinja atau organ internal seperti trakea, paru, ginjal,
kloaka dan otak, khususnya pada pemeriksaan patologi
anatomi.

• Di laboratorium selama 9-11 hari embrio ayam akan di


inkulasi dengan swab atau jaringan. virus influenza unggas
akan membunuh embrio dalam 48- 72 jam. Dipihak lain juga
dapat dilakukan tes sirologi dimana antibodi tes akan positif
pada 3-4 hari setelah gejala pertama timbul.

• Untuk pemeriksaan virus ini darah sekarang masih dikirim


untuk diperiksa di Hongkong.
Penularan Virus ke Manusia

• Virus ditularkan melalui feses unggas. Penular pada manusia


terjadi karena kontak dengan berbagai jenis unggas terinfeksi,
langsung maupun tidak langsung.

• Maksudnya selain memang langsung menyentuh unggas,


ayam, burung, penularan juga dapat terjadi melalui kendaraan
yang mengangkat binatang itu, dikandangnya dan alat-alat
peternakan termasuk melalui pakan ternak.

• Penurun juga dapat terjadi melalui pakaian termasuk sepatu


para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang
sakit dan dapat juga pada saat jual beli ayam hidup di pasar,
serta berbagai mekanisme yang lain.
Ada 3 mekanisme penularan unggas ke
manusia seperti pada bagan dibawah ini :
Bagan 1
• Unggas liar  unggas domestik  babi terinfeksi virus
influenza burung & virus influenza manusia  manusia 
menular ke manusia lainnya.
Bagan 2
• Unggas liar  unggas domestik  manusia terinfeksi virus
influenza burung & virus influenza manusia  menular ke
manusia lainnya.
Bagan 3
• Unggas liar  unggas domestik  manusia terinfeksi virus
influenza burung  menular ke manusia lainnya.
• Dalam hal penularan dari unggas ke manusia ini perlu
ditegaskan disini bahwa penularan pada dasarnya
berasal dari unggas sakit, hidup dan menular.

• Unggas yang telah dimasak, digoreng, direbus,


diopor, tidak lagi menularkan flu burung ke orang
yang memakannya. Virus flu burung akan mati
dengan pemanasan 80oC selama 1 menit. Artinya
adalah aman untuk makan opor ayam atau burung
dara goreng ataupun jenis masakan matang lainnya.
Gejala dan Keluhan

• Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu


biasa lainnya, hanya saja cenderung lebih sering dapat cepat
menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan
timbulnya gejala adalah sekitar 3 hari.

• Sementara dalam kepustakaan dinyatakan bahwa masa


infeksius pada manusia adalah satu hari sebelum sampai 3-5
hari sesudah gejala timbul, gejala pada anak dapat sampai
pada 21 hari. Gejala pada manusia yang tertular flu burung
pada dasarnya sama dengan flu pada umumnya, hanya saja
berpotensi menjadi berat dan fatal.

• Gejala yang ada berkisar seperti demam, batuk, sakit


tenggorokan, sakit kepala dan nyeri sendi sampai infeksi
selaput mata (conjunctivitis).
• Bila keadaan makin memburuk maka dapat terjadi severe
respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas
hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta
meningkatnya kadar CO2.

• Keadaan ini umumnya terjadi karena infeksi flu kemudian


menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang
paru (pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu
sendiri atau juga disebabkan oleh bakteri yang kemudian
masuk ke saluran nafas dan menginfeksi paru yang
memang sedang sakit akibat flu burung ini.
Pemeriksaan Fisik

• Setelah didapatkan data tentang gejala dan


faktor resiko maka dilakukan pemeriksan fisik,
pada pneumoni akan terdengar nafas bronkhial
dengan suara tambahan ronkhi basah.
Pemeriksaan Laboratorium

• Pada darah didapatkan penurunan sel darah putih (Leukosit) sampai


menjadi 2100 dengan rentang antara 1200 s/d 3400 (normal: 4000 –
10000), bila terinfeksi oleh bakteri maka leukosit dapat akan meningkat
lebih dari 11.000 dan bukannya menurun seperti pada infeksi virus flu
burung ini.

• Hal lain yang juga didapatkan kelainan dalam pemeriksaan darah adalah
kadar kreatinin, glukosa, sitokin, khususnya kemokin dan monokin.

• Pada pasien flu burung yang meninggal dibeberapa negara telah dilakukan
otopsi. Hasilnya menunjukkan penyebab kematian utama antara lain
adalah ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) yaitu kerusakan paru
luas dan fatal serta multi organ failure, kerusakan berbagai alat tubuh
sekaligus. Dari otopsi didapatkan kelainan pada sumsung tulang berupa
reactivehystiocytosis dengan haemophagocytosis serta aktif myelopoetis.
Didapatkan juga peningkatan kadar IL (interleukin) 2, IL 6 serta interferon
gamma.
Ada 5 faktor resiko utama yang membuat keadaan
pasien menjadi lebih jelek dan menimbulkan
kematian:

1. Usia tua
2. Keterlambatan dibawa ke Rumah Sakit
3. Adanya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
4. Penurunan limposit (limfopenia)
5. Terjadinya pneumoni yang luas
Menurut kriteria WHO (2005) maka diagnostis pasti
infeksi flu burung adalah bila terdapat satu atau lebih
hasil pemeriksaan dibawah ini:
1. Positif kultur virus A/H5
2. Positif pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
untuk influenza A/H5, seperti yang terjadi pada kasus di
Indonesia.
3. Positif pemeriksaan IFA (Immunofluorescence antibody)
tes untuk antigen H 5 dengan menggunakan antibodi
monoclonal H 5.
4. Peningkatan 4 kali titer antibodi pada dua kali pemeriksaan
serum darah.
Tahun 2004 Departemen Kesehatan RI membagi diagnosis flu
burung di manusia menjadi kasus suspek, propable dan kasus
konfirmasi.

• Suspek flu burung: adalah seseorang dengan infeksi saluran


pernafasan akut (ISPA) dengan gejala demam (suhu > 38o C),
batuk dan atau sakit tenggorokan dengan salah satu keadaan:
a. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit
KLB flu burung.
b. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa
penularan
c. Bekerja pada suatu Laboratorium yang memproses
spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu
burung.
• Propable adalah : kasus suspek disertai salah satu keadaan:
a. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah ke virus
influenza A H5N1, misal tes yang menggunakan antigen
H5N1.
b. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumoni/gagal
pernafasan/meninggal.
c. Terbukti tidak ada penyebab lain.

• Kasus konfirmasi atau kasus yang sudah pasti adalah


kasus yang :
a. Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)
b. Hasil PCR influenza H5 (+)
c. Terjadi peningkatan antibodi H5 sebesar 4 kali.
Pengobatan
• Obat yang diberikan dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada.
bila ada batuk dapat diberi obat batuk, dan kalau sesak diberi obat
jenis bronkodilator.

• Pasien juga harus mendapat terapi supertif, makan yang baik dan
bergizi, bila perlu diinfus dan istirahat yang cukup. Secara umum
daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan. Selain itu dapat pula
diberikan obat anti virus.

• Ada 2 jenis yang tersedia yaitu kelompok M2 inhibitor (amantadine


dan rimantadine) serta kelompok neuraminidase inhibitor (oseltamivir
dan zanimivir).

• Kasus di Hongkong tahun1999 juga mendapat pengobatan antibiotik


Cefuroxime dan Cefotoxime dengan ditambah obat golongan steroid
jenis Beclomethasone. Kalau keadaan pasien terus memburuk perlu
dipasang alat ventilator.
Secara umum pada dasarnya ada 5 hal yang dilakukan
dalam penanganan pasien flu burung di rumah sakit :

1. Pasien mendapat obat yang bersifat simptomatik, sesuai gejala yang


ada. Bila ada batuk dapat diberikan obat batuk, dan kalo sesak dapat
diberikan obat jenis bronkodilator untuk melebarkan saluran napas
yang menyempit, kalau demam tinggi diberikan obat penurun panas.
2. Pasien juga mendapat obat / bantuan untuk mengatasi keadaan umum
yang lemah, misalnya dalam bentuk berbagai jenis infus.
3. Pasien sering kali dapat dalam keadaan gawat sehingga perlu diberikan
obat-obat khusus, misalnya golongan kortikosteroid. Kalau diperlukan
juga dapat diberikan berbagai jenis antibiotika, khususnya bila ada
infeksi bakteri yang terjadi bersam-sama dengan infeksi virus flu
burung.
4. Pasien biasanya diberikan pula obat antivirus seperti M2 inhibitor
(amantadime dan rimantadime) serta neurominidase inhibitor
(oseotamivir dan zaminivir).
• Amantadine dan Rimantadime diberikan pada awal
penyakit, 48 jam pertama selama 3-5 hari, dengan
dosis 5 mg/ kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Pada
mereka yang BBnya lebih dari 45 kg diberikan 100
mg, 2 x sehari.

• Bila Amantadime dan Rimantadime tidak mempan


dapat juga diberikan Oseotamivir 75 mg, 1x sehari
selama 1 minggu untuk pencegahan dan untuk
pengobatan diberikan 2 x 75 mg / hari bahkan
dosisnya dapat ditingkatkan menjadi 2 x 150 mg/
hari.
Pencegahan

• Untuk pencegahan maka perlu adanya suatu


kebiasaan pola hidup sehat, menjaga daya tahan
tubuh, makan yang seimbang dan bergizi, istirahat
yang teratur dan olah raga teratur.

• Kebiasaan mencuci tangan secara teratur, yang


dulu juga banyak dianjurkan ketika SARS
berkecamuk juga perlu digalakkan lagi. Mereka
yang kontak dengan unggas yang sakit flu burung,
atau juga dengan pasien flu burung diberikan
oseltamivir 1x 75mg selama 7 hari.
Masyarakat yg tergolong kelompok resiko tinggi :

1. Pekerja peternakan atau petugas yang memproses unggas


terutama mereka yang kontak langsung dengan unggas yang
sakit, termasuk mereka yang membunuh hewan yang sakit,
dokter hewan.
2. Pekerja labor yang memproses sampel pasien / hewan
terjangkit.
3. Pengunjung peternakan / pemrosesan unggas dalam 1
minggu terakhir.
4. Orang yang kontak dengan pasien flu burung, termasuk
petugas kesehatan.
Khusus pada pekerja peternakan dan pemotongan hewan, ada
beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan :

1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah


terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan sabun.
Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang
yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk
membersihkan tangannya.

2. Mereka yang memegang, membunuh dan membawa /


memindahkan unggas yang sakit atau mati karena flu burung
seyogyanya melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung
tangan karet, masker, kaca mata dan sepatu boot.
3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan
prosedur yang baku dan memperhatikan faktor
keamanan petugas.

4. Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya


perlu diberitahu untuk melaporkan ke petugas
kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan,
infeksi mata dan gejala flu lainnya.

5. Dianjurkan juga petugas yang dicurigai punya potensi


tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan
secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian
vaksin influenza, penyediaan obat anti virus, dan
pengamatan secara serologi pada pekerja ini.

Anda mungkin juga menyukai