PD-KPTI FINASIM
FK UISU Medan
2017
1. ZIKA VIRUS
• Infeksi virus zika adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus zika melalui
perantara gigitan nyamuk.
• Penyakit yang disebabkannya dinamakan
sebagai Zika, penyakit Zika (Zika disease)
ataupun demam Zika (Zika fever).
Epidemiologi
• Sebelum tahun 2015, wabah virus Zika
terjadi di wilayah Afrika, Asia Tenggara,
dan Kepulauan Pasifik
• Negara yang diberi status Kejadian Luar
Biasa (KLB) Zika adalah Brazil, Cape
Verde, Colombia, El Savador, Honduras,
Martinique, Panama, dan Suriname.
Epidemiologi
• Penyebaran virus Zika juga perlu diwaspadai di Indonesia mengingat
Indonesia merupakan wilayah tropis dan endemis DBD,
• Kasus Virus zika di Indonesia:
1. Tahun 1981 dilaporkan ada satu pasien di Rumah Sakit Tegalyoso
Klaten
2. Tahun 1983 dilaporkan ada enam dari 71 sampel di Lombok NTB
3. Tahun 2013 dilaporkan ada seorang turis perempuan dari Australia
positif terinfeksi virus Zika setelah sembilan hari tinggal di Jakarta
4. Tahun 2015 dilaporkan ada seorang turis dari Australia terinfeksi virus
Zika setelah digigit monyet di Bali
5. Tahun 2015-2016 Lembaga Eijkman melaporkan seorang pasien di
Provinsi Jambi positif terinfeksi virus Zika
Etiologi
•Coronavirus terutama
menginfeksi saluran nafas dan
pencernaan mamalia dan
burung.
• penyebaran manusia ke
manusia hanya terjadi
dibeberapa kelompok
tertentu.
• Pada keadaan yang berat bahkan unggas dapat mati pada hari yang
sama dengan mulai timbulya gejala, angka kematian dapat mencapai
hampir 100% dan sangat menular antar unggas sehingga jutaan unggas
dapat terkena.
• Jenis virus avian influenza pada manusia antara lain H1N1, H2N2,
H3N2, H5N1, H9N2, dan H7N7.
• Menurut WHO pada akhir tahun 2003 dan awal 2004 virus
yang ditemukan di Vietnam, Thailand dan Kamboja serta
Indonesia adalah jenis virus H5N1.
• Virus akan mati pada pemanasan 60oC selama 30 menit atau 56oC selama 3
jam. Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari ringan
nyaris tanpa gejala, ringan sampai sangat berat tergantung keganasan
virusnya, lingkungan dan keadaan unggasnya sendiri.
• Gejala yang timbul dapat berupa jengger biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare dan tak mau makan. Dapat terjadi gangguan
pernafasan berupa : batuk dan bersin. Gangguan reproduksi berupa
penurunan produksi telur dapat merupakan gejala awal. Gangguan sistem
saraf dapat dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus unggas mati tanpa
gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala, pada kalkun
dapat 2-3 hari.
• Di lapangan diagnosis pada unggas akan berdasar pada gejala
klinik penurunan produksi telur. Setelah itu dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
• Dalam hal ini harus jelas bahan yang dikirim, dapat berupa
swab, tinja atau organ internal seperti trakea, paru, ginjal,
kloaka dan otak, khususnya pada pemeriksaan patologi
anatomi.
• Hal lain yang juga didapatkan kelainan dalam pemeriksaan darah adalah
kadar kreatinin, glukosa, sitokin, khususnya kemokin dan monokin.
• Pada pasien flu burung yang meninggal dibeberapa negara telah dilakukan
otopsi. Hasilnya menunjukkan penyebab kematian utama antara lain
adalah ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) yaitu kerusakan paru
luas dan fatal serta multi organ failure, kerusakan berbagai alat tubuh
sekaligus. Dari otopsi didapatkan kelainan pada sumsung tulang berupa
reactivehystiocytosis dengan haemophagocytosis serta aktif myelopoetis.
Didapatkan juga peningkatan kadar IL (interleukin) 2, IL 6 serta interferon
gamma.
Ada 5 faktor resiko utama yang membuat keadaan
pasien menjadi lebih jelek dan menimbulkan
kematian:
1. Usia tua
2. Keterlambatan dibawa ke Rumah Sakit
3. Adanya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
4. Penurunan limposit (limfopenia)
5. Terjadinya pneumoni yang luas
Menurut kriteria WHO (2005) maka diagnostis pasti
infeksi flu burung adalah bila terdapat satu atau lebih
hasil pemeriksaan dibawah ini:
1. Positif kultur virus A/H5
2. Positif pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
untuk influenza A/H5, seperti yang terjadi pada kasus di
Indonesia.
3. Positif pemeriksaan IFA (Immunofluorescence antibody)
tes untuk antigen H 5 dengan menggunakan antibodi
monoclonal H 5.
4. Peningkatan 4 kali titer antibodi pada dua kali pemeriksaan
serum darah.
Tahun 2004 Departemen Kesehatan RI membagi diagnosis flu
burung di manusia menjadi kasus suspek, propable dan kasus
konfirmasi.
• Pasien juga harus mendapat terapi supertif, makan yang baik dan
bergizi, bila perlu diinfus dan istirahat yang cukup. Secara umum
daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan. Selain itu dapat pula
diberikan obat anti virus.