Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VIRUS ZIKA

Dosen Pembimbing :

Ns. Lussyefrida Yanti , S.Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :

Kelvin Pratama (1880200021)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

T.A 2021
I. KONSEP VIRUS ZIKA
A. Definisi Virus Zika
Penyakit Zika merupakan penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus dari
keluarga flaviviridae dan genus flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Virus ini dapat menyebabkan sakit yang ringan kepada manusia yang dikenal
sebagai demam Zika atau penyakit Zika (World Health Organization, 2016).
B. Transmisi
Transmisi ataupun cara penularan virus Zika, menurut Center for Disease Control and
Prevention (CDC) tahun 2016 yaitu:
1. Gigitan nyamuk aedes aegypti yang terinfeksi Zika virus kepada klien.
2. Ibu hamil yang terinfeksi virus Zika kepada janin yang dikandungnya. Dengan resiko
yang mengakibatkan mikrosefali pada janin. Mikrosefali adalah kelainan bawaan di
mana bayi lahir dengan ukuran kepala yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh
kelainan perkembangan otak sejak dalam kandungan akibat infeksi virus yang
menyerang otak janin.
3. Hubungan seksual. Virus Zika ditemukan pada semen dan cairan vagina dan dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Virus Zika bertahan hidup lebih lama pada
cairan semen daripada di cairan tubuh lainnya termasuk cairan vagina dan urin.
4. Tranfusi darah. Pada saat terjadi outbreak di Perancis, 2,8% donor ditemukan positif
virus Zika.

C. Etiologi Virus Zika


Etiologi atau penyebab penyakit Zika adalah virus Zika termasuk dalam garis virus
flavivirus yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit
dengue/demam berdarah. Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes
yang terinfeksi.

D. Manifestasi klinis
Pada klien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan berpotensi menjadi
sumber penularan (Muso , 2014). Masa inkubasi berkisar antara 3-12 hari. Tanda-tanda
utamanya hampir sama dengan DBD, seperti demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun
demam pada DBD cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 40 0C sedangkan pada Zika bisa <
380C. Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala,
arthralgia, nyeri otot dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan tangan. Infeksi
virus Zika tidak memberikan gejala mual dan muntah seperti pada DBD (Chang, et al.
2016). Munculnya ruam makolobular dialami oleh lebih dari 90 % klien. Pada beberapa
kasus juga dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh
yang baik penyakit ini dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa pengobatan medis. Penderita
bahkan tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika. Penderita jarang mengalami gejala
klinis berat yang hingga butuh rawat inap atau bahkan kematian.

E. Pathway Virus Zika


F. Patofisiologi
Virus Zika masuk ke sel manusia melalui arthropoda arbovirus, salah satunya
adalah dengan melalui nyamuk. Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes
betina yang membawa virus Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh
manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia, virus Zika akan menginfeksi sel dendritik
pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika. Kemudian diikuti penyebaran
ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada kelompok flavivirus lainnya,
virus mengalami siklus replikasi dengan empat tahap, yaitu terjemahan RNA genomik
menjadi protein virus, replikasi RNA virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum
endoplasma dan pelepasan virion. Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan
tetapi antigen virus Zika telah ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi (Aryal, Sagar
2015).
Infeksi oleh virus dengue menstimulasi sel monosit, eosinofil, netrofil & makrofag
kemudian memproduksi zat-zat pirogen-endogen, masuk ke hipotalamus, mengacaukan
termoregulasi sehingga mengakibatkan demam. Infeksi virus dengue juga mengaktivasi
antigen-antibodi yang mengaktivasi sistem komplemen dan dilepasnya anafilatoksin C3
& C5, histamin yang mengakibatkan permeabilitas membran meningkat sehingga
terjadi penurunan jumlah cairan intraseluler akibat dari adanya kebocoran plasma dan
meningkatnya viskositas intraseluler. Adanya peningkatan viskositas isi pembuluh
darah dapat mengakibatkan hantaran oksigen dalam darah menurun sehingga suplai
oksigen ke jaringan maupun ke otak menurun yang mengakibatkan muncul keluhan
pusing. Penurunan suplai oksigen juga dapat memicu terjadinya metabolisme an aerob
sehingga terjadi penimbunan laktat yang mengakibatkan munculnya keluhan seperti
lemah, malaise, nyeri sendi dan nyeri pada otot.
Infeksi oleh virus dengue terjadi secara sistemik hematogen ke berbagai organ
seperti mata yang menyebabkan konjungtivitis, dan pada kulit menyebabkan timbulnya
rash. Virus ini juga ditemukan pada urin, cairan vagina dan semen. Virus Zika dapat
bertahan dalam darah selama 2 minggu, dalam urin lebih lama lagi dan 8 minggu dalam
semen dan cairan vagina(CDC,2016).
G. Pencegahan Virus Zika
Mencegah gigitan nyamuk adalah salah satu upaya pencegahan tahap awal yang
dapat membantu terhindar dari infeksi virus Zika. Selain itu, beberapa langkah
pencegahan lain yang bisa dilakukan saat berada di daerah yang terjangkit virus Zika,
adalah:

 Memastikan tempat yang dikunjungi atau tinggali memiliki pendingin ruangan atau
setidaknya memiliki tirai pintu dan jendela yang dapat mencegah nyamuk masuk ke
ruangan. Apabila kamu tidak memiliki pendingin udara, gunakan kelambu pada
tempat tidur.

 Gunakan baju dan celana berlengan panjang

 Gunakan bahan penolak serangga yang terdaftar pada badan perlindungan lingkungan
atau environmental protection agency (EPA), sesuai dengan instruksi yang tertera
pada kemasan. Instruksi yang ada pada kemasan akan memberikan informasi
mengenai pengaplikasian ulang, area pengaplikasian yang diperbolehkan, waktu dan
durasi pengaplikasian.

 Bayi yang berusia di bawah dua bulan tidak diperkenankan menggunakan bahan
penolak serangga ini. Oleh karena itu, orangtua wajib memastikan agar pakaian bayi
dapat melindunginya dari gigitan nyamuk. Perhatikan juga area tubuh anak yang
berusia lebih dewasa saat mengaplikasikan bahan penolak serangga. Hindari area
tubuh yang terluka atau sedang mengalami iritasi, area mata, mulut, dan tangan.

 Pilihlah perawatan, pencucian, atau pemakaian pakaian serta peralatan yang


menggunakan bahan dengan kandungan permethrin. Pelajari informasi produk dan
instruksi penggunaan mengenai perlindungan yang diberikan. Hindari menggunakan
produk ini pada kulit.

 Penting untuk mempelajari informasi mengenai daerah yang akan dikunjungi, seperti
fasilitas kesehatan dan area luar ruangan terbuka sebelum waktu keberangkatan tiba,
khususnya area yang terjangkit virus Zika.

 Lakukan tes virus Zika juga setelah pulang berkunjung dari negara yang diduga
terjangkit virus Zika, khususnya perempuan hamil. 
H. Pemeriksaan Penunjang Virus Zika
Diagnosis dikonfirmasi dengan RT - PCR yang secara khusus mendeteksi virus
selama viremia. Dalam ELISA tes serologi dapat memastikan adanya Zika IgM dan
flaviviruses IgG, dimana spesifisitas ditentukan oleh seroneutralisation.
Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis , seperti virus deteksi asam nukleat,
isolasi virus dan uji serologis. Diagnosis dengan serologi sulit karena virus dapat
crossreact dengan flaviviruses lainnya. Dengan demikian, deteksi asam nukleat virus
tetap disukai. Selanjutnya pengujian diagnostik untuk virus Zika dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1. Reverse reaksi berantai transcriptase - polymerase (RT - PCR) untuk RNA virus
dalam serum dikumpulkan ≤7 hari setelah onset penyakit.
2. Serologi untuk IgM dan antibodi dalam serum dikumpulkan ≥4 hari setelah onset
penyakit.
3. Plaque uji reduksi netralisasi (PRNT) untuk kenaikan ≥4 kali lipat antibodi penetral
virus - spesifik paired sera.
4. Immunohistochemical (IHC) pewarnaan untuk antigen virus atau RT - PCR pada
jaringan tetaperologi Cross- Reaksi dengan flaviviruses Lain.
5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap
flaviviruses terkait (misal : Dengue dan virus demam kuning).
6. Neralisasi tes antibodi dapat membedakan antara antibodi bereaksi silang di
flavivirusinfections primer.
7. Sulit untuk membedakan menginfeksi virus pada orang yang sebelumnya terinfeksi
atau divaksinasi terhadap flavivirus terkait penyedia.
Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika adalah
luas. Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis, malaria, Rickettsia,
kelompok A Streptococcus, rubella, campak, dan Parvovirus Enterovirus,
Adenovirus, dan infeksi Alphavirus (misalnya, Chikungunya, Mayaro, Ross River,
Barmah Forest, O'nyong - nyong, dan virus Sindbis). Diagnosis awal didasarkan pada
gambaran klinis klien, tempat dan tanggal perjalanan, dan kegiatan. Diagnosis
laboratorium umumnya dilakukan dengan pengujian serum atau plasma untuk
mendeteksi virus, asam nukleat virus, atau virus - spesifik immunoglobulin M, dan
antibodi. Diagnosa serologi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Jenis sampel : serum (dikumpulkan pada tabung kering, 5 sampai 7 cc bila
memungkinkan) atau urine.
Meskipun periode viremic masih belum ditetapkan sepenuhnya, RNA virus telah
terdeteksi dalam serum hingga hari ke 10 setelah timbulnya gejala ZIKV RNA juga
telah terdeteksi dalam urin selama jangka dalam fase akut yang berarti yang bisa
menjadi sampel alternatif untuk dipertimbangkan. Namun, karena studi lebih lanjut
diperlukan, dianjurkan bahwa sampel serum diambil selama 5 hari pertama setelah
timbulnya gejala.
2. Jenis sampel : serum (dikumpulkan pada tabung kering).
ZIKV spesifik antibodi IgM dapat dideteksi dengan ELISA atau tes imunofluoresensi
pada spesimen serum dari hari 5 setelah timbulnya gejala. Karena serum tunggal pada
fase akut adalah dugaan, disarankan bahwa sampel kedua diambil 1-2 minggu setelah
sampel pertama untuk menunjukkan serokonversi (negatif ke positif) atau peningkatan
empat kali lipat pada titer antibodi (dengan tes kuantitatif).
Interpretasi dari tes serologi sangat penting untuk diagnosis ZIKV. Pada infeksi
primer (infeksi pertama dengan flavivirus) telah menunjukkan bahwa antibodi reaksi
silang minimal dengan lainnya virus terkait genetik. Namun, telah menunjukkan
bahwa individu dengan riwayat infeksi dari flaviviruses lainnya (terutama dengue,
demam kuning dan West Nile) dapat terjadi reaksi silang dalam tes ini. Meskipun
netralisasi dengan reduksi plak (PRNT) menawarkan kekhususan yang lebih besar
dalam mendeteksi antibodi (IgG), cross-reaksi juga telah didokumentasikan; pada
kenyataannya, beberapa klien dengan riwayat infeksi oleh flaviviruses lainnya telah
menunjukkan peningkatan hingga empat kali lipat dalam menetralisir titer antibodi
bila terinfeksi ZIKV.
I. Komplikasi Virus Zika

Infeksi virus Zika umumnya tidak menimbulkan komplikasi, namun pada ibu hamil
diketahui dapat menyebabkan keguguran. Selain itu, infeksi virus Zika juga dapat
menimbulkan komplikasi serius pada janin, seperti:

 Ukuran kepala bayi lebih kecil dari normal (mikrosefali)


 Rusaknya sebagian tulang tengkorak

 Kerusakan otak dan berkurangnya jaringan otak

 Kerusakan pada bagian belakang mata

 Terbatasnya kemampuan gerak akibat gangguan sendi atau akibat terlalu banyak tonus
otot

 Sindrom Guillain-Barrѐ

 Meningitis

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan pasien Zika.
Berikut ini adalah tatalaksana perawatan pasien:
a. Pasien dirawat diruang isolasi biasa.
b. Pastikan lingkungan tidak ada nyamuk yaitu dengan memasang insect-killer
(perangkap nyamuk) dikamar klien, semua ventilasi ataupun lubang udara
maupun saluran air dipasang kawat nyamuk dan gunakan kelambu.
c. Klien dan anggota keluarga harus memakai pakaian yang menutupi kaki dan
tangannya.
d. Gunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET, IR3535 atau Iicaridin
untuk kulit yang terkena ; penggunaannya harus benar-benar sesuai dengan
petunjuk yang tertera pada label produk.
e. Hindari paparan darah atau cairan tubuh pada kulit terbuka.
f. Lakukan kebersihan tangan.
g. Segera mencuci linen atau pakaian yang terkena darah atau cairan tubuh.
h. Bersihkan lingkungan sekitar pasien.
i. Segera bersihkan permukaan yang terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien.
j. Anjurkan pasien minum yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
k. Anjurkan pasien istirahat cukup.
l. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang penyakit Zika.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Alasan masuk RS (Keluhan utama)
Kaji adanya keluhan : demam dalam jangka waktu 2-7 hari demam berkisar antara
suhu < 38 ⁰ C , muncul ruam bintik kemerahan (makolubular) pada lengan dan kaki,
lemas, letih, kepala pusing, nyeri otot dan persendian, konjungtivitis serta edema
pada kaki dan tangan.
2. Riwayat kesehatan
Dikaji apakah pasien memiliki riwayat dirawat, riwayat pembedahan,riwayat
transfusi,riwayat penyakit paru, hepatitis, hipertensi,diabetes,jantung serta riwayat
alergi obat, makan dan lainnya.
3. Riwayat psikososial
Dikaji apakah ada masalah dalam psikososial pasien.
4. Riwayat perjalanan
Dikaji apakah Klien mempunyai riwayat bepergian ke luar negri khususnya ke daerah
endemic kasus Zika.
5. Riwayat hubungan sexual
Kaji adanya riwayat melakukan hubungan sexual dengan orang yang tersangka atau
positif virus zika
6. Nilai-nilai kepercayaan dan budaya
Kaji adanya nilai-nilai kepercayaan dan budaya pada klien.
7. Status fungsional
Kaji status fungsional klien apakah adanya keterbatasan fisik, edema ringan pada
ekstrimitas bawah
8. Risiko jatuh
Kaji adanya riwayat jatuh pada klien seperti riwayat jatuh, diagnose
sekunder,menggunakan alat bantu, gaya berjalan , pemakaian infuse, status
mental/kesadaran baik.
9. Status nutrisi
Kaji status nutrisi klien apakah ada penurunan berat badan.nafsu makan
menurun,adanya mual,adanya muntah.
10. Pengkajian nyeri
Kaji adanya nyeri, karakteristik, frekuensi, lokasi dan cara mengatasi nyeri.
11. Kebutuhan edukasi
Dikaji adanya kebutuhan edukasi pasien dan keluarga terkait dengan penyakit Zika.
12. Pemeriksaan fisik
Kaji Tekanan darah,Suhu tubuh, Nadi, Pernapasan,Tinggi badan,Berat badan dan
tingkat kesadaran pasien.
13. Data Penunjang
Laboratorium:Haemoglobin,Leukosit,Eritrosit,Trombosit,Hematokrit. Molekuler RT-
PCR ZIKA dan Serologi ZIKA.
a. Neurosensori
Kaji adanya keluhan pusing / sakit kepala. Kaji adanya kemerahan pada
konjungtiva.
b. Kardiovaskuler
Kaji Irama jantung dan Capillary refill.
c. Respirasi
Kaji Bunyi nafas. Pengembangan dada kanan dan kiri dan penggunaan otot bantu
nafas.
d. Gastrointestinal
Kaji adanya keluhan pada organ gastrointestinal.adanya pembatasan makanan/
diit. Adanya Keluhan penurunan nafsu makan,adanya mual muntah,adanya nyeri
epigastrik,distensi abdomen, ascites dan kaji Bising usus.
e. Eliminasi
Kaji pola buang air besar sebelum dan pada saat sakit dan Pola buang air kecil
sebelum dan pada saat dirawat.
f. Obstetri dan ginekologi
Kaji keluhan yang berhubungan dengan obstetric dan ginekologi.
Pada ibu hamil kaji usia kehamilan, tafsiran persalinan, pasangan sexualnya
g. Kulit dan kelamin
Kaji Warna kulit,adanya ruam/bintik kemerahan (makulobular) pada area lengan
dan kaki klien,turgor kulit. Kaji adanya luka/ lesi pada area tubuh.
B. Analisa Data
DAFTAR PUSTAKA

Aryal, Sagar. 2015. Zika Virus, Structure, Genom, Symptoms, Transmission, Pathogenesis,
Diagnosis. Diperoleh 27 Juli 2017 pada www.microbiologyinfo.co/zika-virus-structure-
genom-symptoms-transmission-pathogenesis-diagnosis/

CDC Zika Symptoms. (2016,21 Juni). Diperoleh 27 Juli 2017 pada


www.cdc.gov/zika/symptoms/index.html

CDC Zika Treatment. (2017,1 Mei 2017). Diperoleh 27 Juli 2017 pada
www.cdc.gov/zika/symptoms/treatment.html

CDC Zika Transmission. (2017,28 Juni). Diperoleh 27 Juli 2017 pada


www.cdc.gov/zika/transmission/index.html

CDC Zika Microcephaly and Other Birth Defects. (2016,9 Agustus). Diperoleh 27 Juli 2017
pada www.cdc.gov/zika/healtheffects/birth_defects.html

CDC Zika and Guaillan Barre Syndrome. (2016,9 Agustus). Diperoleh 27 Juli 2017 pada
www.cdc.gov/zika/gbs-qa.html

CDC Zika Women and Their Patners Trying to Become Pregnant. (2016,25 Agustus).
Diperoleh 27 Juli 2017 pada www.cdc.gov/zika/pregnancy/women-and-their-partners.html

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Sosialisasi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian (P2)
Penyakit Virus Zika. Diperoleh 8 Agustus 2017 pada
www.simp2p.kemkes.go.id/blog/view/sosialisasi-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-p2-
penyakit-virus-zika

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1138/MENKES/SK/XI/2009 tentang Penetapan


Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai Pusat Kajian dan Rujukan
Nasional Penyakit Infeksi.

Permenkes RI no.10 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
Khusus

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI


Subuh, Mohamad. 2016. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Virus Zika. Jakarta:
Kementerian Kesehatan

WHO Zika Strategic Response Framework. (2016,6 September). Diperoleh 29 Juli 2017 pada
www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en/

Anda mungkin juga menyukai