2. Transmisi Maternofetal
Pada ibu hamil, virus zika mampu menembus plasenta. Virus zika
strain PRVABC59 menginfeksi dan bereplikasi di makrofag utama plasenta
manusia yang disebut sel hofbauer. Replikasi virus tersebut bersamaan
dengan induksi interferon 1, sitokin pro inflamasi dan ekspresi gen anti
virus, sehingga virus mendapatkan akses langsung ke kompartemen janin
dengan cara menginfeksi sel-sel plasenta dan merusak plasenta barier.
sehingga mampu menjadi penyebab timbulnya kelainan kongenital
(mikrosefalus) sebanyak 78,6% pada trimester pertama kehamilan.
MANIFESTASI KLINIS
Kasus suspek
Pasien dengan ruampada kulit disertai dua atau lebih tanda atau gejala berikut:
Demam, biasanya <38.5 °C
Konjungtivitis
Nyeri sendi
Nyeri otot
Bengkak di sekitar sendi
DAN
Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di daerah terjangkit dalam 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala
Kasus konfirmasi
Pasien yang memenuhi kriteria suspek DAN terdapat hasil laboratorium yang terkonfirmasi Zika,
berdasarkan:
RNA atau antigen ZIKV pada serum atau jenis sampel lainnya (seperti; urine, air liur,
jaringanataudarah lengkap); ATAU
Positif anti-ZIKV IgM antibodies DAN Plaque reduction neutralization plate (PRNT90) untuk
ZIKVtiters ≥ 20 dan 4 kali lebih tinggi dibandingkan titer antibodi flavifirus lainnya;
Tes RT-PCR (Reverse Transcription –PR) virus zika positif
Pada orang yang sudah meninggal, deteksi molekuler genom virus dalam jaringan otopsi (segar
atau dalam parafin), atau deteksi antigen spesifik virus dengan pengujian imunohistokimia
PENATALAKSANAAN
• Sedangkan bila gejala GBS (-), tetapi isolasi virus RNA (+)
pada 2 strain atau lebih (65 orang) IgG Zika (+), infeksi virus
Dengue dapat juga (+) s/d 92% (23 orang IgG Dengue (+))
pada pasien dengan RT-PCR virus Zikanya (+) (25 orang).
Tapi bila IgG Zikanya (-) maka kemungkinan virus RNA yang
positif itu adalah virus Dengue mencapai 56% atau 42
orang (IgG Dengue (+)).
Kesimpulan laporan penelitian dari Polynesia Perancis menurut
analisa T. Mudwal adalah:
• Bila kita bertemu dengan pasien GBS dengan panas dan IgM Zikanya
(+) tanpa diperiksa RT-PCRnya, maka infeksi Dengue juga dapat
menyebabkan hal itu, tetapi melalui IgGnya yang positif. Tetapi
kemungkinan virus Dengue menyebabkan GBS (+) ditolak oleh para
peneliti itu dan WHO sebab pada penelitian itu didapatkan dari 42
orang yang GBSnya (+) itu, IgM Zika (+) sampai 39 orang (92%),
sedangkan IgM Dengue (+) hanya 8 orang. Virus Dengue hanya
tinggi pada IgGnya saja (40 orang).
Jadi GBS itu disebabkan oleh virus Zika, karena IgM yang positif
menyebabkan gejala akut GBS (+) (42 orang) pada penelitian itu
ternyata IgM Zikanya positif adalah 39 orang (92%), sedangkan
infeksi Dengue IgMnya positif hanya 8 orang (19%) dan IgG Dengue
positif pada 40 orang (95%). Dengan dasar itu para penulis
penelitian itu dan juga WHO menyatakan bahwa GBS yang terjadi
itu disebabkan oleh virus Zika.
• Alasan seperti itu pada hemat saya adalah kesalahan mendasar. IgM
positif tidak berarti akut dan IgG positif tidak berarti kronik. IgM positif,
berarti timbulnya immunoglobulin M, yang secara textbook dikatakan
adalah antibodi pertama yang berusaha menangkap virus (terjadi komplek
antigen-antibodi). Dan untuk selanjutnya dihancurkan oleh sistim
makrofag.
• Pada DHF IgM positif baru terjadi pada hari ke-5 sakit. Karena itu sebelum
hari ke-5, komplek antigen-antibodi yang terbentuk sangat rendah. Atau
banyak virus yang belum terikat dengan antibodi. Hal ini akan
menyebabkan aktivasi komplemen yang lemah dan akibatnya tidak
menimbulkan badai sitokin. Karena virus tanpa terikat antibodi tidak dapat
mengaktifkan C1, C2 dan C4. Dengan alasan itu semua, terjadinya GBS
terutama disebabkan oleh aktivitas IgG bukan IgM. Berarti infeksi virus
Dengue lah sebagai penyebab terjadinya GBS di Polynesia Prancis itu.
• Bahkan bila pasien seperti yang dituliskan di atas, dicek RT-PCR Zikanya
dan hasilnya positif, dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan,
tetaplah penyebabnya kemungkinan besar adalah virus Dengue.
Betapapun yang positif hanya IgG Denguenya saja ( tanpa melakukan
pemeriksaan isolasi virus Dengue)
2. Virus Zika sebagai hantu yang dituduh menyebabkan
mikrosefali pada ibu hamil
Zika dituduh sebagai hantu penyebab mikrosefali tersebut karena alasan-
alasan sebagai berikut:
• Virus Zika terdeteksi di bulan Januari 2016 pada 4 orang ibu hamil dengan
malformasi kongenital pada bayinya. 2 bayi keguguran pada kehamilan 37
minggu dan 2 bayi lagi sempat dilahrikan, tapi meninggal dunia 24 jam
setelah dilahirkan. Pada kedua bayi tiupun ditemukan virus Zika yang
positif.
• Ditemukannya virus Zika pada 2 orang wanita hamil di cairan ketubannya
pada daerah Paraiba, Brazil, Desember 2015. Dan kedua anak dari
perempuan tersebut mengalami mikrosefali.
• Dari 35 orang ibu hamil yang tinggal atau berkunjung ke daerah endemis
Zika di Brazil, 71%nya (25 orang), mengalami mikrosefali pada anaknya.
• Penelitian Patricia Brasil, Jose P. Pereira Jr., Claudia Raja Gabaglia, dkk
menunjukkan kenyataan bahwa memang virus ZIka banyak menginfeksi
wanita hamil di Brazil. Saya ambil artikel itu, oleh karena artikel itu pada
pandangan saya adalah artikel terlengkap yang menunjukkan hubungan
virus Zika dengan mikrosefali.
• Virus atau bahkan viremia tanpa ikatan dengan antibodinya
(tidak membentuk kompleks imun) tidak akan memberikan
reaksi yang hebat seperti GBS, mikrosefali. Jadi ditemukannya
virus Zika pada darah 4 ibu hamil, atau virus Zika pada air
ketuban 2 orang ibu hamil tidaklah berarti apa-apa.
Malformasi kongenital pada fetus atau mikrosefali janin,
disebabkan oleh kerusakan struktur pada jaringan tersebut
akibat penghancuran komplek imun (virus Zika dan
antobodinya).
Tetapi sesuai dengan pembahasan pada GBS, bila pasien
itu ditemukan immunoglobulin G virus Dengue positif maka
penyebab mikrosefalinya adalah penghancuran kompleks
imun akibat adanya virus Dengue dengan antibodinya.
KESIMPULAN