DITULARKAN MELALUI
VEKTOR
(VECTOR BORNE DISEASE)
DEMAM BERDARAH
DENGUE, MALARIA, &
DEMAMPradila
CHIKUNGUNYA
Kelompok 7:
Eka Pamudya Nur Fitri
(113221011)
Laifah Fasilah Maulani
(113221020)
DEMAM
BERDARAH
DENGUE
DEMAM BERDARAH DENGUE
• Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi
virus dengue, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih
dari nilai normal, yang berujung kematian.
• DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah
yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.
• Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
• Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. Seluruh wilayah di
Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, kecuali
tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter dpl.
• Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes
albopictus betina.
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
• Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila
Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya
menyebar ke berbagai negara.
• Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan
pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah
penderita 58 orang dengan kematian 24 orang
(41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru
didapat pada tahun 1972.
• Infeksi virus dengue merupakan masalah
kesehatan utama di 100 negara-negara tropis dan
subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan.
ETIOLOGI DEMAM BERDARAH
•DENGUE
Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus
oleh lapisan kapsul lipid.
• Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
• Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai
RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70˚C.
• Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
• Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes
albopictus betina.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO DBD
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Banu, dkk., 2011 dan Sumampouw, 2019) ditemukan ada
banyak faktor-faktor risiko DBD, dimana beberapa faktor risiko yang diperoleh yaitu faktor
lingkungan (perubahan iklim), faktor pejamu berupa tingkat kesadaran dan pengetahuan
masyarakat yang masih kurang dan faktor agen penyebab dan vektor DBD.
• Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyebaran kasus DBD menurut (Dinata dan
Dhewantara, 2012), antara lain:
1. Faktor lingkungan fisik seperti kepadatan rumah, ketinggian tempat, suhu udara, kelembaban
udara, & curah hujan.
2. Faktor lingkungan biologi seperti keberadaan tanaman hias, pekarangan, dan keberadaan jentik
nyamuk.
3. Faktor lingkungan sosial yaitu pendidikan, pekerjaan, perilaku penghasilan, mobilitas penduduk,
kepadatan penduduk, dan pemberantasan sarang nyamuk/ PSN.
• Faktor manusia seperti perilaku, pengetahuan, pengurasan tempat penampung air, dan
menggantung pakaian.
• Faktor risiko infeksi demam berdarah :
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah dan barang bekas yang
sering kali disertai genangan air.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes Aegypti pada genangan air di tempat tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita DBD di sekitar pasien.
MASA INKUBASI & PENULARAN
• Terdapat 3 Faktor yang memegang peranan pada
penularan virus dengue, yaitu manusia, virus dan
vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada Replikasi dan penularan virus dengue
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. sebagai berikut :
(Hadinegoro S, dkk, 2006).
• Aedes tersebut mengandung virus dengue pada • Virus menular dari air liur nyamuk,
saat menggigit manusia yang sedang mengalami melalui gigitan ke manusia.
viremia. • Terjadi replikasi virus di target organ
• Kemudian virus yang berada di kelenjar liur manusia.
berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari • Virus menginfeksi sel darah putih
(extrinsic incubation period) sebelum dapat di dan jaringan limfatik.
• Virus terlepas dan beredar dalam
tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan
sirkulasi darah.
berikutnya.
• Nyamuk kedua menggigit dan
• Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh
menghisap virus dari darah.
nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue akan • Terjadi replikasi virus di usus
masuk bersama darah yang diisap olehnya. nyamuk dan organ lainnya,
• Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu termasuk kelenjar saliva.
masa tunas 4–6 hari (intrinsic incubation period) • Replikasi virus di kelenjar ludah.
sebelum menimbulkan penyakit.
Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah
(nyamuk Aedes aegypti):
• Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
• Hidup di dalam dan di sekitar rumah
• Menggigit/menghisap darah pada siang hari
• Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
• Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
• Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain.
• Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi
yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah
yang mengandung stadium aseksual). Parasit malaria yang ditularkan melalui nyamuk
kepada manusia adalah 12 hari untuk Plasmodium falciparum, 13-17 hari untuk
Plasmodium ovale dan vivax, dan 28-30 hari untuk Plasmodium malariae (malaria
kuartana).
• Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut
tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas.
Penularan Malaria yaitu nyamuk Anopheles betina. Pada
saat menggigit host terinfeksi (manusia yang terinfeksi
malaria), nyamuk Anopheles akan menghisap parasit
malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah, sebab
di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria
banyak terdapat parasit malaria. Parasit malaria tersebut
kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk Anopheles,
dan pada saat menggigit manusia lain (yang tidak
terinfeksi malaria), maka parasit malaria masuk ketubuh
korban bersamaan dengan air liur nyamuk. Malaria pada
manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di dunia,
hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit
dan dapat menularkan malaria.
GEJALA, TANDA PENYAKIT, DIAGNOSIS
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh penderita yang
berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas)
terhadap malaria atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria
falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode
demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36
jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Fisik 2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Malaria Ringan a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Demam (pengukuran dengan termometer ≥ Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan
37,5°C), Konjungtiva atau telapak tangan tipis untuk menentukan Ada tidaknya parasit
pucat, Pembesaran limpa (splenomegali), malaria (positif atau negatif),Spesies dan
dan Pembesaran hati (hepatomegali). stadium plasmodium, Kepadatan parasite
b. Malaria Berat b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat
Mortalitas: Hampir 100% tanpa pengobatan, (Rapid Diagnostic Test), Mekanisme kerja tes
Tatalaksana adekuat: 20%, Infeksi oleh P. ini berdasarkan deteksi antigen parasit
falciparum disertai dengan salah satu atau malaria, dengan menggunakan metoda
lebih kelainan yaitu Malaria serebral, imunokromatografi, dalam bentuk dipstik
Gangguan status mental, Kejang multipel, c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
Koma, Hipoglikemia: gula darah < 50 pemeriksaan penunjang meliputi; darah rutin,
mg/dL, Distress pernafasan, Temperatur > kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin,
40oC, tidak responsif dengan asetaminofen, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
Hipotensi, Oliguria atau anuria, Anemia albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium
dengan nilai hematokrit 1,5 mg/dL, dan kalium, anaIisis gas darah, EKG, Foto
Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut (tropozoit toraks,Analisis cairan serebrospinalis, Biakan
lanjut atau schizont) P. falciparum pada darah dan uji serologi, dan Urinalisis
apusan darah tepi, Hemoglobinuria,
Perdarahan spontan, dan Kuning
PENGOBATAN
Pengobatan malaria secara efektif dilakukan dengan pemberian ACT (Artemicinin-
based Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus
diminum habis. Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria
dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.
Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Penanganan malaria dapat
dilakukan dengan pemberian obat antimalaria. Semua obat anti malaria tidak boleh
diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab
itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
Obat-obatan ini perlu disesuaikan dengan jenis parasit penyebab malaria, tingkat
keparahan, atau riwayat area geografis yang pernah ditinggali penderita. Malaria
harus segera ditangani untuk mencegah risiko komplikasi yang berbahaya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMAM
MALARIA
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga
lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat
perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini
merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria
terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu
menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat
menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan
daerah tropis dan subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan
Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local
oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis. Malaria congenital, disebabkan oleh
penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria
neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang
terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran
PENCEGAHAN DEMAM MALARIA
01 Mercury 02 Venus
You can describe the You can describe the
topic of the section topic of the section
right here right here
03 Mars 04 Saturn
You can describe the You can describe the
topic of the section topic of the section
right here right here
DEMAM
CHIKUNGUNYA
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit Chikungunya adalah jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit
yang keberadaan nya sudah ada sejak lama tetapi sekarang
muncul kembali. Namanya berasal dari bahasa Swahili yang
berarti "yang melengkung ke atas", yang merujuk kepada
tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis.
Chikungunya disebabkan arbovirus dari genus Alphavirus
(famili Togaviridae). Manusia yang terinfeksi virus
Chikungunya umumnya mengalami demam mendadak, nyeri
pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari
kaki, tangan, tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam
chikungunhya ini terutama dijumpai di daerah tropis/subtropis
dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa negara di Afrika
dan Asia merupakan daerah endemis chikungunya dan
secara global, sebanyak 1,3 miliar orang yang tinggal di 94
negara diperkirakan berisiko terinfeksi virus Chikungunya
ETIOLOGI PENYAKIT
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus
chikungunya. Virus ini termasuk keluarga
Togaviridae, genus Alphavirus atau “Group A”
antropho borne viruses, vector penular
utamanya adalah Aedes Aegypty. Virus ini juga
dapat diisolasi dari nyamuk Aedes Africanus,
Culex Fatigans, Culex Tritaeniorrhyncus,
Aedes Albopictus dan beberapa jenis spesies
nyamuk tertentu di daerah Afrika juga yang
ternyata dapat menyebabkan virus
Chikungunya
MASA INKUBASI DAN PENULARAN
• Masa inkubasi dari demam Chikungunya adalah 2-4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3-
10 hari. Virus ini termasuk self limitting disease a tau hi lang dengan sendirinya. Namun, rasa
nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Nyeri sendi pada penderita
dewasa umumnya lebih berat daripada anak-anak. Pada anak kecil dimulai dengan demam
mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya
merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang
lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran
kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan
sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang
timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung
selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok
• Cara penularan penyakit ini terutama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita sakit ( dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Tidak dijumpai penularan dari orang ke orang tanpa perantaraan nyamuk penular
GEJALA, TANDA PENYAKIT, DIAGNOSIS
• Gejala utama demam chikungunya yaitu tiba-tiba tubuh terasa
demam, diikuti dengan nyeri persendian. Salah satu gejala yang khas
yaitu timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, rasa sakit pada tulang
sehingga ada yang menamainya flu tulang. Pada anak kecil dimulai
dengan demam mendadak dan kulit ruam-ruam muncul setelah 3-5
hari., mata merah disertai tanda-tanda seperti flu, pada anak sering
terjadi kejang. Pada orang dewasa gejala nyeri sendi dan otot sangat
dominan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung 3 hari tanpa
dijumpai pendarahan maupun syok. Penyakit ini sangat mirip dengan
DBD, bedanya virus DBD akan memproduksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada
chikungunya virus menyerang tulang sehingga membuat persendian
terasa ngilu.
• Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu melakukan tes ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assays). Tes ELISA adalah tes
serologi yang digunakan untuk mengecek keberadaan antibodi IgM
dan IgG chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM sangat tinggi
pada 3–5 minggu setelah gejala muncul dan bisa bertahan hingga 2
bulan
• Pengobatan yang diberikan
hanya terapi simtomatis, seperti
obat penghilang rasa sakit atau
demam seperti paracetamol.
Pemberian chloroquin yang
sekaligus sebagai antiviral,
aspirin, naproxen, ibuprofen,
dan golongan NSAID (Non
Steroid Inflammatory Drugs)
juga cukup ampuh meringankan
beberapa masalah sendi seperti
mengatasi nyeri dan
menurunkan demam.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMAM
CHIKUNGUNYA
a. Faktor Pejamu Faktor pejamu
terdiri dari imunitas, umur, dan status gizi.
b. Faktor Penyebab Penyakit
Faktor penyebab penyakit ini adalah virus Chikungunya yang termasuk
kelompok virus RNA yang mempunyai selubung.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses
terjadinya penyakit. Faktor ini terdiri dari Lingkungan Biologis yaitu keberadaan
virus Chikungunya itu sendiri, berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat
mempengaruhi agent tersebut serta perkembangan vektor penyakit
Chikungunya. Lingkungan Fisik adalah lingkungan fisik rumah yang meliputi
pencahayaan, suhu, kelembaban, ventilasi dan kepadatan hunian.
DAFTAR PUSTAKA
• Amirullah, Endang Puji Astuti. (2011). Chikungunya : transmisi dan permasalahannya. Aspirator, Vol. 3 No. 2 :
100-106. Diakses pada http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/viewFile/2964/2149
• Arisanti, M., & Suryaningtyas, N. (2021). Kejadian demam berdarah dengue (dbd) di indonesia tahun 2010-
2019. Spirakel, 13(1), 34-41. Diakses dari
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/5439
• Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (DIT.P2PTVZ) - Kementerian
Kesehatan RI . (2022). Diakses dari
https://ptvz.kemkes.go.id/berita/situasi-dbd-di-indonesia-minggu-ke-51-tahun-2021
• Julia Fitriany, Ahmad Sabiq. (2018). Malaria. Jurnal Averrous, Vol.4 No.2. diakses dari
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/1039/558
• Lukman Hakim. (2011). Malaria : Epidemiologi dan Diagnosis. Aspirator, Vol.3 No. 2,107-116. Diakses dari
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/2965
• Masrizal Dt Mangguang. (2010). Penyakit menular chikungunya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 5 No 1.
Diakses pada http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/145
• Nova Pramestuti, Ihda Zuyina Ratna Sari, Endang Setiyani, Ulfah Farida Trisnawati, Eva Lestari, Adil
Ustiawan. (2021). Gambaran Epidemiologi Peningkatan Kasus Chikungunya di Desa Kajongan Kecamatan
Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Balaba, Vol. 17 No. 2 : 127-136. Diakses pada
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/download/5034/2486
• Oroh, M., Pinontoan, O., & Tuda, J. (2020). Faktor Lingkungan, Manusia dan Pelayanan Kesehatan yang
Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. Indonesian Journal Of Public Health And
Community Medicine, 1(3), 35-46. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/view/29210/28459
• Saphira Evani. “Epidemiologi Malaria”,
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/epidemologi diakses pada 22 April 2022
•
• Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula: Jurnal Profesi Kedokteran Universitas
Lampung, 2(02), 152633. Diakses pada https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/311
• Sutarto, Eka Cania B. (2017). Faktor Lingkungan, Perilaku dan Penyakit Malaria. J AgromedUnila, Vol.4
No.1. diakses dari http://repository.lppm.unila.ac.id/5713/3/artikel%20agro.pdf
• Syauban Amaldi Kusumo, AT. Diana Nerawati, Sudjarwo. (2014). Lingkungan sebagai faktor risiko terjadinya
chikungunya studi kasus di wilayah kerja puskesmas kandangsapi kota pasuruan tahun 2014. Gema
Kesehatan Lingkungan, VOL. XII No.3 ISSN 1693-s761. diakses dari
http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KESLING/article/view/107
• Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus . (2019)., from
https://promkes.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus
• Yusoff, N. S. B. M., & SpPD-KAI, K. S. (2018). Demam berdarah dengue. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana,(1102005225), 1-36. (2022). Diakses dari
http://repository.unimus.ac.id/2358/3/10.%20BAB%20II.pdf
• 2020. “Pentingnya Pencegahan Penyakit Chikungunya”,
https://nganjuk.nganjukkab.go.id/berita/detail-berita/43 diakses pada 22 April 2022
TERIMA
KASIH