Anda di halaman 1dari 46

PENYAKIT YANG

DITULARKAN MELALUI
VEKTOR
(VECTOR BORNE DISEASE)
DEMAM BERDARAH
DENGUE, MALARIA, &
DEMAMPradila
CHIKUNGUNYA
Kelompok 7:
Eka Pamudya Nur Fitri
(113221011)
Laifah Fasilah Maulani
(113221020)
DEMAM
BERDARAH
DENGUE
DEMAM BERDARAH DENGUE
• Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi
virus dengue, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih
dari nilai normal, yang berujung kematian.
• DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah
yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi.
• Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
• Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. Seluruh wilayah di
Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, kecuali
tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter dpl.
• Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes
albopictus betina.
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
• Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila
Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya
menyebar ke berbagai negara.
• Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan
pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah
penderita 58 orang dengan kematian 24 orang
(41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru
didapat pada tahun 1972.
• Infeksi virus dengue merupakan masalah
kesehatan utama di 100 negara-negara tropis dan
subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan.
ETIOLOGI DEMAM BERDARAH
•DENGUE
Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus
oleh lapisan kapsul lipid.
• Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
• Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai
RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70˚C.
• Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO DBD
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Banu, dkk., 2011 dan Sumampouw, 2019) ditemukan ada
banyak faktor-faktor risiko DBD, dimana beberapa faktor risiko yang diperoleh yaitu faktor
lingkungan (perubahan iklim), faktor pejamu berupa tingkat kesadaran dan pengetahuan
masyarakat yang masih kurang dan faktor agen penyebab dan vektor DBD.
• Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyebaran kasus DBD menurut (Dinata dan
Dhewantara, 2012), antara lain:
1. Faktor lingkungan fisik seperti kepadatan rumah, ketinggian tempat, suhu udara, kelembaban
udara, & curah hujan.
2. Faktor lingkungan biologi seperti keberadaan tanaman hias, pekarangan, dan keberadaan jentik
nyamuk.
3. Faktor lingkungan sosial yaitu pendidikan, pekerjaan, perilaku penghasilan, mobilitas penduduk,
kepadatan penduduk, dan pemberantasan sarang nyamuk/ PSN.
• Faktor manusia seperti perilaku, pengetahuan, pengurasan tempat penampung air, dan
menggantung pakaian.
• Faktor risiko infeksi demam berdarah :
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah dan barang bekas yang
sering kali disertai genangan air.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes Aegypti pada genangan air di tempat tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita DBD di sekitar pasien.
MASA INKUBASI & PENULARAN
• Terdapat 3 Faktor yang memegang peranan pada
penularan virus dengue, yaitu manusia, virus dan
vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada Replikasi dan penularan virus dengue
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. sebagai berikut :
(Hadinegoro S, dkk, 2006).
• Aedes tersebut mengandung virus dengue pada • Virus menular dari air liur nyamuk,
saat menggigit manusia yang sedang mengalami melalui gigitan ke manusia.
viremia. • Terjadi replikasi virus di target organ
• Kemudian virus yang berada di kelenjar liur manusia.
berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari • Virus menginfeksi sel darah putih
(extrinsic incubation period) sebelum dapat di dan jaringan limfatik.
• Virus terlepas dan beredar dalam
tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan
sirkulasi darah.
berikutnya.
• Nyamuk kedua menggigit dan
• Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh
menghisap virus dari darah.
nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue akan • Terjadi replikasi virus di usus
masuk bersama darah yang diisap olehnya. nyamuk dan organ lainnya,
• Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu termasuk kelenjar saliva.
masa tunas 4–6 hari (intrinsic incubation period) • Replikasi virus di kelenjar ludah.
sebelum menimbulkan penyakit.
Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah
(nyamuk Aedes aegypti):
• Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
• Hidup di dalam dan di sekitar rumah
• Menggigit/menghisap darah pada siang hari
• Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
• Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
• Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain.

Gambar. Aedes aegypti betina


PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue(DBD) disebabkan oleh virus yang
sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis.
• Perbedaan yang utama adalah hemokonsentrasi yang khas pada DBD yang bisa mengarah pada
kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses
imunologi, dmn pada demam dengue tidak terjadi.
• Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan
berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia
selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai.
• Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag
menjadi APC (Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi
sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu
antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen
Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan DSS
yaitu teori virulensi dan hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory).

• Teori virulensi : • Hipotesis secondary heterologous infection:


Virus dengue seperti juga virus Jika terdapat antibodi yang spesifik terhadap jenis virus
binatang yang lain, dapat mengalami tertentu maka antibodi tersebut dapat mencegah penyakit,
perubahan genetik akibat tekanan tetapi sebaliknya apabila antibodi terdapat dalam tubuh
sewaktu virus mengadakan replikasi merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus,
baik pada tubuh manusia maupun justru dapat menimbulkan penyakit yang berat. Antibodi
pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus
dari perubahan genetik dalam genom lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk
virus dapat menyebabkan peningkatan kompleks antigen-antibodi yang akan berikatan dengan Fc
replikasi virus dan viremia, peningkatan reseptordari membran sel leukosit terutama makrofag.
virulensi, dan mempunyai potensi Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent
untuk menimbulkan wabah. Renjatan enhancement (ADE), suatu proses yang akan
yang dapat menyebabkan kematian meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam
terjadi sebagai akibat serotipe virus sel mononuklear. Sebagai respon terhadap infeksi tersebut,
yang paling virulen. terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Gambar . Patogenesis terjadinya syok pada DBD Gambar. Patogenesis Terjadinya Perdarahan pada DBD
Spektrum Klinis dan Derajat Penyakit
• Infeksi virus dengue dapat tidak menunjukan gejala (asimptomatik) ataupun
bermanifestasi klinis ringan yaitu demam tanpa penyebab yang jelas, demam
dengue (DD) dan bermanifestasi berat dengan demam berdarah dengue (DBD)
tanpa syok atau sindrom syok dengue (SSD)
• Infeksi dengue yang tidak berat (non-severe dengue) dapat dikelompokkan ke
dalam 2 kelompok yaitu pasien dengan warning sign dan tanpa warning sign.

Gambar. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue


Diagnosis
Gambaran Klinis Demam Hemorrogic Fever
(DHF) : pada punggung, tulang sendi dan kepala.
1) Demam : Demam mendadak disertai dengan gejala yang tidak spesifik seperti anoreksia,
lemah, nyeri
2) Perdarahan : Perdarahan ini terjadi disemua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji torniquet (Rumplee Leede) positif
3) Hepatomegali/ Perbesaran hati : Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan
demam, kadang-kadang juga ditemukan nyeri, tetapi biasanya tanpa disertai ikterus.
4) Shock : Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh
sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk.
5) Trombositopenia : Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila
dibawah 100.000/mm³ darah. Biasanya ditemukan di antara hari ketiga sampai ketujuh
sakit.
6) Kenaikan Nilai Hematokrit (Hemokonsentrasi) : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan
indikator yang peka terhadap terjadinya perembesan plasma (syok) sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan secara periodik.
7) Gejala Klinik Lain : Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium,
muntah- muntah, diare dan kejang-kejang (DepKes RI, 2012).
Derajat Beratnya Penyakit DHF
Derajat penyakit DBD berdasar kriteria WHO 1997, dibagi dalam 4 derajat :

a) Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan adalah uji tourniquet positif.
b) Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
c) Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d) Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur
Diagnosis
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis ini perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi).
1. Anamnesis pasien, meliputi hal-hal berikut:
• Hari pertama demam.
• Penilaian adanya tanda bahaya yang meliputi nyeri perut, muntah, persisten,
perdarahan mukosa, letargi, dan adanya kegelisahan.
• Adanya diare
• Adanya perubahan status mental/kejang/nyeri kepala.
• Output urin (frekuensi dan volume)
• Riwayat penting lainnya seperti adanya keluarga atau tetangga yang
menderita DBD, riwayat perjalanan ke tempat yang endemik DBD dan kondisi
penyerta lain (kehamilan, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi).

2. Pemeriksaan fisik pasien sebaiknya meliputi hal-hal berikut: penilaian status


mental, penilaian status hidrasi, penilaian status hemodinamik, penilaian
adanya takipneu/asidosis respirasi/efusi pleura, penilaian abdomen,
hepatomegali, ascites. Pemeriksaan ruam dan manifestasi perdarahan lainnya,
uji Torniquet/Rumple Leed.
3. Pemeriksaan Penunjang
• Metode Diagnosis Baru (RTPCR) yaitu suatu uji yang disebut Reverse Transcriptase
Polymerase Chai Reaction (RTPCR). Cara ini merupakan cara diagnosis yang sangat
sensitif dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang
dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari spesimen yang berasal dari
darah, jaringan tubuh manusia , dan nyamuk. Meskipun sensitivitas PCR sama dengan
isolasi virus, PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan spesimen yang kurang baik
(misalnya dalam penyimpanan dan handling), bahkan adanya antibodi dalam darah juga
tidak mempengaruhi hasil dari PCR.
• Pemeriksaan Radiologi, Kelainan yang bisa didapatkan antara lain :
1) Dilatasi pembuluh darah paru
2) Efusi pleura
3) Kardiomegali atau efusi perikard
4) Hepatomegali
5) Cairan dalam rongga peritoneum
6) Penebalan dinding vesika felea
• Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis DBD adalah
pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan
isolasi virus.
• Darah lengkap dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit.
• Uji Serologi :
1) Tes IgG IgM Dengue : Hasil positif IgG
menandakan adanya infeksi sekunder
dengue dan IgM positif menandakan
infeksi primer.
2) NS1 (Non Struktural Antigen 1) : Antigen
NS1 dapat dideteksi pada awal demam
hari pertama sampai hari kedelapan.
Sensitifitas antigen NS1 berkisar 63-
93,4% dengan spesifisitas 100% sama
tingginya dengan spesifisitas gold
standar kultur virus.
PENCEGAHAN
• Fungsi Puskesmas dalam upaya promotif dan preventif untuk mewujudkan Program
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) harus terus
dimaksimalkan, salah satunya dengan upaya petugas kesehatan dengan melakukan
fogging focus (pengasapan).
• Pelayanan publik penyuluhan kesehatan yang bersinergi dengan stakeholder lain
diantaranya tokoh agama dan pemerintah desa lebih efektif dalam peningkatan layanan
kesehatan melalui upaya preventif penanggulangan Penyakit DBD.
• Pemberantasan vektor terdorong dari fogging, abatisasi, pengawasan kualitas
lingkungan, dan pembersihan sarang nyamuk (PSN).
PENATALAKSANAAN
• Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien dengan infeksi dengue dikelompokkan ke dalam 3 kelompok
yaitu Grup A, B, dan C.
• Pasien yang termasuk Grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien yang termasuk Grup B
atau C harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sampai saat ini belum tersedia terapi antiviral untuk
infeksi dengue. Prinsip terapi bersifat simptomatis dan suportif.
1) Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs dan mampu mempertahankan asupan oral
cairan yang adekuat dan memproduksi urine minimal sekali dalam 6 jam. Terapi di rumah untuk
pasien Grup A meliputi edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan asupan cairan oral yang
cukup, serta pemberian parasetamol.
2) Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien dengan kondisi penyerta khusus (co-
existing conditions). Jika pasien tidak mampu mentoleransi asupan cairan secara oral dalam
jumlah yang cukup, terapi cairan intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9%
atau Ringer’s Lactate 13 dengan kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu,
balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning signs.
3) Grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma (plasma leakage) berat yang menimbulkan syok
dan/atau akumulasi cairan abnormal dengan distres nafas, perdarahan berat, atau gangguan
fungsi organ berat. Terapi terbagi menjadi terapi syok terkompensasi (compensated shock) dan
terapi syok hipotensif (hypotensive shock).
DEMAM
MALARIA
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan Plasmodium,
yaitu mahluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam protozoa.
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles Betina yang
mengandung Plasmodium di dalamnya. Plasmodium yang terbawa
melalui gigitan nyamuk akan hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia. Penyakit ini menyerang semua kelompok
umur baik laki-laki maupun perempuan dengan gejala demam,
menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah
Secara epidemiologi, malaria merupakan penyakit endemis di
daerah tropis dan sebagian daerah subtropis di Afrika, Asia, serta
Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia, malaria terutama
ditemukan di daerah Indonesia timur.
Pada tahun 2018 diperkirakan terdapat 228 juta kasus malaria
secara global dan 94% kasus ditemukan di daerah
Afrika. Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan
spesies parasit yang paling banyak menimbulkan malaria.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2018 50% kasus malaria di
Asia Tenggara disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan 53%
disebabkan oleh Plasmodium vivax
Etiologi Demam Malaria
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut
Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk
kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada
manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia
yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu:
1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan
jenis penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit
mikrovaskular., karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria
(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan.
Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan. Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih
dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya
campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malaria
Masa Inkubasi dan Penularan

• Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi
yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah
yang mengandung stadium aseksual). Parasit malaria yang ditularkan melalui nyamuk
kepada manusia adalah 12 hari untuk Plasmodium falciparum, 13-17 hari untuk
Plasmodium ovale dan vivax, dan 28-30 hari untuk Plasmodium malariae (malaria
kuartana).
• Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut
tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas.
Penularan Malaria yaitu nyamuk Anopheles betina. Pada
saat menggigit host terinfeksi (manusia yang terinfeksi
malaria), nyamuk Anopheles akan menghisap parasit
malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah, sebab
di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria
banyak terdapat parasit malaria. Parasit malaria tersebut
kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk Anopheles,
dan pada saat menggigit manusia lain (yang tidak
terinfeksi malaria), maka parasit malaria masuk ketubuh
korban bersamaan dengan air liur nyamuk. Malaria pada
manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di dunia,
hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit
dan dapat menularkan malaria.
GEJALA, TANDA PENYAKIT, DIAGNOSIS

Keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil,


dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan
nyeri otot atau pegal-pegal. Riwayat mendapat
transfusi darah. pada pasien penderita malaria
berat, dapat ditemukan keadaan seperti Gangguan
kesadaran dalam berbagai derajat, Keadaan umum
yang lemah, Kejang-kejang, Panas sangat tinggi,
Mata dan tubuh kuning, Perdarahan hidung, gusi,
atau saluran cerna, Nafas cepat (sesak napas),
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan
minum, Warna air seni seperti teh pekat dan dapat
sampai kehitaman, Jumlah air seni kurang bahkan
sampai tidak ada dan Telapak tangan sangat pucat
A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare,
nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan
gejala spesifik dari mana parasit berasal.
B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui
pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau
beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan
dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni
berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan
semestinya
C. Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan yang
disebut trias malaria, yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage) Stadium ini berlangsung ±15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai
dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan
jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage) Stadium ini berlangsung ± 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41°C atau lebih. Pada anak-anak,
suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage) Stadium ini berlangsung ±2 – 4 jam. Penderita berkeringat
sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah
tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh penderita yang
berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas)
terhadap malaria atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria
falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode
demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36
jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Fisik 2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Malaria Ringan a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Demam (pengukuran dengan termometer ≥ Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan
37,5°C), Konjungtiva atau telapak tangan tipis untuk menentukan Ada tidaknya parasit
pucat, Pembesaran limpa (splenomegali), malaria (positif atau negatif),Spesies dan
dan Pembesaran hati (hepatomegali). stadium plasmodium, Kepadatan parasite
b. Malaria Berat b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat
Mortalitas: Hampir 100% tanpa pengobatan, (Rapid Diagnostic Test), Mekanisme kerja tes
Tatalaksana adekuat: 20%, Infeksi oleh P. ini berdasarkan deteksi antigen parasit
falciparum disertai dengan salah satu atau malaria, dengan menggunakan metoda
lebih kelainan yaitu Malaria serebral, imunokromatografi, dalam bentuk dipstik
Gangguan status mental, Kejang multipel, c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
Koma, Hipoglikemia: gula darah < 50 pemeriksaan penunjang meliputi; darah rutin,
mg/dL, Distress pernafasan, Temperatur > kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin,
40oC, tidak responsif dengan asetaminofen, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
Hipotensi, Oliguria atau anuria, Anemia albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium
dengan nilai hematokrit 1,5 mg/dL, dan kalium, anaIisis gas darah, EKG, Foto
Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut (tropozoit toraks,Analisis cairan serebrospinalis, Biakan
lanjut atau schizont) P. falciparum pada darah dan uji serologi, dan Urinalisis
apusan darah tepi, Hemoglobinuria,
Perdarahan spontan, dan Kuning
PENGOBATAN
Pengobatan malaria secara efektif dilakukan dengan pemberian ACT (Artemicinin-
based Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus
diminum habis. Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria
dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.
Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Penanganan malaria dapat
dilakukan dengan pemberian obat antimalaria. Semua obat anti malaria tidak boleh
diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab
itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
Obat-obatan ini perlu disesuaikan dengan jenis parasit penyebab malaria, tingkat
keparahan, atau riwayat area geografis yang pernah ditinggali penderita. Malaria
harus segera ditangani untuk mencegah risiko komplikasi yang berbahaya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMAM
MALARIA
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga
lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat
perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini
merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria
terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu
menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat
menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan
daerah tropis dan subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan
Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local
oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis. Malaria congenital, disebabkan oleh
penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria
neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang
terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran
PENCEGAHAN DEMAM MALARIA

01 Mercury 02 Venus
You can describe the You can describe the
topic of the section topic of the section
right here right here

03 Mars 04 Saturn
You can describe the You can describe the
topic of the section topic of the section
right here right here
DEMAM
CHIKUNGUNYA
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit Chikungunya adalah jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit
yang keberadaan nya sudah ada sejak lama tetapi sekarang
muncul kembali. Namanya berasal dari bahasa Swahili yang
berarti "yang melengkung ke atas", yang merujuk kepada
tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis.
Chikungunya disebabkan arbovirus dari genus Alphavirus
(famili Togaviridae). Manusia yang terinfeksi virus
Chikungunya umumnya mengalami demam mendadak, nyeri
pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari
kaki, tangan, tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam
chikungunhya ini terutama dijumpai di daerah tropis/subtropis
dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa negara di Afrika
dan Asia merupakan daerah endemis chikungunya dan
secara global, sebanyak 1,3 miliar orang yang tinggal di 94
negara diperkirakan berisiko terinfeksi virus Chikungunya
ETIOLOGI PENYAKIT
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus
chikungunya. Virus ini termasuk keluarga
Togaviridae, genus Alphavirus atau “Group A”
antropho borne viruses, vector penular
utamanya adalah Aedes Aegypty. Virus ini juga
dapat diisolasi dari nyamuk Aedes Africanus,
Culex Fatigans, Culex Tritaeniorrhyncus,
Aedes Albopictus dan beberapa jenis spesies
nyamuk tertentu di daerah Afrika juga yang
ternyata dapat menyebabkan virus
Chikungunya
MASA INKUBASI DAN PENULARAN
• Masa inkubasi dari demam Chikungunya adalah 2-4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3-
10 hari. Virus ini termasuk self limitting disease a tau hi lang dengan sendirinya. Namun, rasa
nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Nyeri sendi pada penderita
dewasa umumnya lebih berat daripada anak-anak. Pada anak kecil dimulai dengan demam
mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya
merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang
lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran
kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan
sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang
timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung
selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok
• Cara penularan penyakit ini terutama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita sakit ( dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Tidak dijumpai penularan dari orang ke orang tanpa perantaraan nyamuk penular
GEJALA, TANDA PENYAKIT, DIAGNOSIS
• Gejala utama demam chikungunya yaitu tiba-tiba tubuh terasa
demam, diikuti dengan nyeri persendian. Salah satu gejala yang khas
yaitu timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, rasa sakit pada tulang
sehingga ada yang menamainya flu tulang. Pada anak kecil dimulai
dengan demam mendadak dan kulit ruam-ruam muncul setelah 3-5
hari., mata merah disertai tanda-tanda seperti flu, pada anak sering
terjadi kejang. Pada orang dewasa gejala nyeri sendi dan otot sangat
dominan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung 3 hari tanpa
dijumpai pendarahan maupun syok. Penyakit ini sangat mirip dengan
DBD, bedanya virus DBD akan memproduksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada
chikungunya virus menyerang tulang sehingga membuat persendian
terasa ngilu.
• Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu melakukan tes ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assays). Tes ELISA adalah tes
serologi yang digunakan untuk mengecek keberadaan antibodi IgM
dan IgG chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM sangat tinggi
pada 3–5 minggu setelah gejala muncul dan bisa bertahan hingga 2
bulan
• Pengobatan yang diberikan
hanya terapi simtomatis, seperti
obat penghilang rasa sakit atau
demam seperti paracetamol.
Pemberian chloroquin yang
sekaligus sebagai antiviral,
aspirin, naproxen, ibuprofen,
dan golongan NSAID (Non
Steroid Inflammatory Drugs)
juga cukup ampuh meringankan
beberapa masalah sendi seperti
mengatasi nyeri dan
menurunkan demam.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMAM
CHIKUNGUNYA
a. Faktor Pejamu Faktor pejamu
terdiri dari imunitas, umur, dan status gizi.
b. Faktor Penyebab Penyakit
Faktor penyebab penyakit ini adalah virus Chikungunya yang termasuk
kelompok virus RNA yang mempunyai selubung.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses
terjadinya penyakit. Faktor ini terdiri dari Lingkungan Biologis yaitu keberadaan
virus Chikungunya itu sendiri, berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat
mempengaruhi agent tersebut serta perkembangan vektor penyakit
Chikungunya. Lingkungan Fisik adalah lingkungan fisik rumah yang meliputi
pencahayaan, suhu, kelembaban, ventilasi dan kepadatan hunian.
DAFTAR PUSTAKA
Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus . (2019)., from https://promkes.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus

Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula: Jurnal Profesi Kedokteran Universitas Lampung, 2(02), 152633.

Yusoff, N. S. B. M., & SpPD-KAI, K. S. (2018). Demam berdarah dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,(1102005225),
1-36.

(2022). Diakses dari http://repository.unimus.ac.id/2358/3/10.%20BAB%20II.pdf

Arisanti, M., & Suryaningtyas, N. (2021). KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INDONESIA TAHUN 2010-
2019. SPIRAKEL, 13(1), 34-41. Diakses dari https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/5439

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (DIT.P2PTVZ) - Kementerian Kesehatan RI . (2022).
Diakses dari https://ptvz.kemkes.go.id/berita/situasi-dbd-di-indonesia-minggu-ke-51-tahun-2021

Oroh, M., Pinontoan, O., & Tuda, J. (2020). Faktor Lingkungan, Manusia dan Pelayanan Kesehatan yang Berhubungan dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue. Indonesian Journal Of Public Health And Community Medicine, 1(3), 35-46. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/view/29210/28459

User, S. (2022). DBD Demam Berdarah Dengue, Gejala, Penyebab dan Pencegahannya. Dari https://krakataumedika.com/info-
media/artikel/dbd-demam-berdarah-dengue-gejala-penyebab-dan-pencegahannya
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai