Anda di halaman 1dari 10

GANGGUAN PENYAKIT INFEKSI

(VIRUS ZIKA)

Dosen Pembimbing : Liliek Wijayati, M. Kes

PAPER

Oleh :
1. Warto (108218005)
2. Apriska Putwi Yogasari (108218014)
3. Rahma Nailul Aufar (108218018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
INFEKSI VIRUS ZIKA

A. Definisi
Infeksi virus zika adalah penyakit yang disebabkan oleh virus melalui
perantara gigitan nyamuk Aedes, terutama spesies Aedes aegypti. Penyakit
yang disebabkannya dinamakan sebagai Zika, penyakit Zika (Zika disease)
ataupun demam Zika (Zika fever).
Virus zika adalah arbovirus dari famili flaviviridae dan genus flavivirus.
Dahulu siklus transmisi virus hanya terkait kera dan nyamuk. Kini dominasi
siklus transmisi penyakit yang disebabkan oleh virus zika berubah menjadi
nyamuk dan manusia dengan vektor terbanyak Aedes aegypti.

B. Etiologi
Virus zika dapat ditularkan melalui beberapa cara, antara lain:
1. Melalui gigitan nyamuk / vektor
Virus Zika ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan
nyamuk Aedes (A. aegypti dan A. albopictus) yang terinfeksi, sama
seperti nyamuk yang menyebarkan virus dengue dan chikungunya.
2. Ibu hamil ke janin, yaitu melalui transplasental maupun kontaminasi saat
melahirkan.
Pada ibu hamil, virus zika mampu menembus plasenta. Virus ini
menginfeksi dan bereplikasi pada sel primer manusia yang menurut
penelitian telah terisolasi pada pertengahan dan akhir plasenta juga pada
villi sitotrofoblas pada trimester pertama. Virus zika mampu menginfeksi
hingga ke neural progenitor cell pada janin, sehingga mampu menjadi
penyebab timbulnya kelainan congenital.
3. Melalui transfusi darah yang terinfeksi, hal ini dikarenakan terdapat virus
zika dalam darah transfusi.
4. Melalui kontak seksual
Musso & Gubler menyatakan, hal ini terjadi karena replikasi virus
pada saluran kemiah. Dan selanjutnya infeksi virus zika ditularkan
melalui hubungan seksual.

C. Patofisiologi
Transmisi virus zika mulanya terjadi dalam siklus yang melibatkan
nyamuk dan kera. Manusia berada di luar dari siklus. Seiring berjalannya
waktu, telah banyak manusia yang terinfeksi virus zika. Siklus transmisi
dominan berubah menjadi nyamuk dan manusia dengan vektor terbanyak
Aedes aegypti. Virus zika termasuk dalam golongan genus flavivirus
sehingga pathogenesis dari virus zika hampir sama dengan virus dengue atau
demam berdarah.
Patogenesis virus zika pada manusia bermula pada kulit lokasi inokulasi
yang menjadi tempat replikasi virus pertama, bersama dengan fibroblast
primer manusia. Epikeratinosit dermal dan sel dendritik yang belum matang
menunjukkan permisif terhadap infeksi dan replikasi virus zika. Lalu dari
kulit, virus ini menyebar ke kelanjar getah bening yang kemudian berlanjut
menjadi viremia. Virus zika ini terdeteksi di dalam darah 10 hari setelah
infeksi atau 3-5 hari setelah timbulnya gejala. Pada ibu hamil, virus zika
mampu menembus plasenta. Virus ini menginfeksi dan bereplikasi pada sel
primer manusia yang menurut penelitian telah terisolasi pada pertengahan dan
akhir plasenta juga pada villi sitotrofoblas pada trimester pertama. Virus zika
mampu menginfeksi hingga ke neural progenitor cell pada janin, sehingga
mampu menjadi penyebab timbulnya kelainan kongenital.

D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus zika merupakan self limiting disease karena akan sembuh
sendiri dalam waktu dua hingga tujuh hari. Manifestasi klinis yang timbul
pada seseorang yang terinfeksi virus zika mirip dengan penyakit DBD, yaitu :
demam, sakit kepala, ruam, radang pada bagian mata, nyeri pada otot, serta
nyeri pada persendian.
Sekitar 80% infeksi oleh virus zika bersifat asimtomatik. Jika bergejala,
maka kondisi seseorang yang terinfeksi virus zika disebut dengue-like
syndrome atau sindroma mirip dengue karena menyerupai infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Kriteria klinis untuk diagnosis penyakit yang
disebabkan oleh virus zika ini adalah ruam pruritus makulopapular ditambah
minimal dua dari: diikuti demam (biasanya subfebris selama 1-2 hari),
konjungtivitis tidak purulen, poliartralgia, dan pembengkakan di sekitar
persendian. Tanda lain yang mungkin muncul yaitu nyeri otot, nyeri retro
orbita, muntah, dan hipertrofi kelenjar limfe.

E. Komplikasi
1. Mikrosefali dan malformasi sistem saraf pusat congenital
Mikrosefali dapat didefinisikan sebagai suatu temuan klinis, hasil
pengukuran lingkar kepala bagian oksipital hingga frontal menjadi lebih
dari dua standar deviasi (SD) di bawah rata-rata untuk jenis kelamin dan
di usianya.
Pada pasien mikrosefali dapat terjadi tanpa atau kombinasi dengan
kelainan lain, namun sekitar 90% dari kasus yang terkait dengan
kecacatan intelektual karena diketahui bahwa otak secara proporsional
berukuran lebih kecil. Penyebab mikrosefali antara lain faktor genetik
atau lingkungan selama kehamilan yang memengaruhi perkembangan
otak janin, infeksi virus prenatal, ibu mengonsumsi alkohol, serta
terkadang memiliki keterkaitan dengan hipertensi
2. Guillan – Barre Sindrom
Sindrom Guillain - Barre (GBS) adalah suatu kondisi autoimun di
mana sistem kekebalan tubuh individu tidak tepat dan menyerang
komponen saraf perifer mereka. Hal ini menyebabkan kelemahan otot di
kaki dan atau lengan, yang dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Gejala biasanya self-limiting, biasanya berlangsung beberapa minggu,
dengan sebagian besar individu pulih tanpa membutuhkan waktu yang
panjang atau komplikasi neurologis yang parah.

F. Pencegahan
Berikut adalah beberapa cara untuk meminumalisir kontak dengan vektor
virus zika :
1. Beristirahat dibawah kelembu, diperlakukan dengan atau tanpa insektisida
2. Melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion
(mengandung DEET, IR3535 atau picaridin) atau menggunakan pakaian
yang menutupi kaki dan tangan
3. Gunakan tirai atau jaring-jaring pada pintu atau jendela untuk mencegah
nyamuk masuk ke ruangan
4. Menggunakan pendingin ruangan, karena nyamuk tidak menyukai tempat
dingin
5. Hindari daerah penuh nyamuk
6. Kenali gejala demam berdarah, chikungunya dan virus zika, dan mencari
perawatan kesehatan professional jika gejala tersebut terjadi
7. Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan 3M (menguras,
menutup dan mengubur)
8. Menjaga kebersihan rumah

G. Penatalaksanaan
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang spesifik terhadap virus
zika, sehingga CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
merekomendasikan upaya pencegahan dengan sebisa mungkin menghindari
gigitan nyamuk saat bepergian ke daerah epidemic virus zika. Begitu pula
dengan pengobatannya, hingga saat belum ditemukan pencegahan yang
spesifik untuk virus zika. Merujuk pada rekomendasi CDC obat yang
digunakan hanya untuk meredakan gejala yang muncul, seperti analgetik dan
antipiretik golongan NSAID maupun parasetamol. Selain itu, dibutuhkan
tirah baring / bedrest dan pemberian cairan adekuat untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium untuk spesimen akut
Selama 7 hari pertama, RNA virus sering dapat diidentifikasi dalam
serum, dan RT-PCR adalah tes pilihan untuk virus Zika, chikungunya,
dan demam berdarah. Karena viremia menurun dari waktu ke waktu, RT –
PCR negative yang ditemukan pada hari ke 5-7 setelah onset gejala tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi flavivirus, namun tidak diperlukan
uji serologi. Antibodi spesifik IgM virus dapat terdeteksi di hari ke-4 atau
lebih setelah onset penyakit. Namun, serum yang dikumpulkan pada hari
ke-7 dari onset sakit mungkin tetap tidak dapat mendeteksi antibodi
spesifik IgM virus. Antibodi IgM terhadap virus Zika, virus dengue, dan
flaviviruses lainnya memiliki reaktivitas silang kuat yang dapat
menghasilkan hasil positif palsu dalam tes serologi.
2. Tes laboratorium untuk spesimen pada fase konvalesens
Antibodi IgM biasanya bertahan selama kurang lebih 2-12 minggu .
Pada pasien dengan sindrom klinis yang kompatibel, serum dikumpulkan
sejak 4 hari setelah onset penyakit, IgM spesifik virus Zika, chikungunya,
dan demam berdarah yang positif dikonfirmasi kembali dengan uji
netralisir antibodi. Karena reaktivitas silang serologi antara flaviviruses,
antibody IgM tidak dapat membedakan antara Zika dan infeksi virus
dengue dengan baik. Maka, hasil IgM positif dalam tes IgM ELISA
dengue dan Zika harus dipertimbangkan sebagai indikasi adanya infeksi
flavivirus. Plaque-Reduction Neutralization test (PRNT) dapat dilakukan
untuk mengukur antibodi virus spesifik dan dapat menentukan penyebab
infeksi flavivirus. Pada pasien yang sudah terkena yellow fever atau
mendapat vaksinasi Japanese Encephalitis atau terkena infeksi flavivirus
lain, reaksi antibodi silang pada IgM dan pada tes antibodi yang
dinetralkan dapat menyulitkan identifikasi flavivirus yang menyebabkan
penyakit saat ini. Tes serologis untuk infeksi virus Zika dapat dilakukan
pada spesimen serum dari wanita hamil tanpa gejala. Interpretasi tes
serologi sangat kompleks; Hasil IgM yang positif dapat sulit untuk
diinterpretasikan karena reaktivitas silang dapat terjadi dengan
flaviviruses terkait. PRNT mungkin dapat membedakan antara reaksi
silang antibody pada infeksi flavivirus primer. Selain itu , hasil IgM Zika
negatif yang didapat pada 2 sampai 12 minggu setelah melakukan
perjalanan menunjukan tidak adanya infeksi. Berdasarkan pengalaman
dengan flavivirus yang lain, diduga antibodi akan muncul minimal 2
minggu setelah terpapar virus dan bertahan selama kurang lebih 12
minggu. Informasi tentang kinerja tes serologi pada individu asimtomatik
sangat terbatas. Seperti halnya tes diagnostik, hasil sementara IgM Zika
negative atau RT - PCR yang negative dapat menunjukan infeksi tidak
terjadi, namun IgM Zika negatif atau RT - PCR tes negatif tidak
mengesampingkan infeksi terhadap virus Zika.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat keperawatan sekarang
d. Riwayat keperawatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pola fungsi
g. Pemeriksaan diagnostik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
Perawatan Hipertermi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Hentikan aktivitas fisik
3) Berikan metode pendinginan eksternal
4) Berikan cairan rehidrasi oral
5) Berikan obat anti menggigil sesuai kebutuhan
6) Pastikan kepatenan jalan napas
7) Monitor warna dan suhu kulit
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Manajemen Cairan
1) Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
2) Berikan cairan dengan tepat
3) Monitor tanda tanda vital pasien
4) Monitor indikasi kelebihan cairan / retensi
5) Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
6) Monitor makanan / cairan yang dikonsumsi
7) Tawari makanan ringan
8) Dukung pasien dan keluarga untuk membantu pemberian makan
yang baik
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Manajemen Nyeri
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
2) Pastikan perawatan analgesic dengan pemantauan yang ketat
3) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
4) Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
5) Observasi tanda tanda vital untuk memonitor nyeri
d. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
Manajemen Mual
1) Observasi tanda-tanda ketidaknyamanan
2) Dapatkan riwayat perawatan sebelumnya
3) Evaluasi dampak mual terhadap kualitaas hidup pasien
4) Berikan obat antiemetic sesuai indikasi
5) Pastikan obat antiemetic yang diberikan efektif untuk mengatasi
mual
6) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat membangkitkan mual
7) Monitor efek dari manajemen mual secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.lppm.unila.ac.id/5081/1/ZIka%20virus.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1096/3/BAB%202.pdf
https://www.chp.gov.hk/files/pdf/zika_factsheet_indonesian.pdf

Anda mungkin juga menyukai