Anda di halaman 1dari 5

CYTOMEGALOVIRUS

1. DEFINISI
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus
herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks”
karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di
dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan
diri. Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut,
sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti
darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat
terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui
makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang.Cytomegalovirus juga jarang
ditemukan pada trasfusi darah (Suromo, 2015)
Cytomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang
meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (penyebab cacar air),
dan virus Epstein-Barr (penyebab mononucleosis yang menular). CMV merupakan salah
satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil
karena virus Cytomegalo dapat melewati plasenta dan merusak hati janin. Cytomegalo
biasanya ditemukan pada kelenjar saliva (Griffiths, 2014).
2. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis( ginjal).
2. CMV hepatitis( hati).
3. CMV myocarditis( jantung).
4. CMV pneumonitis( paru-paru).
5. CMV retinitis( mata).
6. CMV gastritis( lambung).
7. CMV colitis( usus).
8. CMV encephalitis( otak).
3. PATOFISIOLOGI
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan: virus ini adalah
anggota dari member herpes. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal,
semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa
inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan
setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak
aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum
ada imunisasi untuk mencegah enyakit ini. Ada 3 jenis CMV:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala
mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam
petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak
yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus (Griffiths, 2014).
4. ETIOLOGI
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi bawaan yang paling sering
terjadi pada manusia. Infeksi cytomegalovirus dapat diikuti oleh infeksi primer maupun
melalui kehamilan. Sekitar 90% infeksi CMV pada bayi baru lahir yang terinfeksi saat
dalam kandungan tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi CMV kongenital dapat
didiagnosa dengan mengisolasi virus melalui urin atau saliva saat bayi berusia 0-3
minggu, atau dengan amplifikasi DNA atau teknik hibridisasi.
Cytomegalovirus (CMV) sendiri merupakan virus DNA yang termasuk genus
Herpes. CMV yang spesifik menyerang manusia disebut sebagai human CMV.
Cytomegalovirus menyebabkan perbesaran ukuran sel sampai dua kali lipat ukuran sel
normal. CMV hidup secara parasit intrasel dan sepenuhnya tergantung pada sel inang
untuk bereplikasi dengan cara menginfeksi sel inang yang permissive, atau sel dalam
kondisi tidak mampu melawan invasi dan replikasi virus. CMV mengikat diri pada
reseptor di permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel, masuk ke dalam
vakuola di sitoplasma. Lalu selubung virus terlepas dan nucleocapsid dengan cepat
menuju nukleus sel inang. Terjadilah ekspresi gen imediate early (IE) spesifik RNA atau
transkrip gen alfa yang dapat dijumpai tanpa ada sintesis protein virus de novo. Ekspresi
protein ini penting untuk ekspresi gen virus berikutnya, yaitu gen beta yang menunjukkan
transkripsi kedua dari RNA. Setelah lepas dari sel, virus dapat ditemukan dalam urin dan
cairan tubuh lainnya, menyerap β2-mikroglobulin sehingga dapat melindungi antigen
virus dan mencegah netralisasi antibodi sehingga infeksi dapat terus berlanjut. Struktur
CMV terdiri atas tegument, kapsid, dan envelope yang kaya akan lipid. Genom DNA
pada CMV berukuran besar dan mampu mengkode lebih dari 227 macam protein yang
terdiri atas 35 macam protein struktural dan protein non struktural yang tidak jelas
fungsinya (Suromo, 2015).
5. PENGARUH
Pengaruh Cytomegalovirus pada ibu hamil akan mengalami demam, letih, dan
lesuh bahkan hingga terjadi penurunan jumlah sel darah putih. Apabila Cytomegalovirus
menyerang sistem pencernaan maka dapat menyebabkan mual, muntah bahkan hingga
mengalami diare. Pada kondisi ibu hamil dibawah usia kehamilan 20 minggu maka akan
berisiko mengalami komplikasi pada janiin.
Pengaruh Cytomegalovirus pada janin sebagai berikut :
 Kematian janin dalam kandungan.
 Kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah.
 Ukuran kepala bayi kecil atau mikrosefali.
 Kulit dan mata berwarna kuning.
 Hati membesar dan tidak berfungsi dengan baik.
 Pembesaran limpa.
 Bercak atau ruam kulit berwarna ungu.
 Kematian bayi yang baru lahir karena perdarahan, anemia, serta gangguan pada
hati atau otak.
 Keterlambatan pertumbuhan bayi.
6. MANIFESTSI KLINIS
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya
bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi segera
setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu. Tidak ada indicator yang dapat diramalkan,
tetapi sering dijumpai gejala-gejala berikut ini:
1. Petekia dan ekimosis.
2. Hepatosplenomegali.
3. Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Prematuritas.
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura.
2. Hilang pendengaran.
3. Korioretinitis; buta.
4. Demam.
5. Pneumonia.
6. Takipnea dan dispnea.
7. Kerusakan otak.
7. KOMPLIKASI
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi.
2. IQ rendah.
3. Gangguan penglihatan.
4. Mikrosefali.
5. Gangguan sensorineural
8. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala (misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan). Ada bukti bahwa
globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV bersama obat gansiklovir dapat
mengurangi beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk (mekanisme
imunologiknya kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji coba pada pasien
transplantasi ginjal. Kemoterap 4ember sedikit harapan, tetapi toksisitas dan
imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran jika digunakan pada
bayi baru lahir. Dalam penatalaksanaannya tidak diperlukan tindakan kewaspadaan
khusus, tetapi perawat harus tetap memakai sarung tangan, melakukan teknik mencuci
tangan yang baik dan menggunakan tidakan kewaspadaan umum

9. SARAN.
Kita harus waspada dengan cmv karena gejala cmv jarang diketahui oleh
penderita cmv. Begitu pula keluhannya juga jarang disadari. Maka dari itu. Sebaik
mungkin kita harus bisa menjaga diri agar tidak terinfeksi CMV

sumber :
Griffiths PD, Emery VC. Cytomegalovirus. 2014. In: Richman DD, Whitley RJ,Hayden FG eds.
Clinical Virology. Washington: ASM Press; 2002:433-55
Indonesia T. Penanganan terkini infeksi sitomegalovirus. 2016. Availablefrom :
https://dokterindonesiaonline.com/2012/05/06/penanganan-terkini-infeksi-
sitomegalovirus/
Suromo, L.B. 2015. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta Kegunaan Deteksi
Secara Laboratorik.

Anda mungkin juga menyukai