PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak nomor dua secara
insiden di dunia setelah kanker payudara dan sekitar tiga perempatnya terjadi di
negara berkembang (Moore, 2006). Kanker serviks juga merupakan penyakit
kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker
terutama di negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker seviks baru
sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di Negara
berkembang (Sarwono, 2011).
Kanker serviks didefinisikan sebagai kanker yang primer berasal dari
serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) yang merupakan masalah kesehatan
utama yang penting pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini mengenai lebih
dari 1,4 juta wanita diseluruh dunia dan 460.000 kasus baru terjadi setiap
tahunnya, serta sekitar 231.000 wanita meninggal akibat penyakit ini (Blumental
dan McIntosh, 2005).
Hampir 99,7% kanker serviks berhubungan secara langsung dengan
infeksi satu atau lebih tipe human papillomavirus (HPV), virus penyebab paling
banyak infeksi menular seksual di seluruh dunia. Dari 50 tipe HPV yang
menginfeksi saluran genitalia, sekitar 15-20 tipe berhubungan dengan kanker
serviks. Tipe HPV 16,18,31, dan 45 merupakan kelompok yang paling sering
ditemui pada kasus kanker serviks (Blumental dan McIntosh, 2005). Lebih dari
70% kanker serviks disebabkan ole infeksi HPV tipe 16 dan 18.Infeksi HPV
memiliki prevalensi yang tinggi pada usia muda sedangkan kanker serviks baru
timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih (Sarwono, 2011).
Infeksi HPV sering tidak menimbulkan gejala. Tanda utama dari infeksi
biasanya berupa kutil kecil kemerahan atau pink di daerah genital disertai rasa
gatal atau terbakar. Setelah seorang wanita terinfeksi oleh HPV, infeksi tersebut
dapat tetap stabil secara lokal, hilang secara spontan perlahan, atau jika serviks
terlibat
dapat
mengakibatkan
perubahan
menjadi
low-grade
squamous
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama
: Ny. J
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SLTA
Status Pernikahan
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Nama Suami
: alm Tn S
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SLTA
Suku Bangsa
: Indonesia
MRS
Rec Med
: 883146
2.2 Anamnesis ( tanggal 9 April 2015, pukul 10.20 WIB ) oleh kelompok B
2.2.1
Anamnesis Umum
KeluhanUtama
Pendarahan dari Kemaluan
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 bulan SMRS, penderita mengeluh keluar cairan
bercampur darah dan tidak berbau. Penderita juga merasa sering
keputihan dan merasa gatal-gatal disekitar kemaluan. Penderita
juga sering mengeluh nyeri perut bagian bawah, Namun penderita
masih belum berobat.
Riwayat Reproduksi
Menarche
Siklus haid
Menopause
Riwayat Persalinan
: 13 tahun
: Teratur, 28 hari, lama haid 5 hari
: 40 tahun
: P2Ao, Lahir spontan pervaginam
: Kompos mentis
Kesadaran
: Sakit ringan
Gizi
: Baik
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Frekuensi pernafasan
: 20 x/m
Suhu
: 36,7c
Berat badan
: 40 kg
Tinggi badan
: 150 cm
IMT
: 17,7
Kepala
Leher
Thorax
Jantung
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) Normal
Ekstremitas
Refleks fisiologis
: +/+
Refleks patologis
: -/-
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspekulo
Portio
berdungkul-dungkul,
rapuh,
Portio
berdungkul-dungkul,
rapuh,
: 3,70 juta/mm3
Eritrosit
Hematokrit : 29 vol%
Hematokrit : 30 vol%
3
Leukosit
: 27,200/mm
Trombosit
: 188000/mm3
DC
Urinalisis
: 0/4/83/7/6
: 3,74 juta/mm3
Eritrosit
Leukosit
: 28,200/mm3
Trombosit
: 223000/mm3
DC
: 0/6/80/7/7
Kimia Klinik
Warna : Kuning
PH : 7
Protein : negatif
Keton : negative
Darah : Positif ++
Bilirubin : negative
Globulin
Urobilinogen : 1
3.3 g/Dl
Nitrit : Negatif
Lekosit esterase : Negatif
Ginjal
Sedimen Urine :
Ureum : 61 mg/Dl
Epitel
: positif + / LPB
Elektrolit
Kristal
: Negatif / LPB
Bakteri : Positif +
Mukus
: Negatif
Jamur
: Negatif
Globulin
3.1 g/Dl
: 3,45 juta/mm3
Eritrosit
Hematokrit : 27 vol%
: 38,100/mm3
Leukosit
Trombosit
DC
: 246000/mm
: 0/1/89/4/6
Ginjal
Ureum : 80 mg/Dl
Asam Urat : 8,20 mg/Dl
Kreatinin : 4,15 mg/Dl
Elektrolit
Calsium : 8.5 mg/Dl
Natrium :131 mEq/ L
Kalium : 5,3 mEq/L
Kimia Klinik
Protein Total : 6,2 g/ Dl
Albumin : 3,1 g/Dl
B. Patologi Anatomi
Moderated differentiated non keratizing squamous cell carcinoma dengan
LVI (-) pada serviks.
C. Expertise Radiologi
-
efusi pleura dextra + Nodul metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa
pada uterus
-
Leher
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) Normal
Ekstremitas
A/
- CHF ec ASHD/ HHD + AKI stage II + Hipoalbuminemia
P/
-O2 3-5 liter
- IVFD D5% dtt X/menit (mikro)
- Furosemide 1x 20 mg jika TDS 100 mmHg
- KCL3 x 500 mg
- Transfusi albumin jika tidak sesak
- Rawat Bersama dengan bagian kardiologi
E. Konsul Bedah ( 8 April 2015)
S: Bengkak Pada tungkai kanan
10
O/
TD : 120/80 mmHg N : 92 x/m , RR : 28x/menit temp : 37,7c
Kepala
Leher
Thorax
Jantung
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) Normal
Ekstremitas
A/
-
P/
-
Imobilisasi
11
12
Keluhan
Status present
sesak (+)
KU:lemah, sens: CM, TD: 130/80 mmHg, N: 110x/m, RR: 28 x/m, T:
Pemeriksaan Fisik
38oC.
Kepala
Leher
Perkusi
gallop
(+)
Paru
Perkusi
Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi
: Timpani
Pemeriksaan Luar
pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)
Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina
Inspekulo
Vaginal Toucher
Rectal toucher :
P:
13
Pemeriksaan Fisik
38oC.
Kepala
Leher
Perkusi
gallop
(+)
Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri
Palpasi
Perkusi
Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi
: Timpani
Pemeriksaan Luar
Inspekulo
Vaginal Toucher
bebas (-)
14
P:
Pemeriksaan Fisik
38oC.
Kepala
Leher
Perkusi
gallop (+)
Paru
Perkusi
Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
15
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Pemeriksaan Luar
Inspekulo
pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)
Vaginal Toucher
Rectal toucher :
P:
Pemeriksaan Fisik
36,5oC.
Kepala
Leher
Perkusi
gallop
16
(+)
Paru
Perkusi
Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi
: Timpani
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspekulo
pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)
Vaginal Toucher
Rectal toucher :
P:
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
18
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju ke rahim (Setyarini, 2012).
Proses terjadinya kanker serviks berhubungan erat dengan proses
metaplasia sel di daerah sambungan antara epitel skuamo dan epitel kolumnar
serviks yang menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas (Sjamsuddin, 2001).
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor yang bersifat jinak atau ganas
(Rasjidi & Sulistiyanto, 2007).
3.2
19
Penyakit ini bermula sebagai proses displasia pada sambungan squamosakolumner. Kemajuan yang berlangsung dari displasia ringan ke displasia sedang
seterusnya ke displasia berat dan karsinoma insitu memakan waktu bertahuntahun. Sebagian pasien mengalami transformasi cepat, dan sebagian pasien
displasianya akan menghilang tanpa pengobatan. Waktu rata-rata yang diperlukan
untuk berkembang menjadi kanker invasif sejak awal mula mengalami displasia
adalah 10-20 tahun. Yang dimaksud dengan kanker invasif adalah sel-sel tumor
menembus membrana basalis (basement membrane) dan menyerang jaringan
stroma dibawahnya. Kemudian tumor itu menyebar setempat melalui invasi.
Penyebaran metastasis terjadi melalui aliran limfe ke kelenjar-kelenjar limfe
dalam panggul. Jarang terjadi metastasis melalui homogen, kematian biasanya
terjadi karna gagal ginjal sebagai akibat sekunder dari hidronefrosis atau
pendarahan dari tempat tumor (William, 2001).
Kanker serviks merupakan jenis kanker paling umum pada perempuan
diseluruh Dunia setelah kanker payudara. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi
Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam
penularan. Human Papilloma Virus (HPV) adalah golongan Papovavirus, non
enveloped, yang memiliki double stranded DNA. Infeksi HPV risiko tinggi
merupakan faktor etiologi kanker serviks. Pendapat ini ditunjang oleh berbagai
penelitian. Infeksi HPV risiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker serviks.
Penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer
(IARC) terhadap 1 000 sampel dari 22 negara mendapatkan adanya infeksi HPV
pada sejumlah 99,7% kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10
000 kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 31,
33, 35, 45, 52, 58. Penelitian kasus kontrol dengan 2500 kasus kanker serviks dan
2500 perempuan yang tidak menderita kanker serviks sebagai kontrol, deteksi
infeksi HPV pada penelitian tersebut dengan pemeriksaan PCR. Total prevalensi
infeksi HPV pada penderita kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa adalah
94,1%. 99.7% kanker serviks disebabkan infeksi HPV onkogenik (penyebab
20
kanker). HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama kanker serviks pada 70%
kasus di dunia tapi yang dapat menginfeksi jaringan mukosa serviks hanya 3040an saja. Wanita dengan infeksi HPV akan mempunyai factor resiko 200 kali
lebih besar terkena kanker serviks
Prevalensi
infeksi
HPV
pada
penderita
kanker
serviks
jenis
3.3
21
berkembang
menjadi
karsinoma
invasif.
Beberapa
penelitian
menemukan 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS
1/NIS 2. Karna tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi
progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya.
22
23
24
25
medis
pada
penyakit
kanker
serviks
prainvasif
berdasarkan dari luasnya penyakit. Pasien dengan tahap prainvasif dapat diberikan
cryosurgery, electrocautery atau carbon dioxide laser ablation. Konisasi pada
serviks juga dapat dilakukan pada perempuan yang masih menginginkan
kesuburan. Sedangkan pada pasien yang tidak menginginkan kehamilan dapat
dilakukan histerektomi. Pada stadium I-IIa dapat diterapi dengan pembedahan
saja, radiasi saja atau kombinasi keduanya. Sedangkan pada tahap lanjut atau
stadium IIb-Ib dilakukan radiasi atau kombinasi dengan kemoterapi dan jika
memungkinkan dapat dilakukan operasi (Otto, 2001).
Penatalaksanaan medis pada kanker serviks bergantung pada stadium kanker
serviks
(Aziz, Andrijono, & Saifudin, 2006; Sukardja, 2000; Otto, 2001)
a. Mikroinvasi, stadium Ia1
Pada stadium ini tanpa invasi pembuluh darah dan limfe kemungkinan penyebaran
ke kelenjar getah bening regionalnya tidak lebih dari 1%. Hal ini memungkinkan
untuk dilakukan tindakan terapi yang lebih konservatif seperti histerektomi
simpel. Bila dijumpai invasi pembuluh darah atau limfe sebaiknya dilakukan
histerektomi radikal atau radiasi bila ada indikasi kontra tindakan operasi
b. Stadium Ia2
Kasus pada stadium ini harus dilakukan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis atau radiasi bila ada indikasi kontra
tindakan operasi. Bila dijumpai invasi limfe atau vaskular sebaiknya dilakukan
histerektomi dan limfadenektomi atau radiasi karena kemungkinan adanya anak
sebar ke kelenjar getah bening
26
c. Stadium Ib
Stadium Ib pengobatannya adalah dengan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dengan/ tanpa kelenjar getah bening
paraaorta. Hasil yang sama efektifnya didapat bila diberikan terapi radiasi. Kedua
terapi ini memberikan tingkat kelangsungan hidup yang sama, tetapi pada
penderita usia muda operasi radikal lebih disukai karena dapat mempertahankan
fungsi ovarium.
d. Stadium IIa
Terapi optimal pada kebanyakan stadium IIa adalah kombinasi radiasi ekternal
dan radiasi intrakaviter. Operasi radikal dengan pengangkatan kelenjar getah
bening pelvis dan paraaorta serta pengangkatan vagina bagian atas dapat
memberikan hasil yang optimal asalkan tepi sayatan bebas dari invasi sel tumor.
e. Stadium IIb, III dan IVa
Pada kasus stadium lanjut ini tidak mungkin dilakukan tindakan operatif karena
tumor telah menyebar jauh ke luar dari serviks. Pemberian kombinasi kemoradiasi
akan meningkatkan keberhasilan terapi sampai 30%.
f. Stadium IVb
Kasus dengan stadium terminal ini, pasien jarang dapat bertahan hidup sampai
setahun sejak didiagnosis. Penderita stadium IVb bila keadaan umum
memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi, tetapi hanya bersifat paliatif.
3.8 Prognosis Kanker Serviks
Pada dasarnya, kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan skrining rutin
yang dapat dilakukan pelanan primer. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan
dengan pemberian vaksin HPV dan menghindari segala perilaku yang
27
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
pucat dan akral pucat yang menunjukan bahwa pasien mengalami anemia. Anemia
tersebut dapat disebabkan adanya perdarahan dari kemaluan yang telah
berlangsung dari 2 bulan yang lalu dan juga dapat disebabkan karena efek suatu
penyakit keganasan yang dialami oleh pasien ini.
Dari status ginekologis penderita didapatkan :
Pemeriksaan Luar
29
Portio
berdungkul-dungkul,
rapuh,
Portio
berdungkul-dungkul,
rapuh,
Hal ini menunjang diagnosa karsinoma serviks dimana pada stadium IVB
tumor ini telah meluas sampai ke organ-organ lain yang letaknya jauh pada kasus
ini terdapat efusi pleura, hidronefrosis dan dilatasi dari ureter.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin berkisar 10,5 g/dl
yang menunjukkan bahwa adanya pendarahan dan tergolong anemia ringan. Serta
kadar ureum dan kreatinin yang tinggi menunjukkan adanya gangguan pada
ginjal. Dari hasil patologi anatomi didapatkan hasil Moderated differentiated non
keratizing squamous cell carcinoma dengan LVI (-) pada serviks dan konsul pada
bagian penyakit dalam didapatkan diagnosa karsinoma serviks, AKI stage II dan
anemia sedang, hipoalbumin, dan dari konsul bagian bedah post trombone
syndrome. Dari gambaran USG abdomen didapatkan efusi pleura dextra + Nodul
metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa pada uterus. Dari hasil Foto IVP
didapatkan adanya kesan Hydronefrosis grade III kiri + dilatasi ureter kiri sampai
distal.
30
sedikit
banyak
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
IVb Pengobatan
31
quo ad vitam maupun untuk quo ad functionamnya adalah malam, karena setelah
tindakan yang telah dilakukan, tidak ada kemungkinan kembalinya fungsi organ
seperti semula
32
DAFTAR PUSTAKA
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta
[internet].
Available