Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak nomor dua secara
insiden di dunia setelah kanker payudara dan sekitar tiga perempatnya terjadi di
negara berkembang (Moore, 2006). Kanker serviks juga merupakan penyakit
kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker
terutama di negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker seviks baru
sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di Negara
berkembang (Sarwono, 2011).
Kanker serviks didefinisikan sebagai kanker yang primer berasal dari
serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) yang merupakan masalah kesehatan
utama yang penting pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini mengenai lebih
dari 1,4 juta wanita diseluruh dunia dan 460.000 kasus baru terjadi setiap
tahunnya, serta sekitar 231.000 wanita meninggal akibat penyakit ini (Blumental
dan McIntosh, 2005).
Hampir 99,7% kanker serviks berhubungan secara langsung dengan
infeksi satu atau lebih tipe human papillomavirus (HPV), virus penyebab paling
banyak infeksi menular seksual di seluruh dunia. Dari 50 tipe HPV yang
menginfeksi saluran genitalia, sekitar 15-20 tipe berhubungan dengan kanker
serviks. Tipe HPV 16,18,31, dan 45 merupakan kelompok yang paling sering
ditemui pada kasus kanker serviks (Blumental dan McIntosh, 2005). Lebih dari
70% kanker serviks disebabkan ole infeksi HPV tipe 16 dan 18.Infeksi HPV
memiliki prevalensi yang tinggi pada usia muda sedangkan kanker serviks baru
timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih (Sarwono, 2011).
Infeksi HPV sering tidak menimbulkan gejala. Tanda utama dari infeksi
biasanya berupa kutil kecil kemerahan atau pink di daerah genital disertai rasa
gatal atau terbakar. Setelah seorang wanita terinfeksi oleh HPV, infeksi tersebut
dapat tetap stabil secara lokal, hilang secara spontan perlahan, atau jika serviks

terlibat

dapat

mengakibatkan

perubahan

menjadi

low-grade

squamous

intraepithelial lession (LGSILs), atau disebut juga mild cervical intraephitelial


neoplasia (CIN1) atau displasia (Blumental dan McIntosh, 2005).
Sekitar 8% dari kelompok tersebut dapat berkembang menjadi prekanker
yang terbatas pada bagian luar sel serviks (karsinoma in situ /CIS) dan sekitar
1,6% nya akan berkembang menjadi kanker invasif kecuali jika lesi prekankernya
dideteksi dan ditatalaksana sejak awal (Blumental dan McIntosh, 2005).
Terdapat beberapa tipe kanker serviks yang diklasifikasikan berdasarkan
tempat dimana kanker tersebut berkembang dalam serviks. Kanker yang
berkembang di ektoserviks disebut sebagai squamous cell carcinoma yang
merupakan 80-90% dari keseluruhan kasus keganasan serviks (WHO/ICO
information Centre on HPV and Cervical Cancer). Sementara, kanker yang
berkembang di endoserviks disebut adenokarsinoma. Sebagai tambahan, terdapat
sejumlah kecil kanker serviks yang disebabkan oleh tipe campuran yang disebut
sebagai adenosquamous carcinoma atau mixed carcinoma. Terdapat juga beberapa
tipe kanker serviks yang jarang seperti small cell carcinoma, neuroendocrine
carcinoma, dll (American Cancer Society).
Penatalaksanaan kanker serviks bergantung pada tahap mana penyakit ini
berhasil didiagnosis. Pada tahap awal atau lesi prekanker dapat ditatalaksana
dengan tindakan seperti cryosurgery, laser, conization, histerektomi. Sementara
pada lesi kanker yang sudah invasif dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
histerektomi radikal, trachelectomy, kemoterapi, radiasi, kemoradiasi, atau pelvic
eksenterasi bila kejadian kanker serviks berulang atau rekuren. Seringnya pasien
datang pada stadium lanjut. Hal ini menunjukkan pentingnya dokter untuk
mengenali tanda dan gejala dari kanker serviks. Pengenalan yang cepat dan tepat
dapat membantu dalam penegakan diagnosis dini kanker serviks sehingga
penatalaksanaan dapat diberikan dengan tepat. Inti dari penanganan kanker
serviks adalah bagaimana cara tenaga kesehatan mendeteksi kondisi ini secara
dini sehingga dapat mencegah perubahan lesi prekanker menjadi kanker.

BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama

: Ny. J

Umur

: 70 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kance Diwe, Dempo Selatan, Pagar Alam.

Suku Bangsa

: Indonesia

Pendidikan

: SLTA

Status Pernikahan

: Menikah

Pekerjaan

: Petani

Nama Suami

: alm Tn S

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SLTA

Suku Bangsa

: Indonesia

MRS

: 26 Maret 2015 pukul 10.26 WIB

Rec Med

: 883146

2.2 Anamnesis ( tanggal 9 April 2015, pukul 10.20 WIB ) oleh kelompok B
2.2.1

Anamnesis Umum
KeluhanUtama
Pendarahan dari Kemaluan
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 bulan SMRS, penderita mengeluh keluar cairan
bercampur darah dan tidak berbau. Penderita juga merasa sering
keputihan dan merasa gatal-gatal disekitar kemaluan. Penderita
juga sering mengeluh nyeri perut bagian bawah, Namun penderita
masih belum berobat.

Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita


mengeluh keluar cairan bercampur darah dan berbau busuk kadang
disertai darah berwarna merah segar. Penderita juga sering berganti
celana dalam sampai 3 kali dalam sehari karena merasa tidak
nyaman, berbau dan gatal-gatal, penderita juga merasa nyeri hebat
diseluruh perut, nyeri saat BAK (+).
5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh
keluar cairan bercampur darah dan berbau busuk kadang disertai
darah berwarna merah segar. Penderita juga sering berganti celana
dalam sampai 3 kali dalam sehari karena merasa tidak nyaman,
berbau dan gatal-gatal, penderita juga merasa nyeri perut yang
bertambah hebat diseluruh perut dan nyeri saat BAK (+).
Kemudian

berobat ke RS Pagar Alam dan diduga menderita

kanker serviks. R/ penurunan nafsu makan (+), R/ berat badan


menurun (+), R/ trauma pada daerah perut (-), Riwayat merokok
(-), Riwayat anggota keluarga yang merokok (+), Riwayat berganti
pasangan sexual (-), dan penderita dirujuk ke RSMH untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut .
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
Ca cervix
Pendarahan dari Kemaluan
Infeksi pada Alat genital
Peradangan pada panggul
R/ Operasi Ambeien tahun 2014

: Ada, 1 tahun yang lalu.


:: (+)
: Disangkal
: Disangkal
: (+)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Ca Cervix : (-)
Riwayat Sosial Ekonomi dan Gizi
Status sosial ekonomi menengah ke bawah dan status gizi kurang.
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, lamanya 54 tahun. Pada usia 15 tahun.

Riwayat Reproduksi
Menarche
Siklus haid
Menopause
Riwayat Persalinan

: 13 tahun
: Teratur, 28 hari, lama haid 5 hari
: 40 tahun
: P2Ao, Lahir spontan pervaginam

2.3 Pemeriksaan Fisik ( tanggal 9 April 2015, pukul 10.20 WIB )


Status Present
Keadaan umum

: Kompos mentis

Kesadaran

: Sakit ringan

Gizi

: Baik

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 96 x/menit

Frekuensi pernafasan

: 20 x/m

Suhu

: 36,7c

Berat badan

: 40 kg

Tinggi badan

: 150 cm

IMT

: 17,7

Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax

: Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung

:
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4


linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi

: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur


(-), gallop (+)

Paru

:
Inspeksi

: Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi

: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal


paru kiri

Abdomen

:
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak


teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) Normal

Ekstremitas

: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Refleks fisiologis

: +/+

Refleks patologis

: -/-

Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar

: Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi


Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan
simpisis, massa (-), Nyeri Tekan (+) supra
pubik, tanda cairan bebas (-)

Inspekulo

Portio

berdungkul-dungkul,

rapuh,

mudah berdarah, infiltrasi ke vagina


anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik
Vaginal Toucher

Portio

berdungkul-dungkul,

rapuh,

mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke


vagina 2/3 anterior, massa eksofitik,
Adnexa parametrium kanan-kiri tegang,
cavum douglas tidak menonjol.
Rectal toucher

: tonus sphingter ani baik, mukosa licin,


massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14

minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri


0%.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
10 April 2015 ( 09.34 WIB)
Hb
: 10,5 g/dl

13 April 2015 ( 11.40 WIB)


Hb
: 10,5 g/dl

: 3,70 juta/mm3

Eritrosit

Hematokrit : 29 vol%

Hematokrit : 30 vol%
3

Leukosit

: 27,200/mm

Trombosit

: 188000/mm3

DC
Urinalisis

: 0/4/83/7/6

: 3,74 juta/mm3

Eritrosit
Leukosit

: 28,200/mm3

Trombosit

: 223000/mm3

DC
: 0/6/80/7/7
Kimia Klinik

Warna : Kuning

Bilirubin Total : 0,31mg/Dl

Kejernihan : Agak keruh

Bilirubin Direk: 0,20 mg/Dl

Berat jenis : 10.10

AST/ SGOT : 17 U/L

PH : 7

ALT/ SGPT : 4 U/L

Protein : negatif

Protein Total : 6,2 g/ Dl

Keton : negative

Albumin : 2,9 g/Dl

Darah : Positif ++
Bilirubin : negative

Globulin

Urobilinogen : 1

Glukosa Sewaktu : 69 mg/Dl

3.3 g/Dl

Nitrit : Negatif
Lekosit esterase : Negatif

Ginjal

Sedimen Urine :

Ureum : 61 mg/Dl

Epitel

: positif + / LPB

Lekosit : 3-6/ LPB

Asam Urat : 11.30 mg/Dl


Kreatinin : 2.46 mg/Dl

Eritrosit : 70-72/ LPB


( 0-1/ LPB)

Elektrolit

Silinder : Negatif/ LPB

Calsium : 8.5 mg/Dl

Kristal

Natrium :137 mEq/ L

: Negatif / LPB

Bakteri : Positif +
Mukus

: Negatif

Jamur

: Negatif

17 April 2015 ( 19.55 WIB)


Hb
: 9,6 g/dl

Kalium : 4.8 mEq/L

Globulin

3.1 g/Dl

: 3,45 juta/mm3

Eritrosit

Glukosa Sewaktu : 40 mg/Dl

Hematokrit : 27 vol%
: 38,100/mm3

Leukosit
Trombosit
DC

: 246000/mm

: 0/1/89/4/6

Ginjal
Ureum : 80 mg/Dl
Asam Urat : 8,20 mg/Dl
Kreatinin : 4,15 mg/Dl
Elektrolit
Calsium : 8.5 mg/Dl
Natrium :131 mEq/ L
Kalium : 5,3 mEq/L

Kimia Klinik
Protein Total : 6,2 g/ Dl
Albumin : 3,1 g/Dl

B. Patologi Anatomi
Moderated differentiated non keratizing squamous cell carcinoma dengan
LVI (-) pada serviks.
C. Expertise Radiologi
-

USG abdomen ( 4 April 2015)

efusi pleura dextra + Nodul metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa
pada uterus
-

Fto IVP (6 April 2015 )


Hydronefrosis grade III kiri + dilatasi ureter kiri sampai distal

D. Konsul PDL ( 8 April 2015 )


S: Sesak napas, Bak berwarna merah
O/
TD : 120/80 mmHg N : 92 x/m , RR : 28x/menit temp : 37,7c
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax

: Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4


linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi

: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur


(-), gallop (+)

Paru

:
Inspeksi

: Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi

: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal


paru kiri

Abdomen

:
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak


teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) Normal

Ekstremitas

: Akral pucat (-/-), edema pretibia (+/+)

A/
- CHF ec ASHD/ HHD + AKI stage II + Hipoalbuminemia
P/
-O2 3-5 liter
- IVFD D5% dtt X/menit (mikro)
- Furosemide 1x 20 mg jika TDS 100 mmHg
- KCL3 x 500 mg
- Transfusi albumin jika tidak sesak
- Rawat Bersama dengan bagian kardiologi
E. Konsul Bedah ( 8 April 2015)
S: Bengkak Pada tungkai kanan

10

O/
TD : 120/80 mmHg N : 92 x/m , RR : 28x/menit temp : 37,7c
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax

: Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung

:
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4


linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi

: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur


(-), gallop (+)

Paru

:
Inspeksi

: Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi

: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal


paru kiri

Abdomen

:
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak


teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) Normal

Ekstremitas

: Akral pucat (-/-), edema pretibia (+/+)

A/
-

Post trombone syndrome tungkai kanan

P/
-

Kompresi stocking dari cruris hingga paha

Imobilisasi

11

Penderita tidak dapat diberikan antikoagulan mengingat kondisi klinis


dan pendarahan

Untuk saat ini dilakukan tatalaksana konservatif

2.5 Diagnosis kerja


- Ca Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage
II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang
2.6 Penatalaksanaan
- O2 3-5 l/m
- IVFD D5% gtt x/m
- Ceftriaxone 2 x 1g
- Metrodinazole 3 x 1g
- Parasetamol 3 x 500mg
- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)
- Klinimix 1 x 1
- KCL 3 x 500mg
- R/ Kemotherapi
- R/ HD
- R/ Radiasi
2.7 Prognosis
o Malam
2.8 Follow Up
( Tanggal 10 April 2015 pukul 07.00 WIB)

12

Keluhan
Status present

sesak (+)
KU:lemah, sens: CM, TD: 130/80 mmHg, N: 110x/m, RR: 28 x/m, T:

Pemeriksaan Fisik

38oC.
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)


Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea

parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra


Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-),

gallop

(+)
Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri


Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT

(+) dibagian suprapubik.


Perkusi

: Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal


Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)
Status Ginekologi

Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar

Pemeriksaan Luar

pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)
Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina

Inspekulo

anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik


Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi

Vaginal Toucher

ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri


tegang, cavum douglas tidak menonjol.
tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~

Rectal toucher :

setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

Ca Cervix stadium 1V b+ CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II +

P:

Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang


- O2 3-5 l/m
- IVFD D5% gtt x/m
- Ceftriaxone 2 x 1g
- Metrodinazole 3 x 1g
- Parasetamol 3 x 500mg
- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)
- Klinimix 1 x 1
- KCL 3 x 500mg
- R/ Kemotherapi
- R/ HD
- R/ radiasi

13

Tanggal 16-04-2015, pukul 11.00 WIB


Keluhan
Status present

Demam (+), sesak


KU:lemah, sens: CM, TD: 110/80 mmHg, N: 100x/m, RR: 28 x/m, T:

Pemeriksaan Fisik

38oC.
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)


Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea

parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra


Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-),

gallop

(+)
Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri
Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT

(+) dibagian suprapubik.


Perkusi

: Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal


Status Ginekologi

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Pemeriksaan Luar

Inspekulo

Abdomen datar, lemas, simetris, Timggi Fundus Uteri pertengahan antar


pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan

Vaginal Toucher

bebas (-)

14

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina


anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik
Rectal toucher :

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi


ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri
tegang, cavum douglas tidak menonjol.
tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara

14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.


Ca Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II +

P:

Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang


- O2 3-5 l/m
- IVFD D5% gtt x/m
- Ceftriaxone 2 x 1g
- Metrodinazole 3 x 1g
- Parasetamol 3 x 500mg
- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)
- Klinimix 1 x 1
- KCL 3 x 500mg
- R/ Kemotherapi
- R/ HD
- R/ Radiasi

Tanggal 17-04-2015, pukul 12.00 WIB


Keluhan
Status present

Demam (+), sesak


KU:lemah, sens: CM, TD: 110/70 mmHg, N: 120x/m, RR: 26 x/m, T:

Pemeriksaan Fisik

38oC.
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)


Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea

parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra


Auskultasi

: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-),

gallop (+)
Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri


Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar

15

Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT

(+) dibagian suprapubik.


Status Ginekologi

Perkusi

: Timpani

Pemeriksaan Luar

Auskultasi: BU (+) Normal


Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)
Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar

Inspekulo

pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)

Vaginal Toucher

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina


anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik
Portio berdungkul-dungkul, rapuh, tidak mudah berdarah, 8 x 6cm,

Rectal toucher :

infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium


kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.
tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara

14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.


Ca Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II +

P:

Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang


- O2 3-5 l/m
- IVFD D5% gtt x/m
- Ceftriaxone 2 x 1g
- Metrodinazole 3 x 1g
- Parasetamol 3 x 500mg
- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)
- Klinimix 1 x 1
- KCL 3 x 500mg
- R/ Kemotherapi
- R/ HD hari ini
- R/ Radiasi

Tanggal 18-04-2015, 13.00 WIB


Keluhan
Status present

Badan terasa lemas


KU:lemah, sens: CM, TD: 100/70 mmHg, N: 102x/m, RR: 22x/m, T:

Pemeriksaan Fisik

36,5oC.
Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)


Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea

parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra


Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-),

gallop

16

(+)
Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri


Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi

: Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Palpasi

: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT

(+) dibagian suprapubik.


Perkusi

: Timpani

Status Ginekologi

Auskultasi: BU (+) Normal

Pemeriksaan Luar

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)


Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar

Inspekulo

pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan
bebas (-)

Vaginal Toucher

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina


anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik
Portio berdungkul-dungkul, rapuh, tidak mudah berdarah, 8 x 6cm,

Rectal toucher :

infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium


kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.
tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara

14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.


Ca Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II +

P:

Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang + post HD 1


- O2 3-5 l/m
- IVFD D5% gtt x/m
- Ceftriaxone 2 x 1g
- Metrodinazole 3 x 1g
- Parasetamol 3 x 500mg
- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)
- Klinimix 1 x 1
- KCL 3 x 500mg
- R/ Kemotherapi
- R/ Radiasi

17

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi Kanker Serviks

18

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju ke rahim (Setyarini, 2012).
Proses terjadinya kanker serviks berhubungan erat dengan proses
metaplasia sel di daerah sambungan antara epitel skuamo dan epitel kolumnar
serviks yang menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas (Sjamsuddin, 2001).
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor yang bersifat jinak atau ganas
(Rasjidi & Sulistiyanto, 2007).
3.2

Etiologi Kanker Serviks


Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat
kejadiaannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ektrinsik,
diantaranya yang penting jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih
tinggi pada mereka yang menikah daripada yang tidak menikah, terutama pada
gadis yang coitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun),
insiden meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan
terlampau dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah (higienis seksual)
20 yang

jelek, aktivitas seksual yang

sering berganti-ganti pasangan

(promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat


(sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus Human
Papiloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18, dan kebiasaan merokok (Mardjikoen,
2009).

19

Penyakit ini bermula sebagai proses displasia pada sambungan squamosakolumner. Kemajuan yang berlangsung dari displasia ringan ke displasia sedang
seterusnya ke displasia berat dan karsinoma insitu memakan waktu bertahuntahun. Sebagian pasien mengalami transformasi cepat, dan sebagian pasien
displasianya akan menghilang tanpa pengobatan. Waktu rata-rata yang diperlukan
untuk berkembang menjadi kanker invasif sejak awal mula mengalami displasia
adalah 10-20 tahun. Yang dimaksud dengan kanker invasif adalah sel-sel tumor
menembus membrana basalis (basement membrane) dan menyerang jaringan
stroma dibawahnya. Kemudian tumor itu menyebar setempat melalui invasi.
Penyebaran metastasis terjadi melalui aliran limfe ke kelenjar-kelenjar limfe
dalam panggul. Jarang terjadi metastasis melalui homogen, kematian biasanya
terjadi karna gagal ginjal sebagai akibat sekunder dari hidronefrosis atau
pendarahan dari tempat tumor (William, 2001).
Kanker serviks merupakan jenis kanker paling umum pada perempuan
diseluruh Dunia setelah kanker payudara. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi
Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam
penularan. Human Papilloma Virus (HPV) adalah golongan Papovavirus, non
enveloped, yang memiliki double stranded DNA. Infeksi HPV risiko tinggi
merupakan faktor etiologi kanker serviks. Pendapat ini ditunjang oleh berbagai
penelitian. Infeksi HPV risiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker serviks.
Penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer
(IARC) terhadap 1 000 sampel dari 22 negara mendapatkan adanya infeksi HPV
pada sejumlah 99,7% kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10
000 kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 31,
33, 35, 45, 52, 58. Penelitian kasus kontrol dengan 2500 kasus kanker serviks dan
2500 perempuan yang tidak menderita kanker serviks sebagai kontrol, deteksi
infeksi HPV pada penelitian tersebut dengan pemeriksaan PCR. Total prevalensi
infeksi HPV pada penderita kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa adalah
94,1%. 99.7% kanker serviks disebabkan infeksi HPV onkogenik (penyebab

20

kanker). HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama kanker serviks pada 70%
kasus di dunia tapi yang dapat menginfeksi jaringan mukosa serviks hanya 3040an saja. Wanita dengan infeksi HPV akan mempunyai factor resiko 200 kali
lebih besar terkena kanker serviks
Prevalensi

infeksi

HPV

pada

penderita

kanker

serviks

jenis

adenokarsinoma dan adenoskuamosa adalah 93%. Penelitian pada NIS II/III


mendapatkan infeksi HPV yang didominasi oleh tipe 16 dan 18. Progresifitas
menjadi NIS II/III setelah menderita infeksi HPV berkisar 2 tahun (Arijono, 2007
dan Amandhari, 2010). Penggunaan Papanicolaou tersebar luas untuk menurunkan
kanker serviks di berbagai Negara. Ketika awal kanker terjadi, langkah klinis
harus diambil. Tumor pada stadium awal dapat diatur dengan biopsi atau
histerektomi sederhana, sedangkan tumor stadium lanjut dapat diberlakukan
operasi atau dengan radioterapi. Apabila terjadi metastasis, terapi dengan cara
radiasi yang di kombinasikan kemoterapi. Berbagai belahan Dunia berkembang,
kanker serviks sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas perempuan.

Gambar 2.1 Siklus Hidup Human Papilloma Virus

3.3

Patofisiologi dan Patogenesis Kanker Serviks


Kanker serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai Squoma-Columnar
Junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari

21

porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks


kanalis serviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada diluar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berumur >35 tahun, SCJ berada di dalam
kanalis serviks. Maka untuk melakukan pap-smear yang efektif, yang dapat
mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau
cytobrush sikat khusus. Pertumbuhan kanker serviks diawali dengan sel yang
mengalami mutasi kemudian berkembang menjadi sel displastik yang disebut
displasia, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang mencakup berbagai lesi epitel
yang secara sitologi atau morfologi berbeda dibandingkan dengan sel epitel
normal. Pada kondisi displasia belum mengenai sel epitel basalis dan belum
menunjukkan karakteristik keganasan. Displasia dimulai dari displasia ringan,
sedang, sampai berat. Perkembangan selanjutnya adalah menjadi kanker insitu
(KIS) dan akhirnya menjadi kanker invasif (Suwiyoga, 2006).
Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Pathogenesis NIS dapat
dianggap sebagai suatu spectrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS
1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma insitu (NIS 3) untuk
kemudian

berkembang

menjadi

karsinoma

invasif.

Beberapa

penelitian

menemukan 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS
1/NIS 2. Karna tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi
progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya.

22

Gambar 2.2 Perubahan Pada Lapisan Epitel Serviks


3.4 Klasifikasi Histopatologis Dan Staging
Tabel 1. Klasifikasi histologik kanker serviks

International Federation of Gynaecology (2000) membuat klasifikasi


kanker serviks berdasarkan perkembangan secara klinis sesuai tabel berikut :

23

Tabel 2.2 Klasifikasi Kanker Serviks

3.5 Manifestasi Klinik Kanker Serviks


Tanda dini kanker servik tidak spesifik, seperti adanya sekret vagina yang
agakbanyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan setelah bersetubuh.
Pada kondisi kanker serviks lanjut akan terjadi perdarahan yang semakin banyak,
lebih sering dan berlangsung lebih lama. Sekret vagina yang berbau juga dapat
ditemukan terutama dengan nekrosis lanjut. Pada stadium lanjut ketika tumor
telah menyebar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelviks dapat
dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa

24

penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum, sampai


sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai
bawah dapat menimbulkan udema tungkai bawah (Aziz, Andrijono & Saifudin
2006).
3.6 Diagnosis Kanker Serviks
Penegakan diagnosis kanker serviks pada stadium awal terlihat normal.
Pada pemeriksaan inspekulo, seiring makin progresifnya kanker, akan terlihat
ulkus, erosi, atau massa. Pemeriksaan rektal mungkin akan menemukan massa
eksternal Penegakan diagnosis kanker serviks dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan sitologi atau biopsi jaringan ektoserviks dan endoserviks. Apabila
biopsi jaringan tidak didapatkan, maka pengambilan contoh jaringan dilakukan
dengan konisasi serviks. Untuk staging kanker serviks dilakukan secara klinis
yaitu data diambil melalui pemeriksaan klinik, pemeriksaan radiografi, sitoskopi,
dan evaluasi patologi dari jaringan biopsi dan kuretase (Otto, 2001; Sjamsuddin,
2001).

25

3.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks


Penatalaksanaan

medis

pada

penyakit

kanker

serviks

prainvasif

berdasarkan dari luasnya penyakit. Pasien dengan tahap prainvasif dapat diberikan
cryosurgery, electrocautery atau carbon dioxide laser ablation. Konisasi pada
serviks juga dapat dilakukan pada perempuan yang masih menginginkan
kesuburan. Sedangkan pada pasien yang tidak menginginkan kehamilan dapat
dilakukan histerektomi. Pada stadium I-IIa dapat diterapi dengan pembedahan
saja, radiasi saja atau kombinasi keduanya. Sedangkan pada tahap lanjut atau
stadium IIb-Ib dilakukan radiasi atau kombinasi dengan kemoterapi dan jika
memungkinkan dapat dilakukan operasi (Otto, 2001).
Penatalaksanaan medis pada kanker serviks bergantung pada stadium kanker
serviks
(Aziz, Andrijono, & Saifudin, 2006; Sukardja, 2000; Otto, 2001)
a. Mikroinvasi, stadium Ia1
Pada stadium ini tanpa invasi pembuluh darah dan limfe kemungkinan penyebaran
ke kelenjar getah bening regionalnya tidak lebih dari 1%. Hal ini memungkinkan
untuk dilakukan tindakan terapi yang lebih konservatif seperti histerektomi
simpel. Bila dijumpai invasi pembuluh darah atau limfe sebaiknya dilakukan
histerektomi radikal atau radiasi bila ada indikasi kontra tindakan operasi
b. Stadium Ia2
Kasus pada stadium ini harus dilakukan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis atau radiasi bila ada indikasi kontra
tindakan operasi. Bila dijumpai invasi limfe atau vaskular sebaiknya dilakukan
histerektomi dan limfadenektomi atau radiasi karena kemungkinan adanya anak
sebar ke kelenjar getah bening

26

c. Stadium Ib
Stadium Ib pengobatannya adalah dengan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dengan/ tanpa kelenjar getah bening
paraaorta. Hasil yang sama efektifnya didapat bila diberikan terapi radiasi. Kedua
terapi ini memberikan tingkat kelangsungan hidup yang sama, tetapi pada
penderita usia muda operasi radikal lebih disukai karena dapat mempertahankan
fungsi ovarium.
d. Stadium IIa
Terapi optimal pada kebanyakan stadium IIa adalah kombinasi radiasi ekternal
dan radiasi intrakaviter. Operasi radikal dengan pengangkatan kelenjar getah
bening pelvis dan paraaorta serta pengangkatan vagina bagian atas dapat
memberikan hasil yang optimal asalkan tepi sayatan bebas dari invasi sel tumor.
e. Stadium IIb, III dan IVa
Pada kasus stadium lanjut ini tidak mungkin dilakukan tindakan operatif karena
tumor telah menyebar jauh ke luar dari serviks. Pemberian kombinasi kemoradiasi
akan meningkatkan keberhasilan terapi sampai 30%.
f. Stadium IVb
Kasus dengan stadium terminal ini, pasien jarang dapat bertahan hidup sampai
setahun sejak didiagnosis. Penderita stadium IVb bila keadaan umum
memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi, tetapi hanya bersifat paliatif.
3.8 Prognosis Kanker Serviks
Pada dasarnya, kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan skrining rutin
yang dapat dilakukan pelanan primer. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan
dengan pemberian vaksin HPV dan menghindari segala perilaku yang

27

menyebabkan kanker serviks (berganti-ganti pasangan, melakukan hubungan


seksual dini, dan merokok)
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium. Secara umum,
kelangsungan hidup 5 tahun:
a)Stadium I lebih dari 90%
b)Stadium II -60-80%
c)Stadium III sekitar 50%
d)Stadium IV kurang dari 30%

28

BAB IV
ANALISIS KASUS

Penegakan diagnosa pada kasus ini didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan


fisik, ginekologi dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa
penderita mempunyai keluhan perdarahan dari kemaluan. Perdarahan pada
umumnya terjadi segera sehabis senggama (perdarahan kontak), namun pada
tingkat klinik yang lebih lanjut perdarahan spontan dapat terjadi. Pada kasus ini
didapatkan pendarahan dari kemaluan yang terjadi diluar senggama dimana 7580% pendarahan yang terjadi diluar senggama merupakan salah satu gejala khas
pada karsinoma serviks stadium lanjut. Pada awalnya 2 bulan SMRS Pasien juga
mengalami keluhan keputihan, rasa gatal disekitar kemaluan, dan adanya rasa
nyeri di perut bagian bawah. Pada 15 hari SMRS pasien kembali mengalami
keluhan perdarahan dari kemaluan yang berbau, gatal dan adanya nyeri perut serta
nyeri saat BAK yang menunjukan adanya suatu keterlibatan ginjal.
Dari Hasil

Pemeriksaan Fisik didapatkan adanya konjungtiva palpebra

pucat dan akral pucat yang menunjukan bahwa pasien mengalami anemia. Anemia
tersebut dapat disebabkan adanya perdarahan dari kemaluan yang telah
berlangsung dari 2 bulan yang lalu dan juga dapat disebabkan karena efek suatu
penyakit keganasan yang dialami oleh pasien ini.
Dari status ginekologis penderita didapatkan :
Pemeriksaan Luar

: Abdomen datar, lemas, simetris, Timggi


Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan

29

simpisis, massa (-), Nyeri Tekan (+) supra


pubik, tanda cairan bebas (-)
Inspekulo

Portio

berdungkul-dungkul,

rapuh,

mudah berdarah, infiltrasi ke vagina


anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik
Vaginal Toucher

Portio

berdungkul-dungkul,

rapuh,

mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke


vagina 2/3 anterior, massa eksofitik,
Adnexa parametrium kanan-kiri tegang,
cavum douglas tidak menonjol.
Rectal toucher

: tonus sphingter ani baik, mukosa licin,


massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14
minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri
0%.

Hal ini menunjang diagnosa karsinoma serviks dimana pada stadium IVB
tumor ini telah meluas sampai ke organ-organ lain yang letaknya jauh pada kasus
ini terdapat efusi pleura, hidronefrosis dan dilatasi dari ureter.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin berkisar 10,5 g/dl
yang menunjukkan bahwa adanya pendarahan dan tergolong anemia ringan. Serta
kadar ureum dan kreatinin yang tinggi menunjukkan adanya gangguan pada
ginjal. Dari hasil patologi anatomi didapatkan hasil Moderated differentiated non
keratizing squamous cell carcinoma dengan LVI (-) pada serviks dan konsul pada
bagian penyakit dalam didapatkan diagnosa karsinoma serviks, AKI stage II dan
anemia sedang, hipoalbumin, dan dari konsul bagian bedah post trombone
syndrome. Dari gambaran USG abdomen didapatkan efusi pleura dextra + Nodul
metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa pada uterus. Dari hasil Foto IVP
didapatkan adanya kesan Hydronefrosis grade III kiri + dilatasi ureter kiri sampai
distal.

30

Kejadian karsinoma serviks berhubungan erat dengan sejumlah faktor


ekstrinsik, berupa usia koitus yang sangat muda (kurang dari 16 tahun).
Insidennya meningkat dengan tingginya paritas, sosioekonomi rendah, higiene
seksual jelek, aktifitas seksual yang sering berganti pasangan dan kebiasaan
merokok.
Faktor-faktor predisposisi pada kasus ini antara lain adalah :
1) Coitus pertama usia sangat muda yaitu kurang dari 16 tahun pada pasien
didapatkan menikah pada usia 15 tahun usia kontak seksual yang terlalu
muda dapat menyebabkan banyaknya trauma pada serviks yang dapat
memicu metaplasia dari sel kolumnar menjadi sel squamosa serta dapat
meningkatkan risiko cedera pada genitalia interna yang dapat menjadi port de
entry dari virus HPV.
2) Asap rokok sebagai sumber radikal bebas menyebabkan menurunnya jumlah
anti oksidan yang tersedia dalam tubuh untuk membantu menanggulangi
kelainan-kelainan dalam tubuh ada riwayat keluarga pasien yang merokok,
pasien sebagai perokok pasif
3) Sosial ekonomi yang rendah (pasien dan keluarga berprofesi sebagai
petani/berkebun)

sedikit

banyak

berpengaruh

terhadap

pengetahuan

masyarakat tentang penyakit menular sexual dan kurangnya pengetahuan


terhadap skrining dini terhadap HPV dan gejala awal ca serviks sehingga
pasien tidak mengenali gejala awal dan datang berobat dengan kondisi kanker
serviks yang sudah metastase jauh.
4) Higiene daerah kemaluan kurang.
Penatalaksanaan Ca serviks stadium lanjut, stadium

IVb Pengobatan

terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter


radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan khemoradiasi, khemoterapi yang
sering diberikan antara lain cisplatinum, pachitaxel, docetaxel, fluorourasil,
gemcitabine.
Prognosis Five years survival rates pada penderita Ca.Cervix stadium IVB
adalah berkisar antara 5%- 20% sehingga pada pasien ini prognosis baik untuk

31

quo ad vitam maupun untuk quo ad functionamnya adalah malam, karena setelah
tindakan yang telah dilakukan, tidak ada kemungkinan kembalinya fungsi organ
seperti semula

32

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. detailed Guideline : Cervical Cancer ACS website.


http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI_2_4_ix_what_is_cervical_cancer
_8.asp.
Blumentahal PD dan Mc Intosh N. 2005. Cervical Cancer Prevention; Guiedline
for Low Resources Setting. USA : JHIPEGO
Gant, N.F., Leveno K.J., Gilstrap III L.C., Haulth J.C., Wenstrom, K.D., 2001.
William Obstetrics (21th edition). The McGraw-Hill Companies, Inc. United States
of America.
Mardjikoen Praswoto. Tumor Ganas Alat Genital, subbagian Karsinoma Servisis
Uteri. Dalam Ilmu Kandungan ed.2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta, 1999; 14:380-390.4.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. JAKARTA : Yayasan Bina
Pustaka Sarwon Prawirohardjo.
Setyarini E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim
di

RSUD

Dr.

Moewardi

Surakarta

[internet].

Available

http://etd.eprints.ums.ac.id/3942/1/J410040010.pdf. c2009 [dikutip 25 April


2015].
Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia
Kedokteran. 2001;133:9-1
WHO/ICO Information Center on Human Papilloma Virus (HPV) and Cervical
Cancer (a). Human Papilloma Virus and Related Cancers in India. Summary
Report2009. Available at http://www.who.int/hpvcenter/en/.

Anda mungkin juga menyukai