Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Invaginasi ialah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya
bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk di-sebut
intussusceptum dan bagian yang menerima intussuscepturn dinamakan intussuscipiens . Oleh
karena itu, invaginasi disebut juga intussusception. Pemberian nama invaginasi bergantung
hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan
invaginasi hanya melibatkan ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan
colon sebagai intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica
dan appendical-colica. Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo- ileo colica 15%,
lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical Colica.
Intususepsi merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi, ketika
satu bagian atas dari usus invaginasi ke bagian bawah dari usus tersebut. Jika progress dari
intususepsi ini tidak di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. Kematian yang disebabkan oleh
intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini disebabkan waktu diagnosis yang cepat dan
terapi operatif. Di negara berkembang, pasien mungkin ditemukan telah dalam kondisi
serius, dan angka kematian yang tinggi karena terbatanya akses kesehatan. 65% kasus
intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1tahun dengan insiden puncak antara
bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Walaupun keadaan ini bisa timbul pasca bedah,
yang hanya melibatkan usus halus dalam 86% demikian, atau bisa timbul pada anak yang

lebih besar dengan lesi s e p e r t i p o l i p a t a u d i v e r t i k u l u m m e c k e l s e b a g a i t i t i k


p e m b a w a n y a . B i a s a n y a intususepsi yang terjadi pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya.
Pada anak di bawah usia 4 tahun , 95% invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis.
Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan 2 tahun, paling banyak 5 -- 9 bulan,
Prevalensi penyakit diperkirakan 1--2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak lelaki lebih
banyak daripada perempuan, 3 : 1. Pada umur 5--9 bulan sebagian.

1.2 Definisi
Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal ( intususeptum ) berinvaginasi
kedalam segmen distal ( intususipien ) serta kemudian di dorong kedistal oleh peristaltik usus.

I.3 ANATOMI
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 6 m. Fungsi usus halus adalah
mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung. Usus halus memanjang dari pyloric sphincter
lambung sampai sphincter ileocaecal, tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terdiri
atas tiga bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.
Panjang duodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum : 6 m . Dimana 2/5 bagian adalah
jejunum. Batas antara duodenum dan yejunum adalah ligamentumtreits.

Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m 1,75 m. Di dalam usus ini, makanan mengalami
pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Getah usus yang dihasilkan
mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang dapat memecah makanan menjadi lebih
sederhana. Di dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang lumat yang encer.

Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m 3,5m terjadi penyerapan sarisari
makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus
mengakibatkan permukaan ileum menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat
berjalan dengan baik. Dinding jonjot usus halus tertutup sel epithelium yang berfungsi untuk
menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000 mikrovili (gambar 3) dalam tiap sel. Dinding tersebut
juga mengeluarkan mucus. Enzim pada mikrovili menghancurkan makanana menjadi partikel
yang cukup kecil untuk diserap. Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan
saluran limfa yang menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan
asam amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.

Jejunum dan ileum dapat dibedakan dari :


1. L e k u k a n

lekukan

jejunum

terletak

pada

bagian

atas

rongga

a t a s peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum ; ileum terletak pada bagian
bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar,berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada ileum Dinding jejunum terasa
lebih tebal karena lipatan mukosa yanglebih permanen yaitu plica circularis, lebih

besar, lebih banyak dan pada yejunum lebih berdekatan ; sedangkan pada bagian atas
ileumlebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatasdan kiri
aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua
arcade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke
dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darahyang pendek,
yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.

5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan


danl e m a k j a r a n g d i t e m u k a n d i d e k a t d i n d i n g u s u s h a l u s . Pa d a
u j u n g mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga
lemak ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosaileum
bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.

Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah :


Perbedaan eksterna
1.Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobil, sedang kan colonasenden dan colon
desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
2 . U ku r a n u s u s h a l u s u m u m n y a l e b i h ke c i l d i b a n d i n g ka n d e n g a n
u s u s besar yang terisi.

3.Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke bawah


menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.
4.Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus. Pada usus
besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalamtiga pita yaitu taenia coli.
5 . Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat padadindingnya. Usus
besar mempunyai kantong lemak yang dinamakanappandices epiploideae.

6.Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.
Perbedaan interna
5

1.Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan plica
silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2.Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar
tidak mempunyai.
3.Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus halus ,
jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar

Anatomi dan Fisiologi Usus Besar


Seperti disebutkan sebelumnya, usus besar dimulai dari titik, di mana ujung usus kecil.
Untuk lebih tepat, mulai dari daerah iliaka kanan panggul, yang terletak di bagian pinggang
kanan atau tepat di bawah ini. Dimulai dengan sekum (dimana titik akhir dari usus kecil
membuka ke usus besar) dan perjalanan ke atas, dan kemudian berjalan di rongga perut, sekali
lagi ternyata turun sampai akhir dengan kanal sigmoid, yang diikuti oleh rektum, anal kanal dan
anus. Bagian dari usus besar yang datang setelah sekum dan berjalan ke atas disebut kolon
ascending dan bahwa perjalanan di perut disebut kolon transversum. Yang usus descending
mengikuti usus besar melintang dan berubah menurun sampai berakhir pada kolon sigmoid, yang
diikuti oleh rektum.

Anatomi dan Fisiologi Usus Besar

Usus besar hampir seperti sebuah lengkungan yang mengelilingi melingkari usus
kecil dalam rongga perut. Ketika bagian utama dari proses pencernaan dilakukan di usus
kecil, usus besar diserahkan dengan fungsi resapan air dan beberapa vitamin. Hal ini
terutama bertanggung jawab untuk menyimpan kotoran, pemadatan itu dengan menyerap
air dan mengeluarkan dengan bantuan kontraksi berirama (gerakan peristaltik) dari otot
otot usus.
Sekum: Usus besar dimulai dengan sekum, yang seperti kantong dalam struktur
dan menghubungkan ileum (bagian terakhir dari usus kecil) ke kolon asendens. Hal ini
dipisahkan dari ileum oleh katup ileocecal atau katup Bauhin dan dari kolon asendens
oleh persimpangan cecocolic. Ini adalah sekitar enam sentimeter panjang dan lampiran
berbentuk ulat menggantung dari sekum.
Kolon Ascending : usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas
sampai mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan pergantian
usus dekat hati. Dengan kata lain, hati fleksura adalah tikungan antara kolon asendens
dan kolon transversum. Tikungan kolon melintang untuk membentuk fleksura hati, yang
diikuti oleh usus besar melintang, yang perjalanan melintasi rongga perut.
Kolon Transverse : usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura
merupakan yang terpanjang dan bagian dapat bergerak dari usus besar. Hal ini sedikit
melengkung ke bawah dengan kenaikan tajam ke atas mendekati akhir, di mana ia
membungkuk ke bawah untuk membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis, yang
terletak di dekat limpa. Ini adalah dari ini fleksura kolik kiri, usus descending dimulai.
usus Transversus terhubung ke perut oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai
omentum yang lebih besar. sisi usus besar melintang Posterior melekat ke dinding
posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang melapisi rongga perut) dan keterikatan
ini disebut mesokolon transverse.
7

Kolon Descending dan Kolon Sigmoid : usus descending Yang dimulai dari
fleksura lienalis dan berakhir pada awal kolon sigmoid. Hal ini ditempatkan lebih
mendalam, dibandingkan dengan usus ascending dan memiliki beberapa bagian dari usus
kecil di depannya. Hal ini berakhir dengan kolon sigmoid, yang merupakan bagian
terakhir dari usus besar, yang berakhir pada titik, di mana rektum dimulai. Kolon sigmoid
adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat tekanan
dalam usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan kotoran ke rektum.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan
beberapa vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan pengeluaran dari tinja. Rumah usus
yang besar sekitar 700 spesies bakteri, yang membantu dalam fermentasi serat dalam
bahan makanan. Bakteri ini juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K
dan biotin (vitamin B), yang diserap ke dalam darah.

II.I Epidemiologi
Di Netherland dan Jerman, ditemukan angka kejadian intusepsi di bagian bedah anak
1.21.4% dari keseluruhan pasien ( usia populasinya tidak di spesifikasi ). DiAustralia , New
Zealand dan Amerika Serikat , insiden intusepsi tidak berbeda jauh dari yang di temukan di Eropa 0.50 2.30
kasus per 1000 kelahiran hidup. Di china,insidensi yang dilaporkan adalah 0.77 kasus per 1000 kelahiran
hidup; dari Kuwait 0.50 kasus per 1000 kelahiran hidup. Amerika serikat memiliki
angka insidens terendah , yaitu 0.24 kasus per 1000 anak > 1 tahun. Di Venezuela terdapat
0.33kasus per 1000 anak > 2 tahun .
Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak dan dewasa.
Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead pointnya
tidak ditemukan.
8

II.2 Etiologi
Terbagi dua :
1. Idiophatic
2. Kausal
I. Idiophatic
Menurut kepustakaan 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak
dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile idiphatic
intussusceptions.Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum
terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi
virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.
2. Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus sebagai
penyebab

invaginasi

seperti

inverted

Meckels

diverticulum,

polip

usus,

leiomioma,leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi usus.


Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua minggu
pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus
yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.
Faktor faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi :

Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi
perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai
sebagai penyebab terjadi invaginasi. Invaginasi kadang kadang terjadi setelah / selama
enteritis akut, sehingga dicurigai akibat peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut
yang dijumpai pada bayi, ternyata kuman rota virus adalah agen penyebabnya, pengamatan
30 kasus invaginasi bayi ditemukan virus ini dalam fesesnya sebanyak 37 %.Pada beberapa
penelitian

terakhir

ini

didapati

peninggian

insidens

adenovirus

dalam

feses

penderita invaginasi.

II.4 Klasifikasi :
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe :
1.Enterik: usus halus ke usus halus
2.I l e o s e k a l : v a l v u l a i l e o s e k a l i s m e n g a l a m i i n v a g i n a s i p r o l a p s k e
s e k u m dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari
intususepsi.
3.Kolokolika: kolon ke kolon.
4.I l e o k o l o i k a :
ileum
prolaps
melalui
valvula
ileosekalis
ke
k o l o n . Umumnya para penulis menyetujui bahwa paling sering intususepsi
mengenai v a l v u l a i l e o s e k a l i s . N a m u n m a s i h b e l u m j e l a s p e r b a n d i n g a n
i n s i d e n s i u n t u k masing-masing jenis intususepsi. Perrin dan Linsay memberikkan
gambaran : 39%ileosekal, 31,5 % ileokolika, 6,7% enterik, 4,7 % kolokolika, dan sisanya
adalah bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas .

10

III.1 GEJALA KLINIS


Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, nyeri bersifat serang serangan nyeri
menghilang selama 10 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor,
oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi.
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan penyakit
disentri umumnya terjadi pada anak anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka
apabila ada apasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik
sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar campur darah
dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi Secara klasik perjalanan suatu invaginasi
memperlihatkan gambaran sebagai berikut :
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba
tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti
kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa
menit. Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah
terjadi proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang ulang dengan jarak waktu
15 20 menit,lama serangan 2 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti
11

dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali serangan
dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu
dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi
gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian
feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa darah segar bercampur
lendir tanpa feses.Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor
berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri
bawah.Lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan
bawah teraba kosong yang disebut dances sign ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut
proses invaginasi.Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi
mukosa usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah
6 8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir
ini bervariasijumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan
colok dubur.
Sesudah 18 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial
berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga pasien
dijumpai dengan tanda tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik
usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi.Oleh karena perut kembung maka massa
tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini
berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan

12

terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 324 jam setelah terjadi invaginasi.
Gejala-gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut, muntah dan perdarahan. Nyeri
perut bersifat serangan setiap 15-30 menit, lamanya 1--2 menit.. Di antara 2 serangan, bayi
kelihatan sehat. Perut berbentuk Scaphoid
Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun (60,7%), 81,8% pada
umur 1--2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut
merupakan gejala yang menyolok. biasanya nyeri disusul oleh muntah. Pada bayi kecil muntah
malahan dapat sebagai gejala pertama.Muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada
dalam lambung, kemudian berisi empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak
berumur kurang dari 2 tahun.
Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama setelah berlangsungnya penyakit, masingmasing 73% pada umur kurang 2 tahun dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih
sering pada invaginasi usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.
Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul oleh defekasi
darah bercampur lendir (currant jelly stool). Yang berasal dari intususeptum yang terbendung,
tertekan atau seudah mengalami strangulasi. Bila invaginasi disertai strangulasi harus di ingat
kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada 59% penderita, perdarahan terjadi
dalam waktu 12 jam.Darah lendir berwarna segar pada awal penyakit, kemudian berangsur-

13

angsur bercampur jaringan nekrosis, disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan
dan pembuluh darah.
III.2 Patofisiologi
Invaginasi paling sering adalah ileocolica, diikuti ileoileocolica, colocolica, dan
appendical colica. Bagian atas usus yang disebut intususeptum mengalami invaginasi ke bawah,
intususipiens

sambil

menarik

mesentriumnya

bersama-sama

memasuki

lumen

yang

pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi


aliran balik vena, selanjutnya terjadi pembengkakan invaginasi terjadi akibat edema dan
perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja mengandung darah, kadang-kadang mengandung
mukus .
Pada invaginasi dapat berakibat obstruksi strangulasi.Obstruksi yang terjadi secara
mendadak ini, akan menyebabkan bagiian apex invaginasimenjadi oedem dan kaku, jika hal ini
telah terjadi maka tidak mungkin untuk kembali normal secara spontan.Pada sebagian besar
kasus invaginasi keadaan ini terjadi pada daerah ileo caecal.Apabila terjadi obstruksi system
llimfatik dan vena mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan mesenterium
masuk kedalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosaintussusseptum menjadi oedem dan
kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan strangulasi dan
perforasi usus.

14

III.3 DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN


Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi dapat dilakukan anamnese, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan rontgen, dan reposisi enema barium (Jong, 2004) dan (Pickering, 2000) :

1.

Anamnesa

Anamnesa dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari riwayat pasien
sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada riwayat dipijat, diberi makanan
padat padahal umur anak dibawah 4 bulan.
2. Pemeriksaan fisik
- inspeksi sukar sekali membedakan prolapsus rektum dari invaginasi. Invaginasi didapatkan
invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler dengan
dinding anus.
- palpasi teraba sausage shape, suatu massa yang posisinya mengikuti garis usus colon ascendens
sampai ke sigmoid dan rektum.Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang hepar atau pada
dinding yang tegang.

15

- perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Pada auskultasi bising usus
terdengar meninggi selama serangan kolik menjadi normal kembali di luar serangan. Bila
invaginasi panjang hingga ke daerah rektum pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba
ujung invaginasi seperti porsio uterus disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir
dan darah. Harus dibedakan dengan prolapsus rektum.
3. Pemeriksaan Rectal Toucher :
Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio
Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi gejala gejala invaginasi tidak khas, tanda
tanda obstruksi usus berhari hari baru timbul, pada penderita ini tidak jelas tanda adanya
sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati anus, hal ini
mungkindisebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat
timbul. Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu gagal dibuat diagnosa
yangtepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan terjadi karena
ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita.

16

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu foto polos abdomen dan reposisi barium
enema.
-

Pemeriksaan Rontgen
Foto polos abdomen dapat menunjukkan padatan di daerah invaginasi. Dibuat dalam 2 arah,

posisi supine dan lateral dekubi tus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang
dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini,
selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.Gambaran X-ray
pada invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan karena
terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid levels.
2. Reposisi barium enema
Reposisi hidrostatik dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter
dengan tekanan hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan
pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik, dapat
dikerjakan sekaligus sewaktu diagnosis Rontgen ditegakkan, syaratnya adalah keadaan umum
mengizinkan, tidak ada gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak
terdapat obstruksi tinggi. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.
Reposisi barium enema di bawah fluoroskopi didapati gambaran cupping dari invaginasi
(pemeriksaan ini kontraindikasi bila sudah terdapat tanda- tanda peritonitis).Foto polos abdomen
dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah
untuk mengetahui invaginasi dan jika adanya perforasi.

17

18

USG
ABDOMEN

CT ABDOMEN

19

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit ( leukositosis
>10.000/mm).
III.4 Penatalaksanaan
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya
pertolongan diberikan, jika
pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan
memberikan
prognosis yang lebih baik.Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi
pada bayi dan anak sejak dahulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai
berhasil dengan baik :

1. Reduksi dengan barium enema


2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita dipuasakan, resusitasi
cairan,dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase ususdan
hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat
ini antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan
(1mg/ kg BB) untuk menghilangkan rasa sakit.

20

Reduksi Dengan Barium Enema


Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam diagnostik
dan terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen
Dijumpai tanda tanda peritonitis
Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam
Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat.
Usia penderita diatas 2 tahun
Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah
karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu.Kateter yang telah diolesi
pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester, melalui kateter bubur barium
dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium
dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat
foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal kolon
descendens.Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang berlanjut,
tetapi bilakolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit.
Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak

21

dijumpai kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium
dievakuasi terlebih dahulu.

Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :


Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan udara.
Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus, jadi
adanya refluks ke dalam ileum.
Hilangnya massa tumor di abdomen.
Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan
selama 36 jam pertama.Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain,
waktu sejak timbulnya gejalapertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis
pelaksanaannya.
Reduksi Dengan Tindakan Operasi
1. Memperbaiki keadaan umum
Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi
sebelum terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki.Pasien baru boleh dioperasi apabila
sudah yakin bahwa perfusi jaringan telah baik, hal ini ditandai apabila produksi urine sekitar 0,5
1 cc/kg BB/jam. Nadi kurang dari 120x/menit,pernafasan tidak melebihi 40x/menit, akral yang
tadinya dingin dan lembab telah berubah menjadi hangat dan kering, turgor kulit mulai membaik
22

dan temperature badan tidak lebih dari 38 C.Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila
setengah dari perhitungan dehidrasi telah masuk,sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan
dan pasca bedah.
Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :
a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).
b. Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.
c. Pemberian antibiotika dan sedatif.
Suatu kesalahan besar apabila buru buru melakukan operasi karena takut usus menjadi
nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk.Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress
operasi akan memperberat keadaan umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan
menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal
dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi
jaringan akan buruk pula. Bila dipaksakan kelainan kelainan itu akan irreversible.
2. Tindakan untuk mereposisi usus
Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual
dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung pada keterampilan
dan pengalaman operator. Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal
(melintang),pada anak anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal supraumbilikal
oleh karena letaknya relatif lebih tinggi.Ada juga yang menganjurkan insisi transversal
infraumbilikal dengan alasan lebih mudah untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi
dan tindakan apendektomi bila dibutuhkan.Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus
23

berhenti mencoba reposisi manual itu.Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak
berhasil direduksi dengan cara manual,bila viabilitas usus diragukan atauditemukan kelainan
patologis sebagai penyebab invaginasi.
Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis end to end, apabila hal ini
memungkinkan, bilatidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.

24

111.4 Perawatan Pasca Operasi


Pada kasus tanpa reseksi Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi pada salurancerna selama
1 2 hari dan penderita tetap dengan infus. Setelah oedem dari intestine menghilang, pasase dan
peristaltik akan segera terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai dengan menghilangnya
cairan kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi lunak, tidak distensi. Dapat juga
didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang akan turun secara perlahan. Antibiotika
dapat diberikan satu kali pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus dengan reseksi
perawatan menjadi lebih lama.
III.5 PROGNOSIS
1. Intesupsepsi berulang ( recurrent intussuption )
Intususepsi berulang telah dijelaskan pada 2 sampai 20% kasus rata rata sekitar
5%.dengan sekitar 1/3 terjadi dalam 24 jam dan mayoritas terjadi dalam 6 bulan dari episode
inisial. Rekurensi biasanya tidak memiliki titik penunjuk yang jelas dan lebih jarang timbul
setelah reduksi surgical atau reseksi. Rekurensi multiple dapat dan timbul pada pasien yang
sama. Angka keberhasilan terapi dengan reduksi enema setelah satu rekurensi dapat
diperbandingkan dengan yang episode pertama serta lebih tinggi bila anak sebelumnya tidak
membutuhkan reduksi operatif.pasien cenderung anak terlihat lebih awal dengan intususepsi
25

rekuren dan mereka memiliki symptom yang lebih sedikit. Iritabilitas dan ketidaknyamanan
dapat merupakan satu-satunya petunjuk selama tahap awal dari rekurensi. Perhatian yang
disampingkan pada intususepsi rekuren adalah malignasi yang samar ,walaupun multiple bukan
merupakan kontraindikasi untuk melakukan reduksi .

2. INTUSUSEPSI POSTOPERATIF
Laporan intususepsi untuk 3% sampai 10% dari kasus obstruksi untuk postoperative
selama masa kanak-kanak dan mungkin muncul setelah dilakukan operasi terhadap berbagai
kondisi operasi thoraks dan abdomen dapat diikuti oleh intususepsi laten.karena ileus dan
obstruksi adhesive lebih sering dipikirkan sebagai penyebab obstruksi intestinal
postoperative,intususepsi ini mungkin tidak terdiagnosis pada saat preoperative,walupun
ultrasonografi telah terbukti sebagai modalitas setelah prosedur inisial. Interval sekitar 10
hari antara operasi inisial dan perkembangan gejala adalah rata rata. Kebanyakan intususepsi
postoperative adalah ilcoilcal dan merupakan respon terhadap operasi reduksi tanpa reseksi.

26

BAB III
KESIMPULAN
Invaginasi

adalah

suatu

keadaan

,sebagian

usus

masuk

kedalam

usus

berikutnya.intususepsi ini jarang terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 85% invaginasi
ditemukan pada anak.pada anak lebih dari 2 tahun ,nyeri perut merupakan gejala yang sangat
menyolok. Diagnosis ditegakan berdasarkan riwayat penyakit,pemeriksaan fisik dan foto X-ray.
Foto polos abdomen selain untuk diagnosis juga berperan dalam menentukan pengobatan.
Sebagian besar invaginasi dapat disembuhkan dengan reposisi barium,hanya pada kasus kasus
lanjut dilakuakan operasi.

27

DAFTAR PUSTAKA
1.Hanz-Iko Huppertz Prof. Dr , Montse Soriano-Gabarro MD, MSc , ElisabettaFranco Prof ,
Urlich Desselberger MD, Judith Wolleswinkel-van den Bosch PhD , Carlo Giaquinto
MD ,et all. Intussusception Among Young Children inEurope. The Pediatric Infectious Disease Journal ,
2006 January 25 (1) 22-27.

2.Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.2010. p270-272

3.Gabriel Conder , John Rendre, et all. Abdominal Radiology


Intussusception ,Cambrige University Press.

4 . J H o l d e r , G . K Von S c h u l t h e s s e t a l l . D i s e a s e o f t h e a b d o m e n a n d
p e l v i s , 2006 . Springer science , Italy. p218-223 .

5.S j a m s u h i d a y a t R , d e J o n g W. B u k u Aj a r I l m u B e d a h . E d i s i k e - 2 .
J a k a r t a : Penerbit Buku Kedokteran. 2005. p627-629

28

Anda mungkin juga menyukai