PENDAHULUAN
I.1 PENGANTAR
Tumor usus halus jarang terjadi,sebaliknya tumor usus besar atau rectum relative umum. Di
Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral dan 20% dari kematian
karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal. Karsinoma kolorektal sering dijumpai
pada dekade 6 dan 7, merupakan penyakit yang banyak menyebabkan kematian. Kejadian
karsinoma kolorektal pada usia muda tidak banyak dijumpai.
Dari penelitian yang dilakukan olh Harijono Achmad di RSSA Malang, didapatkan bahwa kasus
karsinoma kolorektal di Indonesia sebanyak 97 penderita selama 5 tahun,terdiri dari penderita di
bawah 30 tahun sebanyak 14 penderita (14,26%).
Menurut Petrek, lokasi keganasan kolorektal terbanyak pada rektum (22%), rekto sigmoid (8%),
sigmoid (20%), kolon desenden (12%), flexura lienalis (8%), kolon tranversum (6%),flexura
hepatika (4%), kolon asenden (6%), cecum (12%),appendix (2%).
Karsinoma kolorektal banyak terdapat di Eropa Barat,.Amerika Utara. Di Asia, banyak terdapat
di Jepang, diduga karena perbedaan pola hidup dan makanan. Beberapa faktor antara lain
lingkungan, genetik dan immunologi merupakan faktor predisposisi tumbuhnya kanker kolon, di
samping bahan karsinogen, bakteri dan virus.
Gejala klinik karsinoma kolorektal tergantung dari lokasi tumor. Kanker cecum dan kolon
asenden biasanya tidak memberikan gejala obstruksi, sedangkan kanker rekto sigmoid dapat
menyumbat lumen atau berdarah.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan
diagnosis dini dan tindakan segera. Laporan kasus Lab JUPF Ilmu Penyaki Dalam FK.
UNIBRAW RSSA Malang, tangga1 17 Juni 1992.
1
I.2 ANATOMI KOLON DAN REKTUM
I.3 VASKULARISASI
ARTERI:
-Cabang A. Mesenterika superior :
A. ileokolika sekum, kolon asenden,
A. Kollika dextra kolon transversum kanan
A. Kolika media
-Cabang A.Mesenterika inferior
A. Kolika sinistra kolon transversum kiri,kolon desenden
A. Hemoroidales superior kolon sigmoid dan sebagian besar rektum
A. Sigmoidea
2
VENA
Pembuluh vena berjalan paralel dengan arterinya
V.Mesenterika Superior kolon asendens
kolon transversum
3
Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut tenia* (tenia; taenia =
pita) yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti
sakulus* (sakulus; saculus=saccus kecil; saccus=kantong), yang disebut haustra*(haustra;
haustrum=bejana).
Kolon transversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan
mesenterium.
4
I.5 FISIOLOGI
Fungsi usus besar : menyerap air, vitamin, dan elektrolit, eksresi mukus, serta menyimpan feses,
dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh
kolon, 150-200 ml sehari dikeluarkan sebagai feses. Oksigen dan co2 didalamnya diserap diusus
sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai
flatus.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 EPIDEMIOLOGI
Insidens karsinoma kolon dan rectum di Indonesia cukup tinggi,demikian juga angka
kematiannya. Insidens pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda.
Sekitar 75% ditemukan di rektosigmoid.
Di Negara barat, perbandingan insidens lelaki : perempuan = 3:1, kurang dari 50% ditemukan di
rektosigmoid, dan merupakan penyakit orang usia lanjut.
Insidens makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit
inflamasi kronis atau polip dan diet tinggi lemak,protein,daging,serta rendah serat.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan karsinoma kolorektal; dikatakan, bahwa
karsinoma kolorektal lebih banyak didapat pada mereka yang mempunyai riwayat seperti
berikut:
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker
6
terutama bila polipnya besar..
Familial polyposis; pada keluarga ini hampir 100% akan menderita karsinoma.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar,mereka yang menderita ini dalam 20
tahun, 50% akan menjadi karsinoma terutama bila diderita sejak lama.
c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal (8%).
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika keluarga terkena kanker
pada usia muda.
7
Pada penderita ini tidak didapatkan riwayat sakit perut sebelumnya, tidak ada keluarga
yang mempunyai riwayat karsinoma. Penderita tidak suka makan sayur ataupun buah-
buahan.
g. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun
ke atas.
II.3 PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Secara makroskopik terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu :
• Polipoid atau vegetatif à menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol
• Tipe skirus à penyempitan lumen à stenosis dan gejala obstruksi,
• Tipe ulseratif à nekrosis bagian sentral à Tukak maligna
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan.nyeri alih pada pada kedua
bagian kolon kanan dan kiri berbeda karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang
yang berbeda. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus sedangkan dari kolon kanan di
epigastrium.Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik, yang menimbulkan stenosis dan
obstruksi karena feses sudah menjadi padat.terdapat perubahan pola defekasi seperti konstipasi
atau defekasi dengan tenesmi. Makin distal letak tumor, feses makin menipis atau seperti kotoran
kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir. Nyeri pada kolon kiri lebih nyata pada kolon
8
kanan. Nyeri viseral dari kolon kanan yaitu usus tengah, dirasa diulu hati dan daerah kranial
pusat. Nyeri viseral dari kolon kiri, yaitu usus belakang dirasa di perut bagian bawah.
9
II.7 PENYEBARAN TUMOR
A. Adenomakarsinoma
Berdiferensiasi baik
Berdiferensiasi sedang
Berdiferensiasi buruk
B. Adenokarsinoma musinosum
C. Signet ring sel karsinoma
D. Skuamous sel karsinoma
E. Melanoma malignant
10
II.9 KLASIFIKASI CARSINOMA RECTUM MENURUT DUKES
11
STADIUM TUMOR KELENJAR LIMFE METASTASIS DUKES STAGE
PRIMER REGIONAL JAUH
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0 A
T2
II T3 N0 M0 B
T4
III Setiap T N1 M0 C
Setiap T N2/N3
IV Setiap T Setiap N M1
BAB III
12
PENUTUP
III.1 DIAGNOSA
d. Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat ditembus jari, mudah berdarah
atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari garis anorektal sampai tumor.
• Endoskopi
• Proktosigmoidoskopi
• Anuskopi
• Kolonoskopi
• USG transrektal
13
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen
karsinoembrionik mungkin bukan indicator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker
kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA
dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang
meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya
menunjukkan kekambuhan.
14
III.4 PENATALAKSANAAN
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah . Pada karsinoma rectum, tehnik
pembedahan yang dipilih tergantung dari letaknya, khususnya jarak batas bawah karsinoma dan
anus. Sedapat mungkin anus dan sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk
menghindari anus preternaturalis. Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala
penyebaran baik lokal maupun jauh.
Pada tumor sekum atau kolon asendens àhemikolektomi kanan kemudian anastomosis ujung ke
ujung sedangkan pada tumor kolon trasversum àreseksi kolon transversum, kemudian
anastomosis ujung ke ujung sedangkan pada tumor kolon desendens dilakukan hemikolateral
kiri. Pada tumor sigmoid àreseksi sigmoid. pada tumor rectum sepertiga proksimal dilakukan
reseksi anterior. Pada tumor rectum sepertiga tengah dilakukan reseksi dengan
mempertahankan sfingter anus,sedangkan pada tumor sepertiga distal dilakukan amputasi
rectum reseksi abdominoperineal dengan cara Quenu-Miles. Pada operasi ini anus turut
dikeluarkan. Pada pembedahan abdominoperineal menurut Quenu-Miles, rectum,sigmoid dan
mesosigmoid dilepaskan,termasuk kelenjar limf pararektum dan retroperitoneal.
15
3) Pull trough operation.
Teknik ini sulit, bila tidak cermat bisa menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia
alvi.
4) Prosedur paliatif,dibuat stoma saja
5) Fulgurasi (elektrokoagulasi untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel
• Colitis Ulserativa
• Polip Adenomatosa
• Haemoroid Interna
• Fisura Ani
III.7 KOMPLIKASI
• Perforasi (Sepsis)
16
17
18