Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT

Oleh :
dr. Kadek Ayu Purwaningsih

Pembimbing :
dr. Ni Wayan Agustini Selumbung, Sp.A

Pendamping :
dr. Indah Purnamawati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RS KARYA DHARMA HUSADA
PROVINSI BALI
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa


karena atas karunia-Nya, penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka mengikuti
“Program Internsip Dokter Indonesia” di RSU Karya Dharma Husada
Buleleng dan menambah wawasan kita tentang bagaimana gejala,
diagnosis dan tatalaksana terkait kasus ini.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis memperoleh banyak
bimbingan dan petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Ni Wayan Agustini Selumbung, Sp.A selaku pembimbing


pembuatan laporan kasus ini.
2. dr. Indah Purnamawati, selaku dokter pendamping di RS RSU Karya
Dharma Husada BROS Buleleng.
3. Teman sejawat Dokter Internsip di RSU Karya Dharma Husada
Buleleng, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan
sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi manfaat bagi
masyarakat.

Buleleng, Juni 2022

Penul

2
BAB I
PENDAHULUAN

Gastroenteritis adalah inflamasi pada bagian mukosa dari saluran


gastrointestinal yang dapat ditandai dengan keluhan diare dan mual muntah. Diare
merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan peningkatan
frekuensi buang air besar, > 3 kali dalam sehari dengan konsistensi tinja yang cair
atau lembek. Terdapat dua jenis gastroenteritis, yaitu gastroenteritis akut dan
gastroenteritis kronis. Gastroenteritis akut (GEA) merupakan diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari, sementara gastroenteritis kronis merupakan diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari. Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri,
virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara
klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.1
World Health Organization (WHO) menyatakan diare merupakan
penyebab kematian nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun. Secara
global terdapat sekitar 1,7 milliar kasus diare pada anak setiap tahunnya dan
sekitar 525.000 anak dibawah lima tahun meninggal karena diare. Sebagian besar
diare disebabkan karena sumber makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Data menunjukan 780 juta orang diseluruh dunia tidak memiliki akses ke air
minum yang baik dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang baik.2
Di Indonesia menurut data kemenkes RI tahun 2018, prevalensi diare terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 tercatat prevalensi diare mencapai 4,5
% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 6,8 %. 3 Selain itu data profil
kesehatan Indonesia tahun 2020 juga menunjukan diare merupakan penyebab
utama kedua kematian setelah pneumonia pada bayi berusia 29 hari - 11 bulan. 4

Sehingga sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi.

3
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah komplikasi dehidrasi dan gangguan pertumbuhan
pada anak. Hal ini jika tidak segera ditangani akan mengancam keselamatan
pasien. Kondisi dehidrasi dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik, serta
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan akibat kurangnya makanan yang
tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk
dalam tubuh.5
Oleh karena itu maka dirasa penting untuk dibuat Laporan Kasus (Lapsus)
mengenai gastroenteritis. Laporan Kasus ini dibuat berisikan tinjauan pustaka dan
laporan kasus Gastroenteritis di Rumah Sakit yang kemudian dibahas sehingga
diharapkan penanganan pasien dengan gangguan gastroenteritis dapat dilakukan
dengan baik dan benar.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gastroenteritis Akut


Gastroenteritis adalah inflamasi pada bagian mukosa dari saluran
gastrointestinal yang dapat ditandai dengan keluhan diare dan mual muntah. Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200 ml dalam 24 jam). Sementara gastroenteritis akut adalah diare dengan
onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
mual dan muntah yang berlangsung kurang dari 14 hari.1

2.2 Epidemiologi Gastroenteritis Akut


World Health Organization (WHO) menyatakan diare merupakan
penyebab kematian nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun. Secara
global terdapat sekitar 1,7 milliar kasus diare pada anak setiap tahunnya dan
sekitar 525.000 anak dibawah lima tahun meninggal karena diare. Sebagian besar
diare disebabkan karena sumber makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Data menunjukan 780 juta orang diseluruh dunia tidak memiliki akses ke air
minum yang baik dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang baik.2
Di Indonesia menurut data kemenkes RI tahun 2018, prevalensi diare terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 tercatat prevalensi diare mencapai 4,5
% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 6,8 %. 3 Selain itu data profil
kesehatan Indonesia tahun 2020 juga menunjukan diare merupakan penyebab
utama kedua kematian setelah pneumonia pada bayi berusia 29 hari - 11 bulan. 4
Sehingga sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi.

5
2.3 Etiologi Gastroenteritis Akut
Infeksi virus merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada anak-
anak. Sekitar 70% kasus gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus, paling
sering disebabkan oleh infeksi rotavirus dan novovirus. Infeksi virus akan
menyebabkan kerusakan pada enterosit usus halus saluran pencernaan.
Manifestasi klinis yang muncul berupa demam ringan dan diare tanpa disertai
darah. Infeksi rotavirus bersifat musiman, dan memuncak pada akhir musim
dingin, tetapi terjadi sepanjang tahun di daerah dengan iklim tropis. Virus paling
banyak menginfeksi anak usia 6 bulan sampai 2 tahun dan disebarkan secara fecal
oral.6
Infeksi bakteri merupakan penyebab kedua paling banyak setelah infeksi
virus. Infeksi bakteri akan menyebabkan kerusakan dan inflamasi pada usus halus
dan usus besar saluran cerna. Anak-anak dengan gastroenteritis bakterial lebih
sering mengalami demam tinggi dan diare dengan darah dan sel darah putih dalam
tinja. Bakteri pathogen juga dapat menyebar secara sistemik, terutama pada anak
usia kecil. Infeksi bakteri Escherichia coli atau Shigella dysenteria dapat
memproduksi toksin shiga yang menyebabkan kolitis hemoragik (ditandai dengan
diare berdarah). Komplikasi dari kondisi ini adalah sindrom uremik hemolitik
yang ditandi dengan onset akut mikroangiopati, anemia hemolitik,
trombositopenia, gagal ginjal akut, dan keterlibtan multi sistem organ. Infeksi
Salmonella typhi dan S parathipi ditandai dengan demam tinggi, diare atau
sembelit, leukopenia, dan dapat terjadi keterlibatan sistem saraf pusat, termasuk
ensefalopati yang merupakan komplikasi langka dari infeksi salmonella non
tifoid. Bakteri Vibrio cholera dapat memproduksi toksin yang menyebabkan
sekresi klorida dan air dari usus kecil tetapi tidak merusak mukosa usus. Sehingga
pada infeksi ini akan ditandai dengan diare seperti air cucian beras yang memiliki
kandungan natruim tinggi tetapi tidak mengandung darah atau sel darah putih.6

2.4 Patofisiologi Gastroenteritis Akut


Patofisiologi gastroenteritis melibatkan faktor penyebab infeksi (agent)
dan faktor pertahanan tubuh pejamu (host). Faktor agent yaitu daya penetrasi yang
dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi

6
sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan
diare akut, terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari lingkungan internal saluran
cerna antara lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus. Faktor kausal meliputi kemampuan dari agen penyebab untuk
menembus pertahanan tubuh pejamu yang akan penyebabkan terjadinya
peradangan. Kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin. Mekanisme
ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme
dasar yang menyebabkan diare, meliputi:7
1. Diare sekretorik
Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan
kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare
sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Na oleh vilus entrosit
serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte. Na+ masuk ke dalam sel saluran
cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi
pertukaran Na+-glukosa, Na+-asam amino, Na+-H+ dan proses elektrogenik
melalui Na channel. Cl- masuk ke dalam ileum melalui pertukaran Cl-
/HCO3-. Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormon
(Vasoactive intestinal polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli,
Cholera) dan obat-obatan yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui
rangsangan pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic
AMP intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein
signalling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi
khlorida merupakan respon pada toksin kholera atau cholera-like toxin
yang diperantarai oleh peningkatan konsentrasi cAMP.
Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa
peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum
dari kolon dan berakibat adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya
pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap meskipun dipuasakan dan
memiliki komposisi elektrolit yang isotonik. Osmolalitas tinja isotonik

7
dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi pada diare yang disebabkan
oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin Vibrio cholera, dan E. coli. 7
2. Diare osmotik
Pada diare osmotik didapatkan substansi intraluminal yang tidak
dapat diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini
berhubungan dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna.
Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium
(laksan, antasid), karbohidrat atau asam amino lumen usus di dalam
lumen usus menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal,
sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal. Akumulasi
karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan paling
sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa
dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh
gangguan transportasi baik kongenital maupun dapatan. Misalnya pada
laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim laktase dari brush
border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat
diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen
sehingga terjadilah diare.7
3. Diare Invasif
Diare karena bakteri invasif diperkirakan sebagai penyebab 10-
20 % kasus diare pada anak. Infeksi Shigella, E. coli strain invasif
dan Camphyllobacter jejuni sering menimbulkan kerusakan mukosa
usus halus dan usus besar. Invasi bakteri diikuti oleh pembengkakan
dan kerusakan sel epitel mukosa usus, yang menyebabkan
diketemukannya sel-sel lekosit dan eritrosit dalam tinja atau darah
segar.7

2.5 Manifestasi Klinis Gastroenteritis Akut


1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair atau setengah padat, kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam.

8
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya
peningkatan sekresi air dan elektrolit.8
2. Mual muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan
mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada
formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan
dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, vasomotor, dan
fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan dalam
terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan langsung ke
pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone.8
Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh
respon dari usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme
yang mendasari mual itu sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi
diduga terdapat peranan korteks serebri karena mual itu sendiri
membutuhkan keadaan persepsi sadar.8
Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis
belum sepenuhnya diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena
adanya peningkatan stimulus perifer dari saluran cerna melalui nervus
vagus atau melalui serotonin yang menstimulasi reseptor 5 HT3 pada
usus. Pada gastroenteritis akut iritasi usus dapat merusak mukosa
saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel
chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat
muntah atau melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah
selanjutnya akan mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen,
diafragma dan nervus viseral lambung dan esofagus untuk
mencetuskan muntah.8
3. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit
perut banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri
perut yang timbul ada hubungannnya dengan makanan, apakah
timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ke tempat lain,

9
bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri
perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan
duodenumakan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan
berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan
timbul nyeri di sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke
punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila pada
usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon
jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rektum biasanya
akan terasa nyeri sampai daerah sakral.7
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu
(set point) di hipotalamus. Temperatur tubuh dikontrol oleh
hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior hipotalamus
dan posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf
perifer yang mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin di kulit
dan yang lain dari temperatur darah.7
Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh thermoregulatory center di
hipotalamus yang mempertahankan temperatur normal. Pada
lingkungan dengan subuh netral, metabolic rate manusia
menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk
mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,5ºC. Pusat
pengaturan suhu terletak di bagian anterior hipotalamus. Ketika
vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terekspos pirogen
eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF),
zat metabolik asam arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan
pembuluh darah ini. Zat metabolik ini, seperti prostaglandin E2,
melewati blood brain barrier dan menyebar ke daerah termoregulator
hipotalamus, mencetuskan serangkaian peristiwa yang meningkatkan
set point hipotalamus. Dengan adanya set point yang lebih tinggi,
hipotalamus mengirim sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer,
menyebabkan vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas

10
dari kulit.8

2.6 Diagnosis Gastroenteritis Akut


2.6.1 Anamnesis
Curiga terjadinya gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-
tiba konsistensi tinja menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang
terjadi tiba- tiba. Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7
hari dan kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya
berlangsung selama 1-2 hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari.9
Hal-hal yang perlu ditanyakan ketika melakukan anamnesis yaitu
waktu dan frekuensi diare, bentuk tinja, keluhan lain yang menyertai
seperti nyeri abdomen, demam, mual muntah dan penurunan berat
badan. Selain itu perlu untuk menanyakan obat-obatan yaitu laksan,
antibiotika, imunosupresan dan makanan serta minuman yang telah
dikonsumsi. Selain itu perlu juga ditanyakan beberapa hal berikut
ini:9
a. Kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare
akut dan/atau muntah.
b. Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui
(mungkin dari makanan atau air yang terkontaminasi).
c. Perjalanan atau bepergian.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum dan status dehidrasi.

Kelainan- kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat


berguna dalam menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai
dengan menilai perubahan pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh
dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama juga
merupakan hal yang penting dilakukan.9
Selain pemeriksaan fisik umum, perlu dilakukan penilaian

derajat dehidrasi pada pasien. Dehidrasi merupakan komplikasi paling

11
sering pada kasus gastroenteritis. Dejarat dehidrasi diklasifikasikan

sebagai berikut: 1

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Dehidrasi


2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan bila dibutuhkan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan terapi yang tepat yaitu:
a. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses yang dilakukan adalah pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi
terhadap berbagai antibiotika, pH dan kadar gula, jika diduga ada
intoleransi laktosa.9
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah

lengkap, pemeriksaan elektrolit (Na, K, Cl), pH dan cadangan


alkali, pemeriksaan kadar ureum.9

12
2.7 Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut

1. Pemberian oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida

(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta

glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan

elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat

penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung

garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan

oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit

dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Satu bungkus

oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).

- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali

buang air besar.

- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali

buang air besar.

2. Pemberian obat zinc

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan

menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk

menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan

zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar

anak tetap sehat. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan

Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan

diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat

mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak

13
sembuh dari diare. Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18

tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah mengurangi: 1)

Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%;

(3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten sebesar

24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare

persisten sebesar 42%.

Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan

kemampuannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc

merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh

yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ

tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan

dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak

yang sistem kekebalannya belum berkembang baik, dapat

meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari penyakit

infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan

sesuai dosis) selama 10 hari berturut - turut berisiko lebih kecil untuk

terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia. Zinc diberikan satu

kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap

dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya

diare pada 2 – 3 bulan ke depan. Zinc diberikan selama 10 hari

berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:

- Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari

- Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari

3. Pemberian ASI dan Makanan

Pemberian makanan bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita

14
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih

sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan

lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan

yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih

sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotika Secara Selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah

atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini

sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung

membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak

efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan

sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.

Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat

bisa membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek

samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah

timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh

antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang

seharusnya tidak diperlukan.

5. Edukasi

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara

pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera

membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

- Buang air besar cair lebih sering

15
- Muntah berulang-ulang

- Mengalami rasa haus yang nyata

- Makan atau minum sedikit

- Demam

- Tinjanya berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari

Tabel 2. Rencana Terapi Diare

Penatalaksanaan gastroenteritis akut pada anak menyesuaikan dengan

derajat dehidrasi pada anak. Derajat dehidrasi dibagi menjadi tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan sedang dan dehidrasi berat.10

1. Diare Tanpa Dehidrasi

Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi diberikan penatalaksanan

sesuai dengan rencana terapi A seperti yang tampak pada tabel 2.

Lakukan 5 langkah terapi diare di rumah:

16
1. Berikan Cairan Lebih Banyak dari Biasanya

 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

 Anak yang mendapat ASI Eksklusif, beri oralit atau air matang

sebagai tambahan.

 Anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, beri susu yang

biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai

tambahan seperti: kuah sayur, air tajun, atau air matang.

 Beri oralit sampai diare berhenti. Bila munta, tunggu 10 menit

dan lanjutkan sedikit demi sedikit.

- Umur < 1 tahun diberikan 50-100 ml tiap kali berak

- Umur > 1 tahun diberikan 100-200 ml tiap kali berak

 Anak harus diberikan 6 bungkus oralit dirumah apabila:

- Telah diobati dengan Rencana Terap B atau C

- Tidak dapat kembali kepetugas kesehatan jika diare

memburuk

2. Berikan Obat Zinc

Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti,

dengan dosis pemberian:

- Umur < 6 bulan diberikan 10 mg per hari

- Umur > 6 bulan diberikan 20 mg per hari

3. Beri Anak Makanan Untu Mencegah Kurang Gizi

 Beri makan sesuai umur anak dengn menu yang sama pada

waktu anak sehat.

 Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan.

 Beri makanan kaya kalium seperti buah segar, pisang, air

kelapa hijau.

17
 Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi makan

lebih kecil ( setiap 3-4 jam)

 Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan

tambahan selama 2 minggu

4. Antibiotika Hanya Diberikan Sesuai Indikasi. Misal: Disentri,

Kolera dan Lainnya

5. Nasehati Ibu/ Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara

pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk

segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

- Buang air besar cair lebih sering

- Muntah berulang-ulang

- Mengalami rasa haus yang nyata

- Makan atau minum sedikit

- Demam

- Tinjanya berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari

2. Diare dengan Dehidrasi Ringan Sedang

 Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak


75ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang

telah terjadi dan sebanyak 5-10ml/kgBB setiap kali diare cair.

 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap


diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi

sedikit atau melalui pipa nasogastric. Cairan vena yang diberikan

adalah ringer laktat atau KaEn 3B atau NaCl dengan jumlah cairan

dihitung berdasarkan berat badan. Satatus hidrasi dievaluasi secara

18
berkala.

3. Diare dengan Dehidrasi Berat

 Diberikan cairan rehidrasi dengan ringer laktat atau ringer asetat


100ml/kgBB dengan cara pemberian:

- Umur < 12 bulan: 30ml/kgBB selama 1 jam pertama,

dilanjutkan 70ml/kgBB selama 5 jam berikutnya

- Umur > 12 bulan: 30 ml/kgBB selama ½ jam pertama,

dilanjutkan 70ml/kgBB selama 2,5 jam berikutnya.

 Cairan peroral diberikan jika pasien sudah mau dan dapat minum,
dimulai dengan 5ml/kgBB selama proses rehidrasi.

2.8 Pencegahan Gastroenteritis Akut

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah

penyebaran kuman patogen penyebab diare. Kuman-kuman patogen

penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan

penyebaran kuman penyebab diare ini dengan cara yang terbukti

efektif meliputi:1

a. Pemberian ASI yang benar.

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping

ASI.

c. Penggunaan air bersih yang cukup.

d. Pembudayaan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

buang air besar dan sebelum makan.

e. Membuang tinja bayi yang benar.

Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu. Cara-cara yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat

19
mengurangi resiko diare antara lain:1

a. Memberi ASI paling tidak sampai 2 tahun.

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi

makanan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi

anak.

c. Imunisasi campak

20
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : An. KRP
Tanggal Lahir : 06 Januari 2020
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : BD. Bengkel, Ds. Bebetin, Kec. Sawan
MRS : 13 Maret 2022
Tanggal Pemeriksaan : 13 Maret 2022
Nomor Rekam Medis : 06-88-080

3.2 Anamnesis (Heteroanamnesis-Ibu Pasien)


Keluhan Utama: Buang air besar cair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Karya Dharma
Husadha diantar oleh Ibunya pada tanggal 13 Maret 2022 pukul 09.22
WITA dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. BAB berkonsistensi cair, frekuansi sebanyak kurang
lebih 5 kali dalam sehari, volume setiap kali diare dikatakan sedikit-sedikit
± 1,4 gelas air mineral, berwarna kekuningan, mengandung ampas, dan
tanpa disertai darah dan lendir.
Pasien dikatakan sempat muntah satu hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Muntah terjadi setelah pasien diberikan makanan dan minuman oleh
ibunya. Sampai dilakukan pemeriksaan pasien dikatakan sempat muntah
sebanyak 1 kali. Muntahan berupa makanan yang bercampur asam lambung
tanpa disertai darah.
Nafsu makan pasien dikatakan berkurang sejak 3 hari yang lalu,
makan dikatakan lebih sedikit dari biasannya. Pasien saat ini sudah
mengonsumsi makanan dewasa dan sudah lepas ASI sejak usia 1 tahun 9
bulan. Pasien masih mau minum, dan tampak haus. Buang air kecil (BAK)

21
dikatakan masih seperti biasa. Riwayat demam disangkal. Riwayat batuk,
pilek dan sesak juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien dikatakan belum pernah mengalami keluhan yang serupa
sebelumnya. Riwayat alergi susu disangkal oleh ibunya. Pasien juga tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik.

Riwayat Pengobatan
Pasien belum memiliki riwayat pengobatan, dan langsung dibawa ke
Rumah Sakit.

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, baik terhadap susu, makanan,
maupun obat-obatan lainnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat alergi dan riwayat penyakit sistemik pada keluarga disangkal.

Riwayat Pribadi, Sosial, dan Lingkungan


Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini pasien
tinggal bersama kedua orang tuannya. Saudaranya dan orang tuannya tidak
ada yang mengalami keluhan serupa. Sumber air di rumah adalah air dari
PDAM. Untuk memasak dan konsumsi air sehari-hari keluarga
menggunakan air mineral.

Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan secara SC dengan berat badan lahir 2800 gram,
panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm. Pasien
dikatakan segera menangis saat pasien baru lahir.

22
Riwayat Imunisasi
● BCG : 1 kali
● Hepatitis B : 3 kali
● HiB : 3 kali, booster usia 15 bulan
● DPT : 3 kali, booster usia 18 bulan
● Polio : 4 kali, booster usia 18 bulan
● Campak : 1 kali, booster usia 18 bulan
● MR : 1 kali
● JE : 1 kali

Riwayat Nutrisi
● ASI : mulai 0 bulan – 1 tahun 9 bulan
● Susu formula : mulai 6 bulan
● Bubur susu : mulai 6 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
● Nasi tim : Sejak usia 7 bulan, frekuensi 3x sehari
● Makanan dewasa : Sejak usia 18 bulan, frekuensi 3x sehari

Riwayat Tumbuh Kembang


 Menegakkan kepala : 0 bulan - 3 bulan
 Membalikkan badan : 3 bulan - 6 bulan
 Duduk : 6 bulan - 9 bulan
 Merangkak : 9 bulan
 Berdiri : 9 bulan -12 bulan
 Berjalan : 12 bulan – 18 bulan
 Berbicara : 12 bulan

3.3 Pemeriksaan Fisik (13/03/2022)


Status Present
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4, V5, M6)
Nadi : 146 kali/menit, regular, kuat angkat cukup
Respirasi : 28 kali/menit, regular

23
Suhu Aksila : 36,7°C
Saturasi Oksigen : 98% udara ruangan

Status Antropometri
Berat Badan (BB) : 11,1 kg
Tinggi Badan (TB) : 90 cm
Berat Badan Ideal : 12 kg
BB Menurut Umur : Z-scores (-2) - 0 SD
TB Menurut Umur : Z-scores 0 – 2 SD
BB menurut TB : Z-scores (-1) - 0 SD
Status Gizi (Waterlow) : 92,5% (gizi Cukup)

Status General
Kepala : normosepali
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor,
mata cowong (+/+), sekresi air mata (+/+)
THT
Telinga : tidak ada secret, hiperemi (-)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Lidah : lidah kotor (-), sianosis (-)
Bibir : sianosis (-), mukosa kering (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-).
Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 midclavicula line sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, gerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, retraksi (-)

24
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : suara sonor (+/+)
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor kulit kembali lambat, massa tidak ada
Perkusi : Timpani (+).
Extremitas : Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali lambat
Genitalia Eksterna : Laki-Laki

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Tabel 3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap (pada tanggal 13 Maret 2022)

Jenis Hasil Rujukan Keterangan


Pemeriksaan
WBC 12,6 4-12 H
LYM% 14 20 – 40 L
GRAN% 80,6 50 – 70 H
HGB 9,5 10,7-16,8 L
MCV 74,6 82,0-92,0 L
MCH 24,2 27,0-31,0 L
HCT 29,2 35,0-49,0% L
PLT 377 154-553 N
RBC 3,92 3,6-5,8 L

Tabel 3.2 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (pada tanggal 13 Maret 2022)
Jenis Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Glukosa 80 70-140 N
Sewatu

25
3.5 Diagnosis
GEA + Dehidrasi Ringan Sedang

3.6 Penatalaksanaan
- Oralit 75 cc/kgBB selama 3 jam pertama
- Kebutuhan cairan 1500/ hari ~ IVFD Kaen 3 B 20 tpm makro
- Domperidone syr 2 x ½ cth po kalau muntah
- Zinc 1 x 20 mg po
- Lacto B 1 x 1 sachet po
Konsul dr. Ni Wayan Agustini Selumbung, Sp.A
- Terapi lanjut.
3.7 KIE
- Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien mencakup
diagnosis, faktor risiko, tatalaksana, dan prognosis yang akan diberikan
kepada pasien.
- Mengedukasi mengenai pencegahan diare, seperti penyediaan dan
penyimpanan makanan dan minuman secara bersih, gunakan air matang
untuk minum, mencuci makan sebelum minum dan makan, konsumsi
makanan bergizi untuk menjaga status gizi baik.
- Mengedukasi kepada keluarga untuk tetap memberikan zinc selama 10-
14 hari.
- Mengedukasi mengenai tanda-tanda dehidrasi pada anak.

3.8 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsionam : dubius ad bonam
Ad sanationam : dubius ad bonam

26
3.9 Perkembangan Pasien
Catatan Integrasi Rawat Inap
Tanggal
S O A P
13 Maret BAB (+) 5 St. Present GEA +  IVFD Kaen 3
2022 kali, cair,  N: 140 x/mnt Dehidrasi B 20 tpm
(Hari I) berwarna  RR: 28 x/mnt Ringan makro
kekuningan  Tax: 36,7 OC Sedang  Oralit ad
tanpa disertai  Saturasi O2: libitum
darah dan 98%  Domperidone
lendir St. General syr 2 x ½ cth
Muntah (+) 1  Abdomen: po kalau
kali distensi (-), BU muntah
Demam (-) (+) meningkat,  Zinc 1 x 20
Makan/minum turgor kulit mg po
(+) menurun  Lacto B 1 x 1
sachet po

14 Maret BAB (+) 3 St. Present GEA + ● Terapi lanjut


2022 kali, encer  N: 90 x/mnt Dehidrasi
(Hari II) namun sudah  RR: 20 x/mnt Ringan
bercampur  Tax: 36,6 OC Sedang
ampas,  Saturasi O2:
berwarna 98%
kekuningan
tanpa disertai St. General
darah dan  distensi (-), BU
lendir (+) normal,
Muntah (-) turgor kulit
Demam (-) kembali normal
Makan/minum
(+)
15 Maret BAB (+) 1 St. Present GEA + ● BPL
2022 kali, sudah  N: 90 x/mnt Dehidrasi ● Zinc 1x20mg
(Hari III) padat,  RR: 20 x/mnt Ringan ● L-Bio 1x1 suc
berwarna  Tax: 36,5 OC Sedang ● Kontrol
kekuningan  Saturasi O2: kembali ke
tanpa disertai 98% poli tanggal 18
darah dan St. General Maret 2022
lendir Dalam batas
Muntah (-) normal
Demam (-)
Makan/minum
(+)

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Petugas Kesehatan


Lintas Diare. Jakarta: 2011

2. WHO. Diarrhoeal Disease. 2017. [2022 Mei 02]. Available from:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riskesdas. Jakarta: 2018

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusdatin Profil Kesehatan


Indonesia Tahun 2020. Jakarta: 2021

5. Juffrie M. Diare Akut. In: Simposium dan Workshop Perhimpunan


Gastroentero-Hepatologi dan Nutrisi Anak Indonesia. 2018. p. 11-15

6. Elliott J. Acute Gastroenteritis in Children. BMJ 2007;334:35-40


doi=10.1136/bmj.39036.406169.80

7. Rani A, K MS, Syam AF. Buku ajar gastroenterologi. 1st ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2011

8. Shane AL, Mody RK, Crump JA, Tarr PI, Steiner TS, Kotloff K, Langley
JM, Wanke C, Warren CA, Cheng AC, Cantey J, Pickering LK. Infectious
Diseases Society of America Clinical Practice Guidelines for the
Diagnosis and Management of Infectious Diarrhea. Clin. Infect. Dis. 2017
Nov 29;65(12):1963-1973

9. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut.

In Suharyono , Boediarso A, Halimun EM, editors.

Gastroenterologi anak praktis. 4th ed. Jakarta: FKUI; 2003. p. 51-

76

10. Pujiarto PS. Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Anak. 2014-2015

28

Anda mungkin juga menyukai