TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
dr. Putri Nurra Kusumawardhany Hakim
Pembimbing :
dr. I Gusti Agung Indra Adi Kusuma, Sp.PD
Pendamping :
dr. Indah Purnamawati
1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya, penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan. Laporan kasus ini disusun dalam
rangka mengikuti “Program Internsip Dokter Indonesia” di RSU Karya Dharma Husada,
Buleleng.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. dr. I Gusti Agung Indra Adi Kusuma, Sp.PD selaku pembimbing pembuatan
laporan kasus ini.
4. Teman sejawat Dokter Internsip di RSU Karya Dharma Husada Buleleng, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan
yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi banyak masyarakat.
Penulis
2
2
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M.TB) berbentuk batang yang bersifat tahan asam. TB
paru adalah bila penyakit menginfeksi parenkim paru, sementara TB ekstra paru adalah
TB tanpa kelainan di parankim paru.1
2
6. Memiliki kontak erat dengan penyakit TB aktif
7. Berada di tempat dengan resiko tinggi terinfeksi dengan pencahayaan yang
buruk dan ventilasi yang minim
3
Metode pemeriksaan terbanyak yang digunakan adalah pemeriksaan mikroskopis,
namun metode tersebut memiliki sensitivitas yang rendah serta tidak mampu
menentukan kepekaan obat. Sehingga, pemeriksaan TCM dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya bakteri tuberkulosis dan kepekaan terhadap Rifampisin. Hal ini
dapat membantu dalam pemberian obat yang sesuai untuk pasien dan menghindari
kejadian resistensi terhadap obat. Pemeriksaan TCM memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih baik dibanding pemeriksaan mikroskopis, namun pemeriksaan
TCM tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan untuk pasien dalam
pengobatan, karena hasil positif tidak selalu mengindikasikan mikroorganisme yang
hidup. Sehingga, pemeriksaan mikroskopis tetap diperlukan untuk pemeriksaan evaluasi
masa pengobatan.4,5
4
TB maka pasien dianggap sebagai kasus TB Tekonfirmasi Klinis. Sementara, pada
kondisi foto toraks dengan gambaran tidak mendukung TB, maka perlu dicari penyebab
lainnya, namun apabila tidak ada perbaikan dan terdapat faktor resiko TB, maka pasien
dapat dikatergorikan sebagai kasus TB Terkonfirmasi Klinis dan dapat diberikan
pengobatan TB Lini 1.2,4
Pada kondisi dengan adanya akses BTA dan TCM, maka setelah didapatkan hasil
positif pasien akan dikategorikan sebagai TB Terkonfirmasi Bakteriologis dan dapat
diberikan pengobatan TB Lini 1. Pada kondisi pemeriksaan TCM dengan hasil resisten
terhadap obat TB, maka pengobatan dapat disesuaikan dengan kategori resistensi obat
pasien.2,4
5
e. Rifampicin resistant (TB RR)
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Fase Intensif
Fase intensif berlangsung selama 2 bulan dengan pengobatan dengan pengobatan
terdiri dari 4 obat. Pada fase ini, diharapkan terjadi pengurangan jumlah kuman
disertai perbaikan klinis. Pasien dengan TB Paru positif yang memiliki potensi
menularkan akan menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu dari awal
pengobatan, dan sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi
negatif setelah masa pengobatan fase intensif.1
b. Fase Lanjutan
Pada fase lanjutan, pengobatan yang diberikan akan lebih sedikit namun dalam
waktu yang lebih panjang yaitu sekitar 4 bulan. Fase ini bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa kuman serta mencegah terjadinya kekambuhan.1
6
Tabel 3. Dosis pengobatan OAT-KDT3
Dalam masa pengobatan, pasien juga akan dilakukan pemeriksaan sputum untuk
pemantauan hasil pengobatan. Pada pasien dengan regimen pengobatan 6 bulan, maka
pemeriksaan sputum akan dilakukan pada akhir fase intensif (akhir bulan kedua), pada
fase lanjutan (akhir bulan keempat) dan pada akhir pengobatan (akhir bulan keenam).1
Pada masa pengobatan, sebagian besar pasien menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping yang bermakna, namun sebagian pasien juga ada yang mengalami efek
samping. Penting untuk dilakukan edukasi ke pasien dan keluarga mengenai efek
samping yang bisa dirasakan oleh pasien pada masa pengobatan.1
7
5. Memeriksakan keluarga yang satu tempat tinggal bersama pasien
6. Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat seperti memastikan adanya
sirkulasi udara dan cahaya yang baik di rumah, etika batuk dan bersin serta
penggunaan masker yang tepat
2.9 Prognosis
Prognosis TB Paru secara umum sangat baik. Keberhasilan pengobatan TB Paru
bergantung pada status TB pasien, kepatuhan pengobatan pasien, serta penyakit bawaan
pasien.
BAB III
LAPORAN KASUS
8
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. NN
Tanggal Lahir : 31-12-1970
Umur : 51 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyuning
MRS : 18 Maret 2022
Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2022
Nomor Rekam Medis : 08-46-80
9
Pasien sebelumnya tidak ada konsumsi obat untuk keluhan batuk.
Status General
Kepala : normosepali
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor
THT
Telinga : serumen (-/-), membran timpani intak (+/+)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-)
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Lidah : sianosis (-)
Bibir : sianosis (-), mukosa kering (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP tidak dievaluasi
Thoraks
10
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba, heaving (-), thrilling (-)
Auskultasi : S1S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, gerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : suara sonor (+/+)
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (+/+) pada apeks paru,
wheezing (-/-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (+) epigastrium
Extremitas : akral hangat (+), sianosis (-), edema (-)
Kulit : CRT < 2 detik
Genitalia Eksterna : Tidak dievaluasi
WBC 12,1 4 – 10 H
11
Tabel 5. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Ureum/Creatinine dan Swab Antigen
COVID-19 (18 Maret 2022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Glukosa Sewatu 302 60-100 H
Creatinine 0.93 0.50 – 0.90 H
Ureum 11.0 6.0 – 23.0 N
Antigen SARS-COV-2 Negatif Negatif N
12
Gambaran radiologis mengesankan TB paru dengan schwarte kanan
Tabel 6 Pemeriksaan Gene Expert (22 Maret 2022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Gene Expert MTB Detected Medium Positive TB
Rif Resistence NOT DETECTED
3.5 Diagnosis
TB paru kasus baru terkonfirmasi TCM
Pneumonia
DM Tipe 2
3.6 Penatalaksanaan
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- O2 nasal 1-2lpm k/p sesak
- Omeprazole 2x40mg (IV)
- Ondansentron 3x4mg (IV)
- Nac 3x200mg PO
- Paracetamol 3x500mg PO
- Cek GDP dan GD2PP tiap pagi
13
150 mg Rifampisin
400 mg Pirazinamid
275 mg Etambutol
- 3 tablet 2 KDT pada fase lanjutan (4 bulan) 3 kali seminggu dengan dosis:
150 mg INH
150 mg Rifampisin
3.7 KIE
- Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien mencakup diagnosis, faktor
risiko, tatalaksana, dan prognosis yang akan diberikan kepada pasien.
- Memberikan informasi mengenai kesediaan menjalani pengobatan jangka
panjang, cara mencegah penularan TB, kontak serumah, adanya pengawas minum
obat (PMO) serta efek samping obat.
- Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
- Edukasi mengenai pemeriksaan rutin untuk mengetahui efektifitas pengobatan
3.8 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam
14
menurun, normal
BAB/BAK(+/
+) Normal
19 Maret 2022 Demam (+) St. Present - Susp. TB Terapi lanjut
naik turun , ● TD: 129/83 Paru dd
Mual(+), mmHg
pneumonia
Muntah(-), ● N: 85 x/mnt
Nyeri ● RR: 20 x/mnt - DM Tipe 2
menelan (+), ● Tax: 37,5 OC
Batuk (+), ● Saturasi O2:
Makan/Minu 98%
m (+/+) St. General
menurun, Dalam batas
BAB/BAK(+/ normal
+) Normal
20 Maret 2022 Demam (+) St. Present - Susp. TB Terapi lanjut
naik turun , ● TD: 119/81 Paru dd
Mual(-), mmHg
pneumonia
Muntah(-), ● N: 101 x/mnt
Batuk (+), ● RR: 20 x/mnt - DM Tipe 2
Makan/Minu ● Tax: 38,1 OC
m (+/+), ● Saturasi O2:
BAB/BAK(+/ 98%
+) Normal St. General
Dalam batas
normal
21 Maret 2022 Demam (+) St. Present - Susp. TB Terapi lanjut
naik turun , ● TD: 120/74 Paru dd
Mual(-), mmHg
pneumonia
Muntah(-), ● N: 82 x/mnt
Batuk (-), ● RR: 20 x/mnt - DM Tipe 2
Makan/Minu ● Tax: 37,0 OC
m (+/+), ● Saturasi O2:
BAB/BAK(+/ 98%
+) Normal St. General
Dalam batas
normal
22 Maret 2022 Demam (+) St. Present - TB Paru Terapi lanjut
naik turun, ● TD: 125/79 kasus baru
Makan/Minu mmHg
terkonfirmasi
m (+/+), ● N: 80 x/mnt
BAB/BAK(+/ ● RR: 18 x/mnt
15
+) Normal ● Tax: 36,5 OC TCM
● Saturasi O2: - Pneumonia
98%
- DM Tipe 2
St. General
Dalam batas
normal
23 Maret 2022 Demam (+) St. Present - TB Paru Terapi lanjut,
naik turun , ● TD: 129/83 BPL
kasus baru
Makan/Minu mmHg
terkonfirmasi
m (+/+), ● N: 80 x/mnt
BAB/BAK(+/ ● RR: 18 x/mnt TCM
+) Normal ● Tax: 36,5 OC - Pneumonia
● Saturasi O2:
- DM Tipe 2
98%
St. General
Dalam batas
normal
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 2 bulan yang lalu yang memberat 1
minggu terakhir. Selain itu, dari anamnesis didapatkan bahwa batuk disertai dahak dan
darah berwarna merah segar namun saat ini sudah jarang. Dari keluhan utama pasien
maka dipikirkan beberapa diagnosis banding dari batuk yaitu TB Paru, pneumonia dan
kanker paru. Keluhan lainnya pada pasien disertai dengan mual, demam tidak terlalu
tinggi, keringat dingin di malam hari, penurunan nafsu makan serta penurunan berat
badan, namun tidak ada keluhan serupa di lingkungan pasien. Keluhan lain seperti sesak
dan merasa sering lelah tidak ditemukan. Pasien juga memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus yang sedang dalam pengobatan. Berdasarkan anamnesis, maka
diagnosis mengarah ke TB paru dengan adanya klinis demam, keringat dingin dan
penurunan berat badan, namun diagnosis banding pneumonia belum dapat disingkirkan
tetapi diagnosis banding kanker paru sudah dapat disingkirkan karena tidak adanya
sesak napas, rasa mudah lelah serta penurunan berat badan drastis. Selain itu, adanya
penyakit diabetes mellitus yang diderita pasien juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya TB paru karena diabetes mellitus dapat menyebabkan kondisi
imunokompormais dan merupakan salah satu faktor resiko dari TB paru.
Pada pemeriksaan fisik, hal signifikan yang ditemukan adalah adanya rhonki pada
apeks paru dan pada pemeriksaan palpasi ditemukan simetris pada kedua paru. Hal ini
mempertegas temuan kasus TB paru, karena kuman Mycobacterium tuberculosis adalah
kuman yang bersifat aerob dan apeks paru memiliki jumlah oksigen paling banyak di
dalam paru karena terletak paling atas.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium, ditemukan peningkatan white blood
cell sebagai penanda infeksi serta peningkatan kadar glukosa darah yang menunjukkan
adanya kondisi diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol. Selain itu, pada
pemeriksaan penunjang radiologi, ditemukan adanya kavitas pada paru kanan pasien.
Sehingga, dari pemeriksaan penunjang mengesankan adanya TB paru.
Penegakkan diagnosis TB paru seperti yang sudah dijelaskan tidak hanya dapat
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium dan
radiologi saja. Diperlukan adanya pemeriksaan mikroskopis atau TCM untuk
17
menegakkan diagnosis. Pada kasus ini, ditemukan bahwa pemeriksaan TCM memiliki
hasil “MTB Detected Medium, Rif Resistence NOT DETECTED” yang mengartikan
bahwa pada pemeriksaan sputum pasien ditemukan adanya kuman TB namun tidak
ditemukan adanya resistensi obat. Maka dari itu, dengan adanya pemeriksaan TCM
positif kuman TB, diagnosis TB paru kasus baru terkonfirmasi TCM sudah dapat
ditegakkan.
Pada tatalaksana yang diberikan, maka pasien masuk ke dalam pengobatan TB
paru kategori I karena pasien termasuk TB paru kasus baru tanpa ada resistensi obat.
Pengobatan yang diberikan menggunakan regimen 2(RHZE) 4(RH)3 dengan
menggunakan KDT. Pengobatan yang diberikan dilakukan selama 2 bulan fase intensif
yang diminum setiap hari sebanyak 3 tablet 4 KDT setiap harinya. Setelah itu, pasien
diberikan pengobatan fase lanjutan selama 4 bulan yang diminum sebanyak 3 kali
seminggu dengan dosis 3 tablet 2 KDT. Pasien kemudian akan dilakukan pemeriksaan
sputum secara mikroskopis untuk pemantauan hasil pengobatan yang akan dilakukan
pada akhir bulan kedua, akhir bulan keempat dan akhir bulan keenam. Selain itu,
kondisi pasien dengan gula darah tinggi juga diberikan pengobatan insulin sebagai
pengganti obat diabetes oral. Keluhan batuk, mual dan demam pasien sudah tepat
dengan diberikan Nac 3x200mg PO, inj. Omeprazole 2x40 mg (IV) dan paracetamol
3x500mg PO.
Selain tatalaksana medis, maka pasien dan keluarga juga harus diberikan edukasi
mengenai penyakit TB paru, durasi pengobatan, kepatuhan minum obat, perilaku hidup
bersih dan sehat serta penjelasan ke keluarga mengenai pengawas minum obat (PMO).
Diperlukan pula adanya pemeriksaan TB paru untuk keluarga satu rumah terutama
apabila ada keluarga dengan faktor resiko terkena TB paru.
18
BAB V
PENUTUPAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20