TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
ERNA SUKARMI
NIM. 2008434533
Pembimbing :
dr. Indra Yovi, Sp. P (K)
KEPANITERAAN KLINIK
PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
droplet (udara) dari satu individu ke individu lain, sebagian besar bakteri
World Health Organization WHO), jumlah kasus baru tuberkulosis (TB) pada
2018 mencapai 7 juta kasus yang meningkat dari sebelumnya hanya 6,4 kasus.
Adapun jumlah temuan TBC terbesar adalah di India sebanyak 2,7 juta kasus,
diikuti China sebanyak 900 ribu kasus dan Indonesia sebanyak 800 ribu kasus.2
85.1% pada tahun 2017.3 Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia di Provinsi Riau tahun 2017 angka penemuan kasus TB paru sebesar
TB tahun 2035 dan bebas TB tahun 2050. Sehingga kasus mengenai tuberkulosis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
bersifat aerob.1
2.2. Epidemiologi
100.000 penduduk) dengan kematian per tahun (29 per 100.000 penduduk. Angka
kasus TB paru kasus baru dan angka kematian TB sangat tinggi. Sejak WHO
mendeklarasikan TB paru sebagai ancaman dunia pada tahun 1993 kemajuan yang
besar telah dibuat dengan menurunnya angka temuan TB menjadi 41%.2 Dimana
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. dengan panjang 1-4 mikron dan
berkembang biak dengan cara membelah diri. Proses pembelahan dari satu
menjadi dua membutuhkan waktu yang lebih lama daripada bakteri lainnya yaitu
yang menyusun 30% dinding sel bakteri dan komponen protein utamanya adalah
2
tuberkuloprotein (tuberkulin). Penyusun utama dinding sel Mycobacterium
Penularan M.TB biasanya berasal dari orang dengan BTA positif apabila
orang tersebut batuk dan atau bersin dan menghasilkan percikan dahak (droplet
nuclei) kemudian terhirup oleh orang lain. Daya penularan M.TB dipengaruhi
oleh banyaknya kuman yang berasal dari paru-paru penderita, daya tahan tubuh
dapat bertahan cukup lama dalam ruangan yang tertutup dan lembab.8,10
HIV/AIDS, kurang gizi, tidak ada atau kurangnya ventilasi ruangan, padatnya
TB, sesuai dengan revisi panduan TB menurut WHO tahun 2014 terdapat
1. TB bakteriologis
3
TB bakteriologis adalah pasien TB yang terbukti positif pada spesime
paru dengan hasil pemeriksaan BTA sputum positif, kultur bakteri MTB positif,
dengan BTA, biakan maupun geneXpert dari contoh uji jaringan yang terkena,
2. TB paru klinis
TB paru klinis adalah pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
namun hasil pemeriksaan foto toraks mengarah ke TB, pasien TB paru BTA
negatif namun tidak ada perbaikan klinis setelah di berikan antibiotik non OAT,
dan mempunyai faktor risiko TB, pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara
klinis dan kemudian terkonfimasi secara bakteriologis positif, maka pasien ini
paru.
1. TB paru
paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.12
2. TB ekstra paru
4
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
selain paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (perkardium), kelenjar
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
1. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
2. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
3. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
4. Extensive Pre XDR : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon atau minimal salah satu dari OAT
5. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
6. Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
5
Berdasarkan riwayat pengobatan, TB diklasifikasikan menjadi:6,11
1. TB kasus baru
TB kasus baru yaitu pasien TB paru bakteriologis ataupun klinis yang belum
dinyatakan sembuh oleh dokter atau pernah mendapatkan OAT lengkap selama 6
klinis.
Pasien TB paru yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir (pemeriksaan sputum BTA kembali positif pada akhir pengobatan atau
Pasien yang pernah diobati dan dinyatakan loss to follow up (klasifikasi ini
5. TB lain-lain
tidak diketahui.
6
2.5.5. Klasifikasi berdasarkan Status HIV
mendapatkan antiretroviral atau hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
Pasien TB dengan hasil tes HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV
negatif pada saat diagnosis TB, dengan catatan apabila pada pemeriksaan
selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif , maka pasien menjadi TB HIV
positif.
Pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB
ditetapkan, jika terdapat hasil tes HIV pada pemeriksaan selanjutnya maka harus
Secara klinis, TB dapat terjadi secara primer dan post primer. Infeksi primer
terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi
infeksi melalui saluran nafas menuju ke alveoli dan kemudian kuman TB melalui
saluran kelenjar getah bening menuju ke kelenjar limfe regional (hilus) dan terjadi
komplek primer adalah 4-6 minggu. Komplek primer ini dapat sembuh dengan
7
tidak meninggalkan cacat sama sekali atau pun sembuh dengan meninggalkan
sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik dan sarang perkapuran di
hilus).1
disegmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini pada
awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Sarang pneumonik ini akan
dapat diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
ataupun sarang tadi pada mulanya meluas, tetapi segera terjadi proses
membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam
bentuk perkapuran. Sarang pneumonik ini dapat juga menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.1
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala lokal (sesuai organ
yang terlibat) dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru, maka
8
1. Gejala repiratorik bervariasi tergantung dari luas lesi. Bisa asimptomatik
hingga simptomatik.
b. Batuk berkembang dari batuk biasa menjadi purulen hingga batuk darah
(gross haemopthysis).
c. Sesak napas.
d. Nyeri dada.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) serta daerah apeks lobus inferior
(S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
9
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
1. Pemeriksaan sputum
pemeriksaan dahak. Semua pasien baik dewasa, remaja, maupun anak-anak yang
dapat diambil spesimen dahaknya dan diduga menderita tuberkulosis paru harus
minimal 2 kali dan sebaiknya 3 kali. Jika memungkinkan paling tidak terdapat 1
spesimen yang berasal dari pagi hari. Dilakukan dengan cara mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang berurutan yaitu
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). 1
kesehatan
10
1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu
Pemeriksaan lain seperti foto rontgen toraks, biakan dan uji kepekaan
indikasinya.
2. GeneXpert MTB/RIF
membuat konsentrat dan amplifikasi( dengan real time PCR) dan mengidentifikasi
sekuens asam nukleat pada genom TB. Lama pengelolaan uji sampai selesai
memakan waktu 1-2 jam. Metode ini akan bermanfaat untuk menyaring kasus
suspek TB MDR secara cepat dengan bahan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan ini
3. Pemeriksaan Radiologi
11
Pemeriksaan standar adalah rontgen thoraks posterior - anterior. Gambaran
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
b. Kavitas terutama lebih dari satu dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
schwarte atau penebalan pleura. Luas lesi yang tampak pada foto rontgen toraks
a. Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
kavitas)
4. Uji tuberkulin
12
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi uji tuberkulin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositifan dari uji
yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat
memberikan hasil negatif. Alur diagnosis TB paru seperti yang dijelaskan pada
13
Penatalaksanaan bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, untuk
resistensi obat .
waktu 2 minggu.
B. Tahap lanjutan
14
Berikut jenis dan dosis OAT seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1. 1,13,14
hari
Tab Tab Tab Tab
@250 mg
Intensif 2 bln 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bln 2 1 - - 48
15
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3.
a. Pasien kambuh.
sebelumnya.
c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up)
16
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Supir
Status : Kawin
Keluhan utama
17
Sesak nafas yang memberat sejak 4 hari SMRS.
pada saat beraktivitas, sesak tidak berbunyi mengi, sesak tidak dipengaruhi
cuaca, debu atau makanan, riwayat sesak sebelumnya (-). 4 hari SMRS
• Sesak napas disertai batuk sejak 1 bulan yang lalu, batuk disertai dahak
berwarna putih dan tidak disertai darah. Riwayat batuk lama sebelumnya
(-).
dengan timbulnya sesak, nyeri dada dirasakan pada kedua dada dan nyeri
• Sebelum masuk Rumah Sakit, pasien juga mengeluhkan demam yang naik
turun, keringat malam (+), nafsu makan menurun dan penurunan berat
badan 4 kg dalam 1 bulan. Mual (+), muntah (-), lemas (+). BAB dan BAK
Pada tahun 2018, pasien memiliki riwayat meminum OAT 6 bulan, tuntas
18
Riwayat Diabetes melitus (-).
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan umum
Nadi : 85x/menit.
Nafas : 27 x/menit.
Suhu : 36,5°C.
19
Berat badan : 39 kg.
Thoraks Paru
Inspeksi :
Dinamis : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, sela iga melebar
Thoraks Jantung
20
Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Ekstremitas teraba hangat, pitting udem (-), clubbing finger (-), CRT < 2
detik.
Bawah : Ekstremitas teraba hangat, pitting udem (-), clubbing finger (-), CRT < 2
detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12,6 gr/dl
Trombosit : 221.000/uL
AST : 11 U/L
Na : 134 mmol/L
K : 3,2 mmol/L
21
Imunologi (09 Januari 2021)
Interpretasi rontgen :
dinilai.
22
Diafragma kanan mendatar destroyed lobe, diantaranya
GenEXpert:
Non Reaktif
RESUME
Tn. M, 44 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas yang
memberat 4 hari SMRS. Sesak dirasakan saat beraktivitas dan tidak dipengaruhi
oleh cuaca, debu atau makanan. Sesak disertai batuk yang sudah sirasakan sejak 1
bulan yang lalu, batuk disertai dahak berwarna putih. Riwayat batuk berdarah (-),
nyeri dada (+), Riwayat demam (+), keringat pada malam hari (+). Pasien juga
23
merasakan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan 4 kg dalam 1 bulan
terakhir. Pasien merasakan mual (+) muntah (-). Dari pemeriksaan fisik,
pemeriksaan fisik paru ditemukan ronki pada kedua lapangan paru. Pada
Apex paru. Pada hemithoraks sinistra terdapat gambaran infiltrat di Apex paru dan
Diagnosis
Bronkiektasis Terinfeksi.
Daftar Masalah
Hipokalemi.
Sindrom dispepsia.
Penatalaksanaan
Non farmakologi :
a. O2 3 lpm NK
b. Tirah baring
Edukasi :
24
Farmakologi:
Drip resfar 1x2 gr dalam Nacl 0,9% 100 cc habis dalam 4 jam.
• Salbutamol 3x2 mg
• Eritromisin 2x250 mg
• KSR 3X600 mg
Rencana:
• Pasien dipulangkan.
• Rawat Jalan.
BAB IV
PEMBAHASAN
adanya keluhan berupa sesak napas yang dirasakan saat beraktivitas, sesak napas
25
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih tanpa disertai darah. Berdasarkan
teori, batuk pada TB terjadi karena adanya respon pertahanan dari tubuh untuk
dalam paru dan disertai dengan adanya perlawanan dari sistem pertahanan tubuh
napas sehingga pasien cenderung sesak napas. Selain itu, jika perkembangan
akan membuat sesak terasa semakin hebat. Batuk berdarah dapat terjadi pada
pasien TB, hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dinding kavitas
masif.15 Pasien juga mengeluhkan nyeri dada (+), Riwayat demam (+), keringat
pada malam hari (+). Pasien juga merasakan penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan 4 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien merasakan mual (+) muntah (-).
Berdasarkan teori, pasien TB paru memiliki gejala berupa gejala repiratorik dan
gejala tambahan seperti: Batuk berkembang dari batuk biasa menjadi purulen
hingga batuk darah (gross haemopthysis), Sesak napas, Nyeri dada dan gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.2,9,13
riwayat pengobatan, kasus ini termasuk kedalam TB paru kasus kambuh, yaitu
pasien TB yang pernah sakit TB dan dinyatakan sembuh oleh dokter atau pernah
26
mendapatkan OAT lengkap selama 6 bulan saat ini didiagnosis TB berdasarkan
Teori mengatakan bahwa, pada TB paru kelainan yang didapat tergantung luas
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Hal ini memungkinkan adanya kerusakan yang luas
infiltrat mengawan di apex paru dextra dan sinistra, tampak gambaran fibrotik di
mikroskopik BTA sputum, kultur sputum, maupun tes cepat molekuler (TCM)
27
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. 2011.
Jakarta. 2011.
9. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Medical
10. Kementrian Kesehatan R.I. Alur diagnosis TB: 2017. Kementrian Kesehatan
28
11. World Health Organization. Definitions and reporting framework for
29