Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.C DENGAN TBC (TUBERCULOSIS) PARU DIRUANG CENDANA.2

RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

Nama : Deti Damayanti

Jurusan : Profesi Ners Keperawatan

Nim : 211030230155

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN (TBC) TUBERCOLUSIS

A. Definisi

Penyakit TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman TB berbentuk batang, disebut

pula sebagai basil tahan asam (BTA) karena mempunyai sifat khusus yaitu

tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB cepat mati jika terpapar

sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di

tempat gelap dan lembab. Sumber penularan penyakit TB adalah penderita

dengan BTA positif. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara

lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. (Kemenkes

RI, 2018).

B. Tanda dan Gejala

Gejala utama pasien tb paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala laim seperti dahak bercampur

darah , batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat

badan menurun , malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,

demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat juga

dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis

kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di

Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke

fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga

pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

langsung. (Kemenkes RI, 2014)


C. Klasifikasi TB Paru

Diagnosis TB dengan konfrmasi bakteriologis atau klinis dapat

diklasifkasikan berdasarkan:

1. Klasifkasi berdasarkan lokasi anatomi:

a. TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau

trakeobronkial. TB milier diklasifkasikan sebagai TB paru karena

terdapat lesi di paru. Pasien yang mengalami TB paru dan

ekstraparu harus diklasifkasikan sebagai kasus TB paru.

b. TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar

parenkim paru seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen,

saluran genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Kasus

TB ekstraparu dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah

diupayakan semaksimal mungkin dengan konfrmasi bakteriologis.

2. Klasifkasi berdasarkan riwayat pengobatan:

a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT

sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.

b. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan

pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT

namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

c. Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan

hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-

benar kambuh atau karena reinfeksi).


d. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang

pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

e. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-

up): adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to

follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan

pasien setelah putus berobat /default).

f. Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya

pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir

pengobatan.

g. Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT

1 bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2

bulan berturut turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir

pengobatan.

h. Kasus dengan riwayat pengobatan lainnya adalah pasien

sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil akhir

pengobatannya tidak diketahui atau tidak didokumentasikan. •

Pasien pindah adalah pasien yang dipindah dari register TB lain

untuk melanjutkan pengobatan..

i. Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya adalah

pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di

atas. Sebelum dimulai pengobatan sebaiknya dilakukan

pemeriksaan biakan spesimen dan uji resistensi obat atau metode


diagnostik cepat yang telah disetujui WHO (Xpert MTB/RIF)

untuk semua pasien dengan riwayat pemakaian OAT.

3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat,

,Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh

uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :

a. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT

lini pertama saja

b. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT

lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara

bersamaan

c. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan

Rifampisin (R) secara bersamaan

d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang

sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan

fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis

suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)

e. Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan

atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi

menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip

(konvensional).

4. Klasifkasi berdasarkan status HIV

a. Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB konfrmasi

bakteriologis atau klinis yang memiliki hasil negatif untuk tes HIV
yang dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis TB. Bila pasien ini

diketahui HIV positif di kemudian hari harus disesuaikan

klasifkasinya.

b. Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB

konfrmasi bakteriologis atau klinis yang tidak memiliki hasil tes

HIV dan tidak memiliki bukti dokumentasi telah terdaftar dalam

register HIV. Bila pasien ini diketahui HIV positif dikemudian hari

harus disesuaikan klasifkasinya. Menentukan dan menuliskan

status HIV adalah penting untuk mengambil keputusan

pengobatan, pemantauan dan menilai kinerja program. Dalam kartu

berobat dan register TB, WHO mencantumkan tanggal

pemeriksaan HIV, dimulainya terapi proflaksis kotrimoksazol,

dimulainya terapi antiretroviral (Kemenkes RI, 2014).

D. Faktor yang Mempengaruhi TB

Adapun beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB

diantaranya:

a. Jenis kelamin

Menurut Muchtar , Alasan tingginya prevalensi TB pada laki-laki

sebenarnya belum ada teori yang jelas, tetapi mungkin disebabkan

karena aktivitas laki-laki yang lebih banyak di luar sehingga lebih

berisiko untuk terpapar kuman TB. Hal ini juga diperkuat dengan

adanya kebiasaan merokok yang lebih banyak pada laki – laki.

(Muchtar et al, 2018).


b. Usia

Kejadian TB paru paling banyak pada lansia mungkin disebakan

karena pada usia ini sudah mulai terjadi penurunan daya tahan tubuh,

dan kondisi ini lebih rentan untuk terkena penyakit, terutama penyakit

infeksi, salah satunya tuberkulosis Di negara berkembang, mayoritas

yang terinfeksi TB adalah golongan usia

c. Malnutrisi

Pada infeksi TB dengan malnutrisi terjadi gangguan sistem imun

akibat penurunan produksi limfosit dan kemampuan proliferasi sel

imun. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar IFN-gamma, IL-2 dan

peningkatan kadar TGF-β yang berfungsi untuk menghambat 22

aktivasi makrofag. Pada kondisi kekurangan gizi, ditemukan adanya

gangguan berbagai aspek imunitas, termasuk fagositosis, respon

proliferasi sel, serta produksi limfosit T dan sitokin. (Muchtar et al,

2018)

d. Gangguan Imunitas

Terjadinya penyakit TB dipengaruhi oleh adanya penyakit komorbid

yang melemahkan system kekebalan tubuh manusia. Pada kondisi

immunocompromized seperti penderita Human Immunocompromized

Virus (HIV) , pasien yang terinfeksi penyakit HIV memiliki kadar sel

CD4+ T yang rendah dan memiliki viral load yang tinggi disertai defek

fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan makrofag diketahui memiliki


peran penting dalam pertahanan tubuh terhadap mycobacterium

tuberculosis. . (R. Duarte , 2018).

e. Tingkat sosioekonomi

Tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai hubungan dengan

pekerjaan serta kondisi malnutrisi yang disebabkan oleh pendapatan

yang rendah. Lingkungan lembab, ventilasi yang buruk dan kurangnya

sinar matahari berperan dalam rantai penularan TB paru.

M.tuberculosis merupakan bakteri yang tidak tahan terhadap sinar

ultraviolet, sehingga lingkungan yang lembab dan sinar ultraviolet

kurang menjadi risiko seseorang untuk menderita TB (Dotuolung ,

2015 ; R.Duarte, 2018).

f. Pendidikan

Kepatuhan berobat yang rendah pada penderita TB paru berhubungan

dengan pendidikan dan pendapatan rendah. Veleza FS dkk,

membuktikan tingkat pendidikan merupakan prediktor untuk

mengetahui pemahaman penderita tentang TB paru dan akibatnya.

Faktor pendidikan mempengaruhi kejadian tuberkulosis. Pendidikan

yang tinggi membuat seseorang lebih mudah untuk mengerti pesan

mengenai TB, baik etiologi maupun cara penularannya. Penderita

berpendidikan tinggi memiliki pemahaman tentang TB paru lebih baik

dibanding penderita berpendidikan menengah dan rendah. (Prihanti,

2015)
g. Alkohol

Alkohol menimbulkan efek toksik baik langsung ataupun tidak

langsung melalui defisiensi makronutrien dan mikronutrien akibat

konsumsi alkohol yang menyebabkan melemahnya sistem imun.

Pengonsumsian alkohol secara kronik menyebabkan penurunan fungsi

limfosit T dan B. gangguan aktivasi makrofag, berkurangnya

kemampuan makrofag untuk mempresentasikan antigen ke sel T,

berkurangnya respon makrofag terhadap sitokin, terjadi pergeseran ke

arah pembentukan Th2, sehingga jumlah Th1 yang berperan pada

proses destruksi Mycobacterium tuberculosis terhambat, kondisi ini

menyebabkan aktivasi kuman TB meningkat. (Muchtar et al , 2018).

h. Rokok

Merokok menjadi salah satu faktor meningkatnya resiko terjadinya tb

paru karena terjadinya gangguan pembersihan sekresi mukosa.

Kandungan nikotin pada rokok akan menurunkan produksi TNF-α

yang berfungsi untuk mengaktivasi makrofag serta limfosit CD4 + dan

akan menurunkan respon imun. Pembersihan oleh sekresi mukosa

yang dilemahkan, pengurangan kemampuan fagositik dari makrofag

alveolus dan penurunan respon imun dan CD4 + menyebabkan

kolonialisasi kuman Tb menjadi lebih mudah. (Silva et al, 2018).


E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari

kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

dengan pewarnaan Ziehl Nielsen atau Kinyoun Gobbet. Diagnosis TB

paru BTA positif ditegakkan apabila:

a. S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang

berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga

pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi

pada hari kedua.

b. P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di fasyankes.

c. S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi.

2. Pemeriksaan uji kepekaan obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi

M.tb terhadap OAT. Xpert assay dapat mengidentifkasi M.

tuberculosis dan mendeteksi resisten rifampisin dari dahak yang

diperoleh dalam beberapa jam. Akan tetapi konfrmasi TB resisten obat


dengan uji kepekaan obat konvensional masih digunakan sebagai baku

emas (gold standard). Penggunaan Xpert MTB/RIF tidak

menyingkirkan kebutuhan metode biakan dan uji resistensi obat

konvensional yang penting untuk menegakkan diagnosis defnitif TB

pada pasien dengan apusan BTA negatif dan uji resistensi obat untuk

menentukan kepekaan OAT lainnya selain rifampisin. Untuk

memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi

OAT, Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke

fasilitas kesehatan (laboratorium dan RS) diseluruh provinsi.

(Kemenkes RI , 2014).

a. Foto toraks Gambaran foto toraks bervariasi baik lokasi maupun

bentuknya. Umumnya gambaran foto toraks pada TB terdapat di

apeks. Pada TB-HIV awal gambaran foto toraks dapat sama

dengan gambaran foto toraks TB pada umumnya, namun, Pada

pasien TB-HIV sering ditemukan gambaran TB milier. Pembagian

tuberkulosis dapat diidentifikasi sebagai :

1) Lesi minimal, jika proses mengenai sebagian dari satu atau dua

paru dengan luas tidak lebih dari sela iga dua depan (volume

paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari iga dua

depan dan processus spinosus dari vertebra torakal empat atau

korpus vertebra torakal lima), serta tidak dijumpai kavitas.

2) Lesi sedang, jika proses penyakit lebih luas dari lesi minimal

tetapi tidak boleh lebih luas dari satu paru atau jumlah seluruh
proses yang ada paling banyak seluas satu paru atau bila proses

TB mempunyai densitas lebih padat dan lebih tebal, maka luas

proses tersebut tidak boleh lebih sepertiga luas satu paru. Bila

disertai kavitas, maka luas semua kavitas (diameter) tidak lebih

dari 4 cm.

3) Lesi luas, jika kelainan lebih luas dari lesi sedang. Respons

terapi pada TB paru paling cepat dapat diketahui dari respons

klinis penderita, khususnya dengan menilai perbaikan keluhan

batuk dan demam serta peningkatan berat badan. Selain itu,

respons terapi juga dapat dinilai dari respons radiologis dengan

menilai perbaikan gambaran foto toraks. Namun demikian,

penilaian respons terapi yang paling obyektif adalah respons

mikrobiologis, yaitu terjadinya konversi sputum dari positif

menjadi negatif yang dapat dilihat dari pemeriksaan hapusan

dan kultur BTA (PDPI , 2006 ; Kemenkes RI, 2014 ).

F. Pengobatan Tuberculosis PAru

1. OAT Lini pertama yang diberikan pada pasien yang baru saja memulai

pengobatan TB dan tidak mempunyai resistensi terhadap OAT lini

pertama. Obat yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian

Tuberkulosis di Indonesia adalah :

a. Kategori 1 Pasien TB paru dengan BTA positif dan merupakan

kasus baru. Pengobatan tahap awal terdiri atas Isoniazid (H),

Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) masingmasing 2


tablet diberian setiap hari selama 2 bulan. Tahap lanjutan diberikan

4(HR)3E3 selama 4 bulan.

b. Kategori 2 Diberikan pada pasien kambuh, gagal terapi atau

diobati kembali setelah putus berobat. Tahap awal diberikan 2

(HRZE) Streptomisin (S) atau HRZE, dimana HRZE diberian

setiap hari selama 3 bulan dan S diberikan hanya 2 bulan pertama.

Bila sputum BTA masih positif maka tahap awal dengan HRZE

diteruskan lagi selama 1 bulan. Tahap lanjutan diberikan

5(HR)3E3

2. OAT Lini kedua yang digunakan untuk kasus TB Resisten Obat (TRO)

seperti Floroquinolone (levofloxacin, moxifloxacin) , linezolid,

kanamycin, ethionamide, dan cycloserine. (Kemenkes RI , 2014).

G. Patofisiologi

TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yangmerupakan basil aerob, non-motil, dan tahan terhadap

asam, pengeringan serta alkohol. TB secara klasik dibagi menjadi primer

dan sekunder. TB primer terjadi pada penderita yang 12 sebelumnya

belum pernah terpajan dengan M. tuberculosis. TB sekunder terjadi pada

penderita yang sebelumnya pernah tersensitasi oleh M. tuberculosis.

Kemungkinan penularan ini bergantung pada jumlah droplet yang

ditransmisikan, durasi pajanan, serta virulensi dari M. tuberculosis.


H. Pathway
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.C DENGAN TBC (TUBERCULOSIS) PARU DIRUANG CENDANA.2

RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

Nama : Deti Damayanti

Jurusan : Profesi Ners Keperawatan

Nim : 211030230155

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
A. Pengkajian

Jam : 09.00
Pengkajian tgl : 5 Oktober 2021 NO. RM : 00250275
Tanggal MRS : 5 Oktober 2021 Dx. Masuk : TB Paru
Ruang/Kelas : Cendana 2 Dokter yang merawat : Dr.Hesti

Nama : Tn.C Jenis Kelamin : laki-laki


Umur : 32 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : bpjs
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiswasta
Alamat : batu ceper 04/01 tangerang
Keluhan utama :
Klien menagtakan batuk berdahak berdarah sudah 2 bulan, sesak nafas, tidak nafsu makan,
Riwayat Sakit dan

Riwayat penyakit saat ini : Tbc paru


Kesehatan

Penyakit yang pernah diderita : -

Riwayat penyakt keluarga : -

Riwayat alergi:  ya ● tidak Jelaskan :


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik ● sedang  lemah Kesadaran: Apatis
Tanda vital TD: 90/76 Nadi: 106 x/mnt, Suhu :36,5 ºC RR:16 x/mnt
Pola nafas irama: ● Teratur  Tidak teratur
Pernafasan

Jenis ● Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain: takipnea


Suara nafas:  verikuler  Stridor ● Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas ● Ya  Tidak  Batuk  Ya  Tidak

Irama jantung: ● Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Nyeri dada:  Ya ● Tidak
Kardiovaskuler

Bunyi jantung: ● Normal  Murmur  Gallop lain-lain


CRT: ● < 3 dt > 3 dt
Akral: ● Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah

GCS Eye: 3 Verbal: 4 Motorik: 4 Total: 11


Persyarafan

Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:


Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:
Lain-lain:
Istirahat / tidur: 2x/perhari (tidak lama) Gangguan tidur: tidak ada gangguan tidur
Penglihatan (mata)
Pupil : ● Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : ● Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Penginderaan

Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran :  Ya ● Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : ●Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain

Kebersihan:  Bersih ● Kotor


Urin: Jumlah: 1000cc/hr Warna: kuning Bau: khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya ●Tidak


Nyeri tekan  Ya ● Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:

Nafsu makan:  Baik ●Menurun Frekuensi: 1 x/hari


Porsi makan:  Habis ● Tidak Ket: tidak nafus makan
Diet : lunak
Minum : 1500 cc/hari Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: Bersih ● Kotor  Berbau
Mukosa ● Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik 10 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya ●Tidak
Pembesaran lien  Ya ●Tidak
Buang air besar
Teratur: ● Ya Tidak
Konsistensi Bau: bau khas feses Warna: kuning
Lain-lain: belum BAB
Kemampuan pergerakan sendi: ●Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Muskuloskeletal/ Integumen

5 5 ket: tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot


Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan ● Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: ● Baik  Sedang  Jelek
Odema: Ada ● Tidak ada Lokasi
Luka  Ada ● Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada ●Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Pembesaran Tyroid  Ya ● Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya ● Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya ● Tidak Pus  Ya  Tidak

Mandi : 1x sehari Sikat gigi : tidak menggosok gigi


Keramas : 1x seminggu Memotong kuku: tidak teratur
Personal
Higiene

Ganti pakaian : 1x sehari

Orang yang paling dekat: adik ipar


Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: pasien dapat bersosialisasi dengan baik
Psiko-sosio-
spiritual

Kegiatan ibadah: keluarga mengatakan pasien sangat taat bribadah


Lain-lain :
Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Selasa, 28 HEMATOLOGI
September 2021 HEMOGLOBIN (HGB) 11,6 12,0-15,0 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 9,8 4,5-11,5 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 197 150-450 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 34 35-49 %
ERITROSIT 4,22 4,00-5,40 10^6/uL
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 3 1-3 %
Netutrofil segmen 59 50-70 %
Pemeriksaan penunjang

Limfosit 30 20-40 %
Monosit 8 2-8 %
Neutrofil Lymfocyte Ratio 1,9 <3,13
Absolute Lymfocyte Count 2970.00 /uL
Neutrofil Absolute 5630.00 /uL
KIMIA KLINIK

SGOT (AST) 15 < 40 U/L 37 C

SGPT (ALT) 19 0-41 U/L 37 C

Ureum 21 20,9-43,0 Mg/dL


Kreatinin 0,8 0,55-1,02 Mg/dL
Glukosa sewaktu H 201 70-120 Mg/dL

EKG
Radiologi/USG, dll

1. TSA : 3x1mg
2. Curcuma : 3x1mg
3. Vitamin B complex : 3x1mg
Terapi:

4. Codein : 2x10mg
5. Meropenem : 3x1gr
6. Levofloxacim :1x500mg
7. Vitamin C : 2mg
B. Analisa Data

No Analisa Data Problem Etiologi


1. Ds : Bersihan jalan nafas Sekresi yang tertahan
Klien mengatakan batuk tidak efektif
berdahak berdarah sudah 2 (D.0001)
bulan
Klien mengatakan sesak nafas
Do :
Klien terlihat lemah
Klien terlihat cemas
Pemeriksaan ttv :
TD : 90/76
N : 106
Rr : 16x/menit
S : 36,5
Terdengar adanya suara
wheezing
2. Ds : Defisit Nutrisi Faktor psikoligis
Klien mengatakan tidak nafsu (D.0019) (keengganan untuk
makan makan)
Klien mengatakan makan
tidak pernah habis
Do :
Klien terlihat lems
Frekuensi makan 1x
Penurunan berat badan
3. Ds : Defisit perawatan diri Kelemahan
Klien mengatakan ganti (D.0109)
pakaian hanya sekali
Klien mengatakan mandi
1xsehari
Klien mengatakan tidak
menggosok gigi
Do :
Klien terlihat kukunya kotor
Klien terlihat rambutnya
kotor
C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas b/d sekresi yang tertahan d/d Ds : Klien

mengatakan batuk berdahak berdarah sudah 2 bulan Klien mengatakan

sesak nafas, Klien terlihat lemah, Klien terlihat cemas, Pemeriksaan ttv

: TD : 90/76, N : 106, Rr : 16x/menit, S : 36,5, Terdengar adanya suara

wheezing.

2. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d/d

Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengatakan makan tidak

pernah habis, Klien terlihat lemas Frekuensi makan 1x, Penurunan

berat badan.

3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan d/d Klien mengatakan ganti

pakaian hanya sekali, Klien mengatakan mandi 1xsehari, Klien

mengatakan tidak menggosok gigi, Klien terlihat kukunya kotor, Klien

terlihat rambutnya kotor

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (Tujuan) Intervensi keperawatan


1 Bersihan jalan nafas b/d Bersihana jalan napas Manajemen jalan
sekresi yang tertahan d/d Ds : Definisi : kemampuan napas
Klien mengatakan batuk membsrsihkan secret atau Definis :
berdahak berdarah sudah 2 obstruksi jalan napas untuk mengidentifikasi dan
bulan Klien mengatakan mempertahankan jalan naps mengelola kepatenan
sesak nafas, Klien terlihat tetap paten (L.01001) jalan napas (1.01011)
lemah, Klien terlihat cemas, Setlah dilakukan tindakan Observasi:
Pemeriksaan ttv : TD : 90/76, keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola napas (
N : 106, Rr : 16x/menit, S : jam bersihan jalan naps frekuensi,
36,5, Terdengar adanya suara meningkat dengan kriteria kedalaman, usaha
wheezing. hasil : napas)
1. Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas
menurun (5) tambahan (wheezing)
2. Weheezing menurun (5) 3. Monitor sputum
3. Dispnea menurun (5) (jumlah, warna,
4. Sianosis menurun (5) aroma)
5. Gelisah menurun (5) Terapeutik :
6. Frekuensi nafas 1. Posisikan semi
membaik (5) fowler
7. Pola nafas membaik (5) 2. Berikan minum
hangat
3. Berikan oksigen
kanul nasal 2L/menit
4. Ajarkan teknit batuk
efektif
2. Defisit nutrisi b/d faktor Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
psikologis (keengganan untuk Definisi : keadekuatan Definisi :
makan) d/d Klien mengatakan asupan nutrisi untuk mengidentifikasi dan
tidak nafsu makan, Klien memenuhi kebutuhan mengelola nutrisi yang
mengatakan makan tidak metabolisme (L.03030) seimbang (1.03119)
pernah habis, Klien terlihat Setelah dilakukan tindakan Observasi :
lemas Frekuensi makan 1x, keperawatan selama 1. Identifikasi status
Penurunan berat badan. 3x24jam diharapkan status nutrisi
nutrisi membaik dengan 2. Identifikasi makanan
kriteria hasil : yang disukai
1. Porsi makana yang 3. Monitor berat badan
dihabaiskan meningkat Terapeutik :
(5) 1. Berikan suplemen
2. Pengetahuan tentang makanan Curcuma
pilihan makana yang 3x1
sehat meningkat (5) 2. Sajikan makanan
3. Perasaan cepat kenyang secara menarik
menurun (5) Edukasi :
4. Frekuensi makan 1. Anjurkan posisi
membaik (5) duduk
5. Nafsu makan membaik Kolaborasi :
(5) 1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
3. Defisit perawatan diri b/d Perawatan diri Dukungan perawatan
kelemahan d/d Klien Definisi : kemampuan diri
mengatakan ganti pakaian melakukan atau Definisi : memfasilitasi
hanya sekali, Klien menyelesaikan aktivitas pemenuhan kebuthan
mengatakan mandi 1xsehari, perawatan diri (L.11103) perawatan diri
Klien mengatakan tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi :
menggosok gigi, Klien keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kebutuhan
terlihat kukunya kotor, Klien jam perawatan diri alat bantu kebersihan
terlihat rambutnya kotor diharapkan meningkat diri
dengan kriteria hasil : 2. Monitor tingkat
1. Kemampuan mandi kemandirian
meningkat (5) Terapeutik :
2. Kemampuan 1. Sediakan lingkungan
mengenakan pakaian yang terapeutik
meningkat (5) (privasi)
3. Melakukan perawatan 2. Siapkan keperluan
diri meningkat (5) pribadi (sabun, gosok
4. Mempertahankkebersiha gigi, parfum)
n diri (5) 3. Fasilitas kemandirian,
5. Mempertahankan bantu jika tidak
kebersihan mulut mampu
melakukannya secara
sendiri
Edukasi :
1. Anjurkan perawatan
diri secara konsisten

E. Catatan Perkembangan

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


5/10/21 1 1. Memonitor pola napas ( S:
21.00 frekuensi, kedalaman, usaha klien mengatakan batuk berdahak
napas) klien mengatakan sesak
2. Memonitor bunyi napas O:
tambahan (wheezing) klien terlihat lemah dan cemas
3. Memonitor sputum (jumlah, frekuensi nafas 16x/menit
warna, aroma) A : Intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
21.30 2 1. Mengidentifikasi status nutrisi S :
2. Mengidentifikasi makanan klien mengatakan tidak nafsu
yang disukai makan
3. Memonitor berat badan klien mengatakan makan tidak
pernah habis
O:
klien terlihat lemas frekuensi
makan 1xsehari, penurunan berat
badan
A : intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

23.00 3 1. Mengidentifikasi kebutuhan S:


alat bantu kebersihan diri klien mengatakan ganti pakaian
2. Memonitor tingkat hanya sekali
kemandirian klien mengatakanmandi hanya
1xsehari, tidak menggosok gigi
klien mengatakan
O:
klien terlihat kukunya kotor
klien terlihat kotor rambutnya
A : intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


7/10/21 1 1. Memberikan oksigen kanul S :
09.00 nasal 2L/menit klien mengatakan sesak
2. Mengajarkan teknit batuk berkurang,
efektif klien mengatakan masih batuk
berdahak berdarah
O:
klien terlihat masih agak lemah
dan cemas
frekuensi nafas 17x/menit
A : Intervensi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
13.00 2 1. Memberikan suplemen S :
makanan Curcuma 3x1 klien mengatakan masih agak
2. Menyajikan makanan tidak nafsu makan
secara menarik. O : klien terlihat lemas
A : intervensi teratasu sebagian
P : intervensi dilanjutkan
14.00 3 1. Menyediakan lingkungan yang S :
terapeutik (privasi) Klien mengatakan ingin
2. Menyiapkan keperluan pribadi membersihkan tubuhnya walapun
(sabun, gosok gigi, parfum) hanya di lap
3. Memfasilitasi kemandirian, O : klien terlihat kuku dan
bantu jika tidak mampu rambutnya masih kotor
melakukannya secara sendiri A : intervensi belum terataasi
P : Intervensi dilanjutkan

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


8/1021 1 1. Memposisikan semi fowler S:
09.00 2. Memberikan minum hangat Klien mengatakan sudah tidak
sesak
Klien mengtakan dahak dan darah
berkurang
O:
klien terlihat lemas, frekuensi
nafas 20x/menit
Klien
A : Intervensi tertasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi

13.00 2 1. Menganjurkan posisi duduk S:


2. Berkolaborasi dengan ahli gizi klien mengatakan sudah nafsu
untuk menentukan jumlah makan
kalori dan jenis nutrient yang klien mengatakan makanannya
dibutuhkan dihabiskan
O:
Klien terlihat lemas berkurang,
frekuensi makan 3xsehari
A : Intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan

14.00 3 1. menganjurkan perawatan diri S :


secara konsisten klien mengatakan merasa nyaman
sudah mandi ata di lap
O:
klien terlihat segar, rambutnya
sudah bersih, kukunya sudah
bersih
A : Intervesni teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Kperawatan Indonesia : Definisi dan indiktor


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Kperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Kperawatan Indonesia : Definisi
Hasanah, U. LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS MDR.

Rahmani, M. Z. (2020). KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI


PUSKESMAS BARA-BARAYYA MAKASSAR (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).

Anda mungkin juga menyukai