Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DYSPNEA PADA Ny.N DI RUANG RAWAT INAP 308


RS SYARIFHIDAYATULLAH TAHUN 2021

Disusun Oleh :

Ahmad Fahrizal : 211030230271

Alda Resma Elvaryani Limatahu: 211030230133

Evi Nurnaini : 211030230270

Hopipah Oktavia : 211030230156

Lia Yulyanah : 211030230251

Neneng Soleha : 211030230168

Nurjanah : 211030230240

Sofatunnisa : 211030230250

Sukmawati : 211030230244

Usep Haryadi : 211030230249

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


JURUSAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Profesi (Ners) Stase Keperawatan

Medikal Bedah di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta dari tanggal 25

Oktober sampai dengan 20 November 2021. Penulisan Laporan Praktek klinik Keperawatan

Medikal Bedah ini bertujuan untuk mengikuti dan memenuhi nilai Pendidikan Profesi Ners pada

Stase Keperawatan Medikal Bedah.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ns. Riris Andriati, S.Kep, M.Kep selaku ketua STIKes Widya Dharma Husada dan yang

telah memberikan bimbingan kepadakami.

2. Ns. Selvia Akub, S.Kep, M.Kep., selaku pembimbing praktik Stase Keperawatan Medikal

Bedah Profesi Ners dan selaku ketua Koordinator mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah

yang telah meluangkan waktu untuk bimbingan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menemui beberapa kesulitan dan hambatan. Kami

berharap, semoga Laporan Akhir Praktek Klinik Profesi (Ners) Stase Keperawatan

Medikal Bedah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan menambah wawasan kita

dalam menerapkan perencanaan manajemen keperawatan, khusunya bagi kami sebagai

penulis. Laporan ini memang masih jauh dari sempurna, maka kami harapkan kritik dan

saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Tangerang, November 2021


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATA BELAKANG
Dyspnea adalah suatu keadaan dimana usaha pasien untuk meningkatkan usaha pernapasan.
Kondisi ini dapat muncul saat istirahat atau dengan aktivitas minimal. Pasien sadar akan
mengalami kegagalan dalam mengambil nafas yang cukup. Hipoksemia menyebabkan
dyspnea pada pasien dengan edema paru akut. Namun, dyspnea juga terlihat pada pasien
yang lebih banyak mengalami gagal jantung tipe kronis dan yang tidak memiliki hubungan
langsung dengan yang dibangkitkan tekanan darah kapiler pulmonal atau hemodinamik
lainnya (Alkan,etc 2017).
Dyspnea kronis saat istirahat atau dengan aktivitas minimal muncul tergantung pada
beberapa mekanisme perifer termasuk kelelahan otot pernafasan, peningkatan area kematian
fisiologis, peningkatan resistensi saluran napas, disfungsi endotel, metabolisme otot rangka
abnormal. Dypsnea mempengaruhi aktivitas fisik dan kualitas hidup dan secara negatif
dengan meningkatkan risiko perkembangan gaya hidup menetap pada pasien (Alkan,et al
2017). Dari berbagai penelitian didapatkan hasil bahwa penurunan dyspnea dapat dilakukan
dengan berbagai teknik saah satunya yaitu denagn Deep Breathing Exercise (Ziaeian, 2016).
Deep Breathing Exercise adalah teknik respirasi yang digunakan untuk mengambil respirasi
di bawah kontrol dan membebaskannya. Ini adalah teknik respirasi digunakan untuk
mengontrol dypsnea dan menghilangkannya dalam situasi di mana kebutuhan untuk respirasi
meningkat selama latihan dan kegiatan sehari-hari. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
kontrol dan membuat pengosongan alveoli lebih mudah untuk level maksimum selama
ekspirasi. Menghirup respirasi melalui bibir dapat meningkatkan pertukaran gas, menurunkan
tingkat pernapasan, meningkat volume tidal, dan meningkatkan aktivitas otot inspirasi dan
ekspirasi. Respirasi ini dapat mengurangi dyspnea dan sering digunakan pada keadaan akut
karena aktivitas, kecemasan, dan gangguan pernafasan (Alkan,et al 2017).
Deep Breathing Exercise juga disebut dengan latihan pernapasan dimana latihan ini
mendorong diafragma ke atas oleh otot-otot perut selama ekspirasi. Keadaan ini juga
meningkat efisiensi diafragma sebagai otot inspirasi. Karena otot diafragma digunakan
selama respirasi diafragma bukannya otot-otot lain, kerja pernapasan menurun dan karena
itu, tingkat aserasi paru-paru meningkat dan respirasi meningkat. Latihan pernapasan dapat
digunakan sebagai metode yang mengurangi kecemasan selama serangan dyspnea akut atau
sebagai teknik relaksasi. Secara umum, latihan pernapasan dapat memberikan bantuan pada
pasien dyspnea dan memiliki kontrol lebih besar pada pernapasan serta lebih dalam efektif
untuk mengurangi dyspnea (Alkan,et al 2017).
Latihan pernafasan dalam mampu mencegah udara yang terperangkap di paru-paru yang
dapat menyebabkan pasien merasa sesak napas. Dengan demikian pasien bisa menghirup
udara yang lebih segar (Westerdahl, 2014; Muttaqin, 2012). Latihan pernapasan akan
memperbaiki fungsi pernapasan jika dilakukan dengan teratur karena mampu
mengoptimalkan paru saat mengembang dan penggunaan otot bantun yang minimal saat
melakukan pernapasan (Potter, 2005).
Range of motion (ROM) merupakan latihan gerak bertujuan untuk meningkatkan perfusi
jaringan perifer dengan terjadinya peningkatan aliran darah ke otot (Babu, 2010).
Peningkatan sirkulasi terjadi karena adanya keteraturan dalam menggerakkan tubuh yeng
akan menurunkan resistensi pembuluh darah melulai dilatasi arteri otot. Dengan sirkulasi
yang lancar maka trasportasi oksigen ke jaringan akan terpenuhi dengan baik dan adekuat.
Latihan fisik akan meningkatkan curah jantung karena volume darah dan hemoglobin akan
meningkat dengan diperbaikinya penghantaran oksigen di dalam tubuh. Keadaan tersebut
akan berdampak pada penurunan dyspnea (Artur, 2006). Biasaya diagnosa keperawatan
untuk pasien yang mengalami dyspnea adalah pola napas tidak efektif dengan demikian dapat
diberikan intervensi yang dapat diberikan berupa penagturan posisi seperti posisi semifowler
dan berkolaborasi tenaga kesehatan lain utuk memeberikan terapi oksigen (NANDA, 2014;
NIC, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimanakah asuhan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di ruang rawat inap
308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021
C. TUJUAN STUDI KASUS
A. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mendeskripsikan asuhan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di

ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa dapat:

1) Melakukan Pengkajian Keperawatan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di

ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

2) Menetapkan Diagnosa Keperawatan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di

ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

3) Menyusun Intervensi Keperawatankeperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di

ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

4) Melakukan Implementasi Keperawatan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N

di ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

5) Melakukan Evaluasi Keperawatan keperawatan dengan Dyspnea pada Ny.N di

ruang rawat inap 308 RS Syarifhidayatullah tahun 2021

D. MANFAAT STUDI KASUS


1. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan
membuka wawasan berpikir penulis. Serta dapat mengaplikasikan hasil asuhan
keperawatan dengan dyspnea.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rumah sakit selaku
pemberi pelayanan kesehatan mengenai penyakit dyspnea.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai asuhan keperawatan
dengan dyspnea.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP DYSEPNEA
A. DEFINISI
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukanaktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat
bersifat akutatau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan
keruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan
(paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.

B. ETIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruangfisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran
gas antara O2dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
sehingga terjadi sesaknapas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan
tidak terlalu penting,namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn
maka ruang mati akanmeningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas
maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap
compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka
makinbesar gradientekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk
menghasilkan pengembanganparu yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa
bermacam salah satu nyaadalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat
inhalasi asbston atau iritan yang sama.
C. PAHTWAY
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh olehrespon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya,sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badandan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perutkuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah
billirubinyang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi
pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada
penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan
dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan
Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru
tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan
pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah gejala umum penyakit
pernapasan. Hal ini disebabkan oleh :
Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi
sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan
pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma,
2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru.
Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi.
Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan
sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis
berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan
kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan
ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru,
penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis adalah
berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi
dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek,
yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/
mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat
terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronchitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah
wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher
dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau
trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki
basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri
dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

G. KOMPLIKASI
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif
paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak
napas juga dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk
kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti
asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.

H. PENATALAKSANAAN
TERAPI DAN PENGOBATAN
 Oksigenasi
1) Penanganan Umum Dispnea
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal yang
tinggi
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.

2) Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari allergen
c) Terapi emosi
3) Farmako
a) Quick relief medicine
b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan,
memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh :
bronkodilator
c) Long relief medicine
d) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas, mengurangi
odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu yang lama. Contoh :
Kortikosteroid bentuk inhalasi.
FORMATPENGKAJIANKEPERAWATANMEDIKALBEDAH
A. PENGKAJIAN

Pengkajiantgl : 04 November 2021 Jam : 23.00


TanggalMRS : 04 November 2021 NO.RM :009801
Ruang/Kelas : 308 Dx.Masuk : Dypsnoe
Dokteryangmerawat: dr. Deni, Sppd

Nama : Ny.N
Umur : 81 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan : Pensiunan
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl.komplek cempaka hijau blok D
No.13 RT/RW 04/07 Tangerng Selatan
RiwayatSakitdanKesehatan

Keluhanutama:
Klien mengatakan sakit kaki sebelah kanan, sempat bengkak merah, demam, batuk dan sesak

Riwayatpenyakitsaatini:
Klien mengatakan sakit kaki sebelah kanan, sempat bengkak merah, demam, batuk dan sesak

Penyakityangpernah diderita:
Chf, ppok

Riwayatpenyakitkeluarga:

Riwayatalergi: 🌕ya tidak Jelaskan:


PemeriksaanFisik
KeadaanUmum:baik sedang lemah Kesadaran:cm
Tandavital TD:164/68 mmHg Nadi:98x/mnt Suhu:37,9ºC RR:22x/mnt sp02: 97%
Polanafas irama: 🌕Teratur Tidakteratur
Jenis Dispnoe 🌕Kusmaul 🌕CeyneStokes🌕Lain-lain:
Suaranafas: verikuler 🌕Stridor 🌕Wheezing 🌕Ronchi Lain-lain:
Pernafasan
Sesaknafas 🌕Ya Tidak🌕BatukYa 🌕Tidak
Masalah:

Iramajantung: Reguler 🌕Ireguler S1/S2tunggal 🌕Ya 🌕


Kardiovaskuler

TidakNyeridada: 🌕Ya Tidak


Bunyijantung: Normal 🌕Murmur 🌕Gallop lain-
lainCRT: <3 dt🌕>3 dt
Akral: Hangat 🌕 Panas🌕Dinginkering🌕Dinginbasah
Masalah:

GCS Eye:4 Verbal:5 Motorik:6 Total:15


Persyarafan

Refleksfisiologis:patella 🌕triceps 🌕biceps lain-lain:Reflekspatologis:


🌕babinsky 🌕budzinsky 🌕kernig Lain-lain: normal
Istirahat/tidur:4 - 6 jam/hariGangguan tidur:-
Masalah:

Penglihatan(mata)
Penginderaan

Pupil :Isokor 🌕Anisokor 🌕Lain-


lain:Sclera/Konjungtiva :🌕Anemis 🌕Ikterus Lain-lain:
Pendengaran/Telinga :
Gangguanpendengaran: 🌕YaTidak Jelaskan:
Penciuman(Hidung)
Bentuk :🌕Normal Tidak Jelaskan:Penciuman
:Ya 🌕TidakJelaskan:

Masalah:
Kebersihan: Bersih 🌕Kotor
Perkemihan

Urin: 600 Jumlah: 1200 cc/hr Warna : kuning Bau: - Alatbantu(kateter, danlain-lain): -
Kandungkencing:Membesar 🌕Ya Tidak., Nyeritekan 🌕Ya TidakGangguan:
🌕Anuria 🌕Oliguri 🌕Retensi🌕Nokturia 🌕InkontinensiaLain-lain:

Masalah:
Nafsumakan: Baik🌕Menurun Frekuensi: x/hari
Porsimakan: Habis🌕Tidak
Diet : -
Minum: 500cc/hari Jenis: air putih
MulutdanTenggorokan
Mulut: Bersih 🌕Kotor 🌕Berbau
Mukosa Lembab🌕Kering 🌕Stomatitis
Tenggorokan 🌕Nyeritelan 🌕Kesulitanmenelan
🌕Pembesarantonsil 🌕Lain-lain:
Abdomen 🌕Tegang 🌕Kembung 🌕Ascites 🌕Nyeri tekan,
lokasi:Peristaltik : 25x/mnt
Pembesaranhepar 🌕Ya TidakPembesaran., lien🌕Ya 🌕Tidak
Buangairbesar : 2x/hari Teratur : Ya 🌕Tidak
Konsistensi Bau: - Warna: kuning Lain-lain: -
Masalah:

Kemampuanpergerakansendi:🌕Bebas TerbatasKekuatan otot: lemah


Muskuloskeletal/Integumen

Kulit
Warnakulit: 🌕Ikterus 🌕Sianotik 🌕Kemerahan Pucat 🌕Hiperpigmentasi
Turgor:Baik 🌕Sedang 🌕Jelek
Odema:🌕Ada Tidakada Lokasi
Luka 🌕Ada Tidakada Lokasi
Tandainfeksiluka 🌕Ada Tidakada
Yangditemukan:kalor/dolor/tumor/Nyeri/FungsiolesaLain-lain:

Masalah:intoleransi aktivitas

PembesaranTyroid 🌕Ya Tidak


Endokrin

Hiperglikemia 🌕Ya TidakHipoglikemia 🌕Ya Tidak


Lukagangren 🌕Ya TidakPus 🌕Ya Tidak
Masalah:

Mandi :- Sikat gigi :tidak karena terbaring lemahKeramas: -


PersonalHigiene

Memotongkuku : - :-

Masalah:
Orangyangpalingdekat:Anak

Psiko-sosio-spiritual
Hubungandengantemandanlingkungan: baik
Kegiatan ibadah: baik
Lain-lain:

Masalah:

Terapi Radiologi/USG Pemeriksaan Penunjang


Obat : Pemeriksaan tanggal 05/11/21
Ondansentron 3x4mg Rotgen
Metylprednisolon 3x4 Ekg

Noutik 3x1 mg
Jypras 1x0,5 mg
Omz 2x40s
A. ANALISA DATA

No Data Problem Etiologi


1 Ds: Pola nafas tidak efektif Hambatan upaya napas
 Klien mengatakan
mengalami batuk dan sesak
(D. 0005)
Do:
 KU: Lemas
 Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 22 x/menit
S: 37,9ºC

2 Ds: Hipertermi Proses penyakit


 Klien mengatakan demam
Do:
(D. 0130)
 KU: Lemas
 Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 22 x/menit
S: 37,9ºC
3 Ds: Intoleransi aktivitas Imobilitas
 Klien mengatakan sakit kaki (D. 0056)
sebelah kanan dan sempat
bengkak kemerahan
Do:
 KU: Lemas
 Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 22 x/menit
S: 37,9ºC

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan upaya napas d/d klien mengatakan mengalami
batuk dan sesak (D. 0005)
2. Hipertermi b/d Proses penyakit d/d klien mengatakan demam (D. 0130)
3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas d/d klien mengatakan sakit kaki sebelah kanan dan
sempat bengkak kemerahan (D. 0056)
A. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. N
Ruang : 308
No.M.R. : 009801

No Tanggal/jam Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan (PES)
1 04/11/21 Pola nafas tidak efektif b/d
Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas 1. untuk mengetahui sputum
Hambatan upaya napas d/d keperawatan 3x24 jam Obsevasi (jumlah, warna, aroma)
Jam 23.00 klien mengatakan diharapkan klien didapatkan 1. monitor pola nafas 2. untuk mengetahui pola
mengalami batuk dan sesak hasil : (frekuensi, kedalaman, usaha nafas (frekuensi,
(D. 0005)
1. Kapasitas vital meningkat nafas) kedalaman, usaha nafas)
2. tekanan ekspirasi 2. monitor bunyi nafas ( ronchi) 3. untuk mengetahui bunyi
meningkat 3. monitor sputum (jumlah, nafas ( ronchi)
3. tekanan inspirasi warna, aroma) 4. posisikan semi-fowler
meningkat 5. berikan minum hangat
terapeutik
2. dyspnea menurun
4. posisikan semi-fowler lakukan fisioterapi dada
3. ortopnea menurun
4. frekuensi nafas membaik 5. berikan minum hangat
5. Kedalaman nafas membaik 6. lakukan fisioterapi dada
6. ekskursi dada membaik edukasi
7. anjurkan asupan cairan 2000
(L.01004) ml/hari
8. ajarkan teknik batuk efektif

( 1.01011)

2 04/11/21 Hipertermi b/d Proses Setelah dilakukan tindakan Tindakan : 1. Untuk mengetahui
penyakit d/d klien selama 3x24 jam diharapkan Observasi penyebab hipertermia
Jam 23.00 mengatakan demam (D. suhu tubuh dalam rentang 1. Identifikasi penyebab 2. Untuk menghetahui
0130) normal, dengan kriteria hasil : hipertermia suhu tubuh
1. Demam menurun 2. Monitor suhu tubuh 3. Untuk mengetahui
2. Akrosianosis menurun 3. Monitor elektralit elektralit
3. Konsumsi oksigen 4. Monitor haluaran urine 4. Untuk mengetahui
menurun 5. Monitor komplikasi akibat haluaran urine
4. Vasokonstriksi perifer hipertermia 5. Untuk mengetahui
menurun Terapeutik komplikasi akibat
5. Kutis meronta menurun 6. Sediakan lingkungan yang hipertermia
6. Pucat menurun dingin 6. Sediakan lingkungan
7. Takiardi menurun 7. Longgarkan atau lepaskan yang dingin
8. Bradikardi menurun pakaian 7. Berikan cairan oral
9. Hipoksia memurun 8. Berikan cairan oral
10. Suhu tubuh membaik 9. Lakukan pendinginan
11. Suhu kulit membaik eksternal
12. Kadar glukosa darah 10. Hindari pemeberian
membaik antipiretik atau aspirin
13. Pengisuaan kapiler Edukasi
membaik 11. Menganjurkan tirah baring
14. Ventilasi membaik Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
L.14134 intravena

1.15506
3 04/11/21 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi 1. Untuk mengetahui deficit
imobilitas d/d klien selama 3x24 jam diharapkan Observasi tingkat aktivitas
Jam 23.00 mengatakan sakit kaki toleransi aktivitas meningkat, 1. Identifikasi deficit tingkat 2. Untuk mengetahui
sebelah kanan dan sempat dengan kriteria hasil : aktivitas kemampuan berpartisipasi
bengkak kemerahan (D. 2. Identifikasi kemampuan dalam aktivitas tertentu
0056) a. Kemudahan dalam berpartisipasi dalam 3. Untuk mengetahui sumber
melakukan aktivitas aktivitas tertentu daya untuk aktivitas yang
sehari-hari meningkat 3. Identifikasi sumber daya diinginkan
b. Kecepatan berjalan untuk aktivitas yang 4. Untuk mengetahui strategi
meningkat diinginkan meningkatkan partisipasi
c. Jarak berjalan meningkat 4. Identifikasi strategi dalam aktivitas
2. Kekuatan tubuh bagian meningkatkan partisipasi 5. Untuk mengetahui makna
atas meningkat dalam aktivitas aktivitas rutin
3. Kekuatan tubuh bagian 5. Identifikasi makna 6. Untuk mengetahui respon
bawah meningkat aktivitas rutin emosional, fisik, social
4. Toleransi dalam menaiki 6. Monitor respon dan spirirutual terhadap
tangga meningkat emosional, fisik, social aktivitas
5. Keluhan lelah menurun dan spirirutual terhadap 7. Jadwalkan aktivitas dalam
6. Dyspnea saat aktivitas aktivitas rutunitas sehari-hari
menurun Terapeutik 8. Untuk menjelakan metode
7. Dyspnea setelah aktivitas aktivitas fisik sehari-hari
7. Sepakati komitmen untuk 9. Untuk menganjurkan
menurun
meningkatkan frekuensi melakukan aktivitas fisik,
8. Perasaan lemah menurun
dan rentan aktivitas social, spiritual dan
9. Aritmia saat aktivitas 8. Fasilitsi aktivitas fisik kognitif dalam menjaga
10. Aritmia setelah aktivitas rutin fungsi dan kesehatan
11. Warna kulit membaik 9. Libatkan keluarga dalam 10. Untuk menganjurkan
12. Tekanan darah membaik aktivitas terlibat dalam aktivitas
13. Frekuensi napas 10. Fasilitasi mengembangkan kelompok atau terapi
membaik motivasi dan penguatan
(L.05047) diri
11. Fasilitasi pasien dan
kelurga memantau
kemajuan sendiri untuk
mencapai tujuan
12. Jadwalkan aktivitas dalam
rutunitas sehari-hari
Edukasi
13. Jelakan metode aktivitas
fisik sehari-hari
14. Anurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
15. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi

(1.05186)
B. CATATAN PERAWATAN
Nama pasien : Ny. N
Ruang : 308
No.M.R. : 009801
Diagnosa Medis : Dypsnoe
Tgl/ No. DK Implementasi Tanda Tangan
Jam
1. Pola nafas tidak efektif b/d Manajemen jalan nafas
04/11/21 Hambatan upaya napas d/d klien Obsevasi
mengatakan mengalami batuk dan 1. monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Jam 23.00 sesak (D. 0005) 2. monitor bunyi nafas ( ronchi)
3. monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

terapeutik
4. posisikan semi-fowler
5. berikan minum hangat
6. lakukan fisioterapi dada

edukasi
7. anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
8. ajarkan teknik batuk efektif

( 1.01011)
04/11/21 2. Hipertermi b/d Proses penyakit d/d Tindakan :
Observasi
klien mengatakan demam (D. 0130)
Jam 23.00 1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor elektralit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Berikan cairan oral
9. Lakukan pendinginan eksternal
10. Hindari pemeberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
11. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

1.15506
04/11/21 3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas d/d Manajemen energi
klien mengatakan sakit kaki sebelah Observasi
Jam 23.00 kanan dan sempat bengkak kemerahan 1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
(D. 0056) 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin
6. Monitor respon emosional, fisik, social dan spirirutual
terhadap aktivitas
Terapeutik
7. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentan aktivitas
8. Fasilitsi aktivitas fisik rutin
9. Libatkan keluarga dalam aktivitas
10. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan
diri
11. Fasilitasi pasien dan kelurga memantau kemajuan
sendiri untuk mencapai tujuan
12. Jadwalkan aktivitas dalam rutunitas sehari-hari
Edukasi
13. Jelakan metode aktivitas fisik sehari-hari
14. Anurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual
dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
15. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi

(1.05186)
C. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Ny. N
Ruang : 308
No.M.R. : 009801
Diagnosa Medis : Dypsnoe

Hari ke-1
Tgl No. DK SOAP Tanda Tangan

1. Pola nafas tidak efektif b/d S : Pasien mengatakan masih ada batuk dan sesak
04/11/21 Hambatan upaya napas d/d klien
mengatakan mengalami batuk O :
Jam dan sesak (D. 0005)  KU: Lemas
23.00  Kesadaran : CM
 Terpasang O2 Nasal kanul 3Lt
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 22 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

05/11/21 2. Hipertermi b/d Proses penyakit d/d S : Pasien mengatkan badannya masih menggigil dan
klien mengatakan demam (D. merasa sedikit demam
Jam 0130) O:
10.00  KU: Lemas
 Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
RR: 22 x/menit
S: 37,5ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
06/11/21 3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas S : Pasien mengatakan masih sakit kaki sebelah kanan dan
d/d klien mengatakan sakit kaki sempat bengkak kemerahan
Jam sebelah kanan dan sempat O :
15.00 bengkak kemerahan (D. 0056)  KU: Lemas
 Kesadaran : CM
 Terlihat ada bengkak di kaki kanan
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Hari ke-2
Tgl No. DK SOAP Tanda Tangan

1. Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan S : Pasien mengatakan masih ada batuk tetapi sesak nya
04/11/21 upaya napas d/d klien mengatakan berkurang
mengalami batuk dan sesak (D.
Jam 0005) O:
23.00  KU: Sedang
 Kesadaran : CM
 Terpasang O2 Nasal kanul 3Lt
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 21x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

05/11/21 2. Hipertermi b/d Proses penyakit d/d S : Pasien mengatkan badannya sudah tidak menggigil
klien mengatakan demam (D. 0130) O:
Jam  KU: Sedang
10.00  Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
S: 36,9ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi
06/11/21 3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas d/d S : Pasien mengatakan masih sakit kaki sebelah kanan dan
klien mengatakan sakit kaki sebelah tidak begitu kemerahan
Jam kanan dan sempat bengkak O :
15.00 kemerahan (D. 0056)  KU: Sedang
 Kesadaran : CM
 Terlihat kemerahan dikaki sedikit berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Hari ke-3
Tgl No. DK SOAP Tanda Tangan

1. Pola nafas tidak efektif b/d S : Pasien mengatakan masih ada batuk tetapi sesak nya
04/11/21 Hambatan upaya napas d/d klien sudah hilang
mengatakan mengalami batuk
Jam dan sesak (D. 0005) O:
23.00  KU: Sedang
 Kesadaran : CM
 Terpasang O2 Nasal kanul 3Lt
 Pemeriksaaan TTV:
TD: 164/68 mmhg
N: 98x/menit
RR: 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

05/11/21 2. Hipertermi b/d Proses penyakit d/d S : Pasien mengatkan badannya sudah tidak menggigil
klien mengatakan demam (D. O :
Jam 0130)  KU: Sedang
10.00  Kesadaran : CM
 Pemeriksaaan TTV:
S: 36,2ºC
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

06/11/21 3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas S : Pasien mengatakan bengkak kaki sebelah kanan
d/d klien mengatakan sakit kaki berkurang dan tidak ada kemerahan
Jam sebelah kanan dan sempat O :
15.00 bengkak kemerahan (D. 0056)  KU: Sedang
 Kesadaran : CM
 Terlihat kemerahan dikaki tidak ada
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C . 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol
1 ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Muttaqin, Arif .2008.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson . 2005 . Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit vol 2 ed 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai