Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN TBC (TUBERCULOSIS) PARU MDR DIRUANG CENDANA.2

RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

Nama : Deti Damayanti

Jurusan : Profesi Ners Keperawatan

Nim : 211030230155

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN (TBC) TUBERCOLUSIS

A. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobakterium Tuberculosis. TB Paru merupakan penyakt infeksi yang

menyerang paruparu yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis,

namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini bisa menyerang organ tubuh

lain seperti otak, ginjal, tulang, dll (TB Ekstra Paru).

MDR / Resistensi Ganda adalah: M. tucerkulosis yang resisten minimal

terhadap Rifampisin dan INH secara bersamaan dengan atau tanpa OAT

lainnya. Terdapat lima jenis kategori resistensi terhadap obat TB :

1. Mono-resistance : kebal terhadap salah satu OAT

2. Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi

isoniazid dan rifampisin.

3. Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya

isoniazid dan rifampicin secara bersamaan.

4. Extensive drug-resistance (XDR) : TB- MDR ditambah kekebalan

terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya

salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan

amikasin)

5. Total drug resisten ( Total DR ) : Kekebalan terhadap semua OAT ( lini

pertama dan kedua ) yang sudah dipakai saat ini.


B. Etiologi

Penyebab dari Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) ini sama dengan

etiologi infeksi tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Pada TB

MDR, kuman Mycobacterium tuberculosis menjadi resisten terhadap paling

tidak dua dari pengobatan tuberkulosis yaitu isoniazid dan rifampicin.

Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan berkembangnya resistensi kuman

penyebab tuberkulosis menjadi TB MDR, seperti:

1. Seorang penderita TB tidak menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

2. Pemberian obat yang salah, meliputi jenis obat, dosis, dan lama

pengobatan TB.

3. Kualitas obat yang buruk.

4. Kurangnya ketersediaan obat TB.

5. konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB

MDR

Kuman Mycobacterium TB yang resisten terhadap sekurang-kurangnya

Isoniasid dan Rifampisin secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini

pertama yang lain, misalnya resisten HR,HRE,HRES. TB MDR juga lebih

berisiko terjadi kembali pada seseorang yang sebelumnya pernah terkena TB,

memiliki kelemahan sistem kekebalan tubuh, kontak dengan penderita TB

MDR, dan seorang yang berasal dari daerah dengan kasus TB resisten obat

yang tinggi.
Suspek TB MDR Pasien yang dicurigai TB-MDR adalah:

1. Kasus TB paru kronik: dibuktikan dengan rekam medis sebelumnya dan

riwayat penyakit dahulu.

2. Pasien TB paru yang gagal pada pengobatan kategori 2.

3. Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti

Kuinolon dan Kanamisin.

4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1.

5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah

sisipan dengan kategori 1.

6. TB paru kasus kambuh.

7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/pada pengobatan kategori 1dan atau

kategori 2.

8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR

9. Pasien koinfeksi TB dan HIV

C. Manifestasi Klinis

1. Gejala Respiratorik :

a. Batuk kering yang berangsur-angsur menjadi produktif lebih dari 3

minggu, kadangkadang bercampur dengan dahak

b. Sesak napas dan nyeri dada


2. Gejala Sistemik :

a. Demam terutama dimalam hari

b. Berkeringat dingin malam hari tanpa aktivitas atau sebab yang jelas

c. Penurunan napsu makan

d. Penurunan berat badan

D. Patofisiologi

Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) paling banyak didahului oleh

infeksi tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan

mengalami kekebalan obat akibat dua faktor yaitu:

1. Faktor Mikroorganisme Virulensi kuman menjadi lebih tinggi dengan

daya tahan yang tinggi. Keadaan yang menimbulkan tingginya faktor

virulensi ini adalah sifat kuman yang dapat menginfeksi tubuh pejamu

walaupun dalam jumlah yang kecil dan kemampuan kuman

Mycobacterium tuberculosis yang dapat bermutasi sehingga dapat

menahan diri terhadap reaksi peradangan oleh makrofag pada tubuh

pejamu. Kuman Mycobacterium tuberculosis memiliki protein yang dapat

menimbulkan apoptosis makrofag yang seharusnya memfagosit kuman.

Hal ini akan menimbulkan kerusakan jaringan yang semakin luas. Kuman

ini juga dapat mensintesis protein dan menimbulkan perubahan struktur

kuman sehingga kuman menjadi lebih resisten terhadap pemberian

antibiotik yang sebelumnya sudah digunakan.


2. Mekanisme terjadinya TB MDR terjadinya akibat faktor penyelenggara

kesehatan, faktor obat dan faktor pasien. Faktor penyelenggara kesehatan

antara lain disebabkan oleh keterlambatan diagnosis, petugas yang kurang

terlatih, pemantauan pengobatan yang tidak sesuai serta adanya fenomena

addition syndrome yaitu suatu obat yang ditambahkan pada satu paduan

yang telah gagal, jika kegagalan ini terjadi akibat kuman yang telah

resisten pada paduan yang pertama maka penambahan obat ini akan

meningkatkan resistensi. Faktor obat antara lain paduan,dosis dan lama

pengobatan yang tidak sesuai, serta toksisitas dan efek samping yang

mungkin terjadi. Faktor pasien yang berperan dalam TB MDR ini adalah

ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat, ketiadaan PMO

(Pengawas Minum Obat), kurangnya pengetahuan pasien terhadap infeksi

tuberkulosis dan adanya gangguan penyerapan obat. Pada beberapa

keadaan TB MDR sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV-AIDS.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi : Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi

berupa infiltrat, fibroinfiltrat/ fibrosis, konsolidasi/ kalsivikasi,

tuberkuloma, dan kavitas.

2. . Bronchografi : Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronchus atau kerusakan paru karena TB.


3. Laboratorium :

a. Darah : leukositosis/ leukopenia, LED meningkat

b. Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media

LJ, DST, GeneXpert

c. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm) Saat ini

uji kepekaan M.tuberculosis secara tepat ( rapid test ) sudah

direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai penampisan.

Metode yang tersedia adalah:

1) Line probe assey ( LPA )

a) Pemeriksaan molekuler yang di dasarkan pada PCA

b) Dikenal dengan Hain test/ Genotiype MDRTB plus

c) Hasil pemeriksaan dapat di peroleh dalam waktu kurang lebih

24 jam

d) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari

M.tuberculosiss yang resisten terhadap rifampisi ( R ) ternyata

juga resisten terhadap isoniasis ( H ) sehingga tergolong MDR

2) Gene Xpert Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu

kurang lebih 1-2 jam

F. Penatalaksanaan

Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu kepada strategi

DOTS. Dasar pengobatan terutama untuk keperluan membuat regimen obat-

obat anti TB, WHO guidelines membagi obat MDR-TB menjadi 5 group
berdasarkan potensi dan efikasinya, sebagai berikut (World Health

Organization, 2008) :

1. Grup pertama, pirazinamid dan ethambutol, karena paling efektif dan

dapat ditoleransi dengan baik. Obat lini pertama yang terbukti sebaiknya

digunakan dan digunakan dalam dosis maksimal.

2. Grup kedua, obat injeksi bersifat bakterisidal, kanamisin (amikasin), jika

alergi digunakan kapreomisin, viomisin. Semua pasien diberikan injeksi

sampai jumlah kuman dibuktikan rendah melalui hasil kultur negative

3. Grup ketiga, fluorokuinolon, obat bekterisidal tinggi, misal levofloksasin.

Semua pasien yang sensitif terhadap grup ini harus mendapat kuinolon

dalam regimennya

4. Grup empat, obat bakteriostatik lini kedua, PAS (paraaminocallicilic acid),

ethionamid, dan sikloserin. Golongan obat ini mempunyai toleransi tidak

sebaik obatobat oral lini pertama dan kuinolon.

5. Grup kelima, obat yang belum jelas efikasinya, amoksisilin, asam

klavulanat, dan makrolid baru (klaritromisin). Secara in vitro

menunjukkan efikasinya, akan tetapi data melalui uji klinis pada pasien

MDR TB masih minimal.

Ada tiga cara pendekatan pembuatan regimen didasarkan atas riwayat obat TB

yang pernah dikonsumsi penderita, data drug resistance surveillance (DRS) di

suatu area, dan hasil DST dari penderita itu sendiri. Berdasarkan data di atas
mana yang dipakai, maka dikenal pengobatan dengan regimen standar,

pengobatan dengan regimen standar yang diikuti dengan regimen yang sesuai

dari hasil DST individu penderita tersebut, dan pengobatan secara empiris

yang diikuti dengan regimen yang sesuai dari hasil DST individu penderita

tersebut.

Menurut WHO guidelines 2008 membuat pentahapan tersebut sebagai brikut

(World Health Organization, 2008):

Tahap 1 : gunakan obat dari lini pertama yang manapun yang masih

menunjukkan efikasi

Tahap 2 : tambahan obat di atas dengan salah satu golongan obat injeksi

berdasarkan hasil uji sensitivitas dan riwayat pengobatan

Tahap 3 : tambahan obat-obat di atas dengan salah satu obat golongan

fluorokuinolon

Tahap 4 : tambahkan obat-obat tersebut di atas dengan satu atau lebih dari

obat golongan 4 sampai sekurang-kurangnya sudah tersedia 4 obat yang

mungkin efektif

Tahap 5 : pertimbangkan menambahkan sekurang-kurangnya 2 obat dari

golongan 5 (melalui proses konsultasi dengan pakar TB MDR) apabila

dirasakn belum ada 4 obat yang efektif dari golongan 1 sampai 4.


Selain itu, ada beberapa butir dalam pengobatan MDR TB yang dianjurkan

oleh WHO (2008) sebagai prinsip dasar, antara lain (World Health

Organization, 2008) :

1. Regimen harus didasarkan atas riwayat obat yang pernah diminum

penderita.

2. Dalam pemilihan obat pertimbangkan prevalensi resistensi obat lini

pertama dan obat lini kedua yang berada di area / negara tersebut.

3. Regimen minimal terdiri 4 obat yang jelas diketahui efektifitasnya.

4. Dosis obat diberikan berdasarkan berat badan.

5. Obat diberikan sekurnag-kurangnya 6 hari dalam seminggu, apabila

mungkin etambutol,pirazinamid, dan fluoro kuinolon diberikan setiap hari

oleh karena konsentrasi dalam serum yang tinggi memberikan efikasi.

6. Lama pengobatan minimal 18 bulan setelah terjadi konversi.

7. Apabila terdapat DST, maka harus digunakan sebagai pedoman terapi.

DST tidak memprediksi efektivitas atau inefektivitas obat secara penuh.

8. Pirazinamid dapat digunakan dalam keseluruhan pengobatan apabila

dipertimbangkan efektif. Sebagian besar penderita MDR TB memiliki

keradangan kronik di parunya, dimana secara teoritis menghasilkan

suasana asam dan pirazinamid bekerja aktif.

Deteksi awal adalah faktor penting untuk mencapai keberhasilan Pengobatan

mendapat Obat anti tuberkulosis lini kedua minimal 4 jenis OAT yang masih
sensitif, dimana salah satunya adalah obat injeksi. Pada tahap lanjutan semua

OAT lini kedua yang dipakai pada tahap awal.pasien MDR TB terdiri atas dua

tahap, tahap awal dan tahap lanjutan. Pengobatan MDR TB memerlukan

waktu lebih lama daripada pengobatan TB bukan MDR, yaitu sekitar 18-24

bulan.

1. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat

mengakses pengobatan TB MDR yang baku dan bermutu.

2. Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang

mengandung OAT lini kedua.

Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji

kepekaan M. tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh TAK.

Bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, sebelum pengobatan dimulai, akan

dlakukan persiapan awal, termasuk pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

penunjang bertujuan untuk mengetahui data awal berbagai fungsi organ

(ginjal, hati, jantung) dan elekrolit. Jenis pemeriksaan penunjang yang

dilakukan adalah sama dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek

samping obat.
Persiapan sebelum pengobatan dimulai adalah:

1. pemeriksaan fisik :

a. Anamnesa ulang untuk memastikan kemungkinan adanya riwayat dan

kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti

sakit kuning (hepatitis), diabetes mellitus, gangguan ginjal, gangguan

kejiwaan, kejang, kesemutan sebagai gejala kelainan saraf tepi

(neuropati perifer). dll..

b. Pemeriksaan fisik diagnostik termasuk berat badan, fungsi

penglihatan, pendengaran, tanda-tanda kehamilan. Bila perlu

dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya saat pasien berstatus

sebagai suspek TB MDR.

2. Pemeriksaan kejiwaan. Pastikan kondisi kejiwaan pasien sebelum

pengobatan TB MDR dimulai, hal ini berguna untuk menetapkan

strategi konseling yang harus dilaksanakan sebelum, selama dan

setelah pengobatan pasien selesai.

3. Pemeriksaan penunjang :

1) Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

M.tuberculosis.

2) Pemeriksaan darah tepi lengkap, termasuk kadar hemoglobin (Hb),

jumlah lekosit.

3) Pemeriksaan kimia darah:


a) Faal ginjal: ureum, kreatinin

b) Faal hati: SGOT, SGPT.

c) Serum kalium Asam Urat

d) Gula Darah

4) . Pemeriksaan hormon bila diperlukan: Tiroid stimulating hormon (TSH)

5) Tes kehamilan.

6) Foto dada/ toraks.

7) Tes pendengaran ( pemeriksanaan audiometri)

8) Pemeriksaan EKG i. Tes HIV (bila status HIV belum diketahui).


G. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN TBC (TUBERCULOSIS)

PARU MDR DIRUANG CENDANA.2 RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

Nama : Deti Damayanti

Jurusan : Profesi Ners Keperawatan

Nim : 211030230155

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN TB PARU DI RUMAH

SAKIT RSUD KOTA TANGERANG RUANG CENDANA 2

A. Pengkajian

Jam : 17.00 wib


Pengkajian tgl : 28 September 2021 NO. RM : 00250285
Tanggal MRS : 28 September 2021 Dx. Masuk : TB Paru MDR
Ruang/Kelas : Cendana 2 Dokter yang merawat : Dr.Hesti

Nama : Ny.H Jenis Kelamin : perempuan


Umur : 54 tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : bpjs
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan utama :
Ny. H datang ke RS dengan keluhan utama mual dan muntah selama 5 hari sesak dua hari yang lalu

Riwayat penyakit saat ini : Tb Paru, Diabetes Melitus

Penyakit yang pernah diderita : -

Riwayat penyakt keluarga : -

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: ● baik  sedang  lemah Kesadaran:


Tanda vital TD: 90/76 Nadi: 82 x/mnt, Suhu :36 ºC RR:22 x/mnt

Pola nafas irama: ● Teratur  Tidak teratur


Pernafasan

Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain: takipnea


Suara nafas: ● verikuler  Stridor  Wheezing ● Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas  Ya ● Tidak Batuk  Ya  Tidak
Kardiovaskuler

Irama jantung: ● Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Nyeri dada:  Ya ● Tidak
Bunyi jantung: ● Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: ● < 3 dt > 3 dt
Akral: ● Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15
Persyarafan

Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:


Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:
Lain-lain:
Istirahat / tidur: 1x/perhari (tidak lama) Gangguan tidur: keengganan untuk tidur

Penglihatan (mata)
Pupil : ● Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : ● Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya ● Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : ●Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain

Kebersihan: ● Bersih  Kotor


Urin: Jumlah: 1000cc/hr Warna: kuning Bau: khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya ●Tidak


Nyeri tekan  Ya ● Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Nafsu makan:  Baik ●Menurun Frekuensi: 1 x/hari
Porsi makan:  Habis ● Tidak Ket: tidak nafus makan
Diet : lunak
Minum : 1500 cc/hari Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: ●Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa ● Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik 10 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya ●Tidak
Pembesaran lien  Ya ●Tidak
Buang air besar
Teratur: ● Ya Tidak
Konsistensi Bau: bau khas feses Warna: kuning
Lain-lain: belum BAB

Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas ● Terbatas


Kekuatan otot: 5 5
5 5 ket: tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: ● Baik  Sedang  Jelek
Odema: Ada ● Tidak ada Lokasi
Luka  Ada ● Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada ●Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Pembesaran Tyroid  Ya ● Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya ● Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya ● Tidak Pus  Ya  Tidak
Personal Higiene

Mandi : 1x sehari Sikat gigi : 2x sehari


Keramas : 1x seminggu Memotong kuku: teratur
Ganti pakaian : 1x sehari

Orang yang paling dekat: anak


Psiko-sosio-spiritual

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: pasien dapat bersosialisasi dengan baik
Kegiatan ibadah: keluarga mengatakan pasien sangat taat bribadah
Lain-lain :
Laboratorium

Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

Selasa, 28 HEMATOLOGI
September 2021 HEMOGLOBIN (HGB) 13,1 12,0-15,0 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 6,9 4,5-11,5 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 291 150-450 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 40 35-49 %
ERITROSIT 4,76 4,00-5,40 10^6/uL
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 3 1-3 %
Netutrofil segmen 68 50-70 %
Pemeriksaan penunjang

Limfosit L18 20-40 %


Monosit H11 2-8 %
Neutrofil Lymfocyte Ratio H39 <3,13
Absolute Lymfocyte Count 1200.00 /uL
Neutrofil Absolute 4730.00 /uL
KIMIA KLINIK
K/Ne/Cl?Ca++(Elektrolit)
Natrium 139 135-145 Mmol/L
Kalium 4,2 3,5-5,5 Mmol/L
Klorida (CI) 98 PI.heparin 1,03- Mmol/L
1,23
Kalsium Ion (Ca++) L.110 Serum : 1,12_1,32 Mmol/L

SGOT (AST) 15 < 40 U/L 37 C

SGPT (ALT) 19 0-41 U/L 37 C

Ureum 21 20,9-43,0 Mg/dL


Kreatinin 0,8 0,55-1,02 Mg/dL
Glukosa sewaktu H 201 70-120 Mg/dL

EKG
Radiologi/USG, dll
1. Curcuma 3x1
2. Apidra : 3x1
Terapi:

3. Omeprazole : 2x40gr
4. Sucralfat : 3x1
5. Carvedilot : 1x1
6. Simvastatin : 1x20mg
7. Raniptil : 1x5gr

B. Analisa Data

No Analisa Data Problem Etiologi


1. Ds : Defisit Nutrisi Faktor Psikologis
Klien mengatakan mual muntah sudah 5 hari (D.0019)
Klien mengatakan sesak dua hari yang lalu
Klien mengatakan batuk
Do :
Klien terlihat cemas
Klien terlihat lemas
Klien terpasang infus RL 2000 cc/24jam
Hasil pemeriksaan ttv :
Td : 95/60mmhg
N : 85x/menit
Rr : 22x/menit
S : 36,7
SPO2 : 96
O2 : Room Air

2. Ds : Pola nafas tidak efektif Kecemasan


Klien mengatakan sesak dua hari yang lalu (D.0005)
DO :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat cemas
Rr : 22x/menit
SPO2 : 96
O2 : Room Air
3. Ds : Gangguan pola tidur Hambatan
Klien mengatakan tidak bisa tidur, terbangun (D.0055) lingkungan
terus
Do :
Klien terlihat lemas
C. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit nutrisi b/d faktor nutrisi d/d Klien mengatakan mual muntah sudah

5 hari, Klien mengatakan sesak dua hari yang lalu, Klien mengatakan

batuk, Klien terlihat cemas, Klien terlihat lemas, Klien terpasang infus RL

2000 cc/24jam, Hasil pemeriksaan ttv : Td : 95/60mmhg, N : 85x/menit,

Rr : 22x/menit, S : 36,7, SPO2 : 96, O2 : Room Air

2. Pola nafas tidak efektif b/d kecemasan d/d Klien mengatakan sesak dua

hari yang lalu, Klien terlihat lemas, Klien terlihat cemas

3. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan d/d klien tidak bisa tidur

terbangun terus, klien terlihat lemas

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1. Defisit nutrisi b/d faktor Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi d/d Klien Definisi : keadekuatan Definisi : mengidentifikasi
mengatakan mual muntah asupan nutrisi unuti dan mengelola asupan
sudah 5 hari, Klien memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang.
mengatakan sesak dua hari metabolisme. (L.03030). (1.03119)
yang lalu, Klien setelah dilakukan tindakan Observasi :
mengatakan batuk, Klien keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi nutrisi
terlihat cemas, Klien jam diharapkan status 2. Identfikasi alergi
terlihat lemas, Klien nutrisi membaik dengan makanan
terpasang infus RL 2000 kriteria hasil : Terapeutik
cc/24jam, Hasil 1. Porsi makan yang 1. Sajikan makanan yang
pemeriksaan ttv : Td : dihabiskan meningkat sesuai dan menarik
95/60mmhg, N : (5) 2. Berikan suplemen
85x/menit, Rr : 22x/menit, 2. Kekuatan otot makanan jika perlu
S : 36,7, SPO2 : 96, O2 : mengunyah meningkat Edukasi
Room Air (5) 1. Anjurkan posisi duduk
3. Verbalisasi keinginan jika mampu
untuk mrningkatkan Kolaborasi
nutrisi meningkat (5) 1. Kolaborasi dengan ahli
4. Frekuensi makan gizi mengenai kalori
membaik (5) yang dibutuhkan pasien
5. Nafsu makan membaik
(5)
2. Pola nafas tidak efektif b/d Pola Napas Manajemn jalan napas
kecemasan d/d Klien Definisi : inspirasi dan / Definisi : mengidentifikasi
mengatakan sesak dua hari atau ekspirasi yang dan mengelola kepatenan
yang lalu, Klien terlihat memberikan ventilasi jalan napas (1.01011)
lemas, Klien terlihat cemas adekuat (L.01004) Observasi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas
keperawatan selama (frekuensi, kedalaman,
3x24jam pola napas usaha napas)
membaik dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas
hasil : tambahan (gurgling,
1. Tekanan ekspirasi mengi, whezeeng,
meningkat (5) ronkhi)
2. Tekanan inspirasi Terapeutik :
meningkat (5) 1. Posisikan semi fowler
3. Dispnea menurun (5) atau fowler
4. Frekuensi nafas 2. Berikan minun air
membaik (5) hangat
3. Bantu ADL pasien
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan
(RL 2000ml/24 jam)
3. Gangguan pola tidur b/d Pola Tidur Dukungan Tidur
hambatan lingkungan d/d Definisi : keadekuatan Definisi : memfasilitasi
klien tidak bisa tidur kualitas dan kuantitas tidur siklus tidur dan terjaga
terbangun terus, klien (L.05055) yang teratur.
terlihat lemas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1. Identifikasi pola
3x24jam pola tidur aktivitas tidur
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi faktor
hasil : pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik :
menurun (1) 1. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan tidak puas tidur 2. Lakukan prosedur
menurun (1) untuk meningkatkan
3. Keluhan isitirahat tidur kenyamanan
tidak cukup menurun (1) Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur.

E. Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Ny.H Nama Mahasiswa : Deti Damayanti

Ruang : Cendana 2 Nim : 211030330155

Tgl/Ja No.Dx Implementasi Evaluasi


m
28/09/2 1 3. Mengidentifikasi nutrisi S :Klien mengatakan mual
1 4. Mengidentfikasi alergi O : klien terlihan lemas
17.00 makanan A : Intervensi belum teratasi
5. Menyajikan makanan yang P : intervensi dilanjutkan
sesuai dan menarik
20.30 2 3. Memonitor pola napas S : klien mengtakan masih sesak
(frekuensi, kedalaman, usaha O : klien terlihat cemas
napas) Rr : 22x/menit
4. Memonitor bunyi napas SPO2 : 96
tambahan (gurgling, mengi, O2 : Room Air
whezeeng, ronkhi) A : Intervensi belum tertasi
P : Intervensi dilanjutkan
21.00 3 3. Mengidentifikasi pola aktivitas S : klien mengatakan tidak bisa
tidur tidur
4. Mengidentifikasi faktor O : klien terlihat lemas
pengganggu tidur A : intervensi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


29/09/21 1 3. menyajikan makanan yang S :Klien mengatakan mual
13.00 sesuai dan menarik O : klien terlihat lemas
4. memberkan suplemen makanan A : Intervensi belum teratasi
(Curcuma 3x1) P : intervensi dilanjutkan

15.00 2 1. memposisikan semi fowler S : klien mengtakan masih sesak


2. membantu rasa nyaman O : klien terlihat cemas
3. mebantu ADL klien Rr : 22x/menit
4. mengantjurkan asupan cairan SPO2 : 97
(RL/6jam) O2 : kanul nasal 3 Lpm
A : Intervensi belum tertasi
P : Intervensi dilanjutkan
21.00 3 1. Memodifikasi lingkungan S : klien mengatakan tsedikit bisa
2. melakukan prosedur untuk tidur
meningkatkan kenyamanan O : klien terlihat sudah tidak
terlalu lemas
A : intervensi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Tgl/Ja No.Dx Implementasi Evaluasi


m
30/09/2 1 2. menganjurkan posisi duduk jika S :Klien mengatakan mual
1 mampu O : klien terlihan lemas
13.00 3. Berkolaborasi dengan ahli gizi A : Intervensi belum teratasi
mengenai kalori yang P : intervensi dilanjutkan
dibutuhkan pasien
15.00 2 1. memposisikan semi fowler S : klien mengtakan masih sesak
2. membantu rasa nyaman O : klien terlihat cemas
3. mebantu ADL klien Rr : 22x/menit
mengantjurkan asupan cairan SPO2 : 96
(RL500ml/6jam) O2 : Room Air
A : Intervensi belum tertasi
P : Intervensi dilanjutkan
21.00 3 4. Menjelaskan pentingnya tidur S : klien mengatakan sudah bisa
cukup selama sakit tidur
5. Mengajurkan menepati O : klien terlihat masih sedikit
kebiasaan waktu tidur. lemas
6. Menganjurkan menghindari A : intervensi teratasi sebagian
makanan/minuman yang P : Intervensi dilanjutkan
mengganggu tidur.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Kperawatan Indonesia : Definisi dan indiktor


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Kperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Kperawatan Indonesia : Definisi
Hasanah, U. LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS MDR.

Anda mungkin juga menyukai