OLEH :
NS2104008
(…………..………………) (…………..………………)
2. Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid dan
rifampisin.
4. Extensive drug-resistance (XDR) : TB- MDR ditambah kekebalan terhadap salah salah
satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua
(kapreomisin, kanamisin, dan amikasin)
5. Total drug resisten ( Total DR ) : Kekebalan terhadap semua OAT ( lini pertama dan kedua
) yang sudah dipakai saat ini.
II. ETIOLOGI
Kuman Mycobacterium TB yang resisten terhadap sekurang-kurangnya Isoniasid
dan Rifampisin secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain,
misalnya resisten HR,HRE,HRES.
Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah satu atau
lebih kriteria suspek dibawah ini:
Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini
membuat obat tidak efektif melawan basil mutan. Mutasi terjadi spontan dan
berdiri sendiri menghasilkan resistensi OAT. Sewaktu terapi OAT diberikan
galur M. Tb wild type tidak terpajan. Diantara populasi M. Tb wild type
ditemukan sebagian kecil mutasi resisten OAT. Resisten lebih 1 OAT jarang
disebabkan genetik dan biasanya merupakan hasil penggunaan obat yang tidak
adekuat. Sebelum penggunaan OAT sebaiknya dipastikan M. Tb sensitif
terhadap OAT yang akan diberikan. Sewaktu penggunaan OAT sebelumnya
individu telah terinfeksi dalam jumlah besar populasi M. Tb berisi organisms
resisten obat. Populasi galur M. Tb resisten mutan dalam jumlah kecil dapat
dengan mudah diobati. Terapi Tb yang tidak adekuat menyebabkan proliferasi
dan meningkatkan populasi galur resisten obat. Kemoterapi jangka pendek
pasien resistensi obat menyebabkan galur lebih resisten terhadap obat yang
digunakan atau sebagai efek penguat resistensi. Penularan galur resisten obat
pada populasi juga merupakan sumber kasus resistensi obat baru.
Meningkatnya koinfeksi Tb HIV menyebabkan progresi awal infeksi MDR Tb
menjadi penyakit dan peningkatan penularan MDR Tb.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi :
Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi berupa infiltrat, fibroinfiltrat/
fibrosis, konsolidasi/ kalsivikasi, tuberkuloma, dan kavitas.
2. Bronchografi :
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
3. Laboratorium :
Darah : leukositosis/ leukopenia, LED meningkat
Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media LJ,
DST, Gene-Xpert
Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Saat ini uji kepekaan M.tuberculosis secara tepat ( rapid test ) sudah
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai penampisan.
Metode yang tersedia adalah:
a. Line probe assey ( LPA )
b. Gene Xpert
Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 1-2 jam
VI. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu kepada strategi
DOTS.
1. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat
mengakses pengobatan TB MDR yang baku dan bermutu.
2. Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang
mengandung OAT lini kedua. Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan bila
terjadi perubahan hasil uji kepekaan M. tuberculosis dengan paduan baru
yang ditetapkan oleh TAK.
Bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, sebelum pengobatan dimulai, akan
dlakukan persiapan awal, termasuk pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang bertujuan untuk mengetahui data awal berbagai fungsi organ (ginjal,
hati, jantung) dan elekrolit. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
sama dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek samping obat.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
a. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak
terjadi indeksi terhadap penyebaran
Kriteria Hasil :
Pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
penyebaran infeksi, melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
a. Intruksikan kepada klien jika bersin atau batuk menggunakan tissue
b. Jelaskan pentingnya menggunakan alat untuk mengontrol infeksi seperti
masker
c. Monitor suhu sesuai indikasi
d. Anjurkan klien untuk tidak menghentikan terapi
e. Berikan makanan seimbang
f. Kolaborasi pemberian agen anti infeksi
g. Monitor pemeriksaan sputum