Definisi
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri
ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada
kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasidroplet yang berasal dari orang yang terinfeksi
bakteri tersebut.
2. Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak dapat berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berasal
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human dapat berasal
dari bercak ludah dan diudara yang berasal dari penderita TB, dan orang yang rentan
terinfeksi bila menghirupnya.
Menurut Wim De Jong , TB dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase, yaitu :
a. Fase 1
Masuk kedalam paru dan berkembangbiak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh.
b. Fase 2
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh.
c. Fase 3
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika
terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang
panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf hilus, leher dan ginjal.
d. Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ yang
lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.
3. Manifestasi Klinis
a. Demam 40-41oc serta aa batuk/batuk darah
b. Sesak napas dan nyeri dada
c. Malaise, keringat malam
d. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
f. Pada anak :
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
- Demam tanpa sebab yang jelas, terutama jika berlangsung selama 2 minggu.
- Batuk lebih dari 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa.
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
obat tambahan :
1. Obat Anti Tuberculosis (OTA)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan
- Rifampisin
- INH
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
b. Kombinasi dosis tetap yang digunakan
- Empat obat anti tuberculosis dalam satu tablet yaitu : rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg.
- Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet yaitu : rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
c. Jenis obat tambahan lainnya
- Kanamisin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian, makrolid, amoksilin+asam klavulanat
- Derivate rifampisin dan INH
2. Paduan Obat Anti Tuberculosis
a. TB paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitive dengan lama
pengobatan selama 1-2 tahun.
b. TB paru kasus lalai berobat
- Penderita yang menghentikan pengobatannya <2 minggu, pengobatan OAT
dilanjutkan sesuai jadwal.
- Penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu.
- Berobat ≥4 bulan, BTA negative dan klinik, radiologic negative, pengobatan
OAT STOP.
- Berobat >4 bulan BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
c. TB paru kasus kronik
- Jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji
resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 2 macam
OAT yang masih sensitive dengan H tetap diberikan walaupun resisten)
ditambah dengan obat lain seperti kuinolon, betalaktam, makrolid.
- Jika tidak mampu dapat diberikan obat INH seumur hidup. Pertimbangkan
pembedan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.
- Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke spesialis paru.
3. Pengobatan Suportif/Simptomatik
a. Penderita rawat jalan
- Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberculosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya).
- Bila demam dapat diberikan obat penurun demam.
- Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau
keluhan lain.
b. Penderita rawat inap
- TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : batuk darah, keadaan umum buruk,
pneumothoraks, empyema, efusi pleura massif/bilateral, sesak napas berat
(bukan karen efusi pleura).
- TB diluar paru yang mengancam jiwa : TB paru milier, meningitis TB.
4. Terapi pembedahan
a. Indikasi mutlak
- Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif.
- Penderita batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
- Penderita dengan fistula bronkopleura dan empyema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif.
b. Indikasi relative
- Penderita dengan dahak negative dengan batuk darah berulang.
- Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.
- Sisa kaviti yang menetap.
5. Tindakan invasive (selain pembedahan)
a. Bronkoskopi
b. Punki pleura
c. Pemasangan WSD
6. Kriteria sembuh
a. BTA mikroskopi negative dua kali (pada akhir fase intensif dan ahkir pengobatan)
dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
b. Pada foto thoraks, gambaran radiologic serial tetap sama/perbaikan.
c. Bila ada fasilotas biakan, maka biakan ditambahi biakan negative.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer,dkk(1999) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien dengan
tuberculosis paru yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30—70% pasien yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) : merupakan uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil
TB.
d. Tes mantoux/Tuberkulin : merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik polymerase chain reaction : deteksi DNA kuman secara spesifik melalui
amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat
mendeteksi adanya resistensi..
f. Becton dickinson diagnostic instrument system (BACTEC) : deteksi growth indeks
berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolismeasam lemak oleh mikobakterium
tuberculosis.
g. MYCODOT : deteksi antibody menggunakan antigen liporabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam
jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
h. Pemeriksaan radiologi rontgen thorak PA dan lateral
Gambaran foto thorak yang menunjang diagnose TB yaitu :
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apical lobs bawah.
- Bayangan berwarna patchy atau bercak nodular
- Adanya kavitas tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7. Komplikasi
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f. Infusiensi kardio pulmoner
B. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d secret kental dan mengandung
nanah, Fatigue, kemampuan batuk kurang, edema trachea/faring
b. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d perasaan mual, batuk
produktif.
d. Risiko penyebaran infeksi b/d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri,
kerusakan jaringan, malnutrisi, paparan lingkungan, kurangnya pengetahuan untuk
mencegah paparan kuman pathogen.
C. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan Tujaun/KH Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Jalan napas Independen
napas tidak bersih dan a. Mengkaji fungsi
a. Adanya perubahan fungsi
efektif b/d Sekret efektif respirasi antara lain respiasi dan penggunaan
kental atau setelah….hari suara, jumlah, otot tambahan menandakan
mengandung perawatan irama, dan kondisi penyakit yang masih
darah Fatigue KH : kedalaman napas dalam kondisi penanganan
Kemampuan a. Pasien serta catatan pula penuh.
batuk kurang menyatakan mengenai
Edema trakea / bahwa batuk penggunaan otot
b. Ketidakmampuan
faring berkurang, napas tambahan. mengeluarkan secret
tidak ada sesak b.Mencatat menjadikan timbulnya
dan secret kemampuan untuk penumpukan berlebihan
berkurang. mengeluarkann pada saluran pernapasan.
b.suara napa secret/batuk c. posisi semi/high fowler
normal secara efektif. memberikan kesempatan
(vesikuler) paru-paru berkembang
c.frekuensi c.Mengatur posisi secara maksimal akibat
napas 16-20 tidur semi diafragma turun ke bawah.
kali permenit atau high fowler. Batuk efektif mempermudah
(dewasa) Membantu ekspektorasi mucus.
d. tidak ada pasien untuk
d. Pasien dalam kondisi
dispnea berlatih batuk sesak cenderung untuk
secara efektif dan bernapas melalui mulut
menarik yang jika tidak
napas dalam ditindaklanjuti akan
mengakibatkan stomatitis.
e. Air digunakan untuk
d. membersihkan menggantikan
secret dari keseimbangan cairan tubuh
dalam mulut dan akibat cairan banyak keluar
trachea, melalui pernapasan. Air
suction jika hangat akan mempermuda
memungkinkan. pengenceran secret melalui
proses konduksi yang
mengakibatkan arteri pada
e. Memberikan area sekitar leher
minum kurang vasodilatasi dan
lebih 2.500 ml/hari, mempermudah cairan dalam
menganjurkan pembuluh darah dapat diikat
untuk minum
dalam kondisi oleh mucus/secret.
hangat jika tidak
ada kontra indikasi.a. Berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial O2
dan saturasi O2 dalam
darah.
b. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak
Meningkatkan/
memperlebar saluran udara.
Kolaborasi Mempertebal dinding
a. Memberikan O2 saluran udara (bronchus)
udara inspirasi
yang lembap.
b. Memberikan
pengobatan atas
indikasi : c. Menurunnya keaktifan
1) Agen mukolitik, dari mikroorganisme akan
misal: Acetilcystein menurunkan respons
(mucomyst) inflamasi sehingga akan
2) Bronkodilator berefek pada berkurangnya
misal: Theophyline, produksi secret.
Oxtriphyline
3) Kortikosteroid
(prednisone), misal:
Dexamethason.
c. Memberikan
agen anti infeksi ,
misal :
1) Obat primer :
Isoniazid (INH),
Ethambutol (EMB),
Rifampisin (RMP).
2) Pyrazinamide
(PZA), Para Amino
Slicilic (PAS),
Streptomycin.
3) Monitor
pemeriksaan
Laboratorium
(sputum)
2. Ketidakefektifan Tujuan : dalam
a. Identifikasi a. Dengan
pola pernapasan waktu 3x24 factor penyebab. mengidentifikasikan
b/d menurunnya jam setelah penyebab, kita dapat
ekspansi paru diberikan menentukan jenis efusi
sekunder intervensi pola pleura sehingga dapat
terhadap napas kembalib. Kaji fungsi mengambil tindakan yang
penumpukkan efektif. pernapasan, catat tepat.
cairan dalam KH : kecepatan b. Distress pernapasan dan
rongga pleura. a. Klien mampu pernapasan, perubahan tanda vital dapat
melakukan dispnea, sianosis, terjadi sebagai akibat stress
batuk efektif. dan perubahan fisiologi dan nyeri atau
b. Irana, tanda vital. dapat menunjukkan
frekuensi, dan terjadinya syok akibat
kedalaman hipoksia.
pernapasan c. Berikan posisic. Posisi fowler
berada pada fowler/semifowler memaksimalkan ekspansi
batas normal, tinggi dan miring paru dan menurunkan upaya
pada pada sisi yang bernapas. Ventilasi
pemeriksaan sakit, bantu klien maksimal membuka area
rontgen dada latihan napas dalam atelektasis dan
tidak dan batuk efektif. meningkatkan gerakan
ditemukan secret ke jalan napas besar
adanya d. Auskultasi bunyi untuk dikeluarkan.
akumulasi napas d. Bunyi napas dapat menurun
cairan, bunyi atau tidak ada pada area
napas kolaps yang meliputi satu
terdengar lobus, segmen paru, atau
jelas. e. Kaji seluruh area paru.
pengembangan e. Ekspansi paru menurun
dada sdan posisi pada area kolaps. Deviasi
trachea. trakea kea rah sisi yang
sehat pada tension
pneumothorak.
f. Kolaborasi untukf. Bertujuan sebagai
tindakan evakuasi cairan atau udara
thorakosentesis dan memudahkan ekspansi
atau WSD paru secara maksimal.
g. Bertujuan sebagai evakuasi
cairan atau udara dan
g. Bila dipasang memudahkan ekspansi paru
WSD : periksa secara maksimal.
mengontrol h. Air dalam botol
pengisap dan penampung berfungsi
jumlah isapan yang sebagai sekat yang
benar. mencegah udara atmosfer
h. Periksa batas masuk kedalam pleura.
cairan pada botoli. Gelembung udara selama
pengisap dan ekspirasi menunjukkan
pertahankan pada keluarnya udara dari pleura
batas yang sesuai dengan yang
ditentukan. diharapkan. Gelembung
i. Observasi biasanya menurun seiring
gelembung udara dengan bertambahnya
dalam botol ekspansi paru. Tidak adanya
penampung gelembung udara dapat
menunjukkan bahwa
ekspansi paru sudah optimal
atau tersumbatnya selang
drainese.
j. Deteksi dini terjadinya
komplikasi penting seperti
berulangnya
pneumothoraks.