DISUSUN OLEH :
NIM : 124021202009
TINGKAT III B
AMBON
BAB II
TINJUAN TEORI
1. Definisi
seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tetapi yang paling banyak adalah paru-paru. (Nurarif,
2013)
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru
2. Etiologi
Penyebab tuberkolosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tubercolosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi
yang menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet)
diudara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara. (Wim de jong et al. 2005)
a. Demam 40-41oC
b. Batuk/batuk berdarah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Malaise
f. Keringat malam
i. Pada anak
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
4. Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air
borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai
tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah
lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria
namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
5. Pathways
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau
b. Foto toraks, dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal paada arrea paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer,atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga,
area fibrosa.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal.
Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
3) Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami
7. Penatalaksanaan
1. Istirahat
Tidak perlu dirawat inap
2. Diet
3. Medikamentosa
c. Lama : Berbulan-bulan/tahun
d. Bila obat pertama sudah diganti, di anggap sudah resisten terhadap obat tersebut.
8. Komplikasi
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
INH (Isoniazid)
Rifampisin
Ethambutol
Streptomisin
Pirazinamide
Kapreomisin
Sikloserine
Etnahionamide
Viomisin
Kanamisin
3. Alternative drugs
Thioasetazone
Streptomisin
Ethamburol
Pirazinamide
Rifampisin
Ethambutol
Strepyomisin
Di berikan 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan. Dengan demikian lamanya pengobatan 6-
9 bulan.
BAB II
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak–desakan, kurang
cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien
tentang penyakitnya.
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah
klien.
7) Pemeriksaan fisik
a) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai --Inspeksi : adanya tanda –
tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas
melemah.
-Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.
c) Sistem pengindraan
d) Sistem kordiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem muskuloskeletal
g) Sistem neurologis
h) Sistem genetalia
8) Pemeriksaan Diagnostik
Kultur Sputum
Zeihl-Neelsen
Tes Kulit
Foto Thorak
Histologi
Elektrosit
GDA
3. Rencana Asuhan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan napas.
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas kembali efektif. Dengan kriteria hasil:
Klien mampu melakukan batuk efektif
Pernafasan klien normal (16x20 x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Bunyi nafas normal, Ronchi -/-
Pergerakan pernafasan normal
Intervensi:
1) Kaji fungi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu
pernafasan
Rasional: Vital sign merupakan gambaran keadaan umum klien dan dapat dijadikan sebagai
indikasi untuk pemberian tindakan keperawatan selanjutnya.
Rasional: Posisi yang tidak menekan diafragma akan mempermudah ekspansi atau
pengembangan paru dan posisi yang tepat yang dapat mempermudah mengeluarkan sekresi.
Rasional: Teknik batuk yang efektif dapat menghasilkan udara paru yang maksimal sehingga
dapat mengurangi penumpukan sekresi yang berlebihan disaluran napas dan dapat
meningkatkan rasa nyaman
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
hypertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Intervensi:
Rasional: Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat
mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nitrisi yang
tidak adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nutrisi pasien dapat terpenuhi. Makanan masuk, berat badan pasien ideal, mual, muntah hilang.
Intervensi:
Rasional : kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama dirawat di rumah
sakit
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat (diet TKTP)
Rasional: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolic dan diet
Intervensi
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC