Nyaman pada Kasus Otitis Media Akut Terhadap An.N Di Ruang Anak
RST Dr. J. A. Latumeten Ambon
DISUSUN OLEH :
DISAHKAN OLEH
KAUR MINDIK INSTITUSI PENDIDIKAN
Robbins & Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan kronik paling
sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika
disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika me ngalami infeksi
bakteri.
Soepardi et al.,ed. (2007) mengklasifikasikan otitis media seperti bagan di bawah
ini:
Otitis Media
2. Patofisiologi
Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan terjadinya otitis media akut
adalah akibat adanya bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat
kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga bisa masuk telinga tengah
bila ada perforasi membrana timpani.
4. Stadium OMA
a. Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam
telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
c. Stadium supurasi
Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan tidak
berkurang, akan terjadi iskemia, thrombophlebitis dan nekrosis mukosa serta
submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulen kuman yang tinggi,
dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan
turun, dan dapat tidur tenang.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya
tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Williams & Wilkins (2011) menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk
gangguan telinga adalah sebagai berikut:
a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh,
bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
b. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk
mengetahui organisme penyebab.
c. Laboratorium
1) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat menunjukkan
organisme penyebab
2) Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis
6. Penatalaksanaan
Menurut Williams & Wilkins (2011), penatalaksanaan otitis media akut
meliputi:
a. Terapi antibiotik, seperti amoksilin
b. Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen
c. Sedatif (pada anak kecil)
d. Terapi dekongestan nasofaring
7. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), komplikasi otitis media akut meliputi
komplikasi sekunder mengenai mastoid dan komplikasi intrakranial serius, seperti
meningitis atau abses otak dapat terjadi meskipun jarang. Sedangkan menurut
Williams & Wilkins (2011), komplikasi otitis media akut antara lain:
a. Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan
b. Perforasi yang terjadi secara terus-menerus
c. Otitis media kronik
d. Mastoiditis
e. Meningitis
Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen). Penyebab
meningitis antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea pda basis kranial yang
memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.
Angka kejadian meningitis di dunia adalah 1-3 orang per 100.000 orang.
Terdapat 11 pasien penderita meningitis dari 4160 kasus otitis media supuratif
kronik.
f. Kolesteatoma
g. Abses, septikemia
h. Limfadenopati, leukositosis
i. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis
j. Vertigo
8. Prognosis
Prognosis pada Otitis Media Akut baik apabila diberikan terapi yang adekuat
(antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup ).
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Aman Nyaman pada
Kasus Otitis Media Akut Terhadap An.N Di Ruang Anak RST Dr. J. A. Latumeten
Ambon
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N No. Regester : 25 43 90
Tempat/Tanggal/Lahir : Ambon, 27 Mey 2010
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Ambon/indonesia
Agama : Islam
Status Marieta :-
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Alamat : Kebun Cengkeh
Tanggal MRS : 13 november 2020
Diagnosa Medis : Otitis Media Akut (OMA)
Alasan Dirawat : Keluar cairan bening sedikit kental pada telinga
kanan
o
Keluhan Utama : Suhu tubuh klien masih tinggi yaitu 38,6 C.
Terdapat cairan bening sedikit kental pada telinga
kanan. Klien batuk dan pilek dengan sputum.
7. Diagnosa medik:
Otitis Media Akut (OMA)
III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kanak-kanak: pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain sejak
kecil.
b. Kecelakaan: pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.
c. Pernah dirawat: pasien mengatakan tidak pernah di rawat di RS sebelumnya
d. Operasi: pasien mengatakan pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
2. Alergi
pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat atau makanan apapun.
3. Imunisasi
pasien mengatakan tidak lengkap imunisasinya
4. Kebiasaan
pasien mengatakan kebiasaannya setiap hari belajar dan sekolah
5. Obat-obatan
pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang kecuali obat-
obatan yang di resepkan oleh dr pada saat klien sakit
6. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
- Berat badan : 33 Kg
- Tinggi Badan : 127 cm.
- Jenis makanan : Nasi, lauk, sayur.
- Makanan yang disukai : Semua jenis makanan
- Makanan yang tidak disukai : -
- Makanan pantantangan :-
- Nafsu makan : ( √ ) Baik
- Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : -
Perubahan setelah sakit :
- Jenis diet : Makanan bubur
- Nafsu makan : Baik
- Rasa mual : Tidak ada
- Porsi makan : Dihabiskan pelahan
- Cairan : Intake 3 gelas (750 cc/hari)
- IVFD : tidak terpasang
7. Pola eliminasi
Sebelum Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 2 kali/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : pagi dan sore
Konsistensi : Normal
b. Buang air kecil
Frekuensi : 3 kali/hari ± 500cc
Warna : Kuning
Bau : Pesing
Keluhan Lain : Tidak ada
Perubahan setelah Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1 x/hari
penggunaan pencahar :-
Waktu : Tidak menetu
Konsistensi : Lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 1 kali/hari ± 200cc
Warna : Kuning
Bau : Pesing
Keluhan Lain : Kencing sedikit
31
35
15 13 10
Keterangan :
Komentar:
G1 : Kakek dan Nenek pasien telah meninggal dunia karena faktor usia .
G2 : nenek dari ibu pasien anak ke kedua dari empat bersaudara sedangkan kakek
dari ayah pasien adalah ayah tiri pasien sejak kecil dan tidak memiliki riwayat
penyakit menular
G3 : ayah klien anak pertama dari dua bersaudara dan ibu klien anak terakhir dari tiga
bersaudara tidak memiliki riwayat penyakit menular.
G4 : klien anak terakhir dari tiga bersaudara.
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Pada saat dilakukan pengkajian lingkungan sekitar klien terlihat bersih, tidak ada
keadaan yang akan membahayakan klien.dan klien tinggal di lingkungan di sekitarnya
rumah klien bersih, tidak ada polusi udara.
2. Kepala
a. Inspeksi :
Bentuk Kepala : normal
Kesimetrisan Muka, Tengkorak : simetris kiri – kanan
Warna/distribusi rambut/kulit kepala : hitam panjang, tipis, bersih
b. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan dan massa pada kepala
3. Mata
a. Inspeksi:
- Kelopak mata : Udem
- Konjungtiva : Anemis/pucat
- Skelera : Tidak ikterus
- Pupil : Isokor kiri dan kanan
- Reaksi terhadap cahaya : Ada reflex terhadap cahaya
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada massa tumor
c. Lain-lain.
Fungsi penglihatan:
pasien tidak ada ganguan dalam penglihatan
4. Telinga
a. Inspeksi
Nampak simetris kiri dan kanan
Tidak Nampak ada massa/benjolan
b. Palpasi:
Daun telinga lentur jika di tekuk ke depan, daun telinga akan kembali
ke posisi normal jika di lepas,
Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga.
5. Hidung
a. Inspeksi:
Tidak nampak ada epitaksis (perdarahan),
Tidak ada rinore,
Kemampuan penciuman baik,
Tidak ada pernapasan cuping hidung,
Tidak nampak adanya polip
b. Palpasi:
Tidak terdapat adanya obstruksi dan sinusitis,
Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
c. lain-lain:-
Infus : D5 1/4900cc/hari
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan : - Pasien tampak gelisah
1. Ibu pasien mengatakan demam N : 110x/menit
sudah 2 minggu P : 22x/menit
2. Ibu pasien mengtakan badan terasa S : 38,50C
panas dan pusing BB 33 kg
3. Ibu pasien mengatakan batuk pilek - Kulit teraba hangat
selama demam - Terdapat sputum/dahak pada pasien
4. Ibu pasien mengatakan keluar - Pola nafas berubah pasien tampak
cairan bening sedikit kental dari sulit bernafas
telinga kanan. - Tampak ada cairan di telinga kanan
ANALISA DATA
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
N : 110x/menit
P : 22x/menit
S : 38,50C
BB : 33 kg
- Kulit teraba hangat
2. DS : Bersihan jalan nafas tidak Gangguan perfusi
- Ibu pasien mengatakan efektif berhubungan jaringan
dengan proses infeksi
batuk pilek selama ditandai dengan terdapat
demam sputum/dahak pada
pasien
DO:
- Terdapat sputum/dahak
pada pasien
- Pola nafas berubah
- Pasien tampak sulit
bernafas
3 DS, pasien mengatakan: Gangguan presepsi senori Gangguan
- Ibu pasien mengatakan berhubungan dengan pendengaran
gangguan pendengaran
keluar cairan bening
ditandai dengan distorsi
sedikit kental dari telinga sensori
kanan
DO:
RENCANA KEPERAWATAN
1 2 3
5. Anjurkan memperbanyak
minum
6. Kolaborasi pemberian
antipiretik sesuai kebutuhan
PCT Syr 3x1 sdt
2 Bersihan jalan nafas Status pernafasan (kepatenan Latihan batuk efektif (01006)
tidak efektif jalan nafas) (0410).
berhubungan dengan 1. Identifikasi kemampuan
proses infeki ditandai Setelah dilakukan tindakan batuk
dengan terdapat keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan : 2. Monitor adanya retensi
sputum/dahak pada sputum
pasien. 1. Tidak terdapat batuk
3. Atur posisi semi fowler
2. Tidak terdapat sputum atau fowler
berlebihan
4. Jelaskan tujuan prosedur
3. Kemampuan untuk tindakan batuk efektif
mengeluarkan secret
5. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung delama 4
detik ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan selama 8 detik)
4. Monitor tumpukan
serumen yang berlebihan
6. Pertimbangkan irigasi
telinga untuk mengangkat.
No
Intervensi Evaluasi
Dx
PCT T : 38,5C
P:
P:
Lanjutkan intervensi
No Intervensi Evaluasi
Dx
1. Memonitoring S:
intake output
cairan. Ibu pasien mengatakan anaknya masih
demam
2. Melakukan
kompres hangat Ibu pasien mengatakan demam anaknya turun
dapa dahi dan saat diberi obat dan kompres hangat
lipatan aksila O:
3. Kolaborasi
Kulit teraba hangat
pemberian
antipiretik sesuai T : 37,8C
kebutuhan : PCT
Syr 3x1 sdm N : 110x/menit
RR : 22x/menit
1. Mengatur posisi S:
semi fowler atau
fowler Ibu pasien mengatakan masih batuk
O:
P:
Lanjutkan intervensi
1. Membersihkan S:
telinga luar
menggunakan Ibu pasien mengatakan masih ada cairan di
washlap yang telinganya
dibalut ke jari
tangan Ibu pasien mengatakan cairan di telinganya
berkurang saat dibersihkan
2. Memonitor
tumpukan serumen O : tampak sedikit cairan di telinga pasien
yang berlebihan A : masalah teratasi sebagian
3. Memberikan obat P:
tetes telinga jika
diperlukan Lanjutkan intervensi
No Intervensi Evaluasi
Dx
1 2 3
1. Menutupi badan S:
dengan selimut/pakaian
dengan tepat (selimut Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tebal jika dingin, tidak demam
pakaian tipis jika Ibu pasien mengatakan anaknya
panas) demamnya turun saat di beri obat
2. Menganjurkan O:
memperbayak minum
T : 36,9C
RR : 22x/menit
SPO2: 100%
N : 100x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
1. Mengajarkan tarik S:
nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik Ibu pasien mengatakkan sudah tidak
ditahan selama 2 detik batuk lagi
kemudian keluarkan Ibu pasien mengatakan melatih batuk
dari mulut dengan bibir untuk mengeluarkan sputum/dahak
mencucu (dibulatkan
selama 8 detik) O:
A : Masalah teratasi
O:
A : Masalah teratasi