Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Aman

Nyaman pada Kasus Otitis Media Akut Terhadap An.N Di Ruang Anak
RST Dr. J. A. Latumeten Ambon

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANGGI SOFIAH ANAKOTTA


NIM : 1240212019009
TK : 2C

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERWATAN RUMKIT TK III
dr.J.A.LATUMETEN
AMBON
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH 1 DISETUJUI OLEH PEMBIMBING KLINIK , INSTITUSI PENDIDIKAN
SERTA DISAHKAN OLEH KAUR MINDIK INSTITUSI PENDIDIKAN

Ambon, November 2020

DISUSUN OLEH DI KETAHUI OLEH


PEMBIMBING INSTITUSI

Anggi Sofiah Anakotta F.Kelrey, S.Kep.,Ns M.Kep

DISAHKAN OLEH
KAUR MINDIK INSTITUSI PENDIDIKAN

MARDIN ODE, S.Pd


A. LAPORAN OTITIS MEDIA AKUT
1. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007)
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner & Suddarth
2002)
Otitis media akut adalah inflamasi pada telinga tengah yang berkaitan dengan
akumulasi cairan. (Williams & Wilkins 2011)

2. Klasifikasi Otitis Media

Robbins & Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan kronik paling
sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika
disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika me ngalami infeksi
bakteri.
Soepardi et al.,ed. (2007) mengklasifikasikan otitis media seperti bagan di bawah
ini:

Otitis Media

Otitis Otitis media


media serosa/ non
supuratif supuratif

Otitis media Otitis Otitis media Otitis


supuratif media serosa/non media
akut supuratif supuratif serosa/non
kronik akut supuratif
kronik
** supuratif : eksudat purulen
** non supuratif/ serosa : eksudat non purulen
1. Etiologi
Brunner&Suddarth (2002) menjelaskan otitis media akut disebabkan oleh :
a. Masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah
Streptoccocus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Williams & Wilkins (2011) menambahkan bakteri penyebab otitis media akut
adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli, Pneumococcus, Streptococcus
anhaemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aerugenosa.
b. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang
diakibatkaan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di
sekitarnya (misalnya: sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi
(misalnya: rinitis alergika).
Williams & Wilkins (2011) menyebutkan penyebab otitis media akut
supuratif adalah karena adanya infeksi melalui :
a. Tuba eustachius
b. Membran timpani
c. Infeksi melalui aliran darah

Lanjutnya Williams & Wilkins (2011) menyebutkan faktor-faktor


predisposisi terjadinya otitis media akut supuratif adalah sebagai berikut :
a. Usia
Biasanya terjadi pada usia anak-anak
b. Sosio-ekonomi
Kejadian tertinggi pada populasi dengan higiene rendah, penduduk padat
dan malnutrisi
c. Iklim
d. Sering terjadi pada musim dingin khususnya pada musim salju d.
Ras
Lebih sering terjadi pada orang dengan kulit putih daripada kulit
hitam
e. Adanya massa pada nasofaringeal, contohnya polip, karsinoma,
limpoma
f. Gangguan pernapasan
Rinitis dan sinusitis kronis memproduksi mukus yang terinfeksi yang mana
akan memasuki tuba eustachius, sehingga menyebabkan infeksi pada tuba
eustachius
g. Alergi
Faktor alergi yang menyebabkan otitis media akut belum diketahui
secara pasti
h. Sindrom imunodefisiens

2. Patofisiologi
Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan terjadinya otitis media akut
adalah akibat adanya bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat
kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga bisa masuk telinga tengah
bila ada perforasi membrana timpani.

Williams & Wilkins (2011) menyampaikan umumnya otitis media dari


nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang
relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan
membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan
edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya
dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan


eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi
sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan
menentukan progresivitas penyakit.

Robbins & Cotran (2009) menyampaikan bahwa apabila serangan


berulang otitis media akut tanpa resolusi akan menyebabkan penyakit kronik.
Pathway penyakit Otitis Media Akut (OMA)

Sumber : (Danishyar & Ashurst, 2017)


3. Manifestasi Klinis
Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat.
a. Adanya eksudat di telinga tengah yang mengakibatkan kehilangan
pendengaran konduktif.
b. Nyeri telinga
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinitus
f. Membran timpani sering tampak merah dan menggelembung

4. Stadium OMA
a. Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam
telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

b. Stadium hiperemis (presupurasi)


Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

c. Stadium supurasi
Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan tidak
berkurang, akan terjadi iskemia, thrombophlebitis dan nekrosis mukosa serta
submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulen kuman yang tinggi,
dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan
turun, dan dapat tidur tenang.

e. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya
tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Williams & Wilkins (2011) menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk
gangguan telinga adalah sebagai berikut:
a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh,
bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
b. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk
mengetahui organisme penyebab.
c. Laboratorium
1) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat menunjukkan
organisme penyebab
2) Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis

6. Penatalaksanaan
Menurut Williams & Wilkins (2011), penatalaksanaan otitis media akut
meliputi:
a. Terapi antibiotik, seperti amoksilin
b. Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen
c. Sedatif (pada anak kecil)
d. Terapi dekongestan nasofaring

Penatalaksanaan bergantung pada efektivitas terapi (misalnya dosis


antibiotika oral dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik pasien.
Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yang tepat dan awal. Bila terjadi
pengeluaran cairan bisa diresepkan preparat otik antibiotika. (Brunner &
Suddarth 2002)

7. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), komplikasi otitis media akut meliputi
komplikasi sekunder mengenai mastoid dan komplikasi intrakranial serius, seperti
meningitis atau abses otak dapat terjadi meskipun jarang. Sedangkan menurut
Williams & Wilkins (2011), komplikasi otitis media akut antara lain:
a. Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan
b. Perforasi yang terjadi secara terus-menerus
c. Otitis media kronik
d. Mastoiditis
e. Meningitis
Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen). Penyebab
meningitis antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea pda basis kranial yang
memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.
Angka kejadian meningitis di dunia adalah 1-3 orang per 100.000 orang.
Terdapat 11 pasien penderita meningitis dari 4160 kasus otitis media supuratif
kronik.
f. Kolesteatoma
g. Abses, septikemia
h. Limfadenopati, leukositosis
i. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis
j. Vertigo

8. Prognosis
Prognosis pada Otitis Media Akut baik apabila diberikan terapi yang adekuat
(antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup ).
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Aman Nyaman pada
Kasus Otitis Media Akut Terhadap An.N Di Ruang Anak RST Dr. J. A. Latumeten
Ambon

Nama Mahasiswa : ANGGI SOFIAH ANAKOTTA


Ruang : Anak
Pengkajian diambil tanggal : 13 November 2020

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N No. Regester : 25 43 90
Tempat/Tanggal/Lahir : Ambon, 27 Mey 2010
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Ambon/indonesia
Agama : Islam
Status Marieta :-
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Alamat : Kebun Cengkeh
Tanggal MRS : 13 november 2020
Diagnosa Medis : Otitis Media Akut (OMA)
Alasan Dirawat : Keluar cairan bening sedikit kental pada telinga
kanan
o
Keluhan Utama : Suhu tubuh klien masih tinggi yaitu 38,6 C.
Terdapat cairan bening sedikit kental pada telinga
kanan. Klien batuk dan pilek dengan sputum.

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan kunjungan/keluhan utama:
Keluar cairan bening sedikit kental pada telinga kanan

2. Riwayat keluhan utama:


o
Saat dilakukan pengkajian suhu tubuh klien masih tinggi yaitu 38,6 C. Terdapat
cairan bening sedikit kental pada telinga kanan. Klien batuk dan pilek dengan
sputum.
3. Faktor pencetus
Keluar cairan bening sedikit kental pada telinga kanan.
4. Lamanya keluhan : Sejak semalam
5. Timbulnya keluhan : Terus menerus
6. Faktor yang memperberat : Jika pasien miring kiri

7. Diagnosa medik:
 Otitis Media Akut (OMA)
III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kanak-kanak: pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain sejak
kecil.
b. Kecelakaan: pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.
c. Pernah dirawat: pasien mengatakan tidak pernah di rawat di RS sebelumnya
d. Operasi: pasien mengatakan pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
2. Alergi
pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat atau makanan apapun.
3. Imunisasi
pasien mengatakan tidak lengkap imunisasinya
4. Kebiasaan
pasien mengatakan kebiasaannya setiap hari belajar dan sekolah
5. Obat-obatan
pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang kecuali obat-
obatan yang di resepkan oleh dr pada saat klien sakit

6. Pola Nutrisi

 Sebelum Sakit
- Berat badan : 33 Kg
- Tinggi Badan : 127 cm.
- Jenis makanan : Nasi, lauk, sayur.
- Makanan yang disukai : Semua jenis makanan
- Makanan yang tidak disukai : -
- Makanan pantantangan :-
- Nafsu makan : ( √ ) Baik
- Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : -
 Perubahan setelah sakit :
- Jenis diet : Makanan bubur
- Nafsu makan : Baik
- Rasa mual : Tidak ada
- Porsi makan : Dihabiskan pelahan
- Cairan : Intake 3 gelas (750 cc/hari)
- IVFD : tidak terpasang
7. Pola eliminasi
 Sebelum Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 2 kali/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : pagi dan sore
Konsistensi : Normal
b. Buang air kecil
Frekuensi : 3 kali/hari ± 500cc
Warna : Kuning
Bau : Pesing
Keluhan Lain : Tidak ada
 Perubahan setelah Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1 x/hari
penggunaan pencahar :-
Waktu : Tidak menetu
Konsistensi : Lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 1 kali/hari ± 200cc
Warna : Kuning
Bau : Pesing
Keluhan Lain : Kencing sedikit

8. Pola tidur dan istrahat


 Sebelum sakit :
Waktu Tidur (jam)
- Malam : Pukul 21.00 – 05.00
- Siang : Pukul 13.00 – 14.00
- Lama tidur / hari : ± 9 jam
- Kebiasaan pengantar tidur :-
- Kesulitan dalam tidur :-
 Perubahan setelah sakit :
 Malam : Pukul 01.00 – 05.30
 Siang : Tidak pernah
 Lama tidur / hari : ± 5 jam
 Kesulitan dalam tidur : Klien susah tidur karena batuk dan
pilek
9. Pola aktifitas dan latihan
 Sebelum sakit.
a. Kegiatan dalam pekerjaan : belajr dan sekolah
b. Olahraga : Tidak ada
Frekuensi : -
c. Kegiatan diwaktu luang : keluarga pasien mengatakan berkumpul sama
keluarga
 Perubahan setelah sakit : lebih banyak menghabiskan waktu di atas tempat
tidur, ADL dibantu keluarga

IV. RIWAYAT KELUARGA


Genogram:
Genogram :

31
35

15 13 10

Keterangan :

: Laki-Laki  : Meninggal : Satu Rumah : Klien


: Perempuan : Kawin
? : Tidak Diketahui

Komentar:

G1 : Kakek dan Nenek pasien telah meninggal dunia karena faktor usia .
G2 : nenek dari ibu pasien anak ke kedua dari empat bersaudara sedangkan kakek
dari ayah pasien adalah ayah tiri pasien sejak kecil dan tidak memiliki riwayat
penyakit menular
G3 : ayah klien anak pertama dari dua bersaudara dan ibu klien anak terakhir dari tiga
bersaudara tidak memiliki riwayat penyakit menular.
G4 : klien anak terakhir dari tiga bersaudara.

V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Pada saat dilakukan pengkajian lingkungan sekitar klien terlihat bersih, tidak ada
keadaan yang akan membahayakan klien.dan klien tinggal di lingkungan di sekitarnya
rumah klien bersih, tidak ada polusi udara.

VI. ASPEK PSIKOSOSIAL


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan: pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
b. Kesulitan yang dialami: pasien mengatakan tidak memiliki kesulitan dalam hal
membaca dan menulis
2. Hal yang dipikirkan saat ini: pasien mengatakan selalu memikirkan tentang penyakit
yang di deritanya supaya cepat sembuh dan bisa pulang istrahat dirumahnya.
3. Suasana hati: pasien mengatakan suasana hatinya tidak tenang selalu gelisah karena
klien memikirkan penyakit yang di deritanya saat ini dan di tampak pasien tidak
paham akan penyakit yang di deritanya sekarang, pasien bertanya tentang
penyakitnya dan tidak tau tentang penyakit yang diderita pasien, ibu pasien bertanya
tentang penyakit tersebut.
4. Hubungan/komunikasi
a. Tempat tinggal: pasien mengatakan tinggal di kel. Batu merah, ambon
b. Bicara
 Pada saat dilakukan pengkajian ketika diajak bicara klien berbicara dengan
jelas
 Klien pada saat di lakukan pengkajian klien mampu mengekspresikan
penyakit yang di deritanya sekarang
 Klien menggunakan bahasa Indonesia
c. Kehidupan Keluarga
1) Adat yang di anut: pasien menganut adat ambon
2) Pembuatan keputusan: ibu pasien dan pasien
3) Pola komunikasi: pasien mengatakan kalau ada masalah selalu
mendiskusikan bersama keluarga atau pun teman untuk memecahkan
masalah yang di hadapinya
4) Pola keuangan: keluarga mengatakan keuangan yang cukup memadai untuk
kehidupanya sehari-hari
d. kekuatan dalam hubungan keluarga: keluarga pasien mengatakan hubungan
dengan orang tua, kakak, anak-anaknya serta sanak saudara selalu baik

7. Sistem dan nilai kepercayaan;


a. Siapa atau apa sumber kekuatan: Tuhan dan kedua orang tua
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting bagi anda: pasien dan
keluarga mengatakan Allah SWT adalah tuhannya sumber kepercayaannya
karena pasien menganut agama Islam.
c. Kegiatan agama yang ingin di lakukan di RS: berdoa dan sholat.

VII. PENGKAJIAN FISIK


1. Tingkat kesadaran: composmentis
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg.
P : 22x/menit.
N : 85 x/menit.
S : 38,50C
Ekspresi wajah : -

2. Kepala
a. Inspeksi :
 Bentuk Kepala : normal
 Kesimetrisan Muka, Tengkorak : simetris kiri – kanan
 Warna/distribusi rambut/kulit kepala : hitam panjang, tipis, bersih
b. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan dan massa pada kepala
3. Mata
a. Inspeksi:
- Kelopak mata : Udem
- Konjungtiva : Anemis/pucat
- Skelera : Tidak ikterus
- Pupil : Isokor kiri dan kanan
- Reaksi terhadap cahaya : Ada reflex terhadap cahaya
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada massa tumor
c. Lain-lain.
Fungsi penglihatan:
 pasien tidak ada ganguan dalam penglihatan

4. Telinga
a. Inspeksi
 Nampak simetris kiri dan kanan
 Tidak Nampak ada massa/benjolan
b. Palpasi:
 Daun telinga lentur jika di tekuk ke depan, daun telinga akan kembali
ke posisi normal jika di lepas,
 Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga.

5. Hidung
a. Inspeksi:
 Tidak nampak ada epitaksis (perdarahan),
 Tidak ada rinore,
 Kemampuan penciuman baik,
 Tidak ada pernapasan cuping hidung,
 Tidak nampak adanya polip
b. Palpasi:
 Tidak terdapat adanya obstruksi dan sinusitis,
 Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
c. lain-lain:-

6. Mulut dan tenggorokan


a. Inspeksi:
 Mukosa pucat
 Gigi dan lidah nampak bersih,
 Tidak nampak adanya peradangan pada gusi.
b. Palpasi:
 Tidak teraba adanya pembesaran abnormal pada tonsil
 Kesulitan menelan: tidak ada
c. Lain-lain : Tidak ada

7. Dada, leher dan paru-paru


a. Inspeksi:
 Bentuk dada simetris kiri dan kanan
 Irama pernapasan : Regular
 Pengembangan dada pada waktu bernapas simetris kiri dan kanan
 Penggunaan otot bantu napas : tidak
b. Palpasi:
 Taktil premitus, normal
 tidak adanya massa dan nyeri tekan.
c. Auskultasi:
Bunyi napas vesikuler
d. Perkusi:
Suara perkusi sonor ICS 1 dan 4, ICS 5-6 redup
8. Jantung
a. Inspeksi:
Denyut apeks terlihat pada ics 5 kira-kira 2 – 3 cm, sebelah medial garis mid
clavikula (iktus kordis)
b. Palpasi :
Denyut teraba pada ics 5 kira-kira 2 – 3 cm sebelah medial garis mid
clavikula kiri.
c. Perkusi :
 Suara perkusi resonan pada ics 2 dan 5
 Batas-batas jantung pada ics 2 dan 3 dan apeks jantung di bagian bawah
 Apeks ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada
garis mid clavikula dan dekat dengan spasium ics 5 -6
d. Auskultasi :
 Bunyi jantung I murni (lub)
 Bunyi jantung II murni (dub)
 Tidak terdapat adanya bunyi jantung tambahan yang patologis
9. Abdomen:
a. Inspeksi:
Perut acites, simetris kiri dan kanan
b. Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
c. Perkusi:
Normal
Lain-lain : Lingkar Perut 120 cm
10. Genetalia,anus dan Status Reproduksi:
 Tidak ada kelainan
11. Ekstremitas :
Atas :
- Kedua lengan simetris kiri dan kanan
- Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4
- Terpasang infus di lengan kanan dengan RL 20 tts/ mnt
Bawah :
- Kedua tungkai simetris kiri dan kanan
- Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4
12. Status neurologi
a. Fungsi cerebral
- Tingkat kesadaran
E: membuka secara spontan :4
M: orientasi baik :6
V: mengikuti perintah :5
Skor GCS : 15
- Tingkat kesadaran komposmentis
- Koordinasi baik
- Orientasi: klien dapat membedakan waktu, lingkungan dan orang.
- Sensasi: klien dapat membedaakan panas dan dingin
b. Fungsi cranial
- Nervus I (olfaktorius)
Rangsangan penghidu: dapat merasakan rangsangan bau
- Nervus II (optikus)
Ketajaman penglihatan baik
- Nervus III, IV dan VI (okulomotorius, troklearis, abdusens)
Gerak bola mata: klien dapat menggerakan bola mata keatas da bawah
- Nervus V (trigeminus)
Klien dapat mengunyah dengan baik
- Nervus VII (fasialis)
Bentuk wajah simetris kiri dan kanan
- Nervus VIII (Akustikus)
Ketajaman pendengaran: klien dapat mendengar
Keseimbangan: pendengaran seimbang
- Nervus IX (glosofaringeus)
Motorik: reflex menelan baik
Sensorik: pengecapan baik
- Nervus X (vagus)
Klien dapat menelan airliurnya
- Nervus XI (aksesorius spinalis)
Memutar kepala melawan tekanan: dapat memutar kepala
- Nervus XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah
c. Reflex
- Biseps : ekstensi pada ketukan lengan dalam
- Trisep : fleksi pada kekuatan lengan luar
- Patella : ekstensi pada ketukan lutut
- Babinski : fleksi pada jari kaki

VIII. DATA PENUNJANG


1. Laboratorium
Hasil: 11-11-2020 Jam 14:02

No Nama Pemeriksaan Hasil Nilai normal

1 LED 22mm/jam 0-10/jam

2 WBC 15.77x10^3/UI 4.00-12.00

3 RBC 5.65x10^6/UI 3.50-5.20

4 HGB 12,7 g Dl 12.0-16.0


IX. TERAPI MEDIS
Obat-obatan:
OBAT Jenis RUTE DOSIS
Ceftriaxone Cair Intra vena 2x 50 mg
MPS Cair Intra vena 3x 3mg
PCT infus Cair Intra vena 100mg

PCT sirup tablet Oral 3x1 SDT

Tremenza tablet Oral 3x1/2 Tab

Ambroxol tablet oral 3x1/2 Tab

Salbutamol tablet oral 3x1Tab

Akilen Ear Drop Cair Tetes telinga 2x4 tetes

Infus : D5 1/4900cc/hari

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan : - Pasien tampak gelisah
1. Ibu pasien mengatakan demam N : 110x/menit
sudah 2 minggu P : 22x/menit
2. Ibu pasien mengtakan badan terasa S : 38,50C
panas dan pusing BB 33 kg
3. Ibu pasien mengatakan batuk pilek - Kulit teraba hangat
selama demam - Terdapat sputum/dahak pada pasien
4. Ibu pasien mengatakan keluar - Pola nafas berubah pasien tampak
cairan bening sedikit kental dari sulit bernafas
telinga kanan. - Tampak ada cairan di telinga kanan
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS : Hipertermia berhubungan Sekresi yang
- Ibu pasien mengatakan dengan proseinfeksi tertahan
ditandai dengan klien
demam sudah 2 minggu
sudah demam selama dua
- Ibu pasien mengatakan minggu
badan terasa panas dan
pusing.

DO :
- Pasien tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
N : 110x/menit
P : 22x/menit
S : 38,50C
BB : 33 kg
- Kulit teraba hangat
2. DS : Bersihan jalan nafas tidak Gangguan perfusi
- Ibu pasien mengatakan efektif berhubungan jaringan
dengan proses infeksi
batuk pilek selama ditandai dengan terdapat
demam sputum/dahak pada
pasien
DO:
- Terdapat sputum/dahak
pada pasien
- Pola nafas berubah
- Pasien tampak sulit
bernafas
3 DS, pasien mengatakan: Gangguan presepsi senori Gangguan
- Ibu pasien mengatakan berhubungan dengan pendengaran
gangguan pendengaran
keluar cairan bening
ditandai dengan distorsi
sedikit kental dari telinga sensori
kanan
DO:

- Tampak ada cairan di


telinga kanan

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Keperawatan

No. Keperawatan NOC NIC

1 2 3

1. Hipertermia Termoregulasi (0800) Manajemen demam (03099)


berhubungan dengan
proses infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan klien sudah keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan : 2. Memonitor intake output
demam selama cairan RL 20tpm mikro
seminggu 1. Suhu tubuh dalam rentan
normal (36,5-37,5C) 3. Tutupi badan dengan
selimut/pakaian dengan tepat
2. Tidak ada pusing (selimut tebal jika dingin,
pakaian tipis jika hangat)
3. Melaporkan kenyamanan suhu
4. Berikan kompres hangat
pada dahi dan aksila

5. Anjurkan memperbanyak
minum

6. Kolaborasi pemberian
antipiretik sesuai kebutuhan
PCT Syr 3x1 sdt

2 Bersihan jalan nafas Status pernafasan (kepatenan Latihan batuk efektif (01006)
tidak efektif jalan nafas) (0410).
berhubungan dengan 1. Identifikasi kemampuan
proses infeki ditandai Setelah dilakukan tindakan batuk
dengan terdapat keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan : 2. Monitor adanya retensi
sputum/dahak pada sputum
pasien. 1. Tidak terdapat batuk
3. Atur posisi semi fowler
2. Tidak terdapat sputum atau fowler
berlebihan
4. Jelaskan tujuan prosedur
3. Kemampuan untuk tindakan batuk efektif
mengeluarkan secret
5. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung delama 4
detik ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan selama 8 detik)

6. Anjurkan batuk dengan


kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke tiga

7. Berikan obat tremenza


3x1/2 Tab, Ambroxol 3x1/2

3 Gangguan persepsi Fungsi sendori : pendengaran Perawatan telinga (1640)


sensori berhubungan (2401)
dengan gangguan 1. Monitor sruktur anatomi
pendengaran ditandai Setelah dilakukan tindakan telinga untuk tanda dan gejala
dengan distorsi sensori asuhan keperawatan selama 3x24 infeksi (misalnya, jaringan
jam diharapkan pasien: terinflamasi/meradang dan
adanya drainse).
1. Ketajaman pendengaran
2. Monitor kejadian otitis
2. Mendengar bisikan 6 inci dari media akut (dengan
telinga kanan dan kiri menggunakan standard an
perawatan untuk upaya
pencegahan).

3. Bersihkn telinga luar


menggunakan washlap yang
dibalut ke jari tangan

4. Monitor tumpukan
serumen yang berlebihan

5. Berikan obat tetes telinga


jika diperlukan

6. Pertimbangkan irigasi
telinga untuk mengangkat.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Catatan perkembangan hari ke-1

No
Intervensi Evaluasi
Dx

1 Tanggal : 13-11-2020 Tanggal :13-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 11.30

1. Memonitoring tanda- S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam


tanda vital
2. Kolaborasi pemberian O:
cairan dan elektrolit
intra vena :  Kulit teraba hangat

PCT  T : 38,5C

Inf 100ml dan RL  RR : 22x/menit


20tpm mikro
 N : 110x/menit

 Pasien terpasang infus PCT inf 100ml dan


RL 20 tpm mikro

A : Maslah belum teratasi

P:

 Memonitor intake output cairan

 Pantau tanda-tanda vital pasien

 Lakukan kompres hangat pada dahi dan


lipatan aksila

2 Tanggal : 13-11-2020 Tanggal : 13-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 12.00

1. Mengidentifikasi S : Ibu pasien mengatakan batuk


kemampuan batuk
O:
2. Memonitor adanya
retensi sputum  Pasien tampak sulit bernafas

 Terdapat sputum atau dahak pada pasien saat


batuk

A : Masalah belum teratasi

P:

 Lanjutkan intervensi

 Atur posisi semi fowler atau fowler

 Jelaskan tujun prosedur tindakan batuk


efektif

 Berikan obat Tramenza 3x1/2 Tab dan


Ambroxol 3x1/2 Tab.

3 Tanggal : 13-11-2020 Tanggal :13-11-2020


Pukul : 10.00 Pukul :11.00

1. Memonitor struktur S : Ibu pasien mengatakan terdapat cairan di


anatomi telinga telinganya
untuk tanda dan
gejala infeksi O:
(misalnya, jaringan  Tampak terdapat cairan di telinga pasien
terinflamasi/merada
ng dan adanya  Terdapat bau khas pada telinga pasien
drainse).
A : masalah belum teratasi
2. Monitor kejaian
otitis media akut P:
(dengan  Lanjutkan intervensi
menggunakan
standard an  Anjurkan asupan cairan dengan tepat
perawatan untuk
upaya pencegahan)  Jaga penggunaan antibiotic dengan tepat
yaitu Ceftriaxone 2x4 50mg, MPS 3x3mg,
3. Memberikan obat Akilen Ear Drop 2x4 tetes
tetes telinga jika
diperlukan

Catatan perkembangan hari ke-2

No Intervensi Evaluasi
Dx

1 Tanggal : 14-11-2020 Tanggal : 14-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 11.30

1. Memonitoring S:
intake output
cairan.  Ibu pasien mengatakan anaknya masih
demam
2. Melakukan
kompres hangat  Ibu pasien mengatakan demam anaknya turun
dapa dahi dan saat diberi obat dan kompres hangat
lipatan aksila O:
3. Kolaborasi
 Kulit teraba hangat
pemberian
antipiretik sesuai  T : 37,8C
kebutuhan : PCT
Syr 3x1 sdm  N : 110x/menit

 RR : 22x/menit

A : masalah teratasi sebagian


P:

 Tutupi badan dengan selimut/pakaian dengan


tepat (selimut tebal jika dingin, pakaian tipis
jika panas)

 Anjurkan memperbanyak minum

 Berikan obat antipiretik PCT Syr 3x1sdt

2 Tanggal : 14-11-2020 Tanggal : 14-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 11.00

1. Mengatur posisi S:
semi fowler atau
fowler  Ibu pasien mengatakan masih batuk

2. Menjelaskan tujuan  Ibu pasien mengatakan tidak dapat


prosedur tindakan mengeluarkan secret/dahak saat batuk.
batuk efektif
 Ibu pasien mengatakan hidungnya tersumbat
oleh cairan (secret)

O:

 Dahak/sekret pasien masih terlihat

 Pasien tampak tidak nyaman

 Pasien tampak kesulitan bernafas

A : masalah teratasi sebagian

P:

 Lanjutkan intervensi

 Mengajarkan tarik nafas dalam melalui


hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan selama 8 detik)

 Menganjurkan batuk dengan kuat langsung


setelah tarik nafas dalam yang ke tiga

 Berikan obat Tramenza 3x1/2 Tab.

3 Tanggal : 14-11-2020 Tanggal : 14-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 11.00

1. Membersihkan S:
telinga luar
menggunakan  Ibu pasien mengatakan masih ada cairan di
washlap yang telinganya
dibalut ke jari
tangan  Ibu pasien mengatakan cairan di telinganya
berkurang saat dibersihkan
2. Memonitor
tumpukan serumen O : tampak sedikit cairan di telinga pasien
yang berlebihan A : masalah teratasi sebagian
3. Memberikan obat P:
tetes telinga jika
diperlukan  Lanjutkan intervensi

 Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup

 Ajarkan pasien dan anggota keluarga pasien


bagaimana cara menghindari infeksi

 Berikan obat Akilen Ear Drop 2x4 tetes

Catatan perkembangan hari ke-3

No Intervensi Evaluasi
Dx

1 2 3

1 Tanggal : 15-11-2020 Tanggal : 15-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 11.00

1. Menutupi badan S:
dengan selimut/pakaian
dengan tepat (selimut  Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tebal jika dingin, tidak demam
pakaian tipis jika  Ibu pasien mengatakan anaknya
panas) demamnya turun saat di beri obat
2. Menganjurkan O:
memperbayak minum
 T : 36,9C

 RR : 22x/menit

 SPO2: 100%

 N : 100x/menit

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

2 Tanggal : 15-11-2020 Tanggal : 15-11-2020


Pukul : 10.00 Pukul : 11.30

1. Mengajarkan tarik S:
nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik  Ibu pasien mengatakkan sudah tidak
ditahan selama 2 detik batuk lagi
kemudian keluarkan  Ibu pasien mengatakan melatih batuk
dari mulut dengan bibir untuk mengeluarkan sputum/dahak
mencucu (dibulatkan
selama 8 detik) O:

2. Menganjurkan batuk  Tidak terdapat sputum pada pasien saat


dengan kuat langsung batuk
setelah tarik nafas
dalam yang ketiga  Pasien tampak nyaman

 Pasien tampak tidak kesulitan bernafas

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi pasien pulang

3 Tanggal : 15-11-2020 Tanggal : 15-11-2020

Pukul : 10.00 Pukul : 10.30

1. Memberikan obat tetes S:


telinga jika diperlukan
 Ibu pasien mengatakan cairan di telinga
2. Mempertimbangkan pasien sudah tidak ada
irigasi telinga untuk
mengangkat serumen  Ibu pasien dan keluarga mengatakan
yang berlebihan sudah mengerti cara menghilangkan
cairan di telinga pasien

O:

 Cairan di telinga pasien tampak tidak ada

 Pasien tampak nyaman

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai