PENDENGARAN
(OTITIS MEDIA “Akut dan
Kronis)
01 DEFINISI 03 FISIOLOGI
PENDENGARAN
02 ANATOMI 04 ETIOLOGI
Daftar Isi
05 PATHOFISIOLOGI 07 MANIFESTASI
06 PATHWAY 08 KOMPLIKASI
Daftar Isi
01 02 03 04
Secara fisiologik terdapat Obstruksi tuba eusthachius Infeksi saluran pernafasan atas Bakteri piogeik Bakteri yang umum
mekanisme pencegahan Merupakan suatu faktor penyebab Terutama disebabkan oleh
dasar pada otitis media akut, karena ditemukan sebagai organisma
masuknya mikroba ke dalam virus, pada anak makin sering
fungsi tuba eustachius terganggu, penyebab adalah streptococcus
telinga tengah oleh silia mukosa terserang infeksi saluran
pencegahan invasi kuman ke telinga pernafasan atas makin besar pneumoniae, hemophylus
tuba eustachius, enzim penghasil
tengah juga terganggu, sehingga kemungkinan terjadinya otitis influenzae, streptococcus
mukus (misalnya muramidase) kuman masuk kedalam telinga tengah media akut. betahemolitikus dan moraxella
dan antibodi. dan terjadi peradangan catarrhalis
PATHOFISIOLOGI
Penyebab terjadi OMA salah satunya penggunaan dot saat Otitis media supuratif kronik sebagian besar merupakan sequele atau
minum susu dengan posisi kepala horizontal dengan badan yang komplikasi otitis media akut (OMA) yang mengalami perforasi. infeksi kronis
dimana terdapat 3 bakteri patogen yang paling sering pada otitis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok dapat menyebabkan
gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus-menerus atau
media akut (streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae,
hilang timbul. Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses
moraxella catarrahalis) yang berkolonisasi pada nasofaring mulai kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi
dari saat masa bayi dan dianggap sebagai flora normal pada daerah nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat
tubuh manusia. Bakteri patogen ini tidak menimbulkan gejala penumpukan discaj dalam rongga timpani dapat mempermudah terjadinya
atau keluhan sampai terjadi perubahan pada lingkungan pada perforasi membran timpani. Perforasi yang menetap akan menyebabkan
nasofaring. Virus pada infeksi saluran pernafasan atas (upper rongga timpani selalu berhubungan dengan dunia luar, sehingga kuman dari
tract infection) memiliki peran penting pada patogenesis dari kanalis auditorius eksternus dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk
otitis media akut ini dimana virus ini menyebabkan inflamasi ke dalam rongga timpani, menyebabkan infeksi mudah berulang atau bahkan
berlangsung terus-menerus. Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan
pada nasofaring, yang menyebabkan perubahan pada sifat
stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman
kepatuhan bakteri dan kolonisasi, dan gangguan fungsi dari tuba gambaran patologi ini disebabkan oleh proses yang bersifat kambuhan atau
Eusthacius. Tuba Eusthacius adalah pelindung alami yang menetap, efek dari kerusakan jaringan,serta pembentukan jaringan parut.
mencegah kolonisasi dari nasofaring ke telinga tengah. Selama fase aktif, epitel mukosa mengalami perubahan menjadi mukosa
Anakanak biasanya rentan terhadap otitis media akut karena sekretorik dengan sel goblet yang mengeksresi sekret mukoid atau
imunitas sistemik yang tidak matang dan imunitas anatomi yang mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang berlangsung lama
tidak matang (Maron dkk., 2012). menyebabkan mukosa mengalami proses pembentukan jaringan granulasi dan
atau polip. Jaringan patologis dapat menutup membran timpani, sehingga
menghalangi drainase,menyebabkan penyakit menjadi persisten
PATHWAY
Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium
peradangan.
Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran tergantung dari derajat kerusakan tulang-
tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun ada juga bersifat tuli
campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat
Otalgia ( nyeri telinga) Pada OMSK, keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
sekret. Nyeri dapat menandakan adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak
Vertigo
Kurang Pendengaran
Komplikasi
Terapi Obat
Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Agen Nyeri akut
1) P : Pasien mengeluh nyeri pada sekeliling area luka bekas operasi. Pencedera
2) Q : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk jarum. Fisik
3) R : Pasien mengeluh nyeri pada bagian belakang telinga sebelah kanan.
4) S : Skala nyeri 6
5) T : Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul.
6) Keluarga mengatakan pasien sering terbangun namun dapat tertidur lagi.
DO :
1. Pasien tampak meringis.
2. Pasien tampak bersikap protektif terhadap nyeri.
3. Pasien tampak gelisah.
4. Pasien tampak berkeringat berlebihan.
5. Tanda – tanda vital
N : 98x /menit
RR : 22x / menit
DS : Gangguan Gangguan
1. Klien mengatakan ketajaman pendengarannya menurun disertai dengan Pendengaran Persepsi
Sensori
keluarnya kotoran telinga yang berbau
DO :
1. Respon tidak sesuai
2. Telinga tampak ada kotoran yang berbau
DS : Proses Hipertermia
1. Keluarga mengatakan pasien deman naik turun sejak 3hari yang lalu penyakit
DO:
1. Kulit pasien teraba hangat
2. Pasien tampak berkeringat berlebihan.
3. Mukosa bibir kering
4. Tanda – tanda vital
S : 38,1ºC
DS: Efek Prosedur Infeksi
1. Keluarga mengatakan ada luka bekas operasi dibagian belakang Invasif
telinga sebelah kanan.
2. Keluarga mengatakan luka masih basah dan terdapat nanah.
3. Keluarga mengatakan luka terpasang perban dan kondisi perban
basah.
4. Keluarga mengatakan luka jahitan belum dilakukan perawatan
luka.
DO:
5. Tampak ada luka insisi pada bagian belakang telinga sebelah
kanan dengan jumlah jahitan 1, panjang ±3 cm dan kedalaman ±1
cm.
6. Luka tampak masih basah, terdapat pus dan tidak ada nekrotik.
7. Luka tampak terpasang perban dan kondisi perban masih
tampak basah.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium
WBC : 15.77 gr/dl
Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, meringis, gelisah, sulit tidur, diaforesis
(D.0077)
berhubungan diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil: 2.Monitor suhu tubuh.
1. Menggigil menurun (menggigil pasien dari skala 3 menjadi 3.Longgarkan atau lepaskan pakaian.
dengan
skala 2 atau 1 yang dimana sudah tidak terlalu menggigil) 4.Berikan cairan oral
proses
2. Suhu tubuh membaik (dari suhu tubuh 38.1 derajat menjadi 5.Lakukan pendinginan eksternal (kompres).
penyakit normal di suhu tubuh 35,6 hingga 36,9 derajat) 6.Anjurkan tirah baring
(D.1030) 3. Suhu kulit membaik (dari sakala 2 menjadi skala 3 atau 4 7.Berikan therapy obat
dimana suhu kulit hangat dan normal) Ibuprofen 3x1 hari 3x200 mg melalui oral
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Periksa status mental,status sensori,dan tingkat
persepsi gangguan fungsi sensori membaik dengan kriteria hasil : kenyamannan (Mis: Nyeri)
(L.06048) 2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
sensori
1) Verbilisasi Mendengar bisikan membaik (dari skala 2 ke (mis:terlalu bising )
berhubungan
skala 3 atau 4 ) 3. Batasi stimulus lingakungan
dengan 2) Distorsi sensori membaik (dari skala 3 ke skala 4) 4. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Gangguan 3) Konsentrasi membaik (dari skala 2 ke skala 3 atau 4) 5. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
Pendengaran 4) Ketajaman pendengaran membaik (dari skala 2 ke skala 3 (mis:mengurangi kebisingan )
(D.0085) atau 4) 6. Berikan therapy obat :
Tarivid 2x1 hari 2x5 tetes dan Iliadin 2x1 hari 2x2 (0,025)
tetes
(I.13494)
4 Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak atau tanda-
dibuktikan 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun tanda dehisen atau eviserasi.
dengan efek dengan kriteria hasil: 2. Monitor proses penyembuhan area insisi. 3. Monitor tanda dan
prosedur 1. Demam menurun (dari suhu 38,1 derajat ke gejala infeksi.
invasif. suhu tubuh normal di 36 atau 37 derajat) 4. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
(D.0142) 2. Kemerahan menurun (dari skala 3 menjadi 5. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat
skala 2 atau 1 yaitu kemerahan berkurang) bantu.
3. Nyeri menurun (dari skala 6 menjadi skala 4 6. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi. 7. Ajarkan
atau 3) cara merawat area insisi.
4. Bengkak menurun (dari skala 3 menjadi 8. Berikan therapy obat Gentamicin 2x1 hari 2x40 mg IV dan
skala 2 atau1 dimana sudah tidak terlalu Cefadroxil 2x1 hari 2x250 mg Oral
bengkak (I.14539)
(L.14137)
Evaluasi
Pada kasus ini, pasien An. A mengalami Otitis Media dengan post operasi
pada bagian belakang telingan sebelah kanan terdapat luka,jumlah jahitan
1, panjang kurang lebih 3cm dan kedalaman 1cm, luka basah, terdapat pus
namun tak ada nekrotik, luka terpasang peerban dan kondisi perban basah,
Penanganaan kasus melalkukan Askep yang sesuai seperti masalah
keperawatan yang kami temukan , Nyeri akut, gangguan persepsi sensori
gangguan pendengaran , Hipertermia dan Infeksi
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu :
1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluative.
2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.Perawat.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
THANKS
! ADAKAH PERTANYAAN ???