Anda di halaman 1dari 14

SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS: LAPORAN KASUS

Sistemic Lupus Eritematosus: A Case Report

Marta Yuliana 1, Wahyu Aji Wibowo2


1
Program Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RS PKU Muhammadiyah Surakarta

Koresponden: Marta Yuliana. Alamat e-mail: martayuliana17@gmail.com


ABSTRAK
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang kronis yang dapat
menyerang banyak organ. Indonesia memiliki prevalensi sekitar 1.250.000 orang yang terkena
lupus. SLE paling sering mengenai pada wanita dari pada pria pada semua kelompok dan
populasi, rasio paling tinggi pada wanita maupun pria usia produktif. Kriteria American
Rheumatisms Association (ARA) digunakan untuk diagnosis SLE.Seorang wanita, berusia 37
tahun datang dengan keluhan nyeri sendi sejak 1 tahun yang lalu, rasa sakit dirasakan setiap
hari dan panas. , Tanda vital pasien tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 60x/menit, pernafasan
22x/menit, suhu 36,7o C. Pemeriksaan fisik menunjukkan kerontokan rambut mudah,
konjungtiva anemik, ruam malar pada hidung, wajah bulan, karies dentis, hiperemik faring.
Laboratorium darah rutin diperoleh dari leukosit 2.50 (3.60-11.00), eritrosit 3.66 (3.80-5.20),
hemoglobin 9.8 (11.7-15.5), hematokrit 31.7 (35.0-47.0), monosit 11.0 (2-8), MCHC 30.9 (32.0
- 36.0), LED 1 jam 85 (0-15), urin mengandung bakteri (+++) dan Tes ANA (+).

Kata kunci: Sistemik Lupus Eritematosus, Nyeri Sendi, Ruam Malar

ABSTRACT
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a chronic inflammatory disease that can affect
many organs. Indonesia has a prevalence of around 1.250.000 people affected by lupus. SLE is
most common in women than men in all groups and populations, the highest ratio in women and
men of childbearing age. The American Rheumatisms Association (ARA) criteria are used for the
diagnosis of SLE. A woman, aged 37 years, presented with complaints of joint pain since 1 year
ago, pain was felt every day and was hot. , Vital signs of blood pressure 110/80 mmHg, pulse 60x /
minute, breathing 22x / minute, temperature 36.7o C. Physical examination shows easy hair loss,
anemic conjunctiva, malar rash on the nose, facial moon, dental caries, pharyngeal hyperemia.
Routine blood laboratories are obtained from leukocytes 2.50 (3.60-11.00), erythrocytes 3.66
(3.80-5.20), hemoglobin 9.8 (11.7-15.5), hematocrit 31.7 (35.0-47.0), monocytes 11.0 (2-8),
MCHC 30.9 (32.0 - 36.0), LED 1 hour 85 (0-15), urine containing bacteria (+++) and ANA Test
(+).

Keywords: Systemic Lupus Eritematosus, Joint Pain, Malar rash

PENDAHULUAN World Health Organization (WHO)


Sistemik Lupus Eritematosus mencatat jumlah penyakit lupus
(SLE) adalah penyakit inflamasi kronis diseluruh dunia mencapai lima juta
yang dapat mengenai banyak organ. orang dan sebagian besar adalah

294 | ISSN: 2721-2882


perempuan usia produktif dan setiap Gangguan hematologi (anemia

tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu hemolitik, leukopenia, trombo-

penderita baru. Indonesia memiliki sitopenia, atau leukopenia),

prevalensi sekitar 1.250.000 orang yang 10).Kelainan imunologis (hasil tes sel

terkena lupus (Departemen Kesehatan lupus eritematosus terdapat antibodi anti

(Depkes), 2017). DNA, antibodi anti sel lupus atau hasil

test serologis false positif untuk sifilis,


SLE paling sering mengenai
antibodi anti fosfolipid), 11). Antibodi
pada wanita dari pada pria pada semua
anti nuclear (ANA) positif. Bila terdapat
kelompok dan populasi, rasio paling
4 kriteria dari 11 kriteria maka dapat
tinggi pada wanita maupun pria usia
ditegakkan sebagai SLE. Sampai saat ini
produktif, dengan perbandingan 8:1 dan
etiologi dari SLE masih belum jelas dan
15:1, dan rendah pada usia anak-anak
termasuk soluble immune complexes
sebelum pubertas yaitu 4:3 (Almaani,
disease dimana terdapat gambaran klinis
2017). Kriteria klasifikasi pasien SLE
yang luas melibatkan banyak organ dan
berdasarkan pemeriksaan klinis,
perjalanan penyakitnya ditandai dengan
laboratorium dan menggunakan kriteria
remisi dan eksaserbasi (Bawazier,2009).
American Rheumatisms Association

(ARA). METODE

Metode yang digunakan dalam


Terdapat sebelas kriteria ARA
laporan ini adalah observasi pasien
yaitu 1). Malar rash, 2). Discoid
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
rash,3). Photosensitive, 4). Oral ulcers,
fisik dan pemeriksaan penunjang.
5). Arthritis non erosif, 6).Serositis

(pleuritis/carditis), 7).Gangguan ginjal LAPORAN KASUS

(proteinuri >500mg/hari atau Seorang wanita, usia 37 tahun

silinder sel/ cellular cast) 8).gangguan datang dengan keluhan nyeri sendi sejak

neurologis (kejang, psikosis), 9). 1 tahun yang lalu, lokasinya yaitu sendi

295 | ISSN: 2721-2882


bahu, siku, pergelangan tangan, dan alergi diakui yaitu ibu dan adik

pergelangan kaki dan lutut. Nyeri sendi kandung pasien. Pekerjaan pasien adalah

dirasakan setiap hari, terus menerus dan buruh pabrik dan sudah beberapa bulan

bersifat panas. Memberat jika kelelahan berhenti bekerja.

dan terkena angin.


Pemeriksaan fisik didapatkan

Hal yang dapat memperingan keadaan umum baik, kompos mentis,

keluhan adalah dengan minum obat. tekanan darah 110/80 mmHg, nadi

Gejala lain yang dikeluhkan rambut 60x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu

rontok, gatal disekujur tubuh, berat 36,7o C, rambut mudah rontok,

badan turun, jika terkena sinar timbul konjungtiva anemis, sedikit Malar rash

ruam dibawah mata dan nyeri telan. di hidung, moon face (Gambar 1.),

Riwayat penyakit dahulu, 4 tahun yang caries dentis, faring hiperemis, ada

lalu pasien mengatakan per- nah kemerahan di sekujur tubuh, untuk

mengalami hal serupa dan didiagnosis pemeriksaan paru-paru, jantung dan

sebagai reumatoid- artritis, 2 tahun abdomen dalam batas normal, NKCV (-

kemudian pasien didiagnosis hipertiroid ), terdapat luka dan memar pada

dan pasien mengatakan keluhan nyeri pergelangan kaki kanan karena terjatuh

sendi menjadi semakin parah dan pasien dari tangga 1 minggu sebelum masuk

memiliki riwayat asma. Riwayat rumah sakit. Pemeriksaan penunjang

hipertensi, diabetes militus, sakit jantung darah rutin dan urin, widal, Rontgen

dan ginjal disangkal. Riwayat obat yang Thorax, EKG dan ANA test, didapatkan

dikonsumsi sebelumnya adalah tiroksin hasil lekosit 2.50 (3.60-11.00), eritrosit

dan metilprednisolon. Riwayat Penyakit 3.66 (3.80-5.20), hemoglobin 9.8 (11.7-

keluarga, sakit serupa disangkal, darah 15.5), hematocrit 31.7 (35.0-47.0),

tinggi, diabetes militus, penyakit jantung Monosit 11.0 (2-8), MCHC 30.9 (32.0-

dan ginjal juga di sangkal, sakit asma 36.0), LED 1 jam 85 (0-15), urin

296 | ISSN: 2721-2882


terdapat bakteri (+++), tes widal (-),

Rontgen Thorax (Gambar 2.) dan EKG

(Gambar 3.) normal, ANA Test (+).

Gambar 1. Malar rash dan moon face Gambar 3. EKG

Diagnosis banding yaitu SLE,

Rheumatoid Artritis, osteoartritis.

Pada pasien ditemukan 4 kriteria

ARA yaitu Malar rash, fotosensitif,

artritis non erosif, gangguan

hematologi, test ANA +, jadi

diagnosis kerja pasien adalah

Sistemik Lupus Eritematosus.

Gambar 2. Rontgen Thorax PEMBAHASAN

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)

adalah kelainan inflamatori multisistem

yang kronik, rekuren dan fatal sehingga

sulit untuk didiagnosis. Penyakit ini

tidak mempunyai marker diagnosis

297 | ISSN: 2721-2882


tunggal dan harus diidentifikasi melalui hiperaktivitas sel B dan memproduksi

gabungan kriteria klinis dan laboratorik. autoantibodi patogenik (Isbagio et al,

SLE merupakan penyakit inflamasi 2009).

autoimun kronis dengan etiologi yang


World Health Organization (WHO)
belum diketahui serta manifestasi klinis,
mencatat jumlah penyakit lupus
perjalanan penyakit dan prognosis yang
diseluruh dunia mencapai lima juta
sangat beragam. Penyakit ini terutama
orang dan sebagian besar adalah
menyerang wanita usia reproduksi
perempuan usia produktif dan setiap
dengan angka kematian yang cukup
tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu
tinggi (Kajsmir,2011).
penderita baru. Indonesia memiliki

Etiopatologi SLE belum diketahui prevalensi sekitar 1.250.000 orang yang

secara pasti tetapi diduga melibatkan terkena lupus (Departemen Kesehatan

interaksi yang komples dan (Depkes), 2017). Faktor risiko dari SLE

multifaktorial antara variasi genetik dan adalah

faktor lingkungan. Interaksi antara sex,


1. Faktor genetik
status hormonal dan aksis Hipotalamus-
2. Faktor hormonal; biasanya SLE
Pituitari-Adrenal (HPA) mempengaruhi
banyak menyerang pada wanita
kepekaan dan ekpresi klinis SLE.
usia produktif.
Adanya gangguan mekanisme
3. Faktor lingkungan; agen infeksi
pengaturan imun berkontribusi dalam
seperti Epstein-Barr virus (EBS)
perkembangan penyakit ini. Hilangnya
dapat menginduksi respon
toleransi imun, meningkatkan beban
spesifik melalui molekular dan
antigenik, bantuan sel T yang
gangguan regulasi imun, diet,
berlebihan, gangguan supresi sel B dan
toksin/ obat-obatan, agen fisik/
peralihan respon imun dari T helper
kimia seperti sinar ultraviolet,
(Th1) ke Th 2 menyebabkan
peningkatan esterogen.

298 | ISSN: 2721-2882


kuantitatif, adanya cetakan granuler,

Manifestasi klisnis hemoglobin tubuler, eritrosit, pyuria

(>5/LPB), peningkatan kadar serum


Manifestasi konstitusional:
kreatinin.
kelelahan, penurunan berat badan,

demam, rambut rontok,hilangnya nafsu Manifestasi gastrointestinal dan

makan, perbesaran kelenjar getah neuropsikiatri: disfagia, dispepsia, nyeri

bening, bengkak, sakit kepala, mual dan abdominal, hepatomegali; epilepsi,

muntah. hemiparesis, meningitis aseptik, myelitis

tranversal dan adanya gangguan fungsi


Manifestasi muskuloskeletal:
mental organik maupun non-organik (
nyeri otot, nyeri sendi, atau nampak
Isbagio,2009).
seperti artritis.

Diagnosis
Manifestasi kulit: lesi muko-
Bila terdapat 4 kriteria dari 11
kutaneus bentuk reaksi dari
kriteria American Rheumatisms
fotosensitifitas, diskoid rash, subacute
Association (ARA) yaitu 1). Malar rash,
cutaneus lupus erythematosus, lupus
2). Discoid rash, 3). Photosensitive, 4).
profundus, alopecia, teleangiektasis,
Oral ulcers, 5). Arthritis non erosif, 6).
vaskulitis, depigmentasi pada bibir dan
Serositis (pleuritis/carditis), 7).
lain sebagainya.
Gangguan ginjal (proteinuri >500mg/
Manifestasi paru dan kardiologis hari atau silinder sel/ cellular cast), 8).
: pneumonia, emboli paru, hipertensi gangguan neurologis (kejang, psikosis)
pulmonum, perdarahan paru; 9). Gangguan hematologi (anemia
perikarditis, miokarditis, penyakit hemolitik,leukopenia,trombositopenia,
jantung koroner, valvulitis. atau leukopenia), 10). Kelainan

Manifestasi renal: proteinuri > imunologis (hasil tes sel lupus

500mg/ 24 jam atau 3+ secara eritematosus terdapat antibodi anti

299 | ISSN: 2721-2882


DNA, antibodi anti sel lupus atau hasil organomegali(limfadenopati,splenomega

test serologis false positif untuk sifilis, li,hepato-megali) 10). Hematologi: ane-

antibodi anti fosfolipid), 11). Antibodi mia, leukopenia, dan trombositopenia.

anti nuclear (ANA) positif. 11). Neuropsikiatri: psikosis, kejang,

sindroma otak organik mielitis trans-


Kecurigaan akan penyakit SLE
versus ,gangguan kognitif neuropati
perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua)
kranial dan perifer (Isbagio, 2009).
atau lebih kriteria sebagaimana
Penyakit SLE dapat dikate-
tercantum di bawah ini, yaitu: 1).
gorikan ringan atau berat sampai
Wanita muda dengan keterlibatan dua
mengancam nyawa. Kriteria untuk
organ atau lebih. 2). Gejala
dikatakan SLE ringan adalah secara
konstitusional: kelelahan, demam (tanpa
klinis tenang, tidak terdapat tanda atau
bukti infeksi) dan penurunan berat
gejala yang mengancam nyawa , dan
badan.
fungsi organ normal atau stabil, yaitu:
3). Muskuloskeletal: artritis, artralgia,
ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,
miositis. 4). Kulit: ruam kupu-kupu
susunan saraf pusat, sendi, hematologi
(butterfly atau malar rash),
dan kulit. Contoh SLE dengan
fotosensitivitas, lesi membrana mukosa,
manifestasi arthritis dan kulit.
alopesia, fenomena Raynaud, purpura,

urtikaria, vaskulitis 5).Ginjal: hematuria, Kriteria SLE derajat sedang

proteinuria, silinderuria, sindroma adalah nefritis ringan sampai sedang (

nefrotik. 6). Gastrointestinal: mual, Lupus nefritis kelas I dan II),

muntah, nyeri abdomen. 7). Paru-paru: trombositopenia (trombosit 20-

pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi 50x103/mm3), serositis mayor. Kriteria

parenkhim paru. 8). Jantung: SLE derajat berat dan dapat

perikarditis, endokarditis, miokarditis membahayakan jiwa jantung:

9).Retikulo-endotel: endokarditis Libman-Sacks, Vaskulitis

300 | ISSN: 2721-2882


arteri koronaria, miokarditis, tamponade telah

jantung, hipertensi maligna, paru-paru: disingkirkan

hipertensi pulmonal, perdarahan paru, penyebab

Pneumonitis, emboli paru, infark paru, metabolik

gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis infeksi

mesenterika, ginjal: nefritis proliferatif Atau obat

dan atau membranous, kulit: vaskulitis 8 Psikosis Halusinasi,

berat, ruam difus disertai ulkus atau inkoheren,

melepuh (blister), dan neurologi: kejang, Asosiasi

acute confusional state, koma, stroke, longgar,

mielopati transverumah sakita, mono- impoverished

neuritis, polineuritis, neuritis optik, thought content,

psikosis, sindroma demielinasi serta berfikir tidak

hematologi: anemia hemolitik, Logis, bingung,

neutropenia (leukosit < 1.000/mm3), disorganized

trombositopenia < 20.000/mm3, purpura atau perilaku

trombotik trombositopenia, trombosis katatonik. Telah

vena atau arteri (Tarigan, 2015). Disingkirkan

penyebab uremia
Skore SLEDAI (Systemic lupus
dan obat
erythematosus disease activity index)
8 Organic Fungsi mental
SLEDAI merupakan skor yang
Brain berubah dengan
paling sering digunakan. Dihitung setiap
Syndrom gangguan fungsi
3-6 bulan, skor maksismum SLEDAI
orientasi dan
adalah 105.
memori atau
Nilai Deskripsi Definisi
fungsi
8 Kejang Awitan baru,

301 | ISSN: 2721-2882


intelektual perdarahan

dengan retina,

manifestasi eksudat serosa

klinis atau berdarah

yang pada koroid,

berfluktuasi dan atau neuritis

awitan cepat optik.

ditambah

minimal 2 dari: 8 Gangguan Awitan baru

gangguan sistem saraf neuropati

persepsi, pusat sensoris dan

berbicara motorik

inkoheren, 8 Lupus Berat, sakit

insomnia atau heandache kepala persisten,

mengantuk migren yang

siang hari, atau tidak responsif

↑/↓ aktivitas terhadap obat

psikomotor. analgesik

Telah narkotik

disingkirkan 8 Cerebrovasc Awitan baru.

penyebab ular acident Tidak termasuk

metabolik, arteriosklerosis.

infeksi, atau obat 8 Vaskulitis Ulkus, gangren,

8 Gangguan Perubahan nodul jari yang

visual retina, termasuk keras, infark

cytoid bodies, periungual,

302 | ISSN: 2721-2882


perdarahan infeksi,

splinter, atau atau penyebab

bukti adanya lain

vaskulitis pada 4 Proteinuria >0,5 g/24 jam.

hasil Awitan baru atau

biopsi atau peningkatan

angiogram terakhir >0,5

4 Artritis Artritis >2 sendi, g/24 jam

nyeri, dan ada 4 Piuria >5 leukosit/LPB.

tanda inflamasi Telah

4 Miositis Otot proksimal disingkirkan

nyeri/lemah, penyebab infeksi

karena kreatin 2 Rash baru Rash inflamasi

fosfokinase/aldol awitan baru atau

ase meningkat rekurens

atau perubahan 2 Alopecia Hilangnya

elektromiogram, rambut abnormal

atau pada biopsi yang difus, atau

terbukti miositis patchy awitan

4 Silinder urin Heme, granular baru atau

atau silinder rekurens

eritrosit 2 Ulkus Ulkus oral dan

4 Hematuria >5 eritrosit/LPB. mukosa awitan nasal

Telah baru atau

disingkirkan rekurens

penyebab batu, 2 Pleuritis Nyeri dada pada

303 | ISSN: 2721-2882


pleuritis dengan Interpretasi skor SLEDAI

pleural rub atau adalah sebagai berikut: no activity


efusi, atau (SLEDAI = 0), mild activity
penebalan pleura
(SLEDAI = 1–5), moderate activity
2 Perikarditis Nyeri perikardial
(SLEDAI = 6–10), high activity
dengan
(SLEDAI = 11–19), dan very high
konfirmasi > 1 :
activity (SLEDAI = 20) (Saleh,
rub, efusi, bukti
2013).
EKG atau bukti
Terapi dan Edukasi
ekokardiogram

2 Kadar Kadar C50, C3 Pilar Pengobatan Lupus

komplemen atau C4 di Eritematosus Sistemik. 1) Edukasi

dalam darah bawah normal dan konseling, 2) Program

2 dsDNA dsDNA rehabilitasi, 3) Pengobatan medika


meningkat meningkat >25% mentosa: OAINS, Antimalaria,
dari sebelumnya
Steroid, dan Imunosupresan, dan 4)
1 Demam >38 0C. Telah
Terapi lain. Penyuluhan dan
disingkirkan
intervensi psikososial sangat penting
penyebab infeksi
diperhatikan dalam penatalaksanaan
1 Trombositop <100.000/µL
penderita SLE, terutama pada
enia
penderita yang baru terdiagnosis. Hal
1 Leukopenia <3.000/µL Telah

disingkirkan ini dapat dicapai dengan penyuluhan

penyebab obat langsung kepada penderita atau

(Saleh, 2013) dengan membentuk kelompok

penderita yang bertemu secara

304 | ISSN: 2721-2882


berkala untuk membicarakan antibiotika harus dipertimbangkan

masalah penyakitnya. Pada pada penderita SLE yang akan

umumnya, penderita SLE mengalami menjalani prosedur genitourinarius,

fotosensitivitas sehingga penderita cabut gigi dan prosedur invasif

harus selalu diingatkan untuk tidak lainnya (Tarigan,2015).

terlalu banyak terpapar oleh sinar


Terapi agresif dimulai dari
matahari. Mereka dinasihatkan untuk
pemberian glukokortikoid seperti
selalu menggunakan krim pelindung
dexametason (hindari untuk
sinar matahari, baju lengan panjang,
pemakaian jangka panjang) dan
topi atau payung bila akan berjalan di
prednison. Pemberian glukokortikoid
siang hari. Pekerja di kantor juga
peroral dalam dosis tunggal pada
harus dilindungi terhadap sinar
pagi hari. Jika terdapat artritis,
matahari dari jendela. Selain itu,
serositis dan gejala konstitusional
penderita SLE juga harus
dapat diberikan prednison 0,5
menghindari rokok. Karena infeksi
mg/kgBB/hari atau jika berat
sering terjadi pada penderita SLE,
diberikan prednison 1-1,5mg/
penderita harus selalu diingatkan bila
kgBB/hari. Pemberian bolus metil-
mengalami demam yang tidak jelas
prednisolon intravena 1 gram atau
penyebabnya, terutama pada
15mg/kgBB/ selama 3-5 hari dapat
penderita yang memperoleh
dipertimbangkan sebagai pengganti
kortikosteroid dosis tinggi, obat-obat
glukokortikoid oral dosis tinggi.
sitotoksik, penderita dengan gagal
Pemberian glukokortikoid selama 6-
ginjal, vegetasi katup jantung, ulkus
10 minggu dilakukan penurunan
di kulit dan mukosa. Profilaksis
dosis secara bertahap, dimulai 5-10%

305 | ISSN: 2721-2882


setiap minggu bila tidak timbuk organ-organ vital. Pasien dirawat di

eksaserbasi akut (Isbagio,2009). RS PKU Muhammadiyah surakarta

Pada pasien ini diberikan infus dari tanggal 25 Mei 2019 sampai 28

bactecyne 750mg karena terdapat Mei 2019. Setelah pasien pulang

bakteri pada pemeriksaan urin rutin. lima hari kemudian kontrol.

Kortikosteroid digunakan sebagai


KESIMPULAN
pengobatan utama pada pasien

dengan SLE. Meski dihubungkan SLE merupakan penyakit

inflamasi autoimun kronis dengan


dengan munculnya banyak laporan
etiologi yang belum diketahui serta
efek samping, kortikosteroid tetap
manifestasi klinis, perjalanan penyakit
merupakan obat yang banyak dipakai
dan prognosis yang sangat beragam.
sebagai antiinfamasi dan
Etiopatologi SLE belum diketahui
imunosupresi, maka pada pasien ini
secara pasti tetapi diduga melibatkan
diberikan Metilprednisolone 1x4mg/
interaksi yang komples dan
hari untuk nyeri sendi dan multifaktorial antara variasi genetik dan

mengurangi reaksi inflamasi maka faktor lingkungan. Diangnosis SLE

diberikan natrium diklovenak siberikan jika terdapat 4 kriteria dari 11

3x25mg/hari, pasien juga diberikan kriteria American Rheumatisms

Cetirizin 1x10mg/hari untuk meng- Association (ARA) yaitu 1). Malar rash,

2). Discoid rash, 3). Photosensitive, 4).


urangi rasa gatal.
Oral ulcers, 5). Arthritis non erosif, 6).
Prognosis dari SLE tergantung Serositis (pleuritis/carditis), 7).
pada organ mana yang terlibat. Pada Gangguan ginjal (proteinuri >500mg/

pasien ini prognosisnya adalah hari atau silinder sel/ cellular cast), 8).

bonam karena belum melibatkan gangguan neurologis (kejang, psikosis)

306 | ISSN: 2721-2882


9). Gangguan hematologi (anemia Perhimpunan Reumatologi
Indonesia 2011.
hemolitik,leukopenia,trombositopenia,
Saleh .A.M., Kurniati N., Syarif B.H.,
atau leukopenia), 10). Kelainan 2014. Penilaian Aktivitas
Penyakit Lupus Eritematosus
imunologis (hasil tes sel lupus Sistemik dengan Skor SLEDAI di
Departemen Ilmu Kesehatan
eritematosus terdapat antibodi anti Anak RSCM. Sari Pediatri, Vol.
16, No. 4.
DNA, antibodi anti sel lupus atau hasil
Tarigan N.S., 2015. Pengelolaan
test serologis false positif untuk sifilis, Eritomatous Sistemik Dengan
Keterlibatan Ginjal Pada Wanita
antibodi anti fosfolipid), 11). Antibodi Umur 30 Tahun. JjMedula
Unila.vol 4(2).
anti nuclear (ANA) positif. Pilar

Pengobatan Lupus Eritematosus

Sistemik. 1) Edukasi dan konseling, 2)

Program rehabilitasi, 3) Pengobatan

medika mentosa: OAINS, Antimalaria,

Steroid, dan Imunosupresan, dan 4)

Terapi lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bertsias G., Cervera R., Boumpas DT.


Systemic Lupus Erythematosus:
Pathogenesis and Clinical
Features. Available from:
URL:http://eular.org.

Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, dkk.


Lupus Eritematosus Sistemik.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, dkk, editors. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-
5. Jakarta: Interna Publishing;
2009. hlm. 2565-79

Infodatin Lupus. 2017. Departemen


Kesehatan

Kajsmir YI, et al. Diagnosis dan


Pengelolaan Lupus Eritematosus
Sistemik. Rekomendasi

307 | ISSN: 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai