Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN

DENGAN KASUS SLE (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN IMUN

DENGAN KASUS SLE (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS)

I KONSEP TEORI

A. Definisi

SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang disebabkan


oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya
gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan

 produksi autoantibodi yang berlebihan.

Penyakit lupus termasuk penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan


antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di
tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak organ
tubuh sendiri. Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit,
jantung,
 paru, otak, dan sistem pembuluh darah. Semakin lama proses perusakan terjadi,
semakin berat kerusakan tubuh. Jika penyakit lupus melibatkan ginjal, dalam waktu
lama fungsi ginjal akan menurun dan pada keadaan tertentu memang
diperlukan
f. Hormone

Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tapi gen

 penyebabnya tidak di ketahui. Penemuan terahir menyebutkan tentang gen dari


kromoson 1. Prognosa 10% dari penderita yang memiliki krabat (orang tua
maupun saudara kandung) yang telah maupun akan mendrita lupus. Prognosa
hanya seitar 5% anak dari penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa di derita
oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapa saja. Baik pada pria maupun
wanita, meskipun 10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita, faktor
hormonal mungkin bisa menjelaskan bagaimana lupus lebih sering menyerang
wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/
atau sebelum masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon(trutama
estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini, namun penyebab
yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita dan pada masa pra-
menstruasi,masih belum di ketahui.
3. Lupus Yang Di Induksi Oleh Obat
Lupus yang di sebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada asetilasi
lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi
lambat, obat banyak terakomulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan
obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini di respon sebagai benda
asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks antibodi anti
nuklear(ANA) untuk menyerang benda asing tersebut.

D. Manifestasi Klinis

Jumlah dan jenis antibodi pada lupus lebih besar di bandingkan dengan pada

 penyakit lain. Antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak di ketahui)
menentukan gejala apa yang akan berkembang. Makanya berat ringan penyakit
ini
 bervariasi pada setiap penderita,perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari

 penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat. Gejala di tandai oleh masa bebas
gejala( remisi) dan masa kekambuhan (eksaser basi). Pada mulanya lupus hanya
menyearang 1 organ,namun lama kelamaan akan melibatkan organ lainnya.
 pada bagian apapun dari otak, korda spinalis maupun sistem saraf. Kejang,

 psikosa, sindrom otak organik dan sakit kepala merupakan beberapa kelainan
sistem saraf yang bisa terjadi
5. Tanda Gejala Pada Darah

Kelainan darah dapat ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk

 bekuan darah dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan setroke dan
emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan tumbuh membentuk antibodi yang
melawan faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan perdarahan
yang
 berarti. Kebanyakan terjadi anemia akibat penyakit menahun.

6. Tanda Gejala Pada Jantung

Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti prikarditis, endokarditis


maupun miokarditis. Dari keadaan tersebut menimbulkan nyeri dada dan aritmia.
7. Tanda Gejala Pada Paru-Paru

Pada lupus bisa terjadi pleuritis (pradangan selaput paru) dan efusi

 pleura(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibatnya


sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.
F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Imunologi

Tes imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis SLE


adalah tes ANA generic (ANA IF dengan Hep 2 Cell). Tes ANA
dikerjakan/diperiksa hanya pada pasien dengan tanda dan gejala mengarah pada
SLE. Pada penderita SLE ditemukan tes ANA yang positif sebesar 95-100%,
akan tetapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa penyakit lain yang
mempunyai gambaran klinis menyerupai SLE misalnya 8 infeksi kronis
(tuberkulosis), penyakit autoimun (misalnya  Mixed connective tissue disease
(MCTD), artritis rematoid, tiroiditis autoimun), keganasan atau pada orang
normal.
Jika hasil tes ANA negatif, pengulangan segera tes ANA tidak diperlukan,
tetapi perjalanan penyakit reumatik sistemik termasuk SLE seringkali dinamis
dan berubah, mungkin diperlukan pengulangan tes ANA pada waktu yang akan
datang terutama jika didapatkan gambaran klinis yang mencurigakan. Bila tes
ANA dengan menggunakan sel Hep-2 sebagai substrat; negatif, dengan
3) Test Anti dsDNA positif menunjang diagnosis SLE, namun jika negatif tidak
menyingkirkan diagnosis SLE

Tabel 2. Jenis autoantibodi pada SLE dan makna klinisnya (Buyon, 2008)

Antibodi Frekuensi Makna klinis

 Anti Nuclear Antibody 90% Tidak spesifik untuk manifestasi klinis


tertentu; hanya digunakan
untuk tujuan diagnosis

Anti-dsDNA 40-60% Terkait manifestasi klinis nefritis; dapat


memprediksi  flare atau peningkatan aktivitas
 penyakit.

Anti-RNP 30%-40% Terkait manifestasi klinis

Raynaud’s, musculoskeletal; tidak dapat


menilai aktivitas penyakit.

Anti Ribosomal-P 10%-20% Terkait manifestasi klinis gangguan SSP difus,


psikosis, depresi mayor; tidak dapat menilai
aktivitas penyakit.
Anti-SSA/ Ro 30% –4  5% Terkait manifestasi klinis kekeringan
4. Implementasi
Implementai dilaksanakan sesuai dengan intervensi

5. Evaluasi
1)  Nyeri akut teratasi dengan klien tampak rileks, klien mampu tidur/istirahat
dengan tenang, klien tidak gelisah, tidak merintih.

2) Defisit nutrisi teratasi, klien mendapatkan nutrisi yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan, menunjukakan BB tetap, klien akan menunjukan peningkatan BB
ideal.

3) Dapat melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan klien


mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

4) Mampu menerima keadaan yang sedang berlangsung dengan pasien dapat


 bergaul dengan lingkungannya, pasien tidak menunjukkan rasa malu terhadap
dirinya
Bantu klien menggali faktor penguat yang ada pada dirinya, keluarga dan
DAFTAR
PUSTAKA

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi & Imunologi Asuhan Keperawatan Umum dan

 Maternitas Dilengkapi dengan Latihan Soal-Soal. Jakarta: In Media

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan

 Indikator Diagnostik . Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Hasdianah. dkk. 2014. Imunologi Diagnosis dan Teknik Biologi Molekuler . Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai