Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN SLE
• YULIA FEBRIYANTI • ANANIAZOMASI SIHONO
• RINA AVIYANI • LIMINCE YIKWA
SISTEMIK LUPUS
ERYTHEMSTOSUS
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan Suatu penyakit
autoimun yang kronik dan menyerang berbagai system dalam
tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 )

Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun


multisystem dengan manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit
ini terutama menyerang kulitr, ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.
(Robins, 2007)
EPIDEMIOLOGI
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE)
prevalensinya dalam populasi tertentu kira – kira satu kasus
per 2500 orang,
(SLE) lebih sering ditemukan pada
ras tertentu seperti ras kulit hitam,
Cina, dan Filipina.

Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan


puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa
reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1)

5:1
Di Indonesia
Poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam di RSUP
1,4 Cipto Mangunkusumo Jakarta
%
Tahun 2002, terdapat kasus 1,4% dari total
seluruh kunjungan pasien
Sedangkan,

10,5 RS Hasan Sadikin Bandung


%
Terdapat 10,5% (291pasien) dari total pasien
yang berkunjung ke poliklinik reumatologi pada
tahun 2010.
PENYEBAB/FACTOR
PREDISPOSISI
- Factor - Obat - Penghentian
genetic golongan sulva kehamilan

- Factor - Infeksi
- Trauma psikis
Humoral virus/bakteri

- Kontak
- Factor
dengan sinar
lingkungan
matahari
PATOGENESIS
Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau
lebih jaringan dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi. Beberapa, seperti
anti – sel merah dan antibodi antiplatelet, jelas patogen, sedangkan yang lain
mungkin hanya penanda kerusakan toleransi.
Etiologi tetap misteri, tetapi seperti dalam banyak penyakit kronis, tampaknya
mungkin bahwa penyakit ini dipicu oleh agen lingkungan dalam kecenderungan
tiap individu (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Faktor Endogen Faktor Eksogen


KLASIFIKASI
Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus
Tipe lupus ini hanya terbatas pada kulit dan
01 ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul
pada muka, leher, atau kulit kepala.

Cutaneous Lupus Tipe lupus ini dapat menyebabkan inflamasi


pada beberapa macam organ. Untuk beberapa
02 orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada
Discoid Lupus gangguan kulit dan sendi.

Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal


Drug-induced lupus 03 atau sistem syaraf. Obat yang umumnya dapat
menyebabkan druginduced lupus adalah jenis
Ada tiga jenis type lupus : hidralazin dan pro-kainamid .
GEJALA KLINIS
•Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
•Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti
infeksi) dan penurunan berat badan
•Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
•Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash),
fotosensitivitas, lesi membrane mukosa, alopesia,
fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
•Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma
nefrotik
Lanjutan~ •Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
•Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati,
splenomegali, hepatomegali)
•Hematologi: anemia, leukopenia, dan
trombositopenia
•Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak
organik, mielitis transversus,gangguan kognitif
neuropati kranial dan perifer.
•Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
•Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi
parenkhim paru.

Kecurigaan terhadap adanya SLE jika terdapat dua


atau lebih tanda gejala diatas.
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI AUSKULTASI PALPASI
Inspeksi kulit dilakukan untuk Dilakukan pada kardiovaskuler untuk Dilakukan palpasi untuk mengetahui
menemukan ruam eritematous. mendengar friction rub adanya nyeri tekan, dan sendi yang
Plak eritematous pada kulit dengan perikardium yang dapat menyertai terasa hangat.
skuama yang melekat dapat terlihat miokarditis dan efusi pleura. Efusi
pada kulit kepala, muka atau leher. pleura serta infiltrasi mencerminkan
insufisiensi respiratorius dan
Inspeksi kulit kepala dilakukan untuk diperlihatkan oleh suara paru
menemukan gejala alopesia, dan yang abnormal.
inspeksi mulut serta tenggorok untuk
ulserasi yang mencerminkan
gangguan gastrointestinal. Selain itu
juga untuk melihat pembengkakan
sendi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan lab :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada
hampir semua penderita lupus. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus
dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Pemeriksaan darah
untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan
untuk menemukan antibody lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
b. Analisa air kemih menunjukkan
adanya darah atau protein. · Radiology :
- Rontgen dada menunjukkan pleuritis
atau perikarditis.
DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS (American
College of Rheumatology (ACR): 1982)
KRITERIA BATASAN

Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada daerah malar dan cenderung tidak melibatkan
Ruam malar
lipat nasilabial
Plak eritema menonjol dengan kerato• k dan sumbatan folikular. Pada SLE lanjut dapat
Ruam discoid
ditemukan parut atrofik
Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik dari anamnesis
Fotosensitivitas
pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa

Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnta tidak terasa nyeri dan dapat terlihat oleh pemeriksa

Atritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai oleh nyeri tekan,
Artritis
bengkak atau efusia
Serosis
a. Riwayat penyakit pleuritik berdasarkan anamnesa atau terdapat efusi pleura
-Pleuritis
-Perikarditis b. Dapat dilihat pada rekaman EKG atau pericardial friction rub atau terdapat efusi pleura
KRITERIA BATASAN

Gangguan renal a. Proteinuria menetap >0,5 gram/hari atau >3+ bila tidak dilakukan pemeriksaan kuantitatif
b. Silinder seluler: dapat berupa silinder eritrosit, hemoglobin, granular, tubular, atau campuran

Gangguan
neurologi a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolik (misalnya uremia,
ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,
atau ketidakseimbangan elektrolit)

Gangguan a. Anemia hemolitik dengan retikulus


hematologik b. Lekopenia <4000/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih, atau
c. Limfopenia <1500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih, atau
d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan obat-obatan

Gangguan a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal, atau
imunologik b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nukluear Sm, atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan atas:
-Kadar serum antibodi antikordiolipin abnormal baik IgG atau IgM
-Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metode standar, atau
-Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan dikonfirmasi
dengan test imobilisasi Treponema pallidum atau tes fluoresensi absropsi antibodi treponema

Antibodi
antinuklear positif Titer abnormal dari antibodi antinuklear berdasarkan pemeriksaan imunofluoresensi atau pemeriksaan
(ANA) setingkat pada kurun waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat yang diketahui berhubungan
dnegan sindrom lupus yang diinduksi obat
THERAPY/TINDAKAN
PENANGANAN
c. Pengobatan medikamentosa
a. Edukasi dan - OAINS
konseling - Kortikosteroid
- Klorokuin
- Hidroksiklorokuin (saat ini belum tersedia di Indonesia)

b. Program - Azatioprin
- Siklofosfamid

rehabilitasi - Metotreksat
- Siklosporin A
- Mikofenolat mofetil
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data Subyektif : Data Obyektif :
- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah - Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang menyerupai
yang menyerupai bentuk kupu-kupu.
bentuk kupu-kupu. - Nyeri tekan pada sendi.
- Pasien mengeluh rambut rontok. - Rambut pasien terlihat rontok.
- Pasien mengeluh lemas - Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.
- Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi. - Pembengkakan pada sendi.
- Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari. - Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi antinuclear.
- Pasien mengeluh nyeri

- Nyeri akut
- Fatigue
- Risiko infeksi
2. MASALAH KEPERAWATAN - Gangguan citra tubuh
- Risiko injuri
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSE NOC NIC

Nyeri akut Factor Pain control Indicator Pain managementAktivitas


-Mengenali onset nyeri-Menjelaskan -Melakukan pengkajian nyeri termasuk lokasi, karateristik,
yang berhubungan: factor penyebab onset/durasi, frekuensi, kualitas atau keparahan nyeri, dan
Agen injuri fisik -Melaporkan perubahan nyeri factor pencetus nyeri
-Melaporkan gejala yang tidak -Observasi tanda nonverbal dari ketidaknyamanan,
terkontrol terutama pada pasien yang tidak bisa berkomunikasi secara
-Menggunakan sumber daya yang efektif
tersedia untuk mengurangi nyeri -Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalama nyeripasien dan respon pasien terhadap nyeri
-Mengenali gejala nyeri yang
-Kaji pengetahuan dan kepercayaan pasien tentang nyeri
berhubungan dengan penyakit -Tentukan dampak dari nyeri terhadap kualitas hidup (tidur,
-Melaporkan nyeri terkontrol selera makan, aktivitas, dll)
-Evaluasi keefektifan manajemen nyeri yang pernah
diberikan sebelumnya
-Control factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
ketidaknyamanan pasien
-Kolaborasi dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain untuk implementasi manajemen nyeri
nonfarmakologi
-Dukung pasien untuk menggunakan pengobatan nyeri yang
adekuat
 
Fatigue Karakteristik : Fatigue levelIndicator-Kelelahan Energy ManagementAktivitas:
-Kualitas tidur -Kaji status fisik pasien untuk kelelahan dengan memperhatikan
Factor yang -Kualitas istirahat umur dan perkembangan
berhubungan -Hematocrit -Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keterbatasan
: anemia -Gunakan instrument yang valid untuk mengukur kelelahan
-Tentukan aktivitas yang boleh dilakukan dan seberapa berat
aktivitasnya
-Monitor asupan nutrisi untuk mendukung sumber energy yang
adekuat
-Konsultasi dengan ahli gizi tentang peningkatan asupan energy
-Bantu pasien untuk beristirahat sesuai jadwal
-Dorong pasien untuk tidur siang
-Bantu pasien melakukan aktivitas fisik reguler

Risiko infeksi Infection severityIndicator :


Factor risiko -Demam
-Nyeri Infection ControlAktivitas:
: Imunosupresi -Limpadenopati -Pertahankan teknik isolasi jika diperlukan
-Batasi jumlah pengunjung
-Penurunan jumlah sel darah -Ajarkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan cuci tangan
putihisk control -Ajarkan pasien dan pengunjung untuk cuci tangan
-Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan kepada
pasien
-Lakukan perawatan aseptic pada IV line
-Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat-Dorong pasien untuk
istirahat
-Ajarkan pada pasien dan keluarga cara untuk mencegah infeksi
Body image enhancementAktivitas:
-Tentukan harapan pasien tentang citra
tubuhnya berdasarkan tingkat perkembangan
-Bantu pasien mendiskusikan penyebab
Body imageIndicator: penyakit dan penyebab terjadinya perubahan
pada tubuh
Gangguan citra -Gambaran internal diri -Bantu pasien menetapkan batasan perubahan
tubuhKarakteristik: -Keserasian anatara realitas actual pada tubuhnya
-Perilaku menghindari tubuh, ideal tubuh, dan -Gunakan anticipatori guidance untuk
salah satu bagian penampilan tubuh menyiapkan pasien untuk perubahan yang
dapat diprediksi pada tubuhnya
tubuh -Kepuasan terhadap -Bantu pasien menentukan pengaruh dari
-Respon nonverbal penampilan tubuh kelompok sebaya dalam mempresentasikan
terhadap perubahan -Perilaku menggunakan strategi citra tubuh
-Bantu pasien mendiskusikan perubahan yang
pada tubuh untuk meningkatkan fungsi disebabkan karena masa pubertas
tubuh -Identifikasi kelompok dukungan unutk pasien
-Monitor frekuensi pernyataan pasien tentang
kritik terhadap dirinya
-Gunakan latihan pengakuan diridengan
kelompok sebaya
Risk identification
Aktivitas:
Risk control -Review riwayat kesehatan pasien
Indicator: -Review data yang berasal dari pengkajian risiko
-Mencari informasi tentang -Tentukan sumber daya yang tersedia seperti tingkat
Risiko Injuri risiko pada kesehatannya pendidikan, psikologis, finansial, dan dukungan
Factor Risiko: -Identifikasi factor risiko keluarga
-Identifikasi sumber
Disfungsi -Mengakuir factor risiko -sumber ynag dapat meningkatkan risiko
autoimun personal -Identifikasi factor risiko biologis, lingkungan, dan
  -Monitor factor risiko perilaku serta hubungan antara factor risiko
lingkungan -Tentukan rencana untuk mengurangi risiko
-Melakukan strategi untuk -Diskusikan dan rencanakan aktivitas mengurangirisiko
dengan berkolaborasi dengan pasein dan keluarga
control risiko -Implementasikan rencana aktivitas mengurangi risiko
 
• Kaji adanya alergi makanan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Ketidakseimbangan nutrisi kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
kurang dari kebutuhan • Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
tubuhBerhubungan dengan : untuk mencegah konstipasi
Ketidakmampuan untuk NOC: • Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
memasukkan atau mencerna a.Nutritional status: Adequacy of • Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
nutrisi oleh karena faktor nutrient • Monitor lingkungan selama makan
biologis, psikologis atau b.Nutritional Status : food and • Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
ekonomi. Fluid Intake makan
DS: c.Weight Control Setelah dilakukan • Monitor turgor kulit
-Nyeri abdomen tindakan keperawatan • Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
-Muntah selama....nutrisi kurang teratasi kadar Ht
• Monitor mual dan muntah
-Kejang perut dengan • Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
-Rasa penuh tiba-tiba setelah indikator: konjungtiva
makan  Albumin serum • Monitor intake nuntrisi
DO:  Pre albumin serum • Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
-Diare  Hematokrit nutrisi
-Rontok rambut yang berlebih  Hemoglobin • Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
-Kurang nafsu makan  Total iron binding capacity adekuat dapat dipertahankan.
-Bising usus berlebih  Jumlah limfosit • Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
-Konjungtiva pucat • Kelola pemberan anti emetik:.....
-Denyut nadi lemah • Anjurkan banyak minum
  • Pertahankan terapi IV line
• Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
TERIMA
KASIH
FAKTOR ENDOGEN
Banyak autoantibodi (terutama ANAs) diarahkan terhadap antigen intraseluler biasanya
'tak terlihat' untuk sistem kekebalan tubuh. Hal ini menunjukkan autoimunitas yang
berkembang, setidaknya dalam beberapa kasus, sebagai konsekuensi dari kematian sel
yang tidak normal atau disregulasi termasuk kematian sel terprogram (apoptosis).

Sebuah homolog manusia model hewan


adalah sindrom limfoproliferatif autoimun (ALPS), karena mutasi dari FAS, anak-anak
mengembangkan limfadenopati besar dan splenomegali dengan produksi
Autoantibody (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
BACK
FAKTOR EKSOGEN
Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab untuk sebagian
besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan antibiotik (khususnya minocycline)
dapat menyebabkan lupus. Sinar matahari dapat memicu kedua manifestasi kulit dan
sistemik lupus (dan neonatal lupus). Menelan jumlah yang sangat besar kecambah alfalfa
juga dapat menyebabkan lupus, pemicu aktif muncul menjadi L-canvanine. Peran, jika
ada, dari virus dan bakteri dalam memicu lupus tetap jelas meskipun perlu penelitian
yang cukup besar. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa infeksi tertentu adalah
penting dalam menyebabkan lupus.

Menariknya, ada peningkatan penyakit rematik pada orang dengan infeksi HIV, dan
penyakit autoimun termasuk lupus tampaknya menjadi lebih umum ketika ada restorasi
kompetensi kekebalan dengan penggunaan obat anti retro virus yang sangat aktif
BACK
(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).

Anda mungkin juga menyukai