Disusun oleh:
2019
KONSEP PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK
◎ Anak-anak sangat berbeda dengan orang dewasa dalam berbagai hal. Perbedaan yang ada
meliputi perbedaan anatomi dan fisiologis tubuh. Penilaian perioperatif seorang anak
yang akan menghadapi operasi tentunya membutuhkan perhatian khusus meliputi
pemahaman menyeluruh terhadap struktur anatomi dan fungsi fisiologis normal seorang
anak, pengaruh perjalanan penyakit terhadap kondisi fisik anak serta persiapan obat-
obatan dan tindakan perioperatif yang harus dilakukan untuk mempersiapkan kondisi
anak seoptimal mungkin dalam menjalani operasi.
◎ Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
1. Fase Praoperatif
Dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi;
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
3. Fase Pascaoperatif
Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah.
Semua bayi dan anak yang dijadwalnya untuk menjalani tindakan pembedahan harus
dinilai prabedah, baik untuk mendeteksi dini keadaan yang memerlukan terapi spesifik,
maupun untuk optimasi, serta untuk menesehati orang tuanya mengenai kemungkinan
keadaan selama anestesi dan pembedahan.
Dalam preopratif klien yang menjalani operasi masuk kedalam tempat pelayanan
kesehatan dalam berbagai tingkat kesehatan. Klien mungkin masuk rumah sakit atau pusat
bedah rawat jalan pada hari yang telah di tentukan dengan perasaan yang relatif sehat dan
siap menghadapi operasi elektif. Sebaliknya, seseorang dalam kecelakaan bermotor mungkin
menghadapi operasi darurat tanpa memiliki waktu untuk persiapan. Kemampuan untuk
menjalin hubungan dan memelihara hubungan profesional dengan klien merupakan
komponen penting dari fase perioperatif. Perawat harus melakukan ini dengan cepat, tetapi
penuh kasih dan efektif.
Klien telah melakukan berbagai uji dan prosedur untuk mengonfirmasi atau
menyingkirkan perubahan yang dibutuhkan dalam pembedahan. Kebanyakan pengujian
terjadi sebelum hari operasi. Biasanya klien yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan
harus menjalani tes yang dilakukan beberapa hari sebelum operasi. Pengujian yang
dilakukan pada hari operasi biasanya terbatas untuk tes seperti pemantauan glukosa untuk
klien dengan diabetes. Perawat perlu mengenali dengan baik tes tersebut, tujuannya, dan
bagaimana cara memonitor hasil.
B. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan fungsi
normal klien perioperatif untuk mencegah dan meminimalkan kemungkinan komplikasi
pascaoperasi. Rawat jalan dan program bedah pada hari yang sama memberikan tantangan
dalam pengumpulan pengkajian lengkap dalam waktu yang terbatas. Klien hanya diterima
dalam waktu beberapa jam sebelum pembedahan, sehingga sangat penting bagi anda untuk
mengatur dan memverifikasi data yang diperoleh sebelum operasi dan menerapkan rencana
perawatan perioperatif.
Sebagian besar pengkajian dimulai sebelum memasuki ruang bedah, tempat
penyedian layanagn kesehatan, klinik tempat penerimaan, klinik anestesi, atau melalui
telepon. Agar tidak membuang-buang waktu menduplikasi informasi dari pemeriksaan
praoperasi, fokuslah pada pengukuran penting untuk semua sistem tubuh untuk memastikan
bahwa tidak seorang pun mengabaikan masalah yang penting.
a. Riwayat keperawatan
Anda akan melakukan wawancara awal untuk mengumpulkan riwayat klien. Jika
klien tidak dapat dihubungkan dengan semua informasi yang diperlukan, percayakan
pada anggota keluarga sebagai sumber daya.
b. Riwayat Kesehatan
Tinjauan ulang riwayat medis klien ini termasuk penyakit dan operasi masa lalu
serta alasan utama mencari perawatan medis. Rekam medis klien saat ini dan catatan
medis dari rumah sakit masalalu adalah sumber data. Penyakit yang sudah ada
sebelumnya memengaruhi piliha agen anastesi yang di gunakan, serta kemampuan klien
untuk menoleransi operasi dan mencapai pemulihan penuh.
Tinjau kembali apakah klien menjalani apakah klien menjalani operasi rawat
jalan untuk kondisi medis yang meningkatkan resiko untuk komplikasi selama atau
setelah operasi. Sebagai contoh, klien yang memiliki riwayat gagal jantung kongesif
(congesive heart failure/CHF) mungkin mengalami penurunan lenih lanjut dalam fungsi
jantung, baik intraoperasi atau pascaoperasi.
Riwayat pembedahan sebelumnya memengaruhi tingkat perawatan fisik yang
dibutuhkan setelah prosedur pembedahan yang akan datang. Sebagai contoh, klien yang
telah menjalani toratoktomi sebelumnya memiliki resiko lebih besar untuk komplikasi
paru pascabedah reseksi tumor paru-paru dibandingkan dengan klien dengan paru-paru
normal.
c. Faktor Resiko
OSA adalah sindrom periodik, obstruksi jalan nafas lengkap atau sebagian
saat tidur. Hal ini sering diakibatkan oleh desaturasi oksigen saat tidur. Kaji riwayat
diagnosis OSA dan penggunaan saluran udara tekanan positif kontinu (CPAP),
tekanan ventilasi positif noninvasif (NIPPV), atau pemantauan apnea. Anjurkan
klien dengan diagnosis OSA menggunakan CPAP atau NIPPV untuk membawa
mesin mereka sendiri ke rumah sakit atau pusat bedah rawat jalan. Namun, banyak
klien dengan OSA tidak terdiaknosis. Oleh karena itu, untuk mengkaji resiko OSA,
pertanyaan difokuskan untuk klien dan keuarga tentang mendengkur, apnea saat
tidur, sering tersadar saat tidur, sakit kepala pagi, kantuk sinag hari, dan kelelahan
kronis.
5. Imunokompromis
Untuk klien dengan kanker, sumsum tulag dapat berubah dan meningkatkan
risiko infeksi. Selain itu, terapi radiasi kadang-kadang diberikan sebelum operasi
untuk mengurangi ukuran tumor/kanker sehingga dapat dilakukan pembedahan.
Radiasi memiliki beberapa efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihindari,
seperti kelebihan penipisan lapisan kulit, kerusakan kolagen, dan gangguan
vaskularisasi jaringan. Idealnya dokter bedah menunggu untuk melakukan operasi
4-6 minggu setelah selesai perawatan radiasi. Jika tidak, klien mugkin menghadapi
masalah penyembuhan luka serius. Selain itu, obat kemoterapi digunakan untuk
pengobatan kanker, obat imunosupresi digunakan untk mencegah penolakan setelah
kondisi transplantasi organ meningkatkan resiko infeksi.
6. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Jika klien secara teratur menggunakan resep atau obat diluar, dokter bedah atau
pemberi anastesi mungkin menghentikan sementara obat tersebut sebelum operasi atau
menyesuaikan dosis. Obat tertentu memiliki implikasi khusus untuk klien bedah,
menciptakan resiko lebih besar untuk komplikasi. Tanya klien jika mereka
mengonsumsi obat-obatan herbal, karena banyak klien melihat herbal tidak sebagai
obat-obatan dan sering menghilangkannya dari riwayat pengobatan mereka. Untuk klien
yang di rawat di rumah sakit, obat resep yang diambil sebelum operasi secara otomatis
dihentikan pascaoperasi kecuali pemberi layanan kesehatan meneruskan pengobatan
tersebut.
1. Alergi
Ketika klien memiliki penyakit kronis, keluarga yang bersangukatn takut bahwa
operasi akan mengakibatkan cacat lebih lanjut atau berharap bahwa ini akan meningkatkan
gaya hidup mereka.
Untuk memehami dampak operasi pada klien dan kesehatan emosional keluarga, kaji
perasaan klien tentang operasi, konsep diri, citra tubuh, dan sumber koping.
a. Operasi
Bedah pengangkatan dari setiap bagian tubuh yang sakit sering meninggalkan
cacat permanen. Kehilangan fungsi tertentu (misalnya, dengan kolostomi atau amputasi)
mungkin membentuk kekhawatiran klien. Kaji perubahan citra tubuh yang akan klien
terima akibat hasil dari operasi. Individu akan bereaksi berbeda tergantung pada
kebudayaan mereka, usia, konsep diri, dan harga diri.
b. Konsep diri
Klien degan konsep diri positif lebih mungkin untuk mengalami pendekatan
pengalaman bedah yang tepat. Kaji konsep diri dengan meminta klien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pribadi. Klien yang cepat mengkritik atau
menghina karakteristik pribadi mungkin memiliki penghargaan diri yang rendah.
c. Sumber koping
D. Pemeriksaan Fisik
a. Survei umum
Kaji klien terhadap penampilan kurang gizi. Tingi, berat badan, dan riwayat
penurunan berat badan baru-baru ini merupakan indikator yang penting untuk status
gizi. Tanda-tanda vital preoperatif, termasuk tekanan darah saat duduk dan berdiri,
memberikan data dasar yang penting untuk membandingkan perubahan yang terjadi
selama dan setelah operasi.
Periksa platum lunak dan sinus hidung. Sinus drainase adalah indikasi infeksi
sinus atau pernapasan. Periksalah distensi vena juguralis. Kelebihan cairan dalam sistem
peredaran darah atau kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efisien menyebabkan
distensi vena juguralis dan mengungkapkan resiko komplikasi kardiovaskuler selama
operasi.
Selama pemeriksaan mukosa oral, identifikasi apakah ada gigi yang longgar atau
gigi palsu karena mereka bisa lepas selama intubasi endotrakeal. Catat gigi palsu
sehingga mereka dapat dilepaskan sebelum operasi khususnya jika klien akan menerima
anastesi umum.
c. Kulit
Hati-hati memeriksa kulit, terutama pada kulit diatas tulang yang menonjol,
seperti tumit, siku, sakrum, dan tulang belikat. Selam operasi, klien sering kali
diletakkan pada posisi tetap selama beberapa jam. Akibatnya, klien memiliki
peningkatan risiko ulkus tekan.
Pengkajian pada pola pernapasan klien dan ekskursi dada dapat mengukur
kapasitas ventilasi. Penurunan fungsi ventilasi menempatkan klien pada resiko untuk
komplikasi pernapasan. Auskultasi suara napas akan menunjukkan apakah klien
mengalami kongesti paru atau penyempitan saluran napas. Atelektasis atau uap air yang
ada dalam saluran udara akan memperburuh pernapasan klien selama operasi.
Kaji karakter denyut apikal dan dengarkan suara jantung. Kaji denyut perifer,
pengisian kembali kapiler, serta warna dan suhu ekstremitas. Jika denyut nadi perifer
tidak terab, gunakan instrumen doppler untuk mengkajinya.waktu pengisian kembali
kapiler yang dapat diterima adalah kurang dari 2 detik.
f. Abdomen
Kaji abdomen untuk ukuran, bentuk, dan adanya distensi. Tanyakan apakah
klien buang air besar dengan teratur, dan tanyakan tentang warna dan konsistensi feses.
Auskultasi bunyi usus.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fotosinar-X dada adalah pemeriksaan kondisi jantung dan paru-paru
b. EKG adalah mengukur aktivitas listrik jantung untuk menentukan apakah denyut
jantung, irama, dan factor lainnya normal.
F. Diagnosis Keperawatan
G. Intervensi
Operasi tidak dapat di lakukan secara legal atau etik sampai klien memahami
kebutuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat risiko, hasil yang diharapkan dan
pengobatan alternatif.
b. Promosi kesehatan.
Klien dan keluarga perlu mengetahui tentang peristiwa pascaoperasi jika mereka
memahami frekuensi pemantauan tanda vital pascaoperasi sebelum hari operasi,
mereka akan lebih memperhatikan ketika perawat mengukur tanda vital. Anda juga
menjelaskan apakah klien cenderung untuk memiliki jalur IV. Pemantauan jalur,
perban, atau tabung drainase atau akan membutuhkan dukungan ventilator.
5) Menjelaskan prosedur bedah dan perawatan pascaoperasi.
Setelah dokter bedah menjelaskan tujuan dasar dari prosedur bedah. Beberapa klien
akan mengajukan pertanyaan tambahan untuk menjelaskan informasi. Pertama,
klarifikasi tentang apa yang di dikusikan klien dengan dokter bedah, ketika klien
memiliki sedikit atau tidak ada pemahaman tentang operasi, ahli bedah
memberitahu bahwa klien membutuhkan penjelasan lebih lanjutan dapat menambah
penjelasannya.
6) Menjelaskan kegiatan pascaoperasi, jenis operasi yang klien jalani menentukan
seberapa cepat mereka dapat melanjutkan aktivitas fisik normal dan kebiasaan
makan yang teratur, jelaskan bahwa kemajuan bertahap dalam aktivitas dan makan
adalah hal yang normal. Jika menoleransi dengan baik aktivitas dan diet, tingka
taktivitas akan maju lebih cepat.
7) Klien mengungkapkan penurunan rasa sakit.
Nyeri adalah salah satu ketakuatan klien. Nyeri setelah operasi tidak terduga.
Informasikan klien dan keluarga tentang intervensi yang tersedia untuk
mnghilangkan rasa sakit misalnya, analgesik, posisi, belat, dan latihan relaksasi
klien perlu mengetahui jadwal untuk obat analgesik, rute pemberian dan
efekefeknya.
8) Klien mengungkapkan perasaan mengenai bedah.
Kenali klien sebagai individu yang unik. Klien dan keluarga perlu waktu untuk
mengungkapkan perasaan tentang operasi. Tingkat kecemasan klien mempengaruhi
frekuensi diskusi. Sementara pemberian perawatan rutin, dorong klien untuk
mengekspresikan kecemasan. Keluarga dapat membantu mendiskusikan masalah
tanpa klien, sehingga rasa takut mereka tidak akan menakuti klien atau sebaliknya.
H. Perawatan Akut
Kegiataan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara fisik
mempersiapkan klien untuk bedah.
1. Persiapan fisik
Tingkat perawatan fisik sebelum operasi tergantung pada status kesehatan klien,
opersi direncanakan, dan preferensi dokter bedah. Seorang klien yang mengalami sakit
yang serius menerima perawatan yang lebih mendukung dalam bentuk obat-obata, terapi
cairan IV, dan monitoring daripada klien yang menghadapi prosedur elektif kecil.
2. Penatalaksanaan Cairan Normal dan Keseimbangan Elektrolit
Risiko mengalami infeksi luka bedah ditentukan oeh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang mencemari luka, kerentanan dari penderita, dan luka bedah itu
sendiri. Kulit merupakan tempat favorit mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang
biak. Tanpa persiapan kulit yang tepat, risiko infeksi luka pascaoperasi akan tinggi.
Banyak dokter bedah meminta klien mandi atau membersihkan diri saat malam sebelum
operasi.
4. Pencegahan Inkontinensia Bowel dan Kandung Kemih
Selama operasi dengan klien dibawah anastesi umum, kepala klien diposisikan
untuk memasukkan sebuah selang endotrakeal ke jalan napas. Prosedur ini mungkin
meibatkan manipulasi rambut dan kulit kepala klien. Untuk menghindari cidera, inta klien
untuk tidak menggunakan jepit rambut atau klip sebelum berangkat operasi. Jepit rambut
dan klip dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar. Hapus hiasan rambut
atau juga rambut palsu. Kepang atau ikat rambut panjang. Klien menggunakan topi sekali
pakai sebelum memasuki ruangan operasi.
3. Melepas Potesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama operasi.
Klien perlu melepas potesa, termasuk gigi palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar. Jika
klien memiliki penjepit atau belat, tanyaka kepada penyedia layanan kesehatan untuk
menentukan apakah bisa tetap digunakan oleh klien.
4. Nilai Kemanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada keluarga atau
simapn untuk diamankan. Banyak RS meminta klien untuk menandatangani surat untuk
membebaskan institusi dari tanggung jawab atas barang berharga yang hilang.
5. Mempersiapkan usus dan kandung kemih
Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum operasi
untuk memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya satu jam sebelum
klien akan pergi, berikan waktu bagi klien untuk defekasi tanpa terburu-buru.
Instruksikan klien untuk BAK sebelum berangkat ke ruang operasi dan sebelum
memberikan obat preoperasi. Kandung kemih yang kosong mengurangi rasa tidak
nyaman selama prosedur dan mengurangi risiko inkontinensia selama operasi.
6. Tanda-tanda Vital
Perawat mengukur suatu set tand vital final preoperatif. Jika tanda-tanda vital
praoperasi tidak normal, pembedahan mungkin perlu di tunda. Beritahukan penyedia
layanan kesehatan akan setiap kelanan, sebelum mengirim klien untuk operasi.
7. Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk
memastikan bahwa hasil laboratorium yang bersangkutan telah tersedia. Periksa formulir
persetujuan untuk keakuratan informasi. Sebuah daftar praoperasi menyediakan pedoman
untuk memastikan penyelesaian intervensi keperawatan. Periksa catatan keperawatan
untuk memastikan bahwa dkumentasi perawatan adalah yang terkini.
8. Melakukan prosedur khusus
Personil diruangan operasi memberitahukan divisi keperawatan atau area operasi bila
waktu operasi telah tiba. Dibanyak rumah sakit, perawat atau transpoter diminta membawa
tandu untuk mengakut klien. Transpoter mengcek gelang indentifikasi klien untuk dua
pengidentifikasian terhadap klien untuk memastikan bahwa orang yang tepat akan dioperasi.
Karena beberapa klien menerima obat praoperasi, para perawat dan transpoter membentu
klien saat dipinda dari tempat tidur ke brankar untuk mencegah jautuh. Klien rawat jalan
yang akan operasi dibawa keruangan operasi jika mampu dan tidak perlu obat-obatan,.
Berikan keluarga kesempatan untuk mengujungi klien sebelum diantar ke ruangan operasi.
Keluarga langsung keruangan tunggu. Di beberapa rumah sakit keluarga diperbolehkan
untuk menunggu bersama klien di rungan tunggu sampai dia dibawa ke rungan operasi.
Setelah klien meninggalkan divisi perawat siapkan tempat tidur dan ruangan untuk
mengembalikan klien jika klien kembali ke divisi perawatan yang sama. Sebuah unit
pascaoperasi harus memiliki hal-hal sebagai beikut :
1. Spignomanometer / monitor tekanan darah otomatis noninvasive, stetoskop dan
thermometer.
2. Mangkok emesis, gaun bersih, kain lap, handuk dan tisu wajah, tingkat IV
3. Peralatan pengisap, peralatan O2 dan oksimetri
4. Ekstra bantal untuk memposisikan klien dengan nyaman
Perawatan klien selama operasi membutuhkan persiapan yang hati-hati dan pengetahuan
tentang peristiwa yang terjadi selama prosedur pembedahan. Perawat biasanya berfungsi
dalam salah satu dari dua peran dalam ruang operasi, perawat sirkulasi atau perawat
scrub. Perawat sirkulasi haruslah seorang RN. Tanggung jawab perawat sirkulasi
meliputi penelaahan terhadap pengkajian praoperasi, menetapkan, dan melaksanakan
rencana perawatan intraoperatif, mengevaluasi perawatan, serta memastikan
kesinambungan perawatan pascaoperasi. Perawat sirkulasi membantu prosedur yang
dibutuhkan seperti intubasi endotrakeal dan administrasi darah. Selain itu, perawat
sirkulasi memonitor teknik streril dan lingkungan ruang operasi yang aman, membantu
ahli bedah dan tim bedah dengan mengoperasikan peralatan nonstreril, menyediakan
pasokan tambahan, verifikasi spons dan jumlah instrument, serta memastikan catatan
tertulis yang akurat dan lengkap.
Di beberapa RS, klien memasuki area holding, yang juga dikenal sebagai unit perawatan
preanestesi atau unit perawatan praoperasi (Presurgical Care Unit PSCU), di luar kamar
operasi. Di dalam PSCU, jelaskan langkah yang akan diambil dalam mempersiapkan
klien untuk bedah, pastikan bahwa data yang diperoleh telah tepat, kaji kesiapan klien
baik secara fisik dan emosional, dan perkuat pengajaran. Perawat di PSCU adalah
anggota staf kamar operasi dan memakai jas, topi, dan sepatu scrub bedah sesuai dengan
kebijakan pengendalian infeksi. Dalam beberapa tempat bedah rawat jalan, perawat
primer perioperatif menerima klien, bersikulasi untuk prosedur operasi, dan mengelola
pemulihan klien dan proses keluar.
Di area preoperatif, perawat atau ahli anestesi memasang selang IV ke lengan untuk
membuat rute pengganti cairan dan obat IV. Sebuah tabung besar (18 gauge) kateter IV
digunakan untuk memudahkan cairan infuse dan produk darah jika diperlukan. Perawat
memasang manset tekanan darah, yang tetap di tempatnya selama operasi sehingga
operator anestesi dapat membaca tekanan darah. Perawat biasanya meninjau daftar
praoperasi, dan penyedia anestesi dapat melakukan pengkajian klien saat ini.
Karena pengobatan praoperasi, klien mulai merasa mengantuk. Suhu di PSCU dan ruang
operasi yang berdekatan biasnya dingin. Tawarkan selimut tambahan pada klien.
Kesadaran mulai menurun saat ini. Lama tinggal klien dalam PSCU biasanya singkat.
Pindahkan klien ke ruang operasi melalui brankar. Klien biasanya masih terjaga dan akan
melihat perawat dan pemberi layanan kesehatan memakai masker bedah lengkap, gaun,
dan kacamata. Staf dengan hati-hati memindahkan klien ke meja ruang operasi, pastikan
bahwa brankar dan meja operasi terkunci di tempatnya. Setelah klien di atas meja,
kencangkan tali pengaman di sekitar klien. Dukung klien dengan menjelaskan prosedur
dan mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan. Pemandangan dan suara di kamar
bedah kadang-kadang menakutkan bagi klien.
Dalam PSCU, lakukan pengkajian berfokus pada praoperasi untuk memverifikasi bahwa
klien siap untuk operasi dan rencana perawatan intraoperatif. Karena klien tidak akan
mampu berbicara sendiri selagi di bawah anestesi umum, pengkajian praoperasi di dalam
ruang operasi adalah penting untuk keselamatan klien.
E. Implementasi
Fokus utama dari Asuhan Intraoperatif adalah untuk mencegah cedera dan komplikasi
berhubungan dengan anestesi, operasi, posisi, dan penggunaan peralatan. Perawat
perioperatif adalah pembela klien selama operasi dan melindungi mertabat dan hak-hak
klien setiap saat.
F. Perawatan Akut
Persiapan Fisik : Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi, pasang perangkat
monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang menerima anestesi umum dan regional
mendapatkan pemantauan EKG kontinu. Tempatkan elektroda pada dada dan kaki untuk
merekam aktivitas listrik jantung. Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan
aktivitas listrik jantung. Oksimetri pulsasi memonitor saturasi oksigen. Pasang alas pada
kauterisasi listrik pada kulit. Terapkan stoking antiemboli (Misalnya stoking elastis) atau
stoking kompresi sekuensial intraoperatif (terutama untuk kasus-kasus yang berdurasi
lama) atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan institusi. Dokumentasikan perangkat
aplikasi, pengisisan kembali kapiler, dan toleransi klien terhadap prosedur. Untuk operasi
ekstremitas, nilai denyut perifer distal di lokasi operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui
kandung kemih, kerongkongan, atau rektum.
G. Pengenalan Anestesi
Klien menjalani prosedur bedah menerima satu dari empat tipe anestesi yaitu :
1. Anestesi umum : Agen anestesi modern lebih mudah untuk pemulihan dan
memungkinkan klien untuk sembuh dengan efek negatif yang lebih sedikit.
Menghasilkan imobilisasi klien yang tenang dan tak bergerak dan tidak ingat
prosedur bedah. Durasi anestesi bergantung pada lamanya operasi. Risiko
terbesar dari anestesi umum adalah efek samping dari agen anestesi termasuk
depresi kardiovaskuler atau iritabilitas, depresi pernapasan, serta kerusakan hati
dan ginjal.
4. Sedasi Sadar : Secara rutin digunakan untuk prosedur yang tidak memerlukan
anestesi lengkap melainkan tingkat kesadaran yang ditekan. Seorang klien
dibawah sedasi sadar independen harus mempertahankan jalan napas yang
paten dan ventilasi yang memadai dan mampu merespon dengan tepat terhadap
rangsangan verbal atau stimulasi taktil ringan (Rothrock, 2007). Sedative IV
yang bekerja singkat, seperti midazolam (Versed) diberikan. Keuntungan dari
sedasi sadar meliputi sedasi yang memadai dan mengurangi rasa takut dan
kecemasan dengan risiko minimal,amnesia, menghilangkan rasa sakit dan
rangsangan berbahaya, tanda-tanda vital klien stabil, serta pemulihan cepat.
Selama fase intaoperatif, lanjutkan rencana perawatan praoperasi. Sebagai contoh, ikuti
asepsis ketat untuk meminimalkan risiko infeksi luka bedah. Sepanjang prosedur operasi,
pastikan catatan kegiatan perawatan klien dan prosedur yang dilakukan oleh personel
kamar operasi telah akurat. Dokumentasi perawatan intraoperatif memberikan data yang
berguna untuk periode pascaoperasi klien.
I. Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperatif selama prosedur bedah. Terus
pantau tanda vital asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien Selma dan setelag
penyelesaian prosedur. Periksa kulit dibawah landasan alas dan didaeran dimana posisi
tertekan dan berikan informasi terkini pada anggota keluarga di rungan tunggu.
Fasilitas ruangan pemulihan dan ruangan perawatan anak harus dapat memberikan
pengawasan berkesinambungan patensi jalan nafas, ventilasi yang cukup, dan stabilitas
sirkulasi. Sekuele anestesi umum yang sering terjadi pada bayi dan anak meliputi eksitasi
pasca anestesi, muntah dan nyeri. Pada kebanyakan kasus muntah dapat diredakan
dengan pemberian butirofenon (droferidol), fenotiazin (proklorferasi), metoklopranid
atau ondasentron.
Dimana dalam tahap ini, setelah operasi perawatan klien menjadi kompleks sebagai
akibat dari perubahan fisiologi yang terjadi klien yang menjalani anestesi umum lebih
cendrung mengadapi komplikasi dari pada mereka yang hanya bius lokal atau sedasi
sadar. Klien yang membutuhkan anestesi umum juga memiliki area operasi yang luas.
Sebaliknya, klien bedah rawat jalan yang telah mandapat anestesi lokal dengan tidak
adanya sedasi dan memiliki tanda-tanda vital stabil biasanya segara keluar dari rumah
sakit. Seorang klien yang telah mengalami anestesi regional atau umum biasanya
ditransfer ke PACU akan stabil keluar dari RS, sedangkan klien yang mendapatkan
anestesi lokal pergi langsung ke unit perawatan atau kembali ke pusat operasi berjalan.
Sebelum program pascaoperasi klien melibatkan dua tahap, yaitu : periode pemulihan
segera dan pemulihan pascaoperasi. Untuk klien bedah rawat jalan, pemulihan
berlangsung hanya 1-2 jam, dan pemulihan terjadi dirumah untuk klien dirawat dirumah
sakit, pemulihan terjadi selama beberapa jam dan menjalani proses penyembuhan terjadi
1 atau lebih, tergantung pada tingkat operasi dan respon klien.
1. Pemulihan segera pascaoperatif
Evaluasi kesiapan klien untuk keluar dari PACU dengan sadar kesetabilan
tanda vital dibandingkan dengan data praoperasi . hasil lab keluar termasuk
control tubuh. Fungsi ventilator yang baik dan status oksigenasi. Orientasi
kedaerah sekitarnya. Tidak ada komplikasi sakit dan mual minimal. Drainase
luka terkendali, keluaran urine yang memadai serta keseimbangan cairan dan
elektrolit. Klien yang operasi luas memerlukaan anestesi dengan durasi yang
lebih lama dari biasanya sembuh lebih lambat.
Ketika klien siap untuk dipulangkan dari PACU, omunikasi penyeraha lain
terjadi anatar PACU dan perawat pada unit keperawatan. Komunikasi ini melipti
tanda-tanda vital, jenis operasi dan anestesi yang dilakukan, kehilangan darah,
penurunan kesadaran, kondisi fisik umum, adanya jalur IV, tabung drainase dan
tampilan. Laporan perawat PACU membantu perawat pada tatanan perawatan
akut untuk mengantisipasi kebutuhan khusus klien dan mendapatkan peralatan
yang diperlukan.
Staf kamar operasi memindahkan kilen kebrankar menuju ke unit
perawatan. Anggota staf mentransfer klien ke tempat tidur dengan aman. Perawat
PACU,jika membantu memindahkan klien, menunjukan asuhan keperawatan
akut, catatan ruang pemulihan, ulasan kondisi klien dan tentu saja perawatan.
Perawat PACU, juga menlaah ulang perintah penyedia perawatan kesehatan yang
membutuhkan perhatian. Sebelum perawat PACU meninggalkan daerah akut,
staf perawat malakukan satu se pengkajian lengkap tanda vital untuk
membandingkan dengan temuan PACU. Variasi minor tanda vital terjadi setelah
transportasi klien.
3. Pemulihan bedah rawat jalan
Klien rawat inap tetap di PACU sampai kondisi merea stabil, mereka emudian
kembali pada defisi perawatan pascaoperasi. Asuhan keperawatan berfokus pada
pengembalian klien ke tingkat kesehatan yang relative fungsional segera
mungkin. Kecepatan pemulihan tergantung pada jenis atau tingkat operasi, factor
resiko, manajemen nyeri, dan komplikasi pascaoperasi.
Pada devisi perawatan akut : kaji jalan nafas, peredaran darah, cairan dan elektrolit, saraf,
kulit, dan insisi / status luka, sampai klien keluar dari fasilitas perawatan akut.
Pengelolaan klien juga penting.
1. Pengkajian
Pada bayi yang lebih muda, terutama usia kurang dari 6 bulan,
pemeliharan jalan nafas dan kecukupan upaya bernafas lebih menimbulan
masalah, sesehingga lebih banyak menggunakan endotrakeal pada kasus-kasus
ini, kecuali untuk operasi yang sangat singkat.
Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi pernafasan. Jadi waspadai
pernafasan dangkal, lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan nafas, irama,
kedalam ventilasi, simetris gerakan dinding dada, suara nafas dan warna mukosa.
Jika bernafas tida biasa dangkal, letakan tangan anda didekat hidung atau mulut
klien merasa hembusan udara. Nilai normal oksimetri pulsa berkisar antara 92%
dan 100% saturasi kebingungan pascaoperasi marupakan efek sekuder dari
hipoksi, terutama pada anak.
Alat jalan nafas mulut dan hidung sering dimasukan saat berada di dalam
kamar operasi atau PACU setelah pengangatan selang endotrakeal. Hal ini
memelihara kepatenn jalan nafas sampi klien dapa menlindungi jalan nafas
mereka. Ketia klien terbangun , merka akan meludhkan alat jalan nafas atau
perawat meminta klien meludahinnya, kemampuan untuk melakukannya
menandakan kembali reflex muntah normal.
Pada klien pasca anestesi lidah penyeb sebagian besar penghalang jalan
nafas, pengkajian akan kepatenan jalan nafas yang terus menerus sngat penting.
Klien tetap dalam posisi berbaring miring sampai nafas bersih.
b. Transfusi darah
Biasanya pada bayi akan terjadi hipotermi atau hipertermi, jika ruang
operasi dan lingkungan kamar pemulihan sangat dingin. Klien secara anestesi
menurunkan tingkat fungsi tubuh dan akhirnya menurunkan metabolisme dan
suhu tubuh. Ketika klien mulai terbangun, mereka mengeluh mersa diingin dan
tidak nyaman. Lama waktu yang dihabiskan di rungan operasi dan rungan lama
berkontribusi terhadap kehilangan panas. Operasi yang mengharuskan rongga
tubuh terbuka juga berkontribusi terhada kehilangna panas. Monitor suhu dengan
teliti dibagian perawatan akut, karena suhu tinggi mengkin merupakan indikasi
pertama infeksi, evaluasi klien untuk potensi sumber infeksi termasuk lokasi IV,
sayatan luka bedah, serta saluran pernafasan dan saluran kemih.
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Didalam PACU kaji kondisi kulit klien, titik-titik ruam, peteki, lecet atau
luka bakar. Ruam biasanya menunjukan sensitivitas obat atau alergi. Lecet dan
peteki didapat dari hasil posisi yang tidak sesuai atau tahanan yang melapisi
lapisan kulit atau dari gangguan pembukuan. Rasa terbakar mungkinmenujukan
bahwa landasan alat kauterisasi listrik saahditempata pada kulit klien.
Setelah operasi hamper semua luka bedah diperban untuk melindungi
lokasi luka dan mengumpulakn drainase. Perhatikan jumlah,warna,bau dan
kosistensi drainase diperban. Hal ini paling mudah digunakan untuk segera meliha
drainase serosanguineous pasca operasi. Jia drainase muncul pada permukaan luar
pembalut, cara lain untuk menilai drainase adalah menandai parameter luar dari
drainase dengan plester atau menandai dan member tanggal pad waktu yang
tercatat. Dengan cara ini dapat dngan mudah mencatat jika drainase meningkat.
g. Fungsi perkemihan
Ketika klien bagun dari anestesi umum, sensasi rasa sakit menjadi
menonjol. Klien meraskan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesdaran penuh.
Nyeri insisi aku menyabakan klien menjadi gelisah dan mengkin menjadi
tanggungjawab atas perubahan sementara pada tanda vital. Sulit bagi klien untuk
mulai batuk dan sulit bernafas dalam ketika mereka merasa nyeri. Klien
mendapatkan anestesi regional atau local biasanya tidak mengalami sakit pada
awalnya, karena daerah insisi masih dibius. Pengajian atas ketidaknyamaan klien
dan evaluasi terapi nyeri adalah fungsi penting perawat. Skala nyeri metode yang
efektif bagi parawat untuk menilai nyeri pascaoperatif, mengevaluasi respon
terhadap analgesic, dan objektif dokumen keparahan nyeri.
2. Diagnosis Keperawatan
Selama fase penyembuhan, gunakan data pengkajian fisi saat ini, dan analisis
perawatan praoperasi untuk renaca perawatan klien. Intruksikan dokter bedah
pascaoperasi juga menjadi pedoman. Instruksi pascaoperasi yang khas meliputi :
1) Pantau tanda vital dan pengkajian khusus dengan sering
2) Jenis cairan IV dan kecepatan cairan
3) Penerusan obat sebelum operasi sebagai kondisi yang memungkinkan
4) Cairan dan makanan yang diperoleh lewat mulut
5) Tingkat aktivitas klien yang diperbolehkan untuk dilanjutkan
6) Posisi klien yang harus dipertahakan sementara di tempat tidur
7) Masukan dan keluaran
8) Laboratorium tes dan foto sinar – x
9) Arahan khusus
Setelah mendapatkan hasil akhir, klien pada akhirnya akan mencapai tujuan
mobilitas independen pada tingkat praoperasi atau lebih baik. Maka hasil yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
Menetapkan prioritas :
Perawatan kelaborasi :