Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A.Definisi keperawatan perioperatif


Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi).Ini terjadi di
rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang
 berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman bedah pasien.
Factor-faktor penting yang terkaitan dalam pembedahan yaitu penyakit pasien,
 pembedahan yang dilakukan dan factor pasien sendiri. Dari ketiga factor tersebut
factor pasien merupakan hal yang peling penting, karena pada factor penyakit tertentu
dan factor tindakan pembedahan adalah hal yang sudah berjalandengan baik dan
 benar.
Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting,
termasuk hal-hal berikut :
1.Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada keselamatan
klien
2.Kerja tim multidisiplin
3.Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien, dan
tim bedah.
4.Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.
5.Advokasi untuk klien dan keluarga klien
6.Memahami pengendalian biaya.

KEPERAWATAN BEDAH PRAOPERASI


A. Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif
Semua bayi dan anak yang dijadwalnya untuk menjalani tindakan pembedahan harus
dinilai prabedah, baik untuk mendeteksi dini keadaan yang memerlukan terapi
spesifik, maupun untuk optimasi, serta untuk menesehati orang tuanyamengenai
kemungkinan keadaan selama anestesi dan pemedahan.
Dalam preopratif klien yang menjalani operasi masuk kedalam tempat pelayanan
kesehatan dalam berbagai tingkat kesehatan. Klien mungkin masuk rumah sakit atau
 pusat bedah rawat jalan pada hari yang telah di tentukan dengan perasaan yang relatif
sehat dan siap menghadapi operasi elektif. Sebaliknya, seseorang dalam kecelakaan
 bermotor mungkin menghadapi operasi darurat tanpa memiliki waktu untuk
persiapan. Kemampuan untuk menjalin hubungan dan memelihara hubungan
profesional dengan klien merupakan komponen penting dari fase perioperatif. Perawat
harus melakukan ini dengan cepat, tetapi penuh kasih dan efektif.
Klien telah melakukan berbagai uji dan prosedur untuk mengonfirmasi atau
menyingkirkan perubahan yang dibutuhkan dalam pembedahan. Kebanyakan
 pengujian terjadi sebelum hari operasi. Biasanya klien yang dijadwalkan untuk
operasi rawat jalan harus menjalani tes yang dilakukan beberapa hari sebelum operasi.
Pengujian yang dilakukan pada hari operasi biasanya terbatas untuk tes seperti
pemantauan glukosa untuk klien dengan diabetes. Perawat perlu mengenali dengan
baik tes tersebut, tujuannya, dan bagaimana cara memonitor hasil.
B. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan fungsi normal
klien perioperatif untuk mencegah dan meminimalkan kemungkinan komplikasi
pascaoperasi. Rawat jalan dan program bedah pada hari yang sama memberikan
tantangan dalam pengumpulan pengkajian lengkap dalam waktu yang terbatas. Klien
hanya diterima dalam waktu beberapa jam sebelum pembedahan, sehingga sangat
penting bagi anda untuk mengatur dan memverifikasi data yang diperoleh sebelum
operasi dan menerapkan rencana perawatan perioperatif.
Sebagian besar pengkajian dimulai sebelum memasuki ruang bedah,
tempat penyedian layanagn kesehatan, klinik tempat penerimaan, klinik anestesi, atau
melalui telepon. Agar tidak membuang-buang waktu menduplikasi informasi dari
pemeriksaan praoperasi, fokuslah pada pengukuran penting untuk semua sistem tubuh
untuk memastikan bahwa tidak seorang pun mengabaikan masalah yang penting.
a. Riwayat keperawatan
Anda akan melakukan wawancara awal untuk mengumpulkan riwayat klien. Jika
klien tidak dapat dihubungkan dengan semua informasi yang diperlukan, percayakan
pada anggota keluarga sebagai sumber daya.
b. Riwayat Kesehatan
Tinjauan ulang riwayat medis klien ini termasuk penyakit dan operasi masa lalu serta
alasan utama mencari perawatan medis. Rekam medis klien saat ini dan catatan medis
dari rumah sakit masalalu adalah sumber data. Penyakit yang sudah ada sebelumnya
memengaruhi piliha agen anastesi yang di gunakan, serta kemampuan klien untuk
menoleransi operasi dan mencapai pemulihan penuh.
Tinjau kembali apakah klien menjalani apakah klien menjalani operasi rawat
 jalan untuk kondisi medis yang meningkatkan resiko untuk komplikasi selama atau
setelah operasi. Sebagai contoh, klien yang memiliki riwayat gagal jantung kongesif
(congesive heart failure/CHF) mungkin mengalami penurunan lenih lanjut dalam
fungsi jantung, baik intraoperasi atau pascaoperasi.
Riwayat pembedahan sebelumnya memengaruhi tingkat perawatan fisik yang
dibutuhkan setelah prosedur pembedahan yang akan datang. Sebagai contoh, klien
yang telah menjalani toratoktomi sebelumnya memiliki resiko lebih besar untuk
komplikasi paru pascabedah reseksi tumor paru-paru dibandingkan dengan klien
dengan paru-paru normal.
c. Faktor Resiko
Berbagai kondisi dan faktor meningkatkan risiko operasi seseorang. Pengetahuan
tentang faktor resiko memungkinkan anda untuk mengambil tindakan yang diperlukan
dalam perencanaan perawatan.
1. Umur
Klien yang sangat muda dan sangat tua memiliki resiko selama operasi karena
belum matang atau menurunnya status fisiologis. Angka mortalitas lebih tinggi pada
klien bedah yang sangat muda dan sangat tua. Selama operasi, perawat dan pemberi
layanan kesehatan sangat memperhatikan hal yang berkaitan dengan mempertahankan
suhu tubuh normal bayi. Bayi memiliki refleks menggigil yang belum cukup
berkembang, dan variasi tentang sushu sering terjadi.
Selama operasi, bayi mengalami kesulitan mempertahankan volume sirkulasi darah
normal. Seorang bayi memiliki jumlah volume darah total yang lebih sedikit
dibandingkan anak yang lebih tua orang dewasa. Bahkan kehilangan sejumlah kecil
darah menjadi masalah yang serius. Mengurangi volume sirkulasi menyulitkan bayi
untuk merespon tuntutan peningkatan oksigen selama operasi.
Seiring usia yang lebih tinggi, klien memiliki kapasitas fisik yang menurun untuk
beradaptasi dengan stres operasi karena penurunan fungsi tubuh tertentu. Meskipun
beresiko, sebagian besar klien yang menjalani operasi adalah lansia.
2.  Nutrisi
Jaringan normal memperbaiki diri dan bertahan terhadap infeksi tergantung pada
gizi yang cukup. Bedah mengintensifkan kebutuhan ini. Setelah operasi, klien
membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk memelihara cadangan energi.
Peningkatan protein, vitamin A dan C. Seorang klien yang kekurangan gizi rentan
terhadap toleransi yang rendah terhadap anestesi, keseimbangan negatif nitrogen dari
kekurangan protein, gangguan mekanisme pembekuan darah, infeksi, penyembuhan
luka yang lama, dan
 potensi untuk kegagalan multiorgan. Banyak klien yang di rawat di rumah sakit
menampilkan beberapa derajat gizi buruk. Jika klien telah menjalani operasi elektif,
coba perbaiki ketidakseimbangan nutrisi sebelum operasi.
 Namun, jika klien yang kurang gizi harus menjalani prosedur darurat, upaya untuk
memulihkan gizi dilakukan setelah operasi.
3. Obesitas
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan dengan mengurangi fungsi ventilasi
dan fungsi jantung. Apnea obstruksif, hipertensi, penyakit arteri koroner, diabetes
melitus, dan gagal jantung kongesif yang umum di populasi
 bariatrik (kegemukan). Embolus, atelektasis, dan pneumonia juga merupakan
komplikasi pascaoperasi yang lebih sering pada klien yang obesitas. Klien sering
mengalami kesulitan memulai kembali aktivitas fisik normal setelah
 pembedahan serta rentan untuk penyembuhan luka dan infeksi luka karena struktur
jaringan lemak yang kurang berisi suplai darah. Sering kali sulit untuk menutup luka
bedah klien yang obesitas karena adanya lapisan adiposa yang tebal, sehingga klien
beresiko untuk mengalami dehisens (pembukaan garis
 jahitan) dan pengeluaran isi perut yang menonjol melalui sayatan bedah.
4. Apnea Tidur Obstruksif (Obstruktive Sleep Apnea/OSA)
OSA adalah sindrom periodik, obstruksi jalan nafas lengkap atau sebagian saat
tidur. Hal ini sering diakibatkan oleh desaturasi oksigen saat tidur. Kaji riwayat
diagnosis OSA dan penggunaan saluran udara tekanan
 positif kontinu (CPAP), tekanan ventilasi positif noninvasif (NIPPV), atau
 pemantauan apnea. Anjurkan klien dengan diagnosis OSA menggunakan CPAP atau
NIPPV untuk membawa mesin mereka sendiri ke rumah sakit atau
 pusat bedah rawat jalan. Namun, banyak klien dengan OSA tidak terdiaknosis. Oleh
karena itu, untuk mengkaji resiko OSA, pertanyaan difokuskan untuk klien dan
keuarga tentang mendengkur, apnea saat tidur, sering tersadar saat tidur, sakit kepala
pagi, kantuk sinag hari, dan kelelahan kronis.
5. Imunokompromis
Untuk klien dengan kanker, sumsum tulag dapat berubah dan meningkatkan risiko
infeksi. Selain itu, terapi radiasi kadang-kadang diberikan sebelum operasi untuk
mengurangi ukuran tumor/kanker sehingga dapat dilakukan pembedahan. Radiasi
memiliki beberapa efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihindari, seperti
kelebihan penipisan lapisan kulit, kerusakan kolagen, dan gangguan vaskularisasi
jaringan. Idealnya dokter bedah menunggu untuk melakukan operasi 4-6
minggu setelah selesai perawatan radiasi. Jika tidak, klien mugkin
menghadapi masalah penyembuhan luka serius. Selain itu, obat kemoterapi
digunakan untuk pengobatan kanker, obat imunosupresi digunakan untk mencegah
penolakan setelah kondisi transplantasi organ meningkatkan resiko infeksi.
6. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh merespons operasi sebagai bentuk trauma. Pemecahan sejumlah besar protein
menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif, dan terjadi
peningkatan tingkat glukosa darah. Sebagai hasil dari respons stres adrenokortikal,
tubuh menahan natrium dan air, dan mengeluarkan kalium dalam 2 sampai 5 hari
pertama setelah operasi. Tingkat keparahan dari respon stres memengaruhi tingkat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Persepsi dan pengetahuan tentang bedah
Pengalaman masa lalu klien terhadap operasi memengaruhi respons fisik dan
psikologis terhadap prosedur. Kaji pengalaman klien yang sebelumnya terhadap
operasi sebagi dasar untuk pengajaran, mengatasi ketakutan,dan menjelaskan
kekhawatiran. Minta klien untuk mendiskusikan jenis operasi sebelumnya, tingkat
ketidaknyamanan, tingkat kecacatan, dan tingkat perawatan ynag dibutuhkan secara
keseluruhan.
Pengalaman bedah memengaruhi keutuhan keluarga secara keseluruhan, begitu juga
klien. Oleh karena itu, persiapkan baik klien dan keluarga untuk pengalaman bedah.
Pemahaman terhadap pengetahuan klien dan keluarga, harapan dan persepsi
memungkinkan anda untuk merencanakan pengajaran dan untuk memberikan
tindakan dukungan emosional individual.
Setiap klien merasa takut terhadap tempat pembedahan. Beberapa dikarenakan
pengalaman masa lalu di rumah sakit, peringatan dari teman dan keluarga, atau
kurangnya pengetahuan. Kaji pemahaman klien dari operasi yang direncanakan,
implikasinya, dan kegiatan pascaoperasi yang direncanakan. Ajukan pertanyaan
seperti “ceritakan apa yang anda pikir akan terjadi sebelum dan sesudah operasi”
atau “jelaskan apa yang anda ketahui tentang operasi”.
d. Riwayat Pengobatan
Jika klien secara teratur menggunakan resep atau obat diluar, dokter
 bedah atau pemberi anastesi mungkin menghentikan sementara obat tersebut sebelum
oerasi atau menyesuaikan dosis. Obat tertentu memiliki implikasi khusus untuk klien
bedah, menciptakan resiko lebih besar untuk komplikasi. Tanya klien jika mereka
mengonsumsi obat-obatan herbal, karena banyak klien melihat herbal tidak sebagai
obat-obatan dan sering menghilangkannya dari riwayat pengobatan mereka. Untuk
klien yang di rawat di rumah sakit, obat resep yang diambil sebelum operasi
secara otomatis dihentikan pascaoperasi kecuali pemberi layanan kesehatan
meneruskan pengobatan tersebut.
1. Alergi
Kaji adanya alergi obat-obatan yang klien terima selama periode
 perioperatif. Selain itu, kaji terhadap alergi lateks, makanan, dan alergi kontakk
(misalnya; plester, salep, atau solusi cairan).
2. Sumber Dukungan
Penting untuk menentukan sejauh mana dukungan dari anggota keluarga dan teman-
teman klien. Karena keluarga tidak selalu berarti hubungan darah, maka yang terbaik
adalah membiarkan klien mengidentifikasi sumber dukungannya.
e. Pengkajian Nyeri Praoperasi
Pengkajian praoperasi harus mencakup penggunaan instrumen rasa sakit untuk
menilai keberadaan dan tingkat keparahan nyeri. Beberapa instrumen untuk klien
anak dan dewasa telah menunjukkan reliabilitas dan validitas. Pengkajian nyeri sering
kita perlukan untuk mengingatkan perawat untuk mengobati rasa sakit dan menilai
keberhasilan dari intervensi nyeri.
C. Tinjauan Kesehatan Emosional
Ketika klien memiliki penyakit kronis, keluarga yang bersangukatn takut bahwa
operasi akan mengakibatkan cacat lebih lanjut atau berharap bahwa ini akan
meningkatkan gaya hiduo mereka.
Untuk memehami dampak operasi pada klien dan kesehatan emosional keluarga,
kaji
 perasaan klien tentang operasi, konsep diri, citra tubuh, dan sumber koping.
1.Operasi
Bedah pengangkatan dari setiap bagian tubuh yang sakit sering meninggalkan cacat
permanen. Kehilangan fungsi tertentu (misalnya, dengan kolostomi atau amputasi)
mungkin membentuk kekhawatiran klien. Kaji perubahan citra tubuh yang akan klien
terima akibat hasil dari operasi. Individu akan bereaksi berbeda tergantung pada
kebudayaan mereka, usia, konsep diri, dan harga diri.
2.Konsep diri
Klien degan konsep diri positif lebih mungkin untuk mengalami pendekatan
 pengalaman bedah yang tepat. Kaji konsep diri dengan meminta klien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pribadi. Klien yang cepat mengkritik atau
menghina karakteristik pribadi mungkin memiliki penghargaan diri yang rendah.
3.Sumber koping
Pengkajian perasaan dan konsep diri mengungkapkan apakah klien dapat mengatasi
stress pada pembedahan. Tanyakan klien tentang manajemen stres masa lalu dan
perilaku yang membantu menyelesaikan segala ketegangan atau kegugupan. Ketika
melihat sumber koping klien, tanyakan klien tentang anggota keluarga dan teman-
teman tertentu yang mungkin memberikan dukungan.
D.Pemeriksaan Fisik
1.Survei umum
Kaji klien terhadap penampilan kurang gizi. Tingi, berat badan, dan riwayat
 penurunan berat badan baru-baru ini merupakan indikator yang penting untuk status
gizi. Tanda-tanda vital preoperatif, termasuk tekanan darah saat duduk dan
 berdiri, memberikan data dasar yang penting untuk membandingkan perubahan yang
terjadi selama dan setelah operasi.
2.Kepala dan leher
Periksa platum lunak dan sinus hidung. Sinus drainase adalah indikasi infeksi sinus
atau pernapasan. Periksalah distensi vena juguralis. Kelebihan cairan dalam sistem
peredaran darah atau kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efisien
menyebabkan distensi vena juguralis dan mengungkapkan resiko komplikasi
kardiovaskuler selama operasi.
Selama pemeriksaan mukosa oral, identifikasi apakah ada gigi yang longgar atau gigi
palsu karena mereka bisa lepas selama intubasi endotrakeal. Catat gigi palsu sehingga
mereka dapat dilepaskan sebelum operasi khususnya jika klien akan menerima
anastesi umum.
3.Kulit
Hati-hati memeriksa kulit, terutama pada kulit diatas tulang yang menonjol, seperti
tumit, siku, sakrum, dan tulang belikat. Selam operasi, klien sering kali diletakkan
pada posisi tetap selama beberapa jam. Akibatnya, klien memiliki peningkatan risiko
ulkus tekan.
4.Toraks dan Paru
Pengkajian pada pola pernapasan klien dan ekskursi dada dapat mengukur kapasitas
ventilasi. Penurunan fungsi ventilasi menempatkan klien pada resiko untukkomplikasi
pernapasan. Auskultasi suara napas akan menunjukkan apakah klien mengalami
kongesti paru atau penyempitan saluran napas. Atelektasis atau uap air yang ada
dalam saluran udara akan memperburuh pernapasan klien selama operasi.
5.Jantung dan Sistem Vaskular
Kaji karakter denyut apikal dan dengarkan suara jantung. Kaji denyut perifer,
 pengisian kembali kapiler, serta warna dan suhu ekstremitas. Jika denyut
nadi perifer tidak terab, gunakan instrumen doppler untuk mengkajinya.waktu
pengisian kembali kapiler yang dapat diterima adalah kurang dari 2 detik.
6.Abdomen
Kaji abdomen untuk ukuran, bentuk, dan adanya distensi. Tanyakan apakah klien
 buang air besar dengan teratur, dan tanyakan tentang warna dan konsistensi feses.
Auskultasi bunyi usus.
E.Pemeriksaan diagnostik :
1.Fotosinar-X dada adalah pemeriksaan kondisi jantung dan paru-paru
2.EKG adalah mengukur aktivitas listrik jantung untuk menentukan apakah denyut
 jantung, irama, dan factor lainnya normal.
F.Diagnosis keperawatan
Kelompokan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan
selama pengajian untuk mendefinisikan diagnosis keperawatan untuk klien bedah.
Klien dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya cenderung memiliki
berbagai diagnosis berisiko. Sebagai contoh, klien yang sudah menderita bronkitis,
memiliki suara nafas tidak normal dan batuk produktif, akan berisiko untuk
tidakefektifnya bersihan jalan nafas. Sifat operasi dan status kesehatan klien
memberikan definisi karakteristik untuk beberapa diagnosis keperawatan. Sebagai
contoh klien yang sedang mengalami pembedahan yang berisiko dalam
berkembangnya infeksi di lokasi bedah, di lokasi IV, atau dalam aliran darah (sepsis).
Diagnosis risiko infeksi akan membutuhkan perhatian anda dari saat masuk sampai
masa pemulihan.
G.Intervensi
Intervensi untuk keperawatan perioperatif menyedikan klien /keluarga pemahaman
lengkap tentang operasi dan menekankan klien secra fisik dan psikologis untuk
intervensi bedah.
a.Invormed consent. Operasi tidak dapat di lakukan secara legal atau etik sampai klien
memahami kebutuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat risiko, hasil yang
diharapkan dan pengobatan alternative.
 b. Promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi focus
 pada pemeliharaan kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi
yang mungkin dibutuhkan pascaoperasi.
1)Pendidikan praoperatif
Pendidikan untuk klien merupakan aspek penting dari pengalaman bedah klien,
disediakan dalam format yang sistematis dan terstruktur dengan prinsip- prinsip
mengajara dan belajar, pendidikan praoperatif berkaitan dengan harapan klien
pascaoperasi dan memberikan pengaruh positif terhadap pemulihan klien. Perawat
memanggil klien sampai dengan 1 minggu sebelum operasi untuk memperjelas
pertanyaan dan memperkuat penjelasan.
2)Klien menyebut alasan intruksi praoperasi dan latihan.
Dengan memberikan dasar pemikiran untuk prosedur praoperasi
danpascaoperasi, klien lebih siap untuk berpartisipasi dalam perawatan, setiap
program pengajaran praoperasi termasuk didalamnya penjelasan dan demonstrasi
latihan pascaoperasi, yaitu pernafasan diafragma, spirometri insentif, batuk, berbalik,
dan olahraga kaki. Latihan ini membantuk .mencegah komplikasi pascaoperasi.
3)Klien menyebutkan waktu bedah tatalaksana kepada klien dan keluarga
 perkiraan waktu operasi akan dimulai dan kapan mereka harustiba di rumah sakit
atau ASC, dokter bedah akan menginformasikan klien dan keluarga tentang antisipasi
lamanya operasi. penundaan yang tidak terduga terjadi karena berbagai alasan. Buat
keluarga mengerti bahwa penundaan terjadi karena berbagai alas an dan tidak selalu
menunjukkan masalah.
4)Klien membahas monitoring dan terapi antisipasi pascaoperasi.
Klien dan keluarga perlu mengetahui tentang peristiwa pascaoperasi jika mereka
memahami frekuensi pemantauan tanda vital pascaoperasi sebelum hari operasi,
mereka akan lebih memperhatikan ketika perawat mengukur tanda vital. Anda juga
menjelaskan apakah klien cenderung untuk memiliki
 jalur IV. Pemantauan jalur, perban, atau tabung drainase atau akan membutuhkan
dukungan ventilator.
5)Klien menjelaskan prosedur bedah dan perawatan pascaoperasi.
Setelah dokter bedah menjelaskan tujuan dasar dari prosedur bedah. Beberapa klien
akan mengajukan pertanyaan tambahan untuk menjelaskan informasi. Pertama,
klarifikasi tentang apa yang di dikusikan klien dengan dokter bedah, ketik aklien
memiliki sedikit atau tidak ada pemahaman tentang operasi, ahli bedah memberitahu
bahwa klien membutuhkan penjelasan lebih lanjutan dapat menambah penjelasannya.
6)Klien menjelaskan kegiatan pascaoperasi jelisoperasi yang klien jalani menentukan
seberapa cepat mereka dapat melanjutkan aktivitas fisik normal dan kebiasaan makan
yang teratur, jelaskan bahwa kemajuan bertahap dalam aktivitas dan makan adalah hal
yang normal. Jika menoleransi dengan baik aktivitas dan diet, tingka taktivitas akan
maju lebih cepat.
7)Klien mengungkapkan penurunan rasa sakit.
 Nyeri adalah salah satu ketakuatan klien. Nyeri setelah operasi tidak terduga.
Informasikan klien dan keluarga tentang intervensi yang tersedia untuk mnghilangkan
rasa sakit misalnya, analgesik, posisi, belat, dan latihan relaksasi klien perlu
mengetahui jadwal untuk obat analgesik, rute pemberian dan efekefeknya.
8)Klien mengungkapkan perasaan mengenai bedah.
Kenali klien sebagai individu yang unik. Klien dan keluarga perlu waktu untuk
mengungkapkan perasaan tentang operasi. Tingkat kecemasan klien mempengaruhi
frekuensi diskusi. Sementara pemberian perawatan rutin, dorong klien untuk
mengekspresikan kecemasan. Keluarga dapat membantu mendiskusikan masalah
tanpa klien, sehingga rasa takut mereka tidak akan menakuti klien atau sebaliknya.
H.Perawatan Akut
Kegiataan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara fisik
mempersiapkan klien untuk bedah.
1.Persiapan fisik
Tingkat perawatan fisik sebelum operasi tergantung pada status kesehatan klie, opersi
direncanakan, dan preferensi dokter bedah. Seorang klien yang mengalami sakit yang
serius menerima perawatan yang lebih mendukung dalam bentuk obat-obata, terapi
cairan IV, dan monitoring daripada klien yang menghadapi
 prosedur elektif kecil.
2.Penatalaksanaan Cairan Normal dan Keseimbangan Elektrolit
Klien bedah rentan terhadap ketidakseimbangan cairran dan elektrolit sebagai akibat
dari asupan yang tidak memadai atau kehilangan cairan berlebihan selama operasi.
Seorang klien biasanya tidak mengonsumsi apa-apa melalui mulut (NPO) setelah
tengah malam pada pagi hari operasi, untuk menjaga perut kosong, dengan demikian
akan mengurangi resiko muntah dan aspirasi. Puasa dari asupang ringan atau non-ASI
selama 6 jam atau lebih, ASI selama 4 jam atau lebih, dan cairan murni selama 2-3
jam sebelum prosedur elektif yang membutuhkan anastesi umum, anestesi regional,
atau sedasi, sekarang direkomendasikan.Selama operasi, mekanisme normal untuk
mengendalikan keseimbangan cairan dan elektrolit, termasuk respirasi, pencernaan,
sirkulasi, dan eliminasi akan terganggu. Kehilangan darah yang banyak dan cairan
tubuh lainnya kadang- kadang terjadi. Sebelum operasi, klien di dukung untuk makan
makanan tinggi protei, dengan karbohidrat, lemak, dan vitamin yang cukup. Jika klien
tidak bisa makan karena perubahan gastrointestinal atau kerusakan dalam kesadaran,
anda mungkin akan melalui rute IV untuk mengganti cairan.
3.Pengurangan Risiko Infeksi Bedah
Risiko mengalami infeksi luka bedah ditentukan oeh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang mencemari luka, kerentanan dari penderita, dan
luka bedah itu sendiri. Kulit merupakan tempat favorit mikroorganisme untuk tumbuh
dan berkembang biak. Tanpa persiapan kulit yang tepat, risiko infeksi luka
pascaoperasi akan tinggi. Banyak dokter bedah meminta klien mandi atau
membersihkan diri saat malam sebelum operasi.
4.Pencegahan Inkontinensia Bowel dan Kandung Kemih
Manipulasi bagian dari saluran pencernaan selama operasi menghasilkan ketiadaan
peristaltik selama 24 jam dan kadang-kadang lebih lama. Usus kosong mengurangi
risiko cedera pada usus dan meminimalkan kontaminasi dari luka operasi jika
sebagian usus diinsisi atau dibuka sengaja atau jika operasi usu direncanakan.
5.Promosi Istirahat dan Kenyamanan
Istirahat penting untuk penyembuhan normal. Kegelisahan tentang operasi yang akan
datang dengan mudah dapat mengganggu kemampuan untuk bersantai atau tidur.
Kondisi dasar yang membutuhkan pembedahan sering menyakitkan, dan mengganggu
istirahat lebih lanjut. Cobalah untuk membuat linkungan klien dengan tenang dan
nyaman.
I.Persiapan pada Hari Pembedahan
Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk
 perasi :
1.Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan sebelum
operasi. Jika klien di rawat di RS tidak mau mandi lengkap, maka mandi parsial dapat
menyegarkan dan menghilangkan sekresi yang mengganggu atau drainase dari
kulit.karena klien tidak bisa memakai pakaian tidur pribadi ke ruang operasi karena
dapat membahayakan, sediakan baju RS yang bersih. Jika klien telah
 NPO beberapa jam terakhir, mulut klien sering kali menjadi snagat kering. Tawarkan
klien obat kumur dan pasta gigi, sekali lagi peringatkan klien untuk tidak menelan.
2.Rambut dan Kosmetik
Selama operasi dengan klien dibawah anastesi umum, kepala klien diposisikan untuk
memasukkan sebuah selang endotrakeal ke jalan napas. Prosedur ini mungkin
meibatkan manipulasi rambut dan kulit kepala klien. Untuk menghindari cidera, inta
klien untuk tidak menggunakan jepit rambut atau klip sebelum berangkat operasi.
Jepit rambut dan klip dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar.
Hapus hiasan rambut atau juga rambut palsu. Kepang atau ikat rambut panjang. Klien
menggunakan topi sekali pakai sebelum memasuki ruangan operasi.
3.Melepas Potesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama operasi. Klien
perlu melepas potesa, termasuk gigi palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar. Jika
klien memiliki penjepit atau belat, tanyaka kepada penyedia layanan kesehatan untuk
menentukan apakah bisa tetap digunakan oleh klien.
4. Nilai Kemanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada keluarga atau simapn
untuk diamankan. Banyak RS meminta klien untuk menandatangani surat untuk
membebaskan institusi dari tanggung jawab atas barang berharga yang hilang.
6.Mempersiapkan usus dan kandung kemih
Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum operasi untuk
memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya satu jam sebelum klien
akan pergi, berikan waktu bagi klien untuk defekasi tanpa terburu - buru. Instruksikan
klien untuk BAK sebelum berangkat ke ruang operasi dan sebelum memberikan obat
preoperasi. Kandung kemih yang kosong mengurangi rasa tidak nyaman selama
prosedur dan mengurangi risiko inkontinensia selama operasi.
7.Tanda-tanda Vital
Perawat mengukur suatu set tand vital final preoperatif. Jika tanda-tanda vital
 praoperasi tidak normal, pembedahan mungkin perlu di tunda. Beritahukan
 penyedia layanan kesehatan akan setiap kelanan, sebelum mengirim klien untuk
operasi.
8.Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk memastikan
bahwa hasil laboratorium yang bersangkutan telah tersedia. Periksa formulir
persetujuan untuk keakuratan informasi. Sebuah daftar praoperasi menyediakan
pedoman untuk memastikan penyelesaian intervensi keperawatan. Periksa catatan
keperawatan untuk memastikan bahwa dkumentasi perawatan adalah yang terkini.
9.Melakukan prosedur khusus
Beberapa klien membutuhkan pemasanfan infus IV atau tabung nasogastrik sebelum
berangkat untuk operasi atau di tempat praoperasi.
10.Pemberian pengobatan praoperasi
Munculnya bedah rawat jalan telah mengurangi penggunaan obat sebelum operasi.
Namun, penyediaanestesi atau bedah kadang-kadang meminta obat preanestesi untuk
mengurangi kecemasan klie, sejumlah anestesi umum diperlukan, resiko mual dan
muntah dan aspirasi resultan, serta sekresi saluran pernapasan.
11.Sensitivitas lateks/alergi
Ketika insiden dan preavalensi sensitivitas latelks dan alergi meningkat, kebutuhan
untuk mengenali sumber potensi lateks sangat penting. Ruang operasi dan unit
perawatan pascaanestesi (PACU) berisi produk-produk yang mengandung lateks yang
tak terhitung banyaknya.
Tanda dan gejala reaksi lateks meliputi efek lokal mulai dari urtikaria dan tonjolan
merah datar atau tinggi ke vaskuler, scaling, atau erupsi perdrahan. Dermatitis akut
kadang-kadang terjadi. Rhinitis dan/atau rhinorrea adalah reaksi umum lainnya baik
pada reaksi lateks ringan dan berat.
J.Transpormasi ke ruangan operasi
Personil diruangna operasi memberitahukan deivisi keperawatan atau area operasi
 bila waktu operasi telah tiba. Dibanyak rumah sakit, perawat atau transpoter diminta
membawa tandu untuk mengakut klien. Transpoter mengcek gelang indentifikasi
klien untuk dua pengidentifikasian terhadap klien untuk memastikan bahwa orang
yang tepat akan dioperasi. Karena beberapa klien menerima obat praoperasi, para
 perawat dan transpoter membentu klien saat dipinda dari tempat tidur ke brankar
untuk mencegah jautuh. Klien rawat jalan yang akan operasi dibawa keruangan
operasi jika mampu dan tidak perlu obat-obatan,. Berikan keluarga kesempatan untuk
mengujungi klien sebelum diantar ke ruangan operasi. Keluarga langsung keruangan
tunggu. Di beberapa rumah sakit keluarga diperbolehkan untuk menunggu bersama
klien di rungan tunggu sampai dia dibawa ke rungan operasi.
Setelah lien meninggalkan divisi perawat siapkan tempat tidur dan ruangan untuk
mengembalikan klien jika klien kembali ke divisi perawatan yang sama. Sebuah unit
 pascaoperasi harus memiliki hal-hal sebagai beikut :
1.Spignomanometer / monitor tekanan darah otomatis noninvasive, stetoskop dan
thermometer.
2.Mangkok emesis, gaun bersih, kain lap, handuk dan tisu wajah, tingkat IV
3.Peralatan pengisap, peralatan O2 dan oksimetri
4.Ekstra bantal untuk memposisikan klien dengan nyaman
K.Evaluasi
Perawat penerima dan perawat di daerah preoperatif mengevaluasi hasil
dalam periode praoperasi. Walaupun waktu yang tersedia untuk mengevaluasi hasil
sebelum operasi sangat terbatas. Bandingkan status klien dengan hasil yang
diharapkan untuk menentukan apakah intervensi yang baru / direvisi dan atau
diagnose keperawatan perlu dilaksanakan. Anda akan dapat mengevaluasi tingkat
pengetahuan klien yang dihasilakan dari intervensi pengajaran. Jadikan evaluasi yang
menyeluruh dalam andayang menentukan apakah intruksi lebih lanjut diperlukan saat
operasi. Intervensi berlanjut selama dan setelah operasi, sehingga untuk menntukan
tujuan dan hasil tidak terjadi sampai setelah proses operasi.

https://www.scribd.com/document/360023493/Perioperatif-Care-Pada-Anak

Anda mungkin juga menyukai