Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN STEPHEN JOHNSON

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :

KELOMPOK 14

1. Shindy Nur Octaviany (1811313020)

2. Nelfiza Salsabila (1811313022)

3. Ita Purnama Sari (1811319002)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN STEPHEN
JOHNSON”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritikan dari Ibu Dosen dan saudara pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inspirasi tehadap pembaca.

Padang, 18 September 2020

Kelompok 14

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi...........................................................................................................4

2.2 Etiologi...........................................................................................................4

2.3 Manifestasi klinis............................................................................................5

2.4 Pemeriksaan penunjang..................................................................................6

2.5 Penatalaksanaan..............................................................................................7

2.6 Patofisiologi....................................................................................................9

2.7 Asuhan Keperawatan....................................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................24

3.2 Saran ............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS atau dikenal


juga dengan sebutan eritema multiforme mayor. Penyakit ini disebabkan oleh
reaksi hipersensitif (alergi) terhadap obat, infeksi HIV, penyakit jaringan ikat dan
kanker merupakan faktor risiko penyakit ini. Efek samping obat ini mengenai
kulit, mata terutama selaput mukosa. (Smeltzer, Suzanne C. 2001)

Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian


umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek
dan nyeri tenggorokan.

Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M.


Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ
merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta di ruang rawat inap
di bangsal Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, yang didiagnosis SSJ, SSJ overlap
NET, dan NET periode Agustus 2011-Agustus 2013. Hasil menunjukkan, bahwa
terdapat 27 kasus SSJ, SSJ overlap NET, dan NET dari 485 pasien yang dirawat.
Dari 27 pasien, sebanyak 15 pasien (3,09%) didiagnosis SSJ, 7 pasien (1,44%)
dengan SSJ overlap NET, dan 5 pasien (1,030%) didiagnosis sebagai NET. Pada
penelitian ini didapatkan, bahwa angka kejadian SSJ lebih tinggi dibandingkan
dengan NET selama periode Agustus 2011-Agustus 2013. Penanganan NET yang
komprehensif, dapat membantu klinisi dalam menurunkan angka kematian pada
pasien dengan NET di rumah sakit.

1
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya
sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai
gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada
kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta
dapat timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat
terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan
kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat
secara tajam.

Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven


Johnson karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan
penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-
obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri
gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi ada
yang berat dan ada yang ringan.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian Steven Johnson?

b) Apa etiologi dari Steven Johnson?

c) Apa manifestasi klinis Steven Johnson?

d) Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?

e) Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?

f) Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?

g) Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?


1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian Steven Johnson

b) Untuk mengetahui etiologi dari Steven Johnson

c) Untuk mengetahui manifestasi klinis Steven Johnson

d) Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven


Johnson

e) Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson

f) Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson

g) Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Stevens-johnson syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang


mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah
dari dermis. Sindrom ini diperkirakan oleh karena reaksi hipersensivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. Walaupun pada kebanyakan
kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui adalah dari
pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan. (Reeves,2011)

Terdapat 3 derajat klasifikasi yang diajukan :

1. Derajat 1 : erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis kurang dari


10%
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis kurang lebih dari 30%

2.2 Etiologi

Syndrom Stevens Johnson dapat disebabkan oleh karena : (Sibuea, 2005)

a. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi dari seperti virus


herpes simplek, influenza, gondongan/mumps, histoplasmosis, virus
epstein-barr, atau sejenisnya)
b. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole,
valdecoxib, sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfonamide, fenitoin,
azitrimisin, modafinil, lamotrigin, nevirapin, ibuprofen, ethosuximide,
carbamazepin)
c. Keganasan (karsinoma dan limfoma)
d. Faktor idiopatik (hingga 50%)
e. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek
samping yang jarang dari suplemen herbal yang mengandung
gingseng. Sindrome steven johnson juga mungkin disebabkan oleh
karena penggunaan kokain
f. Walaupun SJS dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau
reaksi alergi berat terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya
karena penggunaan antibiotok dan sulfametoksazole. Pengobatan yang
secara turum menurun diketahui menyebabkan SJS, eritem
multiformis, sindrom lyell, dan nekrolisi epipdermal toksik
diantaranya sulfinamide (antibiotik), penisilin (antibiotik), barbiturate
(sedative), lamotrigin (antikonvulsan), fenitoin-dilatin (antikonvulsa).
kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan resiko
terjadinya SJS.

2.3 Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit sangat akut dan dapat disertai gejala prodomal


berupa demam tinggi (30°C-40°C), mulai nyeri kepala, btuk, pilek, nyeri
tenggorokan yang dapat berlangsung 2 minggu. Gejala-gejala ini dengan
segera akan menjadi berat ditandai dengan meningkatnya kecepatan nadi dan
pernafasan, denyut nadi melemah, kelemahan yang hebat serta menurunnya
kesadaran, doporous sampai koma.

Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelaina berupa :

a. Kelainan kulit
Kelainan kulit dapat berupa eritema, vesikal, dan bulla. Eritema
berbentuk cincin (pinggir eritema tengahnya relatif hiperpigmentasi)
yang berkembang menjadai urtikari atau lesi papuler berbentuk
targrtdengan pusat ungu atau lesi sejenis dengan vesikel kecil.
Vesikelkecil dan bulla kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang
luar. Disamping itu dapat juga terjadi erupsi hemorrhagis berupa ptechiae
atau purpura. Bila desertai purpura, prognosis menjadi buruk. Pada
keadaan yang terburk kelainan menjadi generilasata.

5
b. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir di orifisium yang sering terjadi adalah pada
mukosa mulut/bibir(100%), kemudian disusul oleh kelainan lubang di
alat genetalia (50%), sedangkan di lubang hidung dan anus jarang
(masing-msing 8-4%). kelainan yang terjadi berupa stomatitis dengan
vesikel pada bibir, lidah, mukosa mulut bagian buccal stomatitis
merupakan gejala dini yang menyolok. Stomatitis ini kemudian menjadi
lebih berat dengan pecahnya vesikel dan bulla sehingga terjadi erosi,
excoriasi, pendarahan, ulcerasi, dan terbentuk krusta kehitaman. Juga
dapat terbentuk pseudomembran. Adanya stomatitis ini menyebabkan
penderita sukar menelan. Kelainan di mukosa dapat juga terjadi di faring,
traktus, respiratorus bagianatas dan esophagus. Terbentuknya
pseudomembran di faring dapat memberikan keluhan sukar bernafas dn
pendrita tidak dapat makan dan minum.

c. Kelainan mata
Kelainan pada mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang
sering terjadi ialah conjunctivits kataralis. Selain itu dapat terjadi
conjunctivitis purulen, pendarahan, simblefaron, ulcus cornea,
iritis/iridosiklitis yang pada akhirnya dapat terjadi kebutaan sehingga
dikenal trias yaitu stomatitis, conjunctivits, balanitis, uretritis(Price dan
Wilson, 2006 )

2.4 Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium : biasanya dijumpai leukositis atau eosinofilia. Bila


disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah
2) Hispatopatologi : kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema
dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis.
Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di
epidermis
3) Immunologi : dijumpai deposit igM, dan C3 di pembuluh darah
dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung
igG, igA (sudoyo, 2009)
2.5 Penatalaksanaan
1) Kortikosteroid
Penggunaan obat kortikosteroid merupakan tindakan lif-saving. Pada
sindrom steven johnson yang ringan cukup diobati dengan prednison dengan
dosis30-4- mg/hari. Pada bentuk yang berat, ditandai dengan kesadaran yang
menurun dan kelainam yang menyeluruh, digunakan dexamatoson intravena
dengan dosis awal 4-6kali 5 mg/hari. Setelah beberpa hari (2-3 hari) biasanya
mulai tampak perbaikan (masa kritis telah teratsi), ditandai dengan keadaan
umum yang membaik, lesi kulit yang baru tidak timbul dengan lesi kulit yang
lama mangalami invosi. Pada saat ini dosis dexametason diturunkan secara
cepat, setiap hari diturunkan sebanyak 5mg. Setelah dosis mencapai 5mg
sehari lalu diganti dengan prpednison yang diberikan pada keesokan harinya
dengan dosis 20 mg/hari. Pada hari berikutnya dosis diturunkan menjadi
10mg, kemudian obat tersebut dihentikan. Jadi lama pengobatan kira-kira 10
hari

2) Antibiotika
Penggunaan antibiotika dimaksudkan untuk mencegah terjadnya infeksi
akibat efek immunosupresif kortikosteroid yang dipakai pada dosis tinggi.
Antibiotika yang dipilih hendaknya ang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakterisidal. Dahulu biasa digunakan
gentamisin dengan dosis 2 kali 60-80mg/hari. Sekarang dipakai netilmisin-
sulfat dengan dosis 6 mg/kg BB/ hari, dosis dibagi dua. Alasan menggunakan
obat ini karena di beberapa kasus mulai resisten terhadap gentamisin, selain
itu efek sampingnya lebih kecil dibandingkan gentamisin.

3) Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan nutrisi


Hal ini perlu diperhahtikanvkarena penderita mengalami kesukaran atau
bahkan tidak dapat menelan akibat ada lesi dimulut dan ditenggorokan srta
kesadaran yang menurun. Untuk ini dapat diberikan infus berupa glukosa 5%
atau larutan darrow. Pada pemberin kortikosteroid terjadi retensi natrium,

7
kehilangan kalium dan efek katabolik. Utuk mengurangi efek samping ini
perlu diberikan diet tinggi protein dan rendah garam, KCI 3 kali 500 mg/hari
dan obat-obatan anabolik. Untuk mencegah penekanan korteks kelenjar
adrenal diberikan ACTH ( synacthem depot ) dengan dosis 1 mg/hari setiap
minggu dimulai setelah pemberian kortikosteroid.

4) Transfusi Darah
Bila dengan terapi diatas belum tanpak tanda-tanda perbaikan dlam 2-3
hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300-500 cc setiap hari
selama 2 hari berturut-turut. Tujuan pemberiandarah ini untuk memperbaiki
keadaan umum dan menggantikan kehilangan darah pada kasus dengan
purpura yang luas. Pada kasus purpura yang luas dapat ditambahkan vitamin
c 500 mb atau 1000 mg sehari intravena dan obat-obatan hemostatik.

5) Perawatan Topikal
Untuk lesi kulit yang erosif dapat diberikan sofratulle yang bersifat
sebagai protektif dan antiseptic atau krem sulfadiazin perak. Sedangkan lesi
di mulut atau bibir dapat diolesi dengan kenalog in orabase. Selain
pengobatan diatas, perlu dilakukan konsultasi pada bebrpad bagian yaitu THT
untuk mengetaui apakah ada kelainan di faring, karena kadang-kadang
terbentuk pseudomembran yang dapat menyulitkan penderita bernafas dan
sebagian penyakit dalam. (Reeves,2001)
2.6 Patofisiologi

Obat-obatan, infeksi virus, Kelainan hipersensitifitas


keganasan

Hipersensitifitas tipe IV Hipersensitifitas tipe III

Limfosit T tersintesisasi Antigen antibody


terbentuk terperangkap
dalam jaringan kapiler
Pengaktifan sel T

Aktivasi S. komplemen
Melepaskan limfokin/
sitotoksik
Degranulasi sel mast
Penghancuran sel-sel
Akumulasi netrofil
memfagositosis sel rusak
Reaksi peradangan

Melepas sel yang rusak


Nyeri Akut

Kerusakan jaringan

Triase gangguan pada


kulit, mukosa dan mata

Kerusakan integritas
jaringan

Respon lokal : eritema, Respon inflamasi sistemik Respon psikologis


vesikel dan bula

Respon inflamasi sistemik Kondisi kerusakan


Port de entree jaringan kulit

Gangguan gastrointestinal
Resiko infeksi demam, malaise Ansietas

Ketidakseimbangan
9 nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
2.7 Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Identitas

Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,


pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama

Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan


Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan
gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.

 Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan


dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit


yang sama.

 Riwayat Psikososial

Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi


sosial.

3. Data Fokus :
 DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangannya kabur,
aktivitas menurun.

 DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah, tampak


lemas dalam aktivitas.

4. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan

Palpasi: Turgor kulit, edema

5. Data penunjang :

 Laboraturium : leukositosis atau esosinefilia.


 Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema, dan ekstravasasi sel
darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal,
spongiosis danedema intra sel di epidermis.
 Imunologi : deposis IgM DAN C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG,IgM,IgA.B.

b. Pola Fungsional Gordon

1. Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan

Pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?

 Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi


obat-obatan tertentu?

 Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?

 Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat


konsumsi obat-obatan tertentu.

11
2. Pola nutrisi –metabolic

Pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat
di rumah sakit?

 Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?

 Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?

 Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?

 Apakah klien mengalami mual dan muntah?

 Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau


sebaliknya?

 Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan


nafsu makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan menelan.

3. Pola eliminasi

Pada pola ini kita mengkaji:\

 Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?

 Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?

 Kaji konsistensi BAB dan BAK klien

 Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?


 Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin,
konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau
perawat.

4. Pola aktivitas – latihan

Pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah


sakit?

 Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri

 Kaji tingkat ketergantungan klien

 0 = mandiri

 1 = membutuhkan alat bantu

 2 = membutuhkan pengawasan

 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain

 4 = ketergantungan

 Apakah klien mengeluh mudah lelah?

 Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa


lemas, sehingga sulit untuk beraktifitas.

5. Pola istirahat – tidur

pada pola ini kita mengkaji:

 Apakah klien mengalami gangguang tidur?

 Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?

 Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?


13
 Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur
dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal
pada kulit.

6. Pola kognitif – persepsi

pada pola ini kita mengkaji:

 Kaji tingkat kesadaran klien

 Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah


mengalami perubahan?

 Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?

 Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?

 Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada


penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya

7. Pola persepsi diri - konsep diri

Pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang


dialaminya?

 Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?

 Apakah klien merasa rendah diri?

 Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa


malu dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra
dirinya.
8. Pola peran – hubungan

pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?

 Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?

 Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?

9. Pola reproduksi dan seksualitas

Pada pola ini kita mengkaji:

 Bagaimanakah status reproduksi klien?

 Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?

10. Pola koping dan toleransi stress

Pada pola ini kita mengkaji:

 Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?

 Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?

 Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?

11. Pola nilai dan kepercayaan

Pada pola ini kita mengakaji:

 Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien

15
 Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?
c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC Aktivitas

00046 0705 3590  Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan
Kerusakan integritas kulit Respon alergi: lokal Pengecekan kulit adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema,
berhubungan dengan agens Defenisi: keparahan respon imun atau drainase
farmaseutikal ditandai hipersensitif terlokalisir terhadap
Defenisi:Pengumpulan  Monitor kulit adanya ruam atau lecet
dengan kerusakan integritas suatu antigen luar spesifik dan analisis data pasien  Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang
kulit untuk menjaga kulit dan berlebihan dan kelembaman
Setelah dilakukan tindakan integritas membran  Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan
Defenisi: kerusakan pada keperawatan selama ……x 24 jam mukosa mengenai tanda-tanda kerusakan kulit dengan
epidermis atau dermis pasien dapat mengontrol respon tepat
alergi lokalnya dengan indikator:  Ikuti prinsip 5 benar obat
 Nyeri kepala dipertahankan  Catatat riwayat medis pasien dan riwayat alergi
pada 4 ditingkatkan ke 5 2316
 Monitor adanya efek samping lokal dan
 Ruam kulit sekitar Pemberian obat: kulit
sistemik dari pengobatan
dipertahankan pada 4  Ajarkan dan monitor teknik pemberian mandiri,
ditingkatkan ke 5 Defenisi:
sesuai kebutuhan
 Rasa gatal setempat Mempersiapkan dan
ditingkatkan ke 5 memberikan obat pada
 Vaskulitis nekrotik setempat kulit
ditingkatkan ke 5

00132 1605 1400  Lakukan pengkajian nyeri, komprehensif


Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri Manajemen nyeri meliputi lokasi, keparahan.
dengan agen cedera ditandai Defenisi:  Observasi ketidaknyamanan non verbal

17
dengan kulit yang tekelupas Definisi: Tindakan pribadi untuk Pengurangan /reduksi  Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
dan adanya lesi. mengontrol nyeri. nyeri sampai tingkat mempengaruhi respons pasien terhadap
kenyamanan yang ketidaknyamanan
Defenisi: Pengalaman Setelah dilakukan tindakan didapat diterima oleh  Anjurkan pasien untuk istirahat dan
sensori dan emosional tidak keperawatan selama ……x 24 jam pasien menggunakan teknik relaksasi saat nyeri
menyenangkan yang muncul pasien dapat mengontrol nyeri  Kolaborasi medis dalam pemberian analgesik
akibat kerusakan jaringan dengan indikator:  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
aktual /potensial atau yang  Menggambarkan faktor keparahan nyeri
digambarkan sebagai penyebab dipertahankan pada  Cek perintah pengobatan meliputi obat,dosis
kerusakan, awitan yang tiba- 4 ditingkatkan ke 5 dan frekuensi obat analgesik obat yang
tiba atau lambat dari  Menggunakan analgesik yang diresepkan
intensitas ringan hingga di rekomendasikan  Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan
berat dengan akhir yang dipertahankan pada 4 serta dalam pemilihan analgetik, rute, dan dosis
dapat diantisipasi ditingkatkan ke 5 keterlibatan pasien sesuai kebutuhan
/diprediksi, dan dengan  Melaporkan nyeri yang  Ajarkan tentang penggunaan analgesik, strategi
durasi kurang daari 3 bulan. terkontrol dipertahankan pada untuk penurunan efek samping dan harapan
4 ditingkatkan ke 5 2210
terkait dengan keterlibatan dalam keputusan
 Mengenali apa yang terkait Pemberian analgesik
pengurangan nyeri
dengan gejala nyeri Definisi: penggunaan
 Monitor TTV
dipertahankan pada 4 agen farmakologi untuk
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
ditingkatkan ke 5 mengurangi atau
pernafasan dengan tepat
menghilangkan nyeri
 Monitor tekanan darah setelah pasien
meminum obat jika memungkinkan
 Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan
2102  Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
Tingkat nyeri tanda-tanda vital
Definisi: keparahan nyeri yang 6680  Ikuti pemberian lima benar obat
diamati atau dilaporkan Monitor Tanda-  Cari riwayat kesehatan pasien dan riwayat
Tanda Vital alergi
Setelah dilakukan tindakan Defenisi: pengumpulan  Tentuan setiap kontraindiasi untuk pasien yang
keperawatan selama ……x 24 jam dan analisis data menerima obat oral (misalnya, kesulitan
menunjukkan tingkat nyeri pasien kardiovaskuler, menelan, mual/muntah, raang usus,
berkurang pernapasan, dan suhu pengurangan peristaltic, operasi gastrointensial
tubuh untuk baru-baru ini, perlekatan pada suksio lambung,
Dengan indikator: menentukan dan NPO, penurunan tingkat kesadaran)
 Nyeri yang dilaporkan mencegah komplikasi  Monitor pasien mengenai efek terapi, efek
dipertahankan pada 4 samping, toksisitas obat, dan interaksi obat
ditingkatkan ke 5  Dokumentasikan obat-obatan yang diberikan
 Ekspresi nyeri wajah serta respon pasien sesuai protokol lembaga
dipertahankan pada 4
ditingkatkan ke 5 2304
 Tidak bisa beristirahat Pemberian Obat: Oral
dipertahankan pada 4 Defenisi: menyiapkan
ditingkatkan ke 5 dan memberikan obat
 TTV normal melalui mulut
00004 0703 6550  Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
Resiko Infeksi b.d ganguan Keparahan infeksi Perlindungan infeksi dan lokal
integritas kulit. Defenisi: keparahan tanda dan Definisi: Pencegahan  Monitor kerentanan terhadap infeksi
gejala infeksi dan deteksi dini infeksi  Anjurkan asupan cairan, dengan tepat
 Ketidak stabilan suhu pada pasien beresiko  Anjurkan istirahat
dipertahankan pada 4  Lapor dugaan infeksi pada personil pengendali
ditingkatkan ke 5 infeksi
 Nyeri dipertahan kan pada 4  Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
ditingkatkan ke 5 pernafasan dengan tepat
19
 Lethargy dipertahankan pada  Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia
4 ditingkatkan ke 5 dan hipertemia
4(ringan), 5 (tidak ada)  Monitor pola nafas abnormal
6680  Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan
1902 Monitor tanda-tanda  Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
Kontrol resiko vital tanda-tanda vital
Definisi: tindakan individu untuk Definisi:pengumpulan
mengerti, mencegah, dan analisis data
mengeleminasi ancaman kardiovaskular,
kesehatan yang telah dimodifikasi pernapasan,dan suhu
 Mengidentifikasi faktor tubuh untuk
resiko dipertahankan pada 4 menentukan dan
ditingkatkan ke 5 mencegah komplikasi
 Monitor faktor risiko
individu dipertahankan pada
4 ditingkatkan ke 5
 Menyesuaikan strategi
kontrol resiko dipertahankan
pada 4 ditingkatkan ke 5
 Monitor perubahan status
kesehatan dipertahankan
pada 4 ditingkatkan ke 5
4 (sering menunjukkan), 5
(secara konsisten
menunjukkan)
00002 1004 1030  Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai
Ketidakseimbngan nutrisi, Status nutrisi Manajemen gangguan keinginan
kurang dari kebutuhan makan  Dorong klien untuk mendiskusikan makanan
tubuh ditandai dengan Definisi : Sejauh mana nutrisi Definisi: pencegahan dengan ahli gizi
ketidakmampuan memakan dicerna dan diserap untuk dan perawatan terhadap  Timbang berat badan klien secara rutin
makanan memenuhi kebutuhan metabolik pembatasan diet ketat  Monitor intake/ouput asupan cairan dengan
dan olahraga yang tepat
Definisi: Asupan nutrisi Setelah dilakukan tindakan berlebihan atau perilaku  Monitor prilaku klien yang berhubungan
tidak cukup untuk mmenuhi keperawatan selama ……x 24 jam memuntahkan makanan dengan pola makan, penambahan dan
kebutuhan metabolik pasien dapat meningkatkan status dan cairan kehilangan berat badan
nutrisinya dengan indikator :  Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
 Asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi
dipertahankan pada 4  Identifikasi alergi atau intoleransi makanan
ditingkatkan ke 5 yang dimiliki pasien
 Energi dipertahankan pada 4  Bantu pasien untuk menemukan piramida
ditingkatkan ke 5 makanan yang cocok untuk memenuhi
 Asupan cairan dipertahankan kebutuhan nutrisi
pada 4 ditingkatkan ke 5  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan gizi
 Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan makanan yang
1014 1100 lebih sehat
Nafsu makanan Manajemen nutrisi  Tibang berat badan pasien
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Definisi : keinginan untuk makan Definisi: Menyediakan  Monitor kecenderungan turun dan naiknya
Setelah dilakukan tindakan dan meningkatkan berat badan
keperawatan selama ……x 24 jam intake nutrisi yang  Identifikasi perubahan berat badan terakhir
pasien dapat meningkatkan status seimbang  tentukan pola makan
nutrisinya dengan indikator :
 kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
 Intake makanan dipertahanan

21
pada 4 ditingatan ke 5 vital
 Intake nutrisi dipertahanan
pada 4 ditingatan ke 5 1160
 Hasrat untuk makan
Monitor Nutrisi
dipertahanan pada 4
Definisi: pengumpulan
ditingatan ke 5
dan analisa data pasien
yang berkaitan dengan
asupan nutrisi
00146 1211 5820  Gunakan pendekatan yang tenang dan
Ansietas b.d krisis situasi Tingkat Kecemasan Pengurangan menyakinkan.
ancaman pada status terkini Definisi: keparahan tanda-tanda kecemasan  Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman
ketakutan, ketegangan, atau Definisi: mengurangi dan mengurangi ketakutan.
kegelisahan yang berasal dari tekanan, ketakutan,  Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan
sumber yang tidak dapat firasat, maupun cara yang tepat.
diidentifikasi ketidaknyaman terkait  Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
dengan sumber-sumber kecemasan.
Setelah dilakukan tindakan bahaya yang tidak  Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
keperawatan selama ……x 24 jam teridentifikasi  Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
pasien dapat mengontrol resiko serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya, musik,
terjadinya infeksi, dengan meditasi bernafas dengan ritme, relaksasi rahang
indikator: dan relaksasi otot progresif).
 Tidak dapat beristirahat  Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
dipertahanan pada 4 ditingatan distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
ke 5 lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan.
 Meremas-remas tangan  Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman
dipertahanan pada 4 ditingatan dengan pakaian yang longgar dan mata tertutup.
ke 5
 Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi
 Otot tegang dipertahanan pada yang terjadi.
4 ditingatan ke 5  Tunjukan dan praktikkan teknik relaksasi pada
 Menarik diri dipertahanan klien.
pada 4 ditingatan ke 5
 Gangguan tidur dipertahanan
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pada 4 ditingatan ke 5
pernafasan dengan tepat
 Monitor tekanan darah setelah pasien meminum
Terapi relaksasi
0802 obat jika memungkinkan
Definisi; penggunaan
Tanda-tanda vital  Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan
teknik-teknik untuk
Definisi: tingkat suhu, denyut  Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya,
mendorong dan
nadi, respirasi, dan tekanan darah Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apneustic, ataksia,
memperoleh relaksasi
berada dalam kisaran normal dan bernafas berlebihan)
demi tujuan
 Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
mengurangi tanda dan
Setelah dilakukan tindakan tanda-tanda vital
gejala yang tidak
keperawatan selama ……x 24 jam
diinginkan seperti
pasien dapat mengontrol resiko
nnyeri, kaku otot, dan
terjadinya infeksi, dengan
ansietas
indikator:
 Suhu tubuh 4 ditingatan ke 5
 Tingkat pernafasan 4
ditingatan ke 5
6680
 Tekanan darah diastolik 4
Monitor Tanda-
ditingatan ke 5
Tanda Vital
 Tekanan nadi4ditingatan ke 5 Definisi:pengumpulan
dan analisis data
kardiovaskular,
pernapasan,dan suhu
23
tubuh untuk
menentukan dan
mencegah komplikasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Steven Johnson syndrome menyerang seorang laki-laki dengan


usia 20 tahun, pada penelitian tidak ditemukan pada usia anak dibawah 3
tahun. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang
terdiri dari eropsi kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis dengan
keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit
berupa eritema, vesikel/bula dapat disertai purpura. Penyebab dari
penyakit SSJ ini belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor
yang dapat dianggap sebagai penyebab infeksi virus, jamu, bakteri, obat,
makanan, dan lain-lain. sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa
kelainan kulit, kelainan selaput lendir, kelainan mukosa, kelainan mata.
Adapun diagnosanya berupa gangguan integritas kulit, gangguan nutrisi,
nyeri akut.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini  kelompok menyadari masih


minimnya bahan yang kelompok gunakan untuk menyusun makalah ini.
Untuk itu kelompok menyarankan supaya ada pihak lain dapat membahas
masalah ini lebih mendalam mengenai masalah ini. Dan tentunya bagi
mahasiswa yang melakukan asuhan keperawatan diharapkan harus
menganalisa keadaan pasien dengan baik dan tepat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media


Aesculapius.

Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media


Aesculapius : Jakarta

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma,Hardini.2016. Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Medis dan NANDA NIC NOC : Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Publishing Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai