Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(ADHD)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dan Kesehatan Jiwa
II

Oleh :
Kelompok 1
 Filliya Azzura 1811311002
 Dhinda Aulya Metrya 1811311004
 Rifqa Luthfi Addistia 1811311006
 Tiara Auliya 1811311008
 Mufebrina 1811311010
 Atikah Miftahul Jannah 1811311014
 Hamelda Fajri Weirpa 1811311016
 Intan Fitria Arifin 1811311018
 Mimi Srima Annisa 1811311020
 Rini Agustina Susanti 1811311022
 Nurul Dina Fadillah 1811311024

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus (ADHD)”. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Besar harapan kami
semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat. Mudah-mudahan hasil dari tugas
makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita sekalian, Aamiin.

Padang, 16 September 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

2.1 Asuhan Keperawatan...............................................................................................2

BAB III PENUTUP...........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................................................10

3.2 Saran......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas telah ditemukan dalam literatur selama


bertahun-tahun dengan beragai istilah. Pada awal 1900-an, anak yang impulsif, terdisinhibisi,
dan hiperaktif banyak di antaranya memiliki cedera neurologis yang disebabkan oleh
ensefalitis dikelompokkan di bawah label “sindrom hiperaktif”. Pada tahun 1960-an suatu
kelompok heterogen anak-anak dengan koordinasi buruk, ketidakmampuan belajar, dan
labilitas emosional tetapi tanpa cedera neurologis spesifik digambarkan menderita cedera
otak minimal.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan


Perhatian dan/atau Hiperaktivitas atau Gangguan Hiperkinetik dalam PPDGJ-III (F90)
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, 1993) adalah suatu diagnosis
untuk pola perilaku anak yang berlangsung dlam jangka waktu paling sedikit 6 bulan, dimulai
sejak berusia sekitar 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk
memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Diagnosa Keperawatan Jiwa pada anak ADHD?
2. Apa Outcome (Luaran) Keperawatan Jiwa pada anak ADHD?
3. Apa Intervensi Keperawatan Jiwa pada anak ADHD?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan Jiwa pada anak ADHD
2. Untuk Mengetahui Outcome (Luaran) Keperawatan Jiwa pada anak ADHD
3. Untuk mengetahui Intervensi Keperawatan Jiwa pada anak ADHD

1.4 Manfaat Penulisan


Agar dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak ADHD

1
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah situasional Tujuan :Anak memperlihatkan 1.Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah
b.d koping individu tidak perasaan-perasaan nilai diri yang realistis.
meningkat saat pulang, dengan criteria
efektif.
hasil : 2.Sampaikan perhatian tanpa persyaratan untuk pasien.

1. Ekspresi verbal dari aspek-aspek 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu
positif tentang diri, pencapaian masa basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
lalu dan prospek-prospek masa depan
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-
2. Mampu mengungkapkan persepsi aspek positif dari diri anak.
yang positif tentang diri
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan
3.Anak berpartisipasi dalam aktivitas- sebagai suatu mekanisme bersikap membela.
aktivitas baru tanpa memperlihatkan
6.Memberikan dorongan dan dukungan kepada
rasa takut yang ekstrim terhadap
pasien dalam mengalami rasa takut terhadap kegagalan
kegagalan. dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan
tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif
untuk usaha-usaha yang dilakukan.

7.Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan


perilaku yang mendekati pencapaian tugas.
2. Risiko cedera b. d Tujuan :Anak tidak akan melukai diri 1. Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini
hiperaktivitas dan perilaku sendiri atau orang lain dengan kriteria melalui aktivitas sehari – hari dan interaksi untuk
hasil : menghindari timbulnya rasa waspada dan kecugiaan.
impulsif.
1. Darurat dipertahankan pada tingkat 2. Observasi perilaku–perilaku yang mengarah pada
di mana pasien merasa tidak perlu tindakan bunuh diri.
melakukan regresi
3. Tentukan maksud dan alat – alat yang memungkinkan
2. Anak mencari staf untuk untuk bunuh diri. Tanyakan “apakah anda memiliki rencana
mendiskusikan perasaan – perasaan untuk bunuh diri?” dan “bagaimana rencana anda untuk
yang sebenarnya. melakukannya?”

3. Anak mengetahui, mengungkapkan 4. Dapatkan kontrak verbal atau tertulis dari anak yang
dan menerima kemungkinan menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakakan diri
sendiri dan menyetujui untuk menemukan staf pada kondisi
konsekuensi dari perilaku maladaptif
dimana pemikiran kearah tersebut muncul.
diri sendiri.
5. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya
sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu: buku catatan
kemarahan “dimana catatan yang dialami dalam 24 jam
disimpan.
6.Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai
dari percobaan.

7. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari


lingkungan anak.

8. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk


ansietas anak (mis. Kantung pasien untuk latihan tinju,
jogging, bola voli).

9. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat


kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.
3. Ketidakefektifan koping Tujuan:Anak mengembangkan dan 1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.
individu b.d kelainan fungsi menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat 2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
dari sistem keluarga dan
diterima sosial dengan kriteria hasil:
perkembangan ego yang 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu
terlambat, serta 1. Anak mampu penundaan pemuasan basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
terhadap keinginannya, tanpa terpaksa
penganiayaan dan
untuk menipulasi orang lain. 4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
penelantaran anak. positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana
2. Anak mampu mengekspresikan untuk merubah karakteristik yang melihatnya sebagai
kemarahan dengan cara yang dapat negatif.
diterima secara sosial 5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan
sebagai suatu mekanisme bersikap membela. Memberikan
3. Anak mampu mengungkapkan bantuan yang positif untuk identifikasi masalah dan
kemampuan-kemampuan koping pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih
adaptif.
alternatif yang dapat diterima secara
sosial sesuai dengan gaya hidup dari 6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam
yang ia rencanakan untuk menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti
aktivitas-aktivitas terapi danmelaksanakan tugas-tugas baru.
menggunakannya sebagai respons
Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan
terhadap rasa frustasi penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan
4. Gangguan pola tidur b. d Tujuan:Anak mampu untuk mencapai 1. Observasi pola tidur anak, catat kondisi-kondisi yang
ansietas dan hiperaktif. tidur tidak terganggu selama 6 sampai menganggu tidur.
7 jam setiap malam dengan kriteria
hasil: 2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung
berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas
1. Anak mengungkapkan tidak adanya tertentu.
gangguan-gangguan pada waktu tidur.
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur.
2. Tidak ada gangguan-gangguan yang
dialamti oleh perawat. 4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung
kafein dihilangkan dari diet anak.
3. Anak mampu untuk mulai tidur
dalam 30 menit dan tidur selama 6 5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur
(misalnya: gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan
sampai 7 jam tanpa terbangun.
musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat).

6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi


dari jadwal ini.

7. Beri jaminan ketersediaan pada anak jika dia terbangun


pada malam hari dan dalam kondisi ketakutan
5. Ansietas (sedang sampai Tujuan:Anak mampu mempertahankan 1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap
berat) b. d ancaman konsep ansietas di bawah tingkat sedang, jujur, konsisten di dalam berespons dan siap. Tunjukkan rasa
sebagaimana yang ditandai oleh tidak hormat yang positif dan tulus.
diri, rasa takut terhadap
adanya perilaku-perilaku yang tidak
kegagalan, disfungsi system perilaku yang tidak mampu dalam 2.Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada
keluarga dan hubungan menanggapi terhadap stres. penurunan tegangan dan pengurangan ansietas(misalnya
berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan musik,
antara orang tua dan anak
pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok.
yang tidak memuaskan.
3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan
yang sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-
perasaan tersebut padanya.

4. Perawat harus mempertahankan suasana nyaman pada


pasien.

5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan


ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan
fisiologis.
6. Penggunaan sentuhan menyenangkan untuk beberapa
anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap
penggunaan.
7. Dengan berkurangnya ansietas, temani anak untuk
mengetahui peristiwa-peristiwa tertentu yang mendahului
serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif pada
kejadian selanjutnya.

8. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat


penenang sesuai dengan yang diperintahkan. Kaji untuk
keefektifitasannya, dan beri petunjukkepada anak mengenai
kemungkinan efek-efek samping yang memberi penharuh
berlawanan.
6. Isolasi sosial Tujuan :Anak dapat 1. Identifikasi faktor yang memperburuk dan
menarik diri b. d harga diri mengembangkan hubungan dengan mengurangi perilaku klien.
rendah orang lain ataua nak lain dengan 2. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas
kriteria hasil : dari distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat
dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan
1. Berhasil menyelesaikan
3. Berikan umpan balik positif untuk pencapaian
kewajiban atau tugas dengan bantuan
setiap tahap
2. Menunjukkan keterampilan sosial
4. Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan
yang dapat diterima ketika berinteraksi
jelas
dengan staf atau anggota keluarga
5. Bantu klien menyelesaikan tugas pada awalnya
3. Berhasil berpartisipasi dalam
lingkungan pendidikan
4. Menunjukkan kemampuan
menyelesaikan satu tugas secara
mandiri
5. Menunjukkan kemampuan
menyelesaikan tugas dengan
diingatkan
6. Mengungkapkan pernyataan positif
tentang dirinya
7. Menunjukkan keberhasilan interaksi
dengan anggota keluarga

7. Koping defensif b.d Tujuan :Anak akan 1. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar
harga diri rendah, kurang mendemonstrasikan kemampuan untuk 2. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan
umpan balik atau umpan berinteraksi dengan orang lain tanpa mengungkapkan dan bagaimana perasaan ini menimbulkan
balik negatif yang berulang menjadi defensif, perilaku perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena
yang mengakibatkan merasionalisasi atau mengekspresikan prilakunya sendiri
penurunan makna diri pikiran waham kebesaran dengan 3. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj
kriteria hasil : mengancam untuk perilaku-perilaku yang tidak dapat
diterima
1. Anak mengungkapkan dan
4. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi
menerima tanggung jawab terhadap
yang menimbulkan sifat defensif dan praktik bermain peran
perilakunya sendiri
dengan respons-respons yang lebih sesuai
2. Anak mengungkapkan
5. Berikan dengans egera umpan balik positif bagi
korelasi antara perasaan-perasaan
perilaku-perilaku yang dapat diterima
ketidakseimbangan dan keperluan
6. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran
untuk mempertahankan ego melalui
yang realistis, konkret dan memerlukan tindakan-tindakan
rasionalisasi dan kemuliaan
yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran ini
3. Anak tidak menertawakan
atau mengkritik orang lain
4. Anak berinteraksi dengan
orang lain dengan situasi-situasi
kelompok tanpa bersikap defensif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan


Perhatian dan/atau Hiperaktivitas atau Gangguan Hiperkinetik dalam PPDGJ-III (F90)
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, 1993) adalah suatu
diagnosis untuk pola perilaku anak yang berlangsung dlam jangka waktu paling
sedikit 6 bulan, dimulai sejak berusia sekitar 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah
gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku
hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya

Diagnosa Keperawatan pada anak ADHD adalah:

1. Harga diri rendah situasional b.d koping individu tidak efektif.

2. Risiko cedera b. d hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

3. Ketidakefektifan koping individu b.d kelainan fungsi dari sistem keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.

4. Gangguan pola tidur b. d ansietas dan hiperaktif.

5. Ansietas (sedang sampai berat) b. d ancaman konsep diri, rasa takut terhadap
kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak memuaskan.

6. Isolasi sosial menarik diri b. d harga diri rendah

7. Koping defensif b.d harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik
negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri

3.2 Saran

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD dapat
melibatkan anak untuk memfokuskan perhatian anak. Anak ADHD mengalami
kesulitan untuk fokus dan berlaku berlebihan (hiperaktif) yang dapat mengganggu
teman-temannya. Melihat dari permasalahan tersebut, kami ingin memberikan solusi
dalam penyembuhan anak ADHD melalui Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, M.D., Halord I, Sadock, M.D., Benjamin J., Grebb, M.D., Jack A. 2010. Sinopsis
Psikiatri, Jilid 2. Terjemahan Dr. Widjaja Kusuma. Tangerang: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai