Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

WAHAM

Disusun Oleh :
FATIHATUN NASIROH
72020040025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id
Email: sekretariat@umkudus.ac.id
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

 KLASIFIKASI Menurut Yosep Iyuss (2011)


1. Waham agama
Keyakinan klien terhadap sesuatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara
berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan
3. Waham somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan
4. Waham curiga
Klien mempunyai kenyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau menodai dirinya yang disampaikan secara berlebihan dan ditolak
sesuai kenyataan
5. Waham sisip pikir
Klien menyakini bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan atau dimasukkan
kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan
6. Waham nihilistik
Klien nyakin bahwa dirinya sudah tidak didunia atau meninggal yang dismpaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
7. Waham siar fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain yang mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun
tidak mengatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
B. Rentan Responsi
Adaptif Mal Adaptif
Pikiran logis Proses pikir Gangguan proses pikir :
Persepsi akurat Kadang ilusi Waham
Emosi konsisten Emosi +/- PSP : halusinas
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Kerusakan emosi
Hubungan sosial Menarik diri Perilaku tidak sesuai
Isolasi sosial terorganisir

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien
menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
3. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas
dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
4. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik
5. Faktor genetik

D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenagkan.

E. Tanda Dan Gejala


1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
3. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Berbicara kasar
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
Menurut Yosep Iyuss (2011)

F. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal Resiko menciderai diri, orang lain
dan lingkungan

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


(Nita Fitria, 2010)
G. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham

H. Intervensi
Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi :
 klien dapat memperkenalkan diri dan menyebutkan nama
 klien mau mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :
- Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
- Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
- Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
- Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi :
 klien dapat mengetahui kemampuan yang dimilikinya

Tindakan :
- Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
- Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
- Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari
pada hanya memikirkannya
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Kriteria evaluasi :
 klien dapat melakukan kebutuhannya yang harus dipenuhi
 klien dapat melakukan kebutuhan dasarnya secara mandiri
Tindakan :
- Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
- Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
- Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
- Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan kien
tersebut sehungga klien merasa nyaman dan aman.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Kriteria evaluasi :
 klien mampu menerima keadaannya secara realistis
Tindakan :
- Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
- Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
- Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih
benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan
waham yang ada
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Kriteria evaluasi :
 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
obat.
 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
 Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
 Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Tindakan :
- Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
- Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
- Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Kriteria evaluasi :
 Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
- Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien

I. Strategi Pelaksanaan Individu Dan Keluarga


1. SP 1:Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2. SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan kognitif pasien dan membantu mempraktikkannya.
3. SP 3: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
Strategi Pelaksanaan Keluarga
1. SP 1: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi masalah,
menjelaskan proses terjadinya masalah dan membantu pasien patuh minum obat.
2. SP 2: Melatih keluarga cara merawat pasien.
3. SP 3: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Waham
Pertemuan ke I (satu)

A. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari
ini.
Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya
Orientasi :
“Selamat Pagi, bagaimana perasaan Bapak saat ini? Bagus!”
“Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bapak tersebut?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang
hal tersebut?”

Kerja :
“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley
seperti itu lho Pak”
“Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?”
“Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu
Bapak mau bermain volley?”
“Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
Bapak?”
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?”
“Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”

SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Orientasi :
“Selamat Pagi Pak?.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang Bapak minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

Kerja :
“Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?”
“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau lanjut?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Pak!”
“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”

SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi


masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah dan membantu pasien
patuh minum obat
Orientasi :
“Assalamualaikum Pak/Bu, perkenalkan nama saya fatiha, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa ?,
senang dipanggil apa?”
“bagaimana kalua sekarang kita membicarakan tentang masalah ban B dan cara merawat
B dirumah?”
“dimana kita mau berbicara?” bagaimana kalu diruang wawancara?”
“berapa lama waktu bapak atau ibu ? bagaimana kalua 30 menit”

Kerja :
“pak,bu. Apa masalah yang bpk/ibu rasakan dalam merawat bang B? apa yang sudah
dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seseorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir , untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ibu dengan mengatakan
pertama;
“bapak/ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setau kami semua nabi sudah meninggal”
“kedua bapak ibu halus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal – hal yang baik”
“ketiga hal – hal yang ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan B”
“bapak/ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang di inginkan B,
misalnya “ bapak/ ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu B kan punya kemampuan.....(kemampuan yang pernah dimiliki oleh
anak)
“keempat : bagaimana kalau dicoba lagi sekarang ? (jika anak mau mencoba berikan
pujian)
“pak bu B perlu minum obat ini agar pikiranya jadi tenang , tidurnya juga tenang”
“obatnya ada 3 macam yang warnanya orange namanya cpz gunanya agar bisa tidur, yang
putih ini namanya thp gunanya supaya rileks dan tidak kaku. Yang merah jambu ini
namanya HDL gunanya agar pikiran terasa tenang , suara – suara halusinasi hilang.
Semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam
7 malam. Jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan B kambuh kembali (libatkan keluarga saat memberi penjelasan tentang
obat kepada klien). Bang b sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat
sesuai jamnya , segera beri pujian.

Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berrkunjung ke rumah sakit”
“baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“jam berapa bapak dan ibu buisa kemari?”
“baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak,bu”

SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien


Orientasi :
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”

Kerja :
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki
B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang Bersama keluarga


Orientasi :
“Assalamualaikum pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B
selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”

Kerja :
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan
di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus
menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, yang akan membantu memantau perkembangan B
selama di rumah”
Terminasi :
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk puskesmas tempat ibu dan bapak
tinggal guna mempermudah dalam merawat anak ibu dan bapak. Kalau ada
apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Silakan
DAFTAR PUSTAKA

Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yosep, iyus, 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai