Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


DIRUANG SA’AD IBNU ABI WAQQASH
RSI SUNAN KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Profesi Ners

Stase Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :

Nama : KELVINA

Nim : 82021040052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. KONSEP LANSIA
1. Definisi
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan
kanker (Nurrahmani, 2012).
2. Batasan Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016), batabatas
umur yang mencakup batas umur lansia sebagai berikut
a. Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mmencapai usia 60 tahun
ke atas”.
b. Menurut Wordl Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di batsu 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
sampai tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia (geriatric age) >
65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75- 80 tahun),
dan very old (> 80 tahun) (Efendi & Makhfudli, 2014).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2018).

3. Tipologi Lansia
a. Tipe Arif Bijaksana Kaya dengan hikmah pengalaman , menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sedehana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan. 
c. Tipe tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar ,
mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani dan pengkritik. 
d. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap dating terang, emgikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa
saja dilakukan. 
e. Tipe Bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh Orang lanjut usia dapat pula
dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung kepada karakter
pengalaman, kehidupannya, lingkungan, fisik, mental, sosial dan ekonomi. 
Antara lain : 
1) Tipe optimis, santai dan riang : tipe kursi goyang ( rocking chairman) 
2) Tipe konstruktif 
3) Tipe ketergantungan ( dependen ) 
4) Tipe defensif 
5) Tipe militan dan serius 
6) Tipe marah dan frustrasi (the angry man) 
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) ; self heating man Sebagai seorang
perawat perlu mengenal berbagai tipe dari lanjut usia sehingga perawat
akan dapat menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan
pendekatan perawatan. Tentu saja tipe-tipe tersebut hanya suatu pedoman
dasar dan dalam prakteknya dapat ditemui dalam berbagai variasi.
4. Mitos Lansia
Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
1) Konservaatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi ke masa silam
5) Merindukan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah menerima ide baru
8) Susah berubah
9) Keras kepala
10) Cerewet
5. Teori Penuaan
a. Teori biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses
menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh
selama masa hidup (Reny Yuli, 2014). Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya
adalah pengaruh agen patologis.
1) Teori genetik
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetic untuk spesies-
spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti sel) suatu
jam yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar,
jadi menurut konsep ini bila jam berhenti akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal.
2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenai dirinya sendiri. Jika mutasi yang
merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan peyakit auto imun pada lanjut usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti: Asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,
radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigment dan kolagen pada proses menua.
c) Teori menua akibat metabolisme
Bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan
kalori menyebabkan kegemukan dan memperpendek umur.
d) Teori rantai silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis dan kehilangan fungsi pada proses
menua
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dengan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian Berlanjut (Continuty Theory)
Menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori Pembahasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergualan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi anda kehilangan
(triple loss), yakni : kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak
sosial (restriction of contacts and relationships), berkurangnya komitmen
(reduced commitment to social moes and values). (Azizah, 2011)
6. Masalah perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan – Perubahan yang terjadi pada Lansia menurut Reny Yuli Aspiani,
2014:
a. Perubahan Fisik :
1) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar, TBW (jumlah
cairan tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya
proporsi protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga
menurunnya kontraksi dan volume jantung, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan pusing
mendadak, tekanan darah cenderung tinggi karena meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
3) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap
individuberkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat,
atropi saraf panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran,
pencium & perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif
terhadapsentuhan.
4) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi,
suara yg tidak jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia
>65th, atropi membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan
pada tulang bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen dapat
mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun
pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stress.
5) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi
katarak, kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar
menurun, daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya
akomodasi mata, lapang pandang menurun, sulit membedakan warna
biru dan hijau pada skala.
6) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah)
dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang,
kapasitas residu meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman
bernafas menurun  O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg;  CO2 arteri
tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuandinding,
dada & kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia.
7) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria
(+1), otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200
ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria
lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi
urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi
vulva, selaput lendir kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin,
perubahan warna.Seksual intercourse masih.
8) Sistem  Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada
laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada
penurunan secara berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun,
permukaan lebih halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali,
perubahan- perubahan warna, dorongan Seksual masih.
9) Sistem  Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk
atau gizi buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir,
atropi indra pengecap, hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah
tentang rasa manis, asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan juga menurun,
peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya absorbsi
terganggu.
10) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid,
aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya
aktivitas tiroid, menurunnya BMR= basal metabolic rate, fungsi
paratiroid & sekresinya tidak berubah.
11) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras),
karena kehilangan proses keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk -
bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadaptrauma, mekanisme
proteksi kulit menurun
12) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin
rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya
terbatas, Discus intervertebralis menipis, menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian membesar dan kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atropi serabut otot bergerak menjadi lambat, otot-
otot kram dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh
b. Perubahan Psikososial
1) Pensiun : Produktivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
2) Sadar akan kematian,
3) Perubahan dalam cara hidup
4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
5) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body
image, perubahan konsep diri.
c. Perubahan Mental
1) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental : Perubahan fisik, organ
perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, herediter, lingkungan.
2) Perubahan kepribadian yang drastis.
3) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru, berkurangnya
kemampuan nyatakan sopan santun.
4) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan.
5) Cenderung menyendiri, bermusuhan.
6) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan.
7) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan.
8) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri, gelisah, delirium
pada malam hari.
9) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari).
10) Mengumpulkan barang yang tidak berharga.
d. Perubahan Memori
1) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari.
2) Kenangan jangka pendek  atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
e. IQ (Intellgentia Quotion)
Akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan
otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan
mengalami penurnan sehingga lansia akan mengalami penurunan sehingga
lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal,
pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk
mengingat pada lansia juga menurun (Mujahidullah, 2012).
f. Perkembangan Spiritual
Pada umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya,
hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan
kehidupan dunia.
g. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia
1) Mudah jatuh
2) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis,
Pengaruh obat.
3) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolic, dehidrasi.
4) Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb.
5) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia.
6) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis.
7) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal
jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan,
dsb.
8) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis,
osteoartritis, batu ginjal, dsb.
9) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf
terjepit.
10) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna, faktor sosio-ekonomi.
11) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih,
saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis.
12) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektum.
13) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata.
14) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan
kekacauan mental.
15) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan
psikogenik (depresi, irritabilitas).
16) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi,
dsb.
17) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan
sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal.
18) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal,
hepatitis kronis, alergi2.
7. Penyakit yang menyerang pada lansia
a. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis.
b. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum.
d. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia.
e. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas.
f. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru.
g. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker.
h. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.
8. Faktor faktor yang mempengaruhi lansia
1. Hereditas (keturunan/ genetik)
2. Nutrisi / makanan
3. Status kesehatan.
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
9. Pengkajian pengkajian pada lansia
a. KATZ INDEKS
Mengukur kemampuan pasien dalam melakukan 6 kemampuan fungsi :
bathing, dressing, toileting, transfering, feeding, maintenance continence.
Biasa digunakan untuk lansia, pasien dengan penyakit kronik (stroke, fraktur
hip).
b. BARTHEL INDEKS
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas
serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan.
c. SPSMQ
merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk menilai
fungsi intelektual maupun mental dari lansia
d. GDS
Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen yang
paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut.
e. APGAR KELUARGA
merupakan kuesioner skrining singkat yang dirancang untuk merefleksikan
kepuasan anggota keluarga dengan status fungsional keluarga dan untuk
mencatat anggota-anggota rumah tangga.
f. MMSE
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang paling
sering digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif.

B. DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. DEFINISI
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis (Hidayat, 2013).
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang
meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal
(Effendy, 2014).
Menurut Andarmoyo (2012), dalam kehidupan sehari-hari kebersihan
merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan klien.

2. MACAM- MACAM PERAWATAN DIRI


1) Perawatan Kulit
2) Mandi
3) Perawatan mulut
4) Mata hidung dan telinga
5) Perawatan kaki dan kuku
6) Perawatan rambut
7) Genitalia

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Depkes (2000), manifestasi klien lansia dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial
a. Interakasi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAB/BAK disembarang tempat
4. TUJUAN PERAWATAN DIRI
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
5. DAMPAK PERAWATAN DIRI
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Gangguan psikosoial
Masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri menurun dan gangguan dalam interaksi sosial.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk
mengakses kamar mandi
2) Defisit perawatan diri: Eliminasi berhubungan dengan Ketidakmampuan
melakukan hygiene eliminasi yang tepat
3) Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian pada tubuh bagian atas
4) Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk
menyuap makanan dari piring ke mulut

7. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Defisit perawatan setelah dilakukan 1) Kaji kemampuan untuk menggunakan


diri: mandi tindakan alat bantu
berhubungan keperawatan
2) Kaji membrane mukosa oral dan
dengan diharapkan pasien
kebersihan tubuh setiap hari
ketidakmampuan mampu mengambil
untuk mengakses perlengkapan mandi, 3) Kaji kondisi kulit saat mandi
kamar mandi mandi di bak, 4) Pantau adanya perubahan kemampuan
membersihkan fungsi
daerah perineal
5) Bantu perawatan diri: mandi/ higiene:
pantau kebersihan kuku, sesuai
kemampuan perawatan diri pasien

2 Defisit perawatan setelah dilakukan 1) Kaji kemampuan ambulasi secara


diri: Eliminasi tindakan mandiir dan aman
berhubungan keperawatan 2) Kaji kemampuan untuk memanipulasi
dengan diharapkan pasien pakaian
ketidakmampuan mampu 3) Kaji kemampuan untuk menggunakan
melakukan memposisikan diri di
hygene yang tepat toilet atau kursi alat bantu
buang air, 4) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
mengosongkan 30 aktivitas
kandung kemih atau 5) Kaji peningkatan atau penurunan
defekasi, bangun kemampuan untuk ke toilet sendiri
dari toilet atau kursi 6) Kaji defisit sensori, kognitif, atau fisik
buang air, mengganti yang dapat membatasi kemampuan
pakaian setelah eliminasi mandiri
eliminasi

3 Defisit perawatan setelah dilakukan 1)Kaji kemampuan untuk menggunakan


diri: Berpakaian tindakan alat bantu
berhubungan keperawatan 2) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
dengan diharapkan pasien terhadap aktivitas
ketidakmampuan mampu mengenakan 3) Pantau peningkatan atau penurunan
mengenakan pakaian dibagian kekampuan untuk berpakaian dan
pakaian bagian atas (dan/atau melakukan perawatan rambut
atas bawah) tubuh, 4) Pantau defisit sensori, kognitif, atau
memasang kaos kaki fisik yang dapat membuat kesulitan dalam
dan sepatu, mengikat berpakaian pada pasien
sepatu 5) Beri fasilitas bantuan pemangkas rambut
atau penata kecantikan

4 Defisit perawatan setelah dilakukan 1)Kaji kemampuan untuk menggunakan


diri: Makan tindakan alat bantu
berhubungan keperawatan 2) Kaji tingkat energi dan toleransi
dengan diharapkan pasien terhadap aktivitas
ketidakmampuan mampu meletakkan 3) Kaji peningkatan atau penurunan
menyuap makanan ke piring, kemampuan untuk makan sendiri
makanan dari mengarahkan 4) Kaji deficit sensori, kognitif, atau fisik
piring kemulut makanan ke mulut yang dapat mempersulit individu untuk
dengan jari atau makan sendiri
wadah atau piring, 5) Kaji kemampuan untuk mengunyah dan
mengunyah menelan
makanan, menelan
cairan,

REFERENSI
Pratiwi, E. (2016). Gambaran Pelaksanaan Senam Otak (Brain Gym) Pada
Lansia di Panti Wredha Budi Dharma Yogyakarta. Jurnal Keperawatan.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar
Padila, 2013. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-1,
INTERVENSI NIC, HASIL NOC, Ed. 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai