Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia

1. Defenisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak

dapat dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat

menimbulkanmasalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis (Mustika,

2019).

Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai

darisuatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi

tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang akan melewati tiga

tahap dalamkehidupannya yaitu masa anak, dewasa dan juga tua (Mawaddah,

2020).

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau

memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan

bertambahnya umur (Friska et al., 2020).

8
2. Batasan Umur Lansia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2017) batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1

Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60(enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90

tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities)

ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,

keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia

(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric

age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old

(70-75 tahun), old (75- 80 tahun),dan very old ( > 80 tahun) (Efendi,

2009).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan

Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2017) yang terdiri dari : pralansia

9
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah

seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang

masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak

berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain.

4. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60

tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan),

kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk,

2018).

5. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho

2000 dalam Maryam dkk, 2018). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

10
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan

menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.

c. Tipe tidak puas.

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,

pengkritik dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan

serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan

sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

11
6. Proses Penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku

yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu

fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam

satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2016).

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan

yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan

berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya,

tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah

yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2018).

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis

yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan

struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk

adanya infeksi.

Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai

dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan

saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh „mati‟ sedikit demi sedikit.

Sebenarnya tidak adabatasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan

seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh

yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut

12
maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai

puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat

tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian

menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak,

2019).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik

secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,

maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat

mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).

Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat

dan otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan

psikologis (Smeltzer, 2016).

7. Teori - Teori Proses Penuaan

Menurut Maryam, dkk (2018) ada beberapa teori yang berkaitan

dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan

teori spiritual.

a. Teori biologis

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

1) Teori genetik dan mutasi, Menurut teori genetik dan mutasi,

semua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

13
biokimia yang diprogram oleh molekul- molekul DNA dan

setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2) Immunology slow theory, Menurut immunology slow theory,

sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan

kerusakan organ tubuh.

3) Teori stres, Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-

sel tubuh lelah terpakai.

4) Teori radikal bebas, Radikal bebas dapat terbentuk di alam

bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik

seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan

sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

5) Teori rantai silang, Pada teori rantai silang diungkapkan

bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini

menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan

hilangnya fungsi sel.

14
b. Teori psikologi

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut

menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan

berinteraksi.Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada

lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik,

maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,

memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan

muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

c. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses

penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori

penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity

theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori

perkembangan (developmenttheory), dan teori stratifikasi usia (age

stratification theory).

1. Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang

sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang,

15
yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk

mengikuti perintah.

2. Teori penarikan diri

Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia

dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang

lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di

sekitarnya.

3. Teori aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam

melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut

lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang

dilakukan.

2. Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal

ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan

seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi

lansia.

16
3. Teori perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua

merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia

terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif

ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan

bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang

seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

4. Teori stratifikasi usia

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang

dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk

mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro.

Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi

dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.

Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan

untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa

stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan

klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

5. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang arti kehidupan.

17
8. Tugas Perkembangan Lansia dan Perubahan yang terjadi pada

lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang

terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi

pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan

penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak

dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.

Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan

atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :

beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,

beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,

beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai

individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,

menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,

menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,

2016).

Adapun untuk perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

adalah sebagai berikut :

18
1. Perubahan fisik

a) Sel

Sel pada lansia lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,

jumlahcairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang. Jumlah sel otak

menurun. Mekanisme perbaikan sel terganggu. Otak menjadi atrofi,

beratnya berkurang 5- 10%.

b) Sistem persarafan

Lansia lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya

dengan stres. Pengecilan saraf panca indra dan kurang sensitif

terhadap sentuhan.

c) Sistem pendengaran

Kehilangan kemampuan pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadapbunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang

tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65

tahun. Membran timpani mengalami atrofi yang menyebabkan

otosklerosis. Terjadi pengumpulan serumen dan pendengaran makin

menurun pada lansia yang mengalami stres.

d) Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

hilangnya respon sinar. Kornea lebih berbentuk bola, lensa lebih

suram dan menyebabkan gangguan penglihatan. Meningkatnya

ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

19
lambat, dan susah dalam melihat cahaya gelap. Daya akomodasi

mulai hilang dan lapang pandang berkurang.

e) Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun. Katup jantung menebal

dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volume. Kehilangan elastisitas pembuluh

darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur ke duduk bisa menyebabkan tekanan

darah menurun menjadi 65 mmHg yang mengakibatkan pusing

mendadak. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya

resistensi dari pembuluh darah perifer.

f) Sistem pengaturan suhu tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Pada lansia,

suhu tubuh menurun akibat metabolisme yang menurun.

Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak menyebabkan aktivitas otot yang rendah.

g) Sistem respirasi

Otot-otot pernapasan menjadi kaku dan kehilangan kekuatan.

Silia mengalami penurunan aktivitas. Paru-paru kehilangan

elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas napas menjadi

berat, kapasitas pernapasan maksimum turun, dan kedalaman napas

20
turun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya

berkurang. Kemampuan untuk batuk berkurang. Kemampuan pegas,

dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring

dengan bertambahnya usia.

h) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecapan menurun, esophagus

melebar, waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah

dan timbul konstipasi. Fungsi absorbsi menurun, hati makin

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan darah.

i) Sistem genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke

ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya

kemampuan mengkonsentrasi urin juga berkurang. Otot-otot vasica

urinaria menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml dan

menyebabkan frekuensi buang air keil meningkat.

j) Sistem endokrin

Produksi hormon menurun. Fungsi peratiroid dan sekresinya

tidak berubah. Berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan

LH. Penurunan aktivitas tiroid, daya pertukaran zat dan produksi

aldosteron.

21
B. Konsep Gastritis

1. Pengertian

Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa

lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan

dalam pola makan, minsalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat,

makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2016)

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag

atau gastritis adalah peradangan (pembengkakan ) dari mukosa lambung,

yang bisa disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Seperti kita ketahui,

lambung adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi

untuk menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke

usus kecil. Didalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti

pepesin, asam lambung, dan mucus, untuk melindungi dinding lambung

sendiri. Bila terjadi ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, minsalnya

asam berlebih atau mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga

terjadi proses peradangan pada lambung (gastritis) (Padmiarson, 2019).

2. Anatomi Fisiologi

Lambung adalah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian

kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasamempunyai

panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untukmenampung

makanan dan minuman sebanyak satu galon. Bila lambung dalam keadaan

kosong maka iya akan melipat, mirip seperti sebuah akurdion. Ketika

22
lambung mulai ter isi dan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara

bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara

bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk

kedalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada dalam sambungan

antara esphagus dan lambung akan membuka dan membiarkan makanan

masuk ke lambung. Setelah masuk kelambung cincin in menutup. Dinding

lambing terdiri lampisan-lampisan otot yang kuat. Ketika makanan berada

dilambung, dinding lambung akan mulai menghacurkan makanan tersbut.

Pada saat yang sama, kelenjer-kelenjer yang berada di mukosa pada diding

lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk emzim-emzim dan

asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.

Asam ini sangat korosif sehingga paku besi dapat larut dalam cairan ini.

Dinding lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah

lampisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular

sehingga menyeimbangkan kesamaan dalam lambung) sehingga terhidar

dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika

mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan

meradangnya dinding lambung.

23
3. Klasifikasi

A. Gastritis akut

Gastritis akut adalah penyakit lambung yang terjadi karena terdapat

peradangan akut pada dinding lambung, terutama pada lapisan lendir

lambung dan pada umumnya dibagian rongga lambung dekat pylorus

(lubang antara lambung ke usus ).

Jenis gastritis ini dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis sebagai

berikut

1. Gastritis Eksogenus

Gastritis eksogenus adalah penyakit radang lambung yang

pencetusnya berasal dari luar tubuh penderita. Jenis penyakit ini dapat

disebabkan oleh beberapa hal:

a) penyakit tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang

dapat menyebabkan terserang gastritis akut yaitu:staphylococcus.

Gejala yang dialami oleh penderita yaitu perasaan gelisah dan

rasa terbakar, mual, muntah, diare, dan panas.

b) penyakit gastritis eksogenus dapat disebabkan oleh bahan yang

bersifat racun atau bahan yang bersifat sebagai pegikis jaringan.

2. Gastritis Endogenus

Gastritis endogenus adalah penyakit peradangan lambung yang

pencetusnya berasal atau terbentuk didalam lambung. Penyakit gastritis

endogen ini dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : Bakteri atau racun,

24
Alergik gastritis, Peradangan akut yang bernanah, penderita mengalami

peradangan akut akibat bakteri pyogenik (streptococcus,staphylococcus).

3. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dalam

periode waktu lama disebabkan oleh stres dan pola makan yang kacau.

Sementara itu, penyakit gastritis kronis dapat disebabkan oleh infeksi

H.pylori, adanya tumor pada lambung dan stres atau faktor kejiwaan

(Wahyu, 2017).

4. Etiologi

a. Gastritis akut

Penyebab gastritis akut adalah mengosumsi makanan dan alkohol yang

mengiritasi dalam waktu yang lama. Obat-obatan, sepertiaspirin dan obat

anti inflamasi nonsteroid lain (dalam dosis tinggi ), agens sitotosik,

kafein, kortikosteroid, anti metabolit, fenilbutazon, dan indometasin.

Menelan racun, khususnya dikloro-difenil- trikloroetana (DDT),

ammnonia, merkuri, karbon tetraklrorida, atau zat korosif. Endotoksik

dilepaskan oleh bakteri yang menginfeksi, seperti stafilokokus,

Escherichia coli, dan salmonela dan komplikasi penyakit akut (Kluwer,

2016).

b. Gastritis kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh pemajanan berulang terhadap zat iritan,

seperti obat-obatan, alkohol, rokok, dan agens lingkungan. Anemia

25
pernisiosa, penyakit ginjal, atau diabetes militus dan infeksi helicobacter

pylori (penyebab gastritis nonerosif paling sering)(Kluwer, 2016).

5. Tanda Gejala

a. Tanda gejala secara umum adalah :

1) Mual muntah

2) Nyeri perut (dapat bervariasi dari ringan sampai berat)

3) Rasa sakit yang mungkin merasa seperti nyeri terbakar diperut

bagian atas

4) Merasa sakit atau berat di dada bagian bawah.

5) Nyeri meningkat pada perut kosong

6) Cegukan yang mengganggu dan berulang.

7) Kehilangan selera maka

8) Merasa kenyang meski baru makan sedikit

9) Berat badan menurun

10) Adanya gas yang berlebih atau perut terasa kembung

b. Tanda Gejala Gastritis Parah :

1) Darah di tinja atau feses berwarna hitam

2) Pendarahan reptum

3) Ketika muntah, warna yang terlihat seperti bubuk kopi

4) Lemah dan pucat.

5) Denyut nadi cepat, merasa pusing atau lelah

6) Pingsan.

26
6. Patofisiologi

Penyebab yang paling umum gastritis akut adalah infeksi. Patogen

termasuk helicobacter pylori, Escherichia coli, proteus, haemophilus,

stresptokokus, dan stafilokokus. Infeksi bakteri lambung normal

melindunginya dari asam lambung, sementara asam lambung melindungi

lambung dari infeksi, sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam

hidroklorida ( asam lambung ) menegenai mukosa lambung, maka terjadi

luka pada pembulih kecil yang di ikuti dengan edema, perdarahan, dan

mungkin juga terbentuk ulkus. Kerusakanyang berhubungan dengan gastritis

akut biasanya terbatas jika diobati dengan tepat (joycem, 2014).

Perubahan patofisologis awal yang berhubungan dengan gastritis

kronis adalah sama dengan gastritis akut. Mulanya lapisan lambung menebal

dan eritematosa lalu kemudian menjadi tipis dan atrofi. Deteriorasi dan

atrofi yang berlanjut mengakibatkan hilangnya fungsi kelenjar lambung

yang berisi sel parietal. Ketika sekresi asam menurun, sumber faktor

intrinsik hilang. Kehilangan ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk

menyerap vitamin B12 dan perkembangan anemia pernisiosa. Atrofi

lambung dengan metaplasia telah diamati pada gastritis kronis dengan

infeksi H pylori. Perubahan ini mungkin mengakibatkan peningkatan risiko

adenokarsinomalambung (joycem, 2014)

27
7. WOC

MK :
Nyeri

MK : Kurang
pengetahuan

MK : nutrisi kurang
dri kebutuhan tubuh

MK : hipertermi

MK : gangguan mobilitas
fisik

28
8. Penatalaksanaan Perawatan Medis dan Keperawatan

A. Medis

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya

mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau

dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya.

a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.pylori, maka diberikan

Bismuth, antibiotik (misalnya amoxcillin & Claritromycin) dan

obat anti tukak (misalnya omeprazole).

b. Penderita gastritis karena stres akut banyak mengalami

perubahan(penyakit berat, cidera atau pendarahan) berasil diatasi.

Tetapi sekitar 25 % penderita gastritis karena stres akut

mengalami pendarahan yang sering berakhir fatal. Karena itu

dilakukan pencegahan dengan memberikan antalsit. (untuk

menetralkan asam lambung) dan obatanti-ulkus yang kuat (untuk

mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).

Pendarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi

dengan menutup sumber pendarahan dengan tindakan endoskopi.

Jika pendarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambang

lambung harus diangkat.

c. Penderita gastritis erosif koronis bisa diobati dengan

antasida. Penderita sebaiknya menghidari obat tertentu (misalnya

29
aspirin atau obat anti peradangan non – esteroit lainnya) dan

makanan yang menyebabkan iritasi lambung.

d. Untuk menringankan penyumbatan disaluran keluar lambung

pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan kortikostroied atau

dilakukan pembedahan

e. Penderita meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat

sebagian atauseluruh lambung.

f. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti kulkus yang

menghalangi pelepasan asam lambung.

g. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan

jumlahsedikit tapi sering.

h. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan

lemakseperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.

B. Keperawatan

Penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Tirah baring

keadaan dimana pasien harus istirahat di tempat tidur, tidak

bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada

alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental (Soetomo, 2017)

2. Mengurangi stres

Melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti memasak,

berkebun, memelihara tumbuhan dalam rumah, melukis, atau sekadar

30
bernyanyi, bisa membuat tubuh menghasilkan hormon bahagia, yaitu

dopamin saat pasien sudah bisa perawatan dirumah, atau sudah

dianjurkan untuk aktifitas fisik biasa, atau dengan teknik relaksasi dan

distraksi saat rawatan dirumah sakit. Dengan begitu, tubuh dan pikiran

pasien bisa lebih rileks (Soetomo, 2017)

3. Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan

peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan

seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12

– 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan

secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya

berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang

berbumbu banyak atau berminyak (Dermawan, 2016).

9. Pemeriksaan Penunjang

Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan

dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas

penyebabnya.

a. Pemeriksaan darah : Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya

anti body H.Pylori dalam darah. Hasilt tes yang positif

menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada

suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa

pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan

31
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan

lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernapasan : Tes ini dapat menetukan apakah

pasien terinfeksi oleh bakteri H.Pylori atau tidak

c. Pemeriksaan feses : Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylori

dalam feses atau tidak. Tes hasil yang positif mengindikasikan

terjadi infeksi dengan hasil pemeriksaan seperti berikut warna

feses merah kehitam- hitaman, bau sedukit amis, kosistensinya

lembek tetapi ada juga agak keras terdapat lendir. Pemeriksaan

juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini

menunjukan adanya pendarahan pada lambung.

d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas: Dengan tes ini dapat

terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas

yang mungkintidak terlihat dari sinar X

e. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas: Tes ini akan melihat akan

adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu

sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna

dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

32
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari proses

keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar

dari klien. untuk informasi yang diharapakan dari klien. Menurut (Depkes,

2015), asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu rangkaian kegiatan

dari proses keperawatan yang ditujukan pada lansia. Kegiatan tersebut

meliputi pengkajian kepada lansia dengan memerhatikan kebutuhan

biologis, psikologis, kultural dan spritual. Status kesehatan pada lansia

dikaji secara konprehensif, akurat dan sistematis.

Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gastritis :

1) Identitas

a) Usia

Biasanya klien dengan Gastritis yang sering terjadi pada

pasien mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun

(Shalahudin, 2018)

b) Jenis Kelamin

Biasanya laki-laki lebih berisiko dibandingkan

perempuan, dikarenakan faktor makanan yang kurang terkontrol

(Shalahudin, 2018)

2) Alasan Masuk

Biasanya klien mengalami nyeri di perut.

33
3) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya ditemukan hasil kajian pada pasien penyakit yang

berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit

dan riwayat pemakaian obat sampai dengan riwayat konsumsi

makanan jangka panjang.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya ditemukan hasil kajian pada pasien meliputi

perjalanan penyakit pasien, awal dari gejala yang dirasakan

kalien. Keluhan timbul dirasakan, secara mendadak atau

betahap, faktor pencetus, untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ditemukan hasil kajian pada pasien yang memiliki

keluarga menderita penyakit yang behubungan dengan

penyakit yang diderita oleh pasien.

4) Pemeriksaan Fisik

Biasanya pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).

a. Keadaan umum : Biasanya Kesadaran pasien gastritis

mengalami kesadaran composmentis.

b. Tanda-tanda vital

34
a) Tekanan darah: Biasanya tekanan darah pasien normal

namun juga bisa pasien mengalami peningkatan tekanan

darah.

b) Nadi Biasanya terjadi peningkatan pada arteri karotis,

jugularis, pulsasi radialis, dan terjadinya perbedaan denyut

nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior

tibia.

c) Respiratori: Biasanya bisa mengalami peningkatakan

frekuensi pernapasan disertai dengan penyakit paru yang

jika dimiliki oleh pasien

d) Suhu : Biasanya pasien gastritis bisa mengalami demam

akibat dari proses inflamasi

c. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala

Biasanya pasien dengan gastritis tidak mengalami sakit

kepala, dan pada bagian rambut tidak ditemukan masalah,

kondisi dan keadaan rambut dalam batas normal.

2. Mata

Biasamya Pasien dengan gastritis konjungtiva tidak

anaemis kiri dan kanan, sklera putih, reflek pupin baik,

mata cekung

35
3. Telinga

Biasanya pasien dengan gastritis kondisi telinganya simetris

dan kanan, tampak ada serumen dan pendengarannya baik

4. Hidung

Biasanya pasien dengan gastritis tidak mengalami masalah

pada kepatenan jalan napasnya

5. Mulut

Biasanya pada gejala awal pasien dengan gastritis tidak

mengalami masalah pada bagian mulut seperti mukosa

tidak pucat, namun pada gejala lanjut yang tidak ditangani

dengan baik, bibir bisa kering dan pecah-pecah karena

kekurangan cairan

6. Leher

Biasanya pasien dengan gastritis tidak mengalami

pembengkakan pada kelenjar tiroid.

7. Dada

I : Biasanya Tampak retraksi dinding dada

P : Biasanya Fremitus dada kiri, dada kanan

8. Jantung

I : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat

P: Biasanya Ictus cordis tidak teraba

P: Biasanya ICS 5 Midclavicula sinistra

A: Biasanya SI dan S2

36
9. Paru-paru

I : Biasanya Retraksi dinding dada

P: Biasanya Fremitus kanan dan kiri

P: Biasanya Sonor dikedua lapang paru-paru

A: Biasanya Vesikuler

10. Perut (abdomen)

I : Biasanya Tampak tidak ada bendungan cairan (plat),

dan tidak ada nampak benjolan abnormal

A: Biasanya Bising usus normal pada gejala awal, dan

tidak normal pada gejala lanjut

P: Biasanya ada nyeri tekan

P: Biasanya Timpany

11. Punggung

Biasanya Bentuk punggung normal (datar)

12. Ekstremitas

Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan

inspeksi dan palpasi.

Pada ekstremitas atas kiri dan kanan tida ada masalah

Pada esktremitas bawah kiri dan kanan tidak ada masalah

13. Kulit

Biasanya tampak kering, kasar dan tidak elastisitas

(Aspiani, 2015).

37
5) Aktivitas Sehari-hari

1. Biologis

a. Nutrisi

1) Pola Makan

Biasanya klien dengan gastritis sering menkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi asam, pola makan

yaitu makanan tinggi lemak, karbohidrat, dan protein.

2) Pola Minum

Biasanya minum kopi tidak disertai konsumsi air

menyebabkan tingginya kadar asam di dalam tubuh.

b. Pola Eliminasi

1) BAB

Biasanya klien BAB 1 kali sehari, serta karakteristik

BAB padat dan warna kecoklatan.

2) BAK

Biasanya frekuensi BAK klien 6 kali sehari, dan warna

BAK jernih.

c. Pola Istirahat dan Tidur

Biasanya klien tidur kurang dari 7 jam sehari, dan klien

tidak tidur dengan nyenyak

2. Psikologi

Biasanya lansia sering merasa tidak berguna dan menyusahkan

keluarga dengan penyakitnya.

38
3. Dukungan Sosial

Biasanya hubungan lansia dengan lingkungan sudah berkurang

karena factor penyakit yang dialami klien, menyebabkan

keterbatasan klien untuk beraktifitas dan bersosialisasi

dilingkungannya.

4. Spiritual

Biasanya lansia menganut satu agama dan tekun beribadah.

5. Rekreasi

Biasanya klien mengisi waktu luang dengan menonton tv dan

mengikuti pengajian.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan metabolic

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan

metabolisme dan penurunan kekuatan otot

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme

d. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor

penyakit

39
3. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik tindakan keperawatan Observasi
atau emosional yang 3x24 jam diharapkan a. Identifikasi lokasi,
berkaitan dengan tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan aktual dengan frekuensi, kualitas, intensitas
atau fungsional, dengan Kriteria Hasil : nyeri
onset mendadak atau a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala nyeri
lambat dan berintensitas menurun c. Identifikasi respon nyeri non
ringan hingga berat yang b. Meringis menurun verbal
berlangsung kurang dari 3 c. Gelisah menurun d. Identifikasi faktor yang
bulan. d. Kesulitan tidur memperberat dan
Penyebab menurun memperingan nyeri
1. Kondisi muskuloskletal e. Perasaan depresi e. Identifikasi pengetahuan dan
kronis menurun keyakinan tentang nyeri
2. Kerusakan sisitem saraf f. Anoreksia menurun f. Identifikasi pengaruh budaya
3. Penekanan saraf terhadap respon nyeri
4. Infiltrasi tumor g. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Ketidakseimbangan pada kualitas hidup
neurotransmitter, h. Monitor keberhasilan terapi
neuromodulator dan komplementer yang sudah
reseptor diberikan
6. Gangguan imunitas i. Monitor efek samping
7. Gangguan fungsi metabolic penggunaan analgetik
8. Riwayat posisi kerja statis Terapeutik
9. Peningkatan indeks massa a. Berikan teknik
tubuh nonfarmakologis untuk
10. Kondisi pasca trauma mengurangi rasa nyeri (mis.
11. Tekanan emosional TENS, hypnosis, akupresur,
12. Riwayat penganiayaan terapi musik, biofeedback,
13. Riwayat penyalahgunaan terapi pijat, aroma terapi,
obat/ zat teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Gejala dan Tanda Mayor b. Control lingkungan yang
Subjektif memperberat rasa nyeri (mis.
1. Mengeluh nyeri Suhu ruangan, pencahayaan,
2. Merasa depresi kebisingan)
Objektif c. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Tampak meringis d. Pertimbangkan jenis dan
2. Gelisah sumber nyeri dalam pemilihan
3. Tidak mampu menuntaskan strategi meredakan nyeri
aktivitas Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,

40
Gejala dan Tanda Minor dan pemicu nyeri
Subjektif b. Jelaskan strategi meredakan
1. Merasa takut mengalami nyeri
cedera berulang c. Anjurkan memonitor nyri
Objektif secara mandiri
1. Berikap protektif d. Anjurkan menggunakan
2. waspada analgetik secara tepat
3. pola tidur berubah e. Ajarkan teknik
4. Anoreksia nonfarmakologis untuk
5. Fokus menyempit mengurangi rasa nyeri
6. Berfokus kepada diri
sendiri Perawatan Kenyamanan
Observasi
a. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan
b. Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
c. Identifikasi masalah emosional
dan spiritual
Terapeutik
a. Berikan posisi yang nyaman
b. Berikan kompres dingin atau
hangat
c. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
d. Berikan pemijatan
e. Berikan terapi akupresur
f. Berikan terapi hipnotis
g. Dukung keluarga dan pengasuh
terlibat dalam terapi
h. Diskusikan mengenai situasi
dan pilihan terapi
Edukasi
a. Jelaskna mnegenai kondisi dan
pilihan terapi/ pengobatan
b. Ajarkan terapi relaksasi
c. Ajarkan latihan pernafasan
d. Ajarkan tehnik distraksi dan
imajinasi terbimbing

2 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi


Definisi: Keterbatasan dalam tinfakan keperawatan Observasi
gerak fisik dari satu atau 3x24 jam mobilitas a. Identifikasi adanya nyeri atau
lebih ekstremitas secara fisik meningkat, keluhan fisik lainnya
mandiri. dengan b. Identifikasi toleransi fisik

41
Penyebab Kriteria Hasil: melakukan ambulasi
1. Kerusakan Integritas a. Pergerakan c. Monitor frekuensi jantung dan
Struktur Tulang ekstremitas tekanan darah sebelum
2. Perubahan Metabolisme meningkat memulai ambulasi
3. Ketidakbugaran Fisik b. Kekuatan otot d. Monitor kondisi umum selama
4. Penurunan Kendali Otot meningkat melakukan ambulasi
5. Penurunan Massa Otot c. ROM meningkat Terapeutik
6. Penurunan Kekuatan Otot d. Kaku sendi a. Fasilitasi aktivitas ambulasi
7. Keterlambatan menurun dengan alat bantu (mis. tongkat,
Perkembangan e. Gerakan terbatas kruk)
8. Kekakuan Sendi menurun b. Fasilitasi melakukan mobilisasi
9. Kontraktur fisik, jika perlu
10. Malnutrisi c. Libatkan keluarga untuk
11. Gangguan Musculoskeletal membantu pasien dalam
12. Gangguan Neuromuskuler meningkatkan ambulasi
13. Indeks Massa Tubuh Di Edukasi
Atas Persentil Ke-75 Sesuai a. Jelaskan tujuan dan prosedur
Usia ambulasi
14. Efek Agen Farmakologis b. Anjurkan melakukan ambulasi
15. Program Pembatasan Gerak dini
16. Nyeri c. Ajarkan ambulasi sederhana
17. Kurang Terpapar Informasi yang harus dilakukan
Tentang Aktivitas Fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan Kognitif
20. Keengganan Melakukan
Pergerakan
21. Gangguan Sensori Persepsi

Gejala Dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengeluh Sulit
Menggerakkan Ekstemitas
Objektif
1. Kekuatan Otot Menurun
2. Rentang Gerak Menurun

Gejala Dan Tanda Minor


Subjektif
1. Nyeri Saat Bergerak
2. Enggan Melakukan
Pergerakkan
3. Merasa Cemas Saat Bergerak
Objektif
1. Sendi kaku

42
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
3 Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan
Definisi: Asupan nutrisi tidak tindakan keperawatan Observasi
cukup untuk memenuhi selama 3x24 jam status a. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan metabolisme. nutri membaik, dengan b. Identifikasi alergi dan
Penyebab Kriteria Hasil: intoleransi makanan
1. Ketidakmampuan menelan a. Porsi makan yang c. Identifikasi makanan yang
makanan dihabiskan disukai
2. Ketidakmampuan mencerna meningkat d. Identifikasi kebutuhan kalori
makanan b. Kekuatan otot dan jenis nutrient
3. Ketidakmampuan pengunyah e. Identifikasi perlunya
mengabsorbsi nutrien meningkat penggunaan selang nasogastrik
4. Peningkatan kebutuhan c. Kekuatan otot f. Monitor asupan makanan
metabolisme menelan g. Monitor berat badan
5. Faktor ekonomi meningkat h. Monitor hasil pemeriksaan
6. Faktor psikologis d. Perasaan cepat laboratorium
kenyang menurun Terapeutik
Gejala Dan Tanda Mayor e. Nyeri abdomen a. Lakukan oral hygiene sebelum
Objektif menurun makan, jika perlu
1. Berat badan menurun f. Sariawan menurun b. Fasilitasi menentukan
minimal 10% dibawah g. Rambut rontok pedoman diet (mis. Piramida
rentang ideal menurun makanan)
h. Diare menurun c. Sajikan makanan secara
Gejala Dan Tanda Minor i. Berat badan menarik dan suhu yang sesuai
Subjektif membaik d. Berikan makan tinggi serat
1. Cepat kenyang setelah makan j. Bising usus untuk mencegah konstipasi
2. Kram/nyeri abodemen membaik e. Berikan makanan tinggi kalori
3. Nafsu makan menurun k. Membran mukosa dan tinggi protein
Objektif membaik f. Berikan suplemen makanan,
1. Bising usus hiperaktif jika perlu
2. Otot pengunyah lemah g. Hentikan pemberian makan
3. Otot menelan lemah melalui selang nasigastrik jika
4. Membran mukosa pucat asupan oral dapat ditoleransi
5. Sariawan Edukasi
6. Serum albumin menurun a. Anjurkan posisi duduk, jika
7. Rambut rontok berlebihan mampu
8. Diare b. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Promosi Berat Badan


Observasi
a. Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
b. Monitor adanya mual dan

43
muntah
c. Monitor jumlah kalorimyang
dikomsumsi sehari-hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
Terapeutik
a. Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan, jika
perlu
b. Sediakan makan yang tepat
sesuai kondisi pasien( mis.
Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau Gastrostomi,
total perenteral nutritition sesui
indikasi)
c. Hidangkan makan secara
menarik
d. Berikan suplemen, jika perlu
e. Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namuntetap
terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
4 Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Defenisi tindakan keperawatan Observasi
Suhu tubuh meningkat di atas 3x24 jam diharapkan a. Identifkasi penyebab hipertermi
rentang normal tubuh suhu tubuh tetap (mis. dehidrasi terpapar
Penyebab berada pada rentang lingkungan panas penggunaan
1. Dehidrasi normal dengan, incubator)
2. Terpapar lingkungan panas Kriteria Hasil: b. Monitor suhu tubuh
3. Proses penyakit (mis. a. Menggigil menurun c. Monitor kadar elektrolit
infeksi, kanker) b. Suhu tubuh d. Monitor haluaran urine
4. Ketidaksesuaian pakaian membaik Terapeutik
dengan suhu lingkungan c. Suhu kulit membaik a. Sediakan lingkungan yang
5. Peningkatan laju dingin
1.
metabolisme Tin b. Longgarkan atau lepaskan
6. Respon trauma pakaian
7. Aktivitas berlebihan c. Basahi dan kipasi permukaan
8. Penggunaan inkubator tubuh

44
d. Berikan cairan oral
Gejala dan Tanda Mayor e. Ganti linen setiap hari atau
Subjektif lebih sering jika mengalami
1. (tidak tersedia) hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Objektif f. Lakukan pendinginan eksternal
1. Suhu tubuh diatas nilai (mis. selimut hipotermia atau
normal kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
Gejala dan Tanda Minor g. Hindari pemberian antipiretik
Subjektif atau aspirin
1. (tidak tersedia) h. Batasi oksigen, jika perlu
Objektif Edukasi
1. Kulit merah a. Anjurkan tirah baring
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

(Sumber: SDKI, 2016; SLKI, 2019; SIKI, 2018)

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus

berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan terdiri dari tiga

jenis yaitu independent implementations, interdeppenden/collaburatif dan

dependent implementations (Dinarti dan Mulyanti, 2017).

Kegiatan implementasi pada pasien dengan leukimia adalah

membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :

45
Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk

mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada

pada pasien.

a. Melakukan penyuluhan untuk membantu pasien memperoleh

pengetahuan baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau

penatalaksanaan penyimpangan.

b. Membantu pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan

kesehatannya.

c. Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar

memperoleh arahan yang tepat dan benar.

d. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,

mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada pasien.

e. Membantu pasien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari (Dinarti

dan Mulyanti, 2017).

5. Evaluasi

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnos keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahapp evaluasi diletakkan

pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada

setiap tahap proses keperawatan (Dinarti dan Mulyanti, 2017).

46
a. Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan

perawatan, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.

b. Evaluasi Sumatif SOAP

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

kesehatan sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2009. Mengenal dan mengulangi penyakit Perut: Jakarta CV. Putrra
Setia.

Angkow, julia. 2014 . faktor –faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian


Gastritis Diwilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manando.

Aspiani, Reni Yudi. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan gerontik, jilid 2. Trans
infamedia.

Black, Joycem. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Gustin

2011. Pola makan sehari-hari penderita gastritis.

Hidayat, Alimul aziz. 2009. Pengatar konsep dasar keperawatan. Jakarta:


selemba medika.
Misnadiarly, 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Penerbit Pustaka
Populer Obor.
Najib, Bustam. 2015. Manajemen Pegendalian Penyakit Tidak Menular . Jakarta :
PT Rineka cipta
Nurarif,Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Nanda Nic Noc. Jogjakarta:Mediaction Jogja
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Padmiarson. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta: Bee Medika Indonesia

Purwanto Hadi 2016 Keperawatan Medical Bedah II

Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wahyu, Andri. 2011. Maag dan Gangguan Pencernaan. Jakarta: PT


SundaKelapa Pustaka.

Widjadja. 2009: Tindakan pencegahan, Pengobatan secara Medis Maupun


Tradisional: Jakarta :Bee Media Indonesia.

48
Wolters, Kluwer. 2011. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC

49

Anda mungkin juga menyukai