Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep Lansia
1.) Definisi Lansia
Lansia adalah individu berusia 60 tahun dimana memiliki tanda tanda
penurunan fungsi biologis,psikologis,social,dan ekonomi yang terus
menerus secara alamiah. (Sari & Leonard, 2018:121)
2.) Batasan-batasan Lansia
Batasan lanjut usia dapat ditinjau dari aspek biologi, sosial, dan usia atau
batasan usia. Yaitu :
a. Aspek Biologi
Lansia di tinjau dari aspek biologi adalah orang/individu yang telah
menjalani proses penuaan (menurunnya daya tahan fisik yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit
yang dapat menyebabkan kematian). Hal ini disebabkan sering
meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
b. Aspek Sosial
Dari sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial
tersendiri. Di Negara Barat, lansia menduduki strata sosial di bawah
kaum muda. Bagi masyarakat tradisional asia, lansia menduduki kelas
sosial yang tinggi yang harus di hormati oleh masyarakat.
c. Aspek Umur
Dari kedua aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling
memungkinkan untuk mendefinisikan lansia secara tepat. Menurut WHO
dalam bukunya (aspiani 2014) mengelompokan usia lanjut usia atas tiga
kelompok yaitu : Usia lanjut yang berumur 60-74 tahun,usia tua yang
berumur 75-89 tahun,dan usia sangat tua yang berumur >90 tahun.
3.) Klasifikasi Lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut
1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
     Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.
4.) Karakeristik Lansia
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),
karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok
berikut ini :
1) Jenis Kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan.Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
2) Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%
3) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan perbandin
gan banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan >65 tahun)
dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut
menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia nonproduktif.
4) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan bisa menjadi
indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka kesakitan
menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik
5.) Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016:12), Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian dating dari factor fisik dan factor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama
terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan di perkuat oleh pendapat yang kurang baik,
misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap sosial di masyarakat menjadi negative tetapi ada juga
lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya di lakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua RW
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian dari lansia menjadi buruk pula.
Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak di libatkan
untuk pengambilan keputusan karena di anggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
6.) Proses Penuaan
Penuaan terjadi baik secara fisiologis dan patologis. Bila
seseorang telah mengalami penuaan fisiologis,mereka tua dalam
keadaan sehat (health aging). Penuaan sesuai dengan kronologis seperti
usia,dipengaruhi oleh factor endogen,perubahan dimulai dari sel jaringan
organ system pada tubuh. (Oktaviani J,2018). Penuaan banyak
dipengaruhi oleh factor-faktor seperti factor eksogen,yaitu berupa
lingkungan,social budaya,gaya hidup disebut penuaan sekunder.
Penuaan itu tidak sesuai dengan kronologis usia dan patologis. Factor
eksogen juga dapat mempengaruhi factor endogen,sehingga dikenal
dengan factor resiko. Factor resiko tersebut yang menyebabkan
terjadinya penuaan patologis (Oktaviani J,2018).
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang
bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur
maka fungsi organ juga mengalami penurunan.Banyak factor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon
terhadap stres dan pertahanan terhadap antioksidan.Selanjutnya faktor
lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan
stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor
tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolisme sel yang
menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan
terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et.al, 2016). Semakin
bertambahnya umur maka semakin sulit pula mendapatkan kualitas dan
kuantitas tidur yang efektif. Seiring bertambahnya usia, pada lansia akan
mengalami perubahan fisik, fisiologis, psikologis. Salah satu perubahan
fisik lansia adalah perubahan pola tidur.( Erwani & Nofriandi, 2017:124)
7.) Teori Penuaan
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu :
a.) Teori genetic dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua adalah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sbagai akibat dari perubahan
biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel.
b.) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Didalam proses metabolisme tubuh akan diproduksi zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi emah dan sakit.
c.) Teori “immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
d.) Teori stress
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
e.) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi ,oksigen,
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat berregenerasi.
f.) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau using reaksi kimianya menyebabkan katan
yang kuat khususnya jaringan olagen. Ikatan ini datpat menyebabkan
kurangnya elastic,kekacauan,dan hilangnya fungsi.
8.) Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Berikut ini merupakan beberapa perubahan yang terjadi pada lansia
menurut Aspiani (2014).
A.) Perubahan fisiologi pada lansia :
1.) Perubahan system kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat.
2.) Perubahan system pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli
ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang, kemampuan batuk
berkurang.
3.) Perubahan system persyarafan
Berat otak menurun 10-20%, lambat dalam merespon dan
waktu, mengecilna saraf panca indera, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
4.) Perubahan system gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esophagus
melebar, lambung: rasa lapar menurun, peristaltic lemah, fungsi
absorbsi melemah dan liver makin mengecil dan menurun.
5.) Perubahan system urinaria
Fungsi ginjal menurun, otot otot vesika urinaria lemah, kapasit
as nya menurun.
6.) Perubahan system endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi
parathyroid dan sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate).
7.) Perubahan system indera
a) Sistem Pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pendengaran), membrane timpani
menjadi atropi, terjadinya pengumpulan serumen, pendengaran
menurun.
b) Sistem Penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, lensa keruh, daya adaptasi
terhadap kegelapan. Lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
c) Sistem Perabaan
Indera peraba mengalami penurunan.
d) Sistem pengecap dan penghidu
Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap
makanan yang asin dan banyak berbumbu, penciuman menurun.
8.) Perubahan system integumen
Kulit mengkerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi pudar, kurang
bercahaya.
9.) Perubahan system musculoskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) makin rapuh dan
osteoporosis, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut
dan mengalami sclerosis.
10.) Perubahan system reproduksi
Pada perempuan frekuensi sexual intercourse cenderung
menurun secara bertahap, menciutnya ovary dan uterus, atrofi
payudara, selaput lendir vagina menurun, produksi estrogen dan
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause. Pada laki-laki
penurunan produksi spermatozoa, dorongan seksual menetap sampai
usia di atas 70 tahun. Dorongan dan aktivitas seksual berkurang
tetapi tidak hilang sama sekali.
B.) Perubahan psikososial pada lansia
1) Pensiun
Nilai seseorang diukur oleh produktivitas dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaannya. Jika seseorang
pensiun, maka akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain;
a.) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b.) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).
c.) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d.) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
2) Merasakan atau sadar terhadap kematian.
3) Perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih
sempit).
4) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat dan penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
5) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

C.) Perubahan spiritual


Agama atau kepercayaan makin berintegrasi dalam
kehidupan. Lansia semakin teratur dalam kegiatan beribadah.Lansia
cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas  kehidupan
Azizah dalam Zulmi (2016).
D.) Perubahan pola tidur dan istirahat
Penurunan aliran darah dan perubahan dalam mekanisme
neurotransmitter dan sinapsis memainkan peran penting dalam
perubahan tidur dan terjaga yang dikaitkan dengan faktor
pertambahan usia. Faktor ekstrinsik seperti pensiun juga dapat
menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada kebutuhan untuk
beraktivitas dan kebutuhan energi sehari-hari serta mengarah
perubahan pola tidur.Keadaan sosial dan psikologis yang terkait
dengan faktor predisposisi terjadinya depresi pada lansia, kemudian
mempengaruhi pola tidur lansia. Pola tidur dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, dan bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh penuaan.
2.1.2 Konsep Insomnia
1.) Definisi Insomnia
Insomnia merupakan ketidakpuasan tidur secara kualitatif maupun
kuantitatif yang berhubungan dengan kesulitan memulai tidur,kesulitan
mempertahankan tidur,sering terbangun atau masalah kembali tidur setelah
terbangun atau ketidakmampuan untuk tidur kembali. (Misharoh & Purwito,
2020:139)

Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang


kesulitan untuk tidur.Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur,
sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini
mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak tercukupinya kebutuhan tidur
yang baik (Sugiyanto, 2021:192)

2.) Aspek-aspek insomnia


Maslim (dalam dewi,2014) mengemukakan bahwa aspek-aspek
insomnia terdiri dari :
a.) Aspek fisik,dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1.) Merasa lelah saat terbangun tidur dan tidak mersakan kesegaran
2.) Sakit kepala di pagi hari
3.) Mata memerah dan kadan terdapat lingkar hitam di kelpak mata
4.) Mengantuk disiang hari
b.) Aspek mental dengan gejala sebagai berikut :
1.) Keluhan adanya kesulitan tidur,mempertahankan tidur atau kualitas
tidur yang buruk
2.) Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam social dan pekerjaan
3.) Kesulitan dalam berkosentrasi
3.) Jenis-jenis insomnia
Insomnia terdiri atas dua jenis yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder.
1. Insomnia primer
Insomnia yang belum di ketahui pasti penyebabnya dan akan sulit
untuk di obati sehingga biasanya berlangsung dalam jangka waktu lama
dan kronik. Orang yang mengalami insomnia primer sering
mengeluhkan sulit untuk jatuh tertidur dan terbangun berkali-kali pada
malam hari, namun bentuk dari keluhan kesulitan tidur dapat bervariasi
yaitu selain mnegeluh sulit jatuh tertidur seseorang juga biasanya
mengeluh sulit mempertahankan tidur atau tidak merasa segar
walaupun telah tidur lama. Selain itu karena berlangsung lama maka
terjadi komplikasi depresi dan kecemasan yang membuat insomnia
semakin parah.
2. Insomnia sekunder
Insomnia sekunder merupakan insomnia yang di sebabkan oleh
gangguan lain misalnya gangguan fisik atau gangguan kejiwaan.
Masalah yang bisa menimbulkan insomnia sekunder yaitu penyakit
medis, obat-obatan, kebiasan merokok, minum alcohol dan kafein atau
gangguan tidur lain. Pengobatan pada insomnia sekunder akan mudah
di lakukan yaitu dengan mengatasi langsung penyebabnya \
4.) Komplikasi Insomnia
Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak
yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses aktif di mana pada saat
seseorang tidur otak akan melatih semua sel saraf dengan melewatkan
sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak
mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi dalam hal
menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi
situasi stres dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu
dan tidak optimal.
5.) Tipe Insomnia
Tipe Insomnia ada tiga,yaitu insomnia transient (insomnia
sementara),insomnia jangka pendek,dan insomnia kronis. Berikut uraian dan
penjelasannya.(Hartono, 2019:1)
1.) Insomnia Transient (Insomnia sementara)
Ini merupakan insomnia yang berlangsung beberapa malam dan
biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang
berlangsung sementara. Kondisi ini biasanya menimbulkan stress dan
dapat dikenali dengan mudah oleh penderita yang bersangkutan.
2.) Insomnia jangka pendek
Ini adalah insomnia yang terjadi dalam jangka pendek. Gangguan
tidur ini terjadi dalam waktu 2-3 minggu.kondisi ini akan menyerang
orang-orang yang sedang mengalami stress, berada dilingkungan yang
selalu ramai dan bising, berada dilingkungan yang mengalami perubahan
suhu ekstrim, masalah perubahan jadwal kerja yang drastic,maupun efek
samping dari pengobatan
3.) Insomnia kronis
Kondisi ini merupakan gangguan tidur yang dialami hamper setiap
malam selama satu bulan atau lebih. Salah stu penyebab insomnia kronis
adalah depresi, gangguan fisik seperti arthritis (infeksi sendi), gangguan
ginjal, gagal jantug, sleep apnea (sesak nafas saat tidur),sindrom restess
legs (kelemahan kaki), Parkinson (gangguan fungsi syaraf), dan
hyperthyroidism (hormone tiroid yang meningkat). Selain itu, insomnia
kronis juga disebabkan oleh perilaku penderita dengan adanya kebiasaan
buruk, seperti penyalahgunaan kafein, alcohol, dan substansi lainnya.
6.) Dampak Insomnia bagi Kesehatan
Adapun dampak insomnia bagi kesehatan menurut (Sumirta & Laraswati,
2017:2) antara lain :
a. Gangguan fungsi mental
Insomnia dapat mempengaruhi konsentrasi dan memori dan dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari.
b. Stres dan depresi
Insomnia meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di otak yang
menyebabkan stres, dan perubahan pola tidur telah terbukti secara signifikan
mempengaruhi suasana hati.Insomnia terus menerus dapat menjadi tanda
kegelisahan dan depresi.
c. Sakit kepala
Sakit kepala yang terjadi pada malam hari atau dini hari mungkin
berhubungan dengan insomnia.
d. Penyakit jantung
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang dengan insomnia kronis
mengalami tanda-tanda aktivitas jantung dan sistem saraf yang dapat
menempatkan mereka pada risiko penyakit jantung.
e. Kecelakaan
Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran
utama dalam kecelakaan mobil.Setiap tahun, lebih dari 100.000 kecelakaan
mobil di jalan raya disebabkan oleh kantuk atau insomnia.
f. Kematian dini
Insomnia yang dipicu kelainan genetik Fatal Familial Insomnia bisa
memicu dampak yang benar-benar fatal, yakni kematian. Kelainan bawaan
yang dicirikan dengan susah tidur ini mempengaruhi fungsi otak hingga
kehilangan memori dan sulit mengendalikan gerakan. Pasien bisa meninggal
karena kelelahan parah setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur nyenyak,
ditambah tremor atau gemetaran seluruh badan.
g. Kecenderungan untuk bunuh diri
Sebuah penelitian pada remaja mengungkap, kebiasaan
tidur larut malam berhubungan dengan peningkatan risiko depresi sebesar
24 % dan kecenderungan bunuh diri sebanyak 20 %. Bukan itu saja,
insomnia ataususah tidur juga banyak dikaitkan dengan peningkatan risiko
paranoia atau ketakutan berlebihan serta gangguan jiwa bipolar.
h. Darah tinggi dan penyakit kronis lainnya
Para ilmuwan di Henry Ford Center of Sleep Disorder membuktikan,
makin lama waktu yang dibutuhkan sejak berbaring hingga terlelap bisa
berarti semakin tinggi pula risiko kematian hipertensi atau tekanan darah
tinggi. Demikian juga yang tidurnya tidak nyenyak, makin sering terbangun di
tengah malam risiko hipertensi juga makin meningkat.Selain hipertensi,
berbagai penyakit kronis lainnya juga sering dikaitkan dengan riwayat
insomnia.Di antaranya yang masih berkaitan dengan hipertensi adalah
serangan jantung, lalu diabetes, obesitas dan kanker payudara.
i. Perilaku aneh saat tidur
Penderitaan yang menyertai insomnia tidak berhenti pada usaha
keras dan mati-matian saat mau tidur saja. Begitu jatuh tertidur, berbagai
gangguan perilaku saat tidur bisa muncul sebagai akibat dari kurang tidur
pada malam-malam sebelumnya.Mulai dari ngelindur (sleep talking), SMS
sambil tidur (sleep texting), hingga berhubungan seks tanpa sadar sambil
tidur atau dikenal dengan istilah seksomnia.
j. Gangguan pendengaran
Memang tidak banyak orang yang jadi tuli hanya karena insomnia
atau susah tidur. Namun bagi yang memiliki riwayat tinnitus atau telinga
berdenging, kurang tidur akibat gangguan insomnia bisa memperburuk
kondisi itu dan jika tidak diatasi bukan mungkin bisa berakhir jadi tuli
permanen.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak insomnia bagi
kesehatan yaitu gangguan fungsi mental, stres dan depresi, sakit kepala,
penyakit jantung, kecelakaan, kematian dini, kecenderungan untuk bunuh
diri, darah tinggi dan penyakit kronis lainnya, perilaku aneh saat tidur,
gangguan pendengaran.Faktor Faktor yang menyebabkan Insomnia Pada
Lansia

7.) Penatalaksanaan insomnia


Penanganan insomnia penting dilakukan untuk menghindari dampak yang akan
dapat membuat kerugian,penanganan insomnia antara lain.
1.) Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan meliputi pemberian informasi mengenai insomnia seperti
etiologi dan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi insomnia.
Informasi yang diperoleh akan memperbaiki kesalahpahaman mengenai
siklus tidur, masalah, dan langkah-langkah terapi.
2.) Edukai Sleep hygiene
Edukasi sleep hygiene meliputi pergi ke tempat tidur anya bila
mengantuk,indari tidur sekejap disiang hari, bangun pada waktu yang sama
setiap hari,hentikan obat yang bekerja pada system saraf pusat
(kafein, nikotin, alcohol. stimulant) mempertahnkan kondisi tidur yang
menyenangkan (tentang suhu, ventilasi, kebisingan, cahaya) melakukan
rutinitas relaksasi malam, seperti relaksasi otot progresif atau meditasi, maka
pada waktu yang teratur setiap hari hindarimakan dalam jumlah besar
sebelum tidur, hindari stimulus malam hari, gantikan televise atau radio atau
bacaan santai, dan dapatkan kebugaran fiik dengan program olahraga yang
riajin dan berharap dipagi hari.
3.) Terapi psikologis
Cognitive Beavioral Therapy (CBT) merupaan gabungan terapi kognitif dan
perlaku.Tujuan utama dari teknik perilaku untuk pengbatab insomnia adalah
untuk merubah perilaku berkaitan dengan tidur yang merupkan factor yang
memperbuuk gangguan tidur. Factor-faktor ini mungkin karena kebiasaan
tidur yang buruk (terlalu)
lama ditempat tidur). Pola tidur bangun yang tidak teratur, atau hiperaktivitas 
psikofiiologis, sedangkan teknik kognitif ditujukan untuk mengidentifikasi dan
menganilisis pemikiran dan keyakinan yang salah yang berkaitan dengan
tidur atau konsekuensi dariinsomnia.
4.) Terapi farmakolgis
Prinsip dasar dari terapi pengobatan insomnia yaitu, jangan menggunakan
obat hpnotik sebagi satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan
dengan terapi non farmakologis pemberian obat golongan hipnotik dimulai
dengan dosis yang rendah, selanjutnya di naikkan perlahan-lahan sesuai
kebutuhan, khususnya pada orang tua. Hindari penggunaan benzodiazepine
jangka panjang. Hati-hati pengunaan obat golongan hpnotik dan
benzodiazepine pada seseorang dengan riwayat peyalahgunaan atau
ketergantungan obat. Monitor untuk melihat apakah ada toleransi
obat,ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat,memberikan
edukasi efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat
mengemudi atau bekerja. Khususnya golongan obat jangka
panjang,melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari
penghentian obat dan terjadi rebound fenomena.
8.) Tanda dan Gejala Insomnia

Serangan insomnia sementara dapat berupa kantuk dan gangguan


kinerja psikomotor, dapat di katakan mirip dengan kurang tidur.Sementara,
efek insomnia kronis bervariasi sesuai dengan penyebabnya. 15 tanda dan
gejala umum insomnia sebagai berikut:

 Adanya gangguan tidur yang bervariasi dari ringan sampai parah


 Sulit jatuh dalam fase tidur
 Sering terbangun di malam hari
 Saat terbangun sulit untuk tidur kembali
 Terbangun terlalu pagi
 Terbangun terlalu cepat
 Tidur yang tidak memulihkan
 Pikiran seolah di penuhi berbagai hal
 Selalu kelelahan di siang hari
 Penat
 Mengantuk
 Sulit berkonsentrasi
 Lekas marah/emosi
 Merasa tak pernah mendapat tidur yang cukup
 Sering sakit/nyeri kepala
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Insomnia pada lansia
Penyebab insomnia hampir sama dengan hal-hak yang mempengaruhi
mekanisme tidur. Factor-faktor yang mempengaruhi insomnia dapat meliputi
beberapa factor yaitu factor psikologis,problem psikiatri, factor penyakit fisik,
factor lngkungan actor gaya hidup, dan factor tidur siang berlebih
(Siregar,2014)
1.) Faktor Jenis Kelamin
Wanita lebih cenderung menderita insomnia disbanding pria
(Siregar,2014). Bahkan menurut penelitian yang dilakukan Dr.Penland daru
US Departmen of Agriculture, Amerika Serikat, jumah wanita pengidap
insomnia sampai 2 kali lipat dari pria (Siregar,2014)
2.) Faktor Usia
Usia ikut berpengaruh terhadap insomnia dimana pola tidur seseorang
akan mengalami perubahan mengikuti proses kehidupannya. Semakin
beragam egiatan dan aktivitas yang dilakukan,maka akan mengurangi jam
istirah. Bahkan,tidur terkadang diabaikan untuk memaksimalkan aktivitas
yang dilakukan. Hal ini juga didorong karena adanya dorongan homestatik
yang memicu berkuragnya waktu tidur. Pada usia lanjut,gangguan tidur
cenderung mucul dalam bentuk kesulitan tidur dan sering terbangun pada
fase pertengahan tidur. Pola tidur pada lansia cendrung berubah-ubah. Hal
ini berlangsung karena kemampuan fisik yang semakin menurun. Pada
intinya,gelombang otak berubah sesuai dengan pertambhan usia. Seperti
sebelumnya, kondisi terjaga pada orang tua akan meningkat.
5.) Repon terhadap Penyakit
Pada umumnya penyakit yang dialami para lansia merupakan
penyakit tidak menular yang bersifat degenerative atau di sebabkan oleh
factor usia misalnya penyakit jantung, diabetes militus, rematik, hipertensi
dan cedera. Factor penyakit dan nyeri yang diderita oleh lansia merupakan
factor penting yang dapat mempengaruhi insomnia pada lansia. Hal ini
dikarenakan setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik, atau masalah suasana hati dapat menyebabkan masalah tidur seperti
kesulitan tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. (Hartono, 2019:3). Lansia
yang berumur 60-85 tahun dengan beberapa penyakit lebih mungkin
melaporkan kejadian insomnia. Haines 2012 juga menyatakan bahwa
hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetes militus, arthritis, penyakit paru,
kanker, osteoporosis, dan hipertropi prostat merupakan jenis-jenis penyakit
yang dapat menyebabkan gangguan tidur.
Penyakit pernafasan seringkali mempengaruhi tidur.Lansia yang
menderita paru kronik seperti emfisema dengan nafas pendek, seringali tidak
dapat tidur tanpa dua atau tiga bantal untuk meninggikan kepala.Asma
bronchitis, dan rhinitis alergi mengubah irama pernapasan dan mengganggu
tidur. Lansia dengan influenza mengalami kongesti nasal,drainase sinus, dan
nyeri tenggorokan, yang dapat menganggu pernapasan dan kenyamanan
dalam beristirahat (Purwowiyoto,2012)
Lansia yang mengalami kram kaki pada malam hari bermasalah pada
sirkulasi arteri. Rheumatid arthtritis merupakan penyakit jangak panjang yang
menyebabkan nyeri,kekauan gerak dan fungsi sendi terbatas dan bengkak.
Rheumatid arthtritis dapat mempengaruhi banyak sendi. Sendi kecil ditangan
dan kaki cenderung paling sering merasa nyeri. Lansia juga sering
mengalami restlees leg syndrome yang terjadi pad saat sebelum tidur.
Sensasi gatal sangat dirasakan diotot dan dapat berkurang apabila individu
tersebut menggerakan kakinya. Hal ini dapat menghambat timbulnya
relaksasi dan tidur pada lansia (Potter & Perry,2012) 25
Hipertensi dan tukak peptik juga mempengaruhi kualitas tidur individu.
Hipertensi seringkali menyebabkan sakit kepala pada lansia, rasa pegal dan
tidak nyaman pada tengkuk, rasa pusing dan susah tidur pada malam hari.
(Edison & Nainggolan, 2021:52) Lansia yang mengalami tukak peptic
seringkali terbangun pada malam hari.Kadar asam lambung mencapai
puncak sekitar 01.00 hingga 03.00 pagi. Hal inila yang memicu terjadinya
nyeri lambung pada lansia. Hal inilah yang memicu terjadinya nyeri ambung
pada lansia (Potter & Perry,2012).
Diabetes Militus merupakan masalah serius dengan angka kejadian yang
meningkat tajam.Diabetes militus dapat menyerang semua olongan
masyarakat diseluruh dunia, diabetes militus nerupakan penyakit gangguan
metabolism yng ditandai dengan meningkatnya gukosa darah.Hal tersebut
disebabkan oleh adanya gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja
insulin. Penderita diabetes tidak dapat memproduksikan hormone insulin
yang dihasilkan oleh pancreas, sehingga kadar gula darah meningkat. Kadar
gula darah yang tingi sangat mengganggu konsentrasi untuk tidur nyenyak,
dikarenkan seringnya keinginan untuk buang air kecil pada malam hari,
kadang muncul rasa haus yang berlebihan. Gangguan tidur merupakan
masalah umum yang terjadi pada pasien diabetes sebaliknya diabetes juga
dapat menimbulkan gangguan tidur akibat adanya keluhan nocturia dan nyeri
(Surya, 2016:55)
3.) Faktor tingkat stres
Faktor psikologi yang menjadi penyebab insomnia yaitu seperti
terjadinya stres yang berkepanjangan, biasanya stres diakibatkan tingkat
tuntutan yang tinggi atau keinginan yang tidak tercapai, berita-berita buruk
atau kegagalan. Stres sering menjadi pemicu insomnia transient
Penanganan insomnia jenis ini yang harus diselesaikan terlebih dahulu
adalah masalah yang membuat stres, setelah masalahnya diselesaikan,
biasanya insomnia akan sembuh dengan sendirinya. Lansia yang sudah
ditinggal pasangannya dapat mempengaruhi keadaan psikologis mereka
sehingga dapat berdampak pada perubahan pola tidur(Rahman, 2016).
A.) Tingkatan stres
Menurut (Arista, 2017) Tingkatan stres yang dibagi menjadi tiga bagian
menurut Psychology Foundation antara lain :
a. Stres ringan
Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang dan
berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya
dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa, ketiduran, kemacetan,
dikritik, situasi ini biasanya berakhir dalam beberapa jam. Situasi ini
nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapkan
terus-menerus.
b. Stres sedang
Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan sesuatu, atau anggota keluarga yang pergi dalam waktu
lama.
c. Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan financial dan penyakit fisik yang lama (Ramaita, 2010).
B.) Faktor-faktor Penyebab Stres
1. Faktor Internal Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu
sendiri. Ada beberapa hal yang merupakan stressor internal antara lain:
(Sunaryo, 2004)
a. Kepribadian
Seseorang dengan Tipe A memiliki ciri-ciri sebagai berikut: agresif,
ambisius, senang bersaing, senang menyelesaikan pekerjaan dan
kebiasaan berlomba dengan waktu. Pada waktu-waktu tertentu,
mereka mampu menunjukkan kemampuan dan keefisienan mereka.
Namun, bila dihadapkan dalam kondisi stressful, mereka tidak mampu
lagi untuk mengendalikan diri dan kebingungan. Seseorang dengan
Tipe B memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan Tipe A, yaitu :
easygoing, tidak suka berkompetisi dan tenang.
b. Kognitif
Kognitif juga dapat menjelaskan bagaimana jalannya seseorang dapat
mengalami stres. Stres secara khusus dapat mempengaruhi individu
secara pribadi dalam menerima dan menginterpretasikan suatu
masalah.
2. Faktor Eksternal Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu.
Beberapa stressor eksternal, antara lain: 48
a. Faktor rumah tangga (stress in the family)
Stres dalam keluarga didefenisikan sebagai tekanan yang dapat
merusak atau mengubah sistem dalam keluarga. Pengaruh stres ini
terhadap keluarga yaitu mengurangi keharmonisan dan merupakan
sumber dari berbagai masalah.
b. Faktor lingkungan (environmental stress)
Lingkungan adalah tempat yang mengarah pada hal di sekeliling kita,
ruang fisik yang dapat dirasakan dan tempat kita berperilaku. Byrne
dan Clare (dalam Rice, 1992) mengemukakan pengertian stres
lingkungan sebagai suatu kondisi sikap seseorang terhadap aspek-
aspek tertentu dari lingkungan.
c. Faktor sosial (social source of stress)
Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup (life-style
changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah bergeser.
Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi, kebebasan
homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat keluarga,
masyarakat dan pemerintahan terpengaruh untuk mengikuti
perubahan-perubahan tersebut.
4.) Faktor Gaya Hidup
1.) Definisi Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan suatu gambaram “keseluruhan diri seseorang”
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini menunjukan rupa
keseluruhan pola perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari
(Rahmayani,2016).
Gaya hidup merupakan factor yang berperan penting terhadap kejadian
beberapa penyakit kronik seperti hipertensi. Perubahan gaya hidup ini
tidak lepas darai bergesernya kebiasaan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari baik dipedesaan atau di perkotaan kecenderungan untuk
kurang melakukan aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum
alcohol, mengkonsumsi makanan siap saji dan berlemak tinggi ( Ridwn &
Nurwanti,2013)
2.) Macam-macam gaya Hidup
gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnya insomnia
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, rokok, makanan atau minuman yang
mengandung kafein, atau obat penurun berat bedan sebelum tidur akan
membuat tubuh tetap terjaga, akibatnya tidur semakin sulit didapatkan.
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya insomnia antara lain:
a. Merokok
Gaya hidup yang biasa merokok menjadi salah satu resiko
terjadinya insomnia karena kandungan beberapa zat yang ada dalam
rokok tersebut. Perilaku merokok merupakan segala aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang, dimana hal tersebut dapat di pengaruhi oleh
factor internal dan eksternal ( Indriani,2014).
Kairupan, J. A., (2016), menyatakan bahwa perokok lebih
cenderung melaporkan beberapa keluhan seperti kesulitan untuk
tertidur, keluhan terhadap perasaan mengantuk di siang hari, dan
asupan kafein harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
nonperokok. Pada konsentrasi yang rendah, nikotin memiliki efek
bifasik pada tidur, yaitu dapat menimbulkan relaksasi dan sedasi.
Pada konsentrasi yang tinggi, nikotin justru dapat menghambat tidur.
Menurut (Mas,2013) menghirup nikotin 3mg atau dalam jumah sekecil
sekalipun dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
denyut jantung dan berakibat pada system saraf pusat
b. Mengkonsumsi kafein
Kafein merupakan zat yang dapat mengatasi kelelahan dan
meningkatkan konsentrasi serta menggembirakan suasana hati
(Sheps 2005 dalamRustiana, 2014)
Konsumsi kafein normal adalah 200-400 mg/hari, apabila
mengkonsumsi lebih dari 400 mg/hari maka dapat dikategorikan
sebagai konsumsi kafein berlebih. Selain efek positif yang dapat di
kafein juga memiliki efek positif apabila menkonsumsi berlebihan.
Namun kafein dalam jumlah tertinggi terdapat dalam biji kopi. Jumlah
kafein dalam kopi berbeda tergantung dari jenis minuman kopi.Kopi
memiliki dampak positif bagi para penikmatnya seperti memberikan
energy untuk menghindari rasa mengantuk, memberikan energy
semangat pada saat beraktivitas, kopi juga dapat meningkatkan
konsentrasi saat beaktivitas ( samsara, 2012).
Adapun dampak negative dari konsumsi kopi bila dikonsumsi
dalam dosis tinggi, kopi dapat meningkatkan tekanan darah tinggi,
detak jantung lebih cepat, melemahkan daya tahan tubuh.karena efek
kafein dalam tubuh dapat menyerap mineral dan vitamin yang
dipelukan oleh tubuh. Mengkonsumsi secara berlebihan dapat
menimbulkan insomnia atau susah tidur.karena kandungan kopi dapat
menghambat reseptor adenosine cenderung memiliki kebiasaan tidur
yang tidak sehat yang berdampak buruk bagi kesehatan. ( Selly
Oktaria,2019)
c. Pola makan
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi
jumlah makan, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan
konsumsi pola makan harus memperhatikan nilai gisi makanan dan
kecukupan zat gizi yang di anjurkan (Aisyah, 2016). Sedangkan
menurut kemenkes RI (2018), pola makanan adalah susunan
makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata
perorang perhari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka
waktu tertentu. Pola makan yang baik mengandung makanan pokok,
lauk-pauk, buah-buahan, dan sayur-sayuran serta dimakan dalam
jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Pola makan yang baik dan
jenis makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan lebih
baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari
penyakit. Factor yang mempengaruhi pola makan diantaranya
ketersediaan waktu, pengaruh teman, jumlah uang yag tersedia dan
factor kesukaan serta pengetahuan dan pendidikan giiszi
( Aisyah,2016)
(Dewi Kusumawati, 2021), menyatakan bahwa makan besar,
berat, dan berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses pencernaan. Hal ini dapat mengganggu tidur.
Alergi terhadap makanan juga dapat menyebabkan insomnia. Hauri &
Linde (1990, dalam Potter & Perry, 2012), menyatakan bahwa
makanan yang seringkali menyebabkan alergi meliputi jagung,
gandum, kacang-kacangan, coklat, telur, ikan laut, ragi, pewarna
makanan, dan susu. Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu
sampai dua minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan
masalah telah dihilangkan.
6.) Faktor Lingkungan
Iingkungan memegang peranan besar terhadap terjadinya insomnia
seseorang (Hartono, 2019:1). Penyebab ini terkait dengan lingkungan ketika
tidur. Bisa seperti suara dengkuran pasangan, suasana pencahayaan
dikamar, tempat tidur yang kurang nyaman, lingkungan yang rebut,dan lain-
lain (Siregar,2012) atau seperti lingkungan lintasan pesawat terbang, lintasan
kereta api,pabrik dengan mesin-mesin yang terus beroperasi sepanjang
malam atau suara TV yang keras dan suara kendaraan yang lalu lalang
dijalan juga dapat menjadi penyebab sulit tidur (Susilo dan Wulandari,2012).
Lingkungan yang selalu penuh dengan ketegangan,pertengkaran,dan situasi
berisik yang terus menerus juga dapat mempengaruhi pla tidur seseorang.
Perubahan lngkungan juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia.
Contohnya orang yang semula tinggal didaerah panas,kemudian tinggal
didaerah dingin. Perubahan suhu tersebut akan mempengaruhi pola tidurnya.
7.) Faktor tidur siang yang berlebihan.
Tidur siang bagi sebagian orang memang diperlukan, tapi dalam
batas dan keperluan yang sewajarnya. Gunakan waktu di siang hari untuk
berkerja dan melakukan aktivitas, sehingga ketika malam sudah tidak ada
pekerjaan dan aktivitas, ketika siang hari tubuh digunakan untuk beraktivitas
dan bekerja, pada malam hari tubuh akan merasa lelah dan akan
mempermudah untuk tidur

2.2 penelitian relevan

Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


peneliti/T
ahun
Ajeng W “Faktor-faktor Hasil dari penelitian i Persamaan Perbedaan
ahyu yang ni dari peneliti dari
Ningsih, mempengaruhi  adalah Penelitian ini  ini yaitu penelitian
Dodik kejadian menggunakan peneli sama-sama ini adalah
Arso insomnia tian metode dekriptif  menggunaka jumlah
Wibowo/ pada lansia kuantitatif. n metode responden
2018 di Posyandu Adapun jumlah deskriptif pada
Lansia responden pada kuatitatif.dan penelitian
Wilayah kerja penelitian ini adalah instrument ini hanya 18
UPTD sebanyak 18 respon yang sedangkan
Puskesmas den , digunakan pada
Puncu Tehnik sampling dal adalah sama- peneliti 58
Kabupaten am penelitian mengg sama responden
Kediri unakan teknik purpo kuesioner
sive sampling, instru
ment yang digunaka
n adalah Kuesioner.
Hasan “Faktor-faktor Pengambilan Sama-sama Penelitian
Basri yang sampel dalam menggunaka ini
Nasution memengaruhi penelitian ini n instrument mengguana
/2016 insomnia menggunakan total kuesioner kan total
pada lansia di sampling dilakukan sampling
Saman Hudi dengan mengambil sedangkan
Kelurahan sampel atau peneliti
Estate responden yang yang akan
Kecamatan kebetulan ada di Di diteliti
Binjai selatan” Samanhudi menggunak
Kelurahan Estate an
Kecamatan Binjai purposive
Selatan. sebanyak sampling.
30 orang. Dalam
penelitian ini peneliti
menggunakan
pengumpulan data
kuisioner/angket
dengan skala
Guttman
Erwani Faktor-faktor Jenis penelitian Sama-sama Perbedaan
dan yang yang digunakan menggunkan dari
Nofriandi berhubungan yaitu analitik a Uji Chi- penelitian
/2016 dengan dengan desain square,dan ini adalah
insomnia pada cross sectional desain cross jumlah
lansia di Dengan jumlah sectional sampel
Puskesmas sampel 67 Orang pada
Belimbing dan populasi penelitian
Padang” sebanyak 806 ini
orang. Data berjumlah
dianalisis 67
mengunakan sedangkan
analisis univariat pada
dan bivariat dengan peneliti 58
menggunakan uji sampel.
Chi-square nilai p
≤0,05.
2.2 Kerangka Teori

Batasan Lansia, Klasifikasi Lansia, Karakteristik Lansia, Ciri-ciri Lansia, 
Perkembangan Lansia, Perubahan pada lansia,dan Proses penuaan

1. Aspek
Insomnia
Lansia 2. Jenis-jenis
Insomnia
3. Komplikasi
Insomnia
4. Tipe
Insomnia
Insomnia
5. Dampak
Insomnia
6. Penatalaksan
Faktor Yaang aan Insomnia
mempengaruhi
Insomnia pada lansia

a. Faktor internal a. Faktor


1. Usia eksternal
2. Jenis kelamin 1.) Lingkungan
3. Respon Terhadap 2.) Gaya hidup
Penyaki
4. Tingkat stres

Gambar 2.1 Bagian Kerangka Teori

Sumber : Sari dan Leonard 2018,Oktaviani 2018,Patel 2018,Susilo dan Wulandari


2012.
2.3 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep dalam penelitian sebagai berikut :

Variabel Bebas/Independen Variabel Terikat/Dependen

Respon Terhadap
penyakit

Tingkat Stres
Insomnia

Lingkungan

Gaya Hidup

Keterangan :

= Variabel Independen
  = Variabel Dependen
= Pengaruh

Gambar 2.2 Bagian Kerangka Konsep


2.4 Hipotesis
a.) Hipotesis Kerja
1.) Terdapat pengaruh pada factor respon terhadap penyakit fisik terhadap
insomnia pada lansia
2.) Terdapat pengaruh pada factor tingkat stress terhadap insomnia pada lansia
3.) Terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada lansia
4.) Terdapat factor pada Gaya hidup terhadap insomnia pada lansia
b.) Hipotesis Nol
1.) Tidak terdapat pengaruh pada factor penyakit fisik terhadap insomnia pada
lansia
2.) Tidak terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada
lansia
3.) Tidak terdapat pengaruh pada factor gaya hidup terhadap insomnia pada
lansia

Anda mungkin juga menyukai