PENDAHULUAN
Lansia dapat mengalami insomnia akibat tingkat stres, stres yang terjadi
pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, masalah keluarga
status sosial ekonomi, penyakit yang diderita oleh lansia, pensiun, serta
menurunya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stress pada
lansia.(Buanasari, 2019)
اروَّ َج َع َل ُس َبا ًتا وَّ ال َّن ْو َم لِ َباسًا الَّ ْي َل َل ُك ُم َج َع َل الَّ ِذيْ َوه َُو ُ ُن
َ ش ْورً اال َّن َه
Yang artinya : Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai)
pakaian, dan tidur untu kistirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit
berusaha.
Ayat diatas menjelaskan bahwa: Dan di antara bukti-bukti keesaan Allah
dan kekuasaanNya adalah bahwa Dia-lah sendiri yang menjadikan untuk
kamu sekalian malam dengan kegelapannya sebagai pakaia nyang menutupi
diri kamu, dan menjadikan tidur sebagai pakaian yang menutupi diri kamu,
dan menjadikan tidur sebagai pemutusan kakegiatan kamu sehingga kamu
dapat beristirahat guna memulihkan tenaga, dan Dia juga menjadikan siang
untuk bertebaran antara lain berusaha mencari rezeki.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Stres dan Gaya Hidup
dengan kejadian insomnia pada lansia di desa Bongopini Kecamatan
Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”.
1.2 Identifikasi Masalah
1.) Pada tahun 2020, hampir separuh lansia indonesia mengalami keluhan
kesehatan, baik fisik maupun psikis 48,14%. Sementara itu, persentase
lansia yang mengalami sakit, besarannya hampir mencapai seperempat
lansia yang ada di indonesia 24,35%.
2.) Menurut National sleep Foundation, kejadian insomnia di seluruh dunia
mencapai 67% dari 1.508 orang di Asia Tenggara dan di dapatkan 50%
penduduk Amerika Serikat pernah mengalami sulit tidur dan 12%
mengatakan sulit tidur. Prevelensi sulit tidur (insomnia) pada lansia di
Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% pada wanita dan di
Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut. (Lydia Susanti, 2018:952).
3.) Prevelensi insomnia di Indonesia pada lansia masih tergolong tinggi yaitu
sekitar 67%. Angka ini diperoleh dari populasi yang berusia diatas 65
tahun. Menurut jenis kelamin, didapatkan bahwa insomnia dialami oleh
perempuan sebesar 78,1% pada usia 60-74 tahun . (Erwani & Nofriandi, 2
017:124)
4.) Tingginya angka insomnia pada lansia dapat menyebabkan berbagai
dampak yang ditimbulkan. Dampak dari insomnia pada lansia antara lain
dapat mengakibatkan gangguan fungsi mental, stress dan depresi, sakit
kepala, kecelakan, kecenderungan untuk bunuh diri. (Sari & Leonard,
2018:117)
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti
ini adalah Apa saja “Hubungan Tingkat Stres dan Gaya Hidup dengan
kejadian insomnia pada lansia?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi insmonia pada lansia di desa Bongopini"
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden ( Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, status pernikahan. Tempat tinggal, Pekerjaan dan
Penyakit)
2. Untuk mengidentifikasikan hubungan tingkat stres dengan kejadian
insomnia pada lansia di Desa Bongopini.
3. Untuk mengidentifikasi hubungan gaya hidup dengan kejadian
insomnia pada lansia di Desa Bongopini
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan ilmiah, serta bahan penerapan ilmu metode
penelitian, khususnya mengenai hubungan tingkat stress dan gaya hidup
dengan kejadian insomnia pada lansia.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan perawat
khususnya dalam hal perawatan gerontik mengenai hubungan tingkat
stres dan gaya hidup dengan kejadian insomnia pada lansia.
2. Bagi Instansi
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi kesehatan adalah data
dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dan
masukan untuk optimalisasi program pencegahan dan penanganan
gangguan tidur pada lansia. Data yang didapatkan di masyarakat
terkait dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat dijadikan
masukan pada instansi kesehatan setempat bahwa kebutuhan tidur
pada lansia juga penting untuk dipenuhi selain kebutuhan dasar lansia
lainnya
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bisa menjadiin formasi untuk meningkatkan
pengetahuan dalam dukungan yang diberikan keluarga terhadap
lansia penderita insomnia. Pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar
bagi masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
lansia.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain
sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut,
teruama yang terkait dengan penanganan insomnia pada lansia yang
disebabkan oleh stress dan dari gaya hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Stres situasional
2. Jet lag (kantuk pada siang hari, sulit tidur pada malam hari)
3. Penyakit
4. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
5. Kebiasaan tidur yang buruk
5.) Patofisiologi
Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur
dan terbangun di atur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan
beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga di hubungkan dengan
tidur. Hasil yang di produksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak
yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan
sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga sebagai mendula
kerja otak (Ii & Teori, 2014:11).
Batasan Lansia, Klasifikasi Lansia, Karakteristik Lansia, Ciri-ciri Lansia,
Perkembangan Lansia, Perubahan pada lansia,dan Proses penuaan
1. Aspek
Insomnia
Lansia 2. Jenis-jenis
Insomnia
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
Insomnia
Insomnia
6. Tipe
Insomnia
7. Dampak
Faktor Yaang Insomnia
mempengaruhi 8. Penatalaksan
Insomnia pada lansia aan Insomnia
Tingkat Stres
Lingkungan Insomnia
Gaya Hidup
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Pengaruh
2.4 Hipotesis
a.) Hipotesis Kerja
1.) Terdapat pengaruh pada factor tingkat stress terhadap insomnia pada
lansia
2.) Terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada lansia
3.) Terdapat factor pada Gaya hidup terhadap insomnia pada lansia
b.) Hipotesis Nol
1.) Tidak terdapat pengaruh pada factor tingkat stress terhadap insomnia
pada lansia
2.) Tidak terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada
lansia
3.) Tidak terdapat pengaruh pada factor gaya hidup terhadap insomnia pada
lansia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Editing / memeriksa
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk
diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun
kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
2. Coding / memberi tanda kode
Coding adalah memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data. Setelah kuesioner di edit maka dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi angka.
3. Processing / entri data
Processing adalah memasukkan data untuk di olah menggunakan
komputer.Jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam “software”
komputer.
4. Cleaning / pembersihan data
Pada tahap ini apabila semua data dari setiap sumber atau
responden selesai dimasukkan, perlu pengecekan kembali untuk
melihat adanya kemungkinan terjadi kesalahan kode, ketidakpastian
data dan banyak lagi, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
3.7.2 Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing
variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat serta karakteristik
responden Notoatmodjo, (2018). Analisa yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian yaitu dengan cara membuat table
distribusi pada tiap frekuensi variabel dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P : Persentase
f : jumlah
n : jumlah item observasi
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independent dan variabel dependen.terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Dimana untuk mengetahui
adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tergantung dengan menggunakan uji statistic dengan tingkat
kemaknaan (α) : 0,05 uji statistic yang digunakan adalah Chi-square.
3.8 Pengecekan Keabsahan
Uji keabsahan data kuantitatif menggunakan uji validitas dan uji
reabilitas, yang digunakan untuk menguji daftar pertanyaan untuk melihat
pertanyaan dalam kuesioner yang diisi responden sudah layak atau
belum yang digunakan untuk mengambil data.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
kelayakan butir pernyataan dalam mendefinisikan variabel.Tehnik
pengujian dalam penelitian ini menggunakan r hitung. Hasil r hitung dari
output SPSS dalam setiap pernyataan kita bandingkan dengan r tabel
df=n-2 dan menghitung taraf signifikan 5% atau 0,05.
Untuk menganalisis kevalidan setiap butir kuesioner yaitu dengan
melihat r tabel dimana jumlah responden (n) dalam penelitian ini
berjumlah 35 orang, maka r tabel dalam penelitian ini sebesar 0.334. jika
nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka item tersebut valid, sebaliknya
jika nilai r hitung lebih kecil dari r tabel maka item tersebut tidak valid.
Selanjutnya dengan menghitung taraf signifikan (sig.2-tailed). Jika nilai
signifikan kurang dari 0.05 maka item tersebut valid, sebaliknya jika
signifikan lebih dari 0.05 dikatakan tidak valid.
b. Uji reliabitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab pernyataan dalam kuesioner. Untuk menguji
reabilitas pada penelitian ini menggunakan cronbach’s alpha dengan nilai
alpha 0.60, jika nilai alpha lebih besar dari hasil output maka dikatakan
reliable. Sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari hasil output maka
dinyatakan tidak reliable.
3.9 Tahapan Penelitian
1. Permohonan izin observasi awal di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2. Pengumpulan data awal di Kantor Desa Bongopini
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Permohonan izin penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
5. Peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian Di
Desa Bongopini
6. Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden, menyampaikan
informasi penelitian, menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur
penelitian, serta meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian.
7. Responden yang bersedia berpartisipasi sebagai responden diminta
mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan, dan apabila responden tidak
dapat mengisi sendiri akan dibantu oleh peneliti.
8. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui kuesioner.
9. Data yang terkumpul dicek kembali untuk melihat kelengkapan data,
selanjutnya diolah dan dianalisis sesuai tujuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Faridah, U., Kusumawati, D., Rahayu, S., & Wahab, D. (2021). DENGAN
GEJALA GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA. 228–241.
Hartono, D., Februanti, S., & Cahyati, A. (2019). Penyakit Fisik dan Lingkungan
terhadap Insomnia bagi Lanjut Usia. 13(1), 1–4.
Badan Pusat Statistik, (2020)., Statistik Penduduk Lanjut Usia., Jakarta: BPS
Junita, E., Virgo, G., & Putri, A. D. (2020). JURNAL NERS Research & Learning
in Nursing Science PENGARUH PEMBERIAN AROMA TERAPI
LAVENDER TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA KOTO TUO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS 2 XIII KOTO KAMPAR. 4, 116–121.
Padang, P. K., Kelamin, J., & Hidup, G. (2017). FAKTOR – FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN INSOMNIA PADA. 1, 123–132.
Prodi, S., Stikes, K., Pertiwi, B., & Raya, L. (2021). ANALISA KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA Sugiyanto. 6(2), 2–7.
Sari, D., & Leonard, D. (2018). Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap
Kualitas Tidur Lansia Di Wisma Cinta Kasih. Jurnal Endurance, 3(1), 121.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2433