Anda di halaman 1dari 21

Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

Hubungan Antara Pencahayaan Ruangan (Kamar Tidur) Saat


Tidur dengan Kualitas Tidur Lansia di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang
Fajar Sidik, Mokhamad Arifin
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Jln. Raya Ambokembang No. 8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Email : fajarsidik195@gmail.com

ABSTRAK

Usia lanjut meningkatkan resiko munculnya berbagai permasalahan akibat


penurunan fungsi organ tubuh. Salah satu permasalahan yang dialami di usia
lanjut adalah kesulitan untuk tertidur. Cahaya yang digunakan saat tidur
merupakan salah saat faktor yang dapat mempengaruhi tidur seseorang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan ruangan
(kamar tidur) saat tidur dengan kualitas tidur lansia di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang. Desain penelitian ini adalah descriptive
correlation dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari
45 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Instrument yang
digunakan dalam proses pengumpulan data adalah Pittsburgh Sleep Quality Index
dan Luxmeter. Hasil analisa univariat menunjukan 21 responden (46,7 %) terbiasa
menggunakan pencahayaan gelap dan 28 responden (62,2 %) memiliki kualitas
tidur yang buruk. Hasil analisa bivariate menunjukan nilai ρ value = 0,035 artinya
bahwa ada hubungan antara pencahayaan ruangan saat tidur dengan kualitas tidur
lansia. Hasil ini mengisyaraktkan bahwa pencahayaan yang gelap mampu
meningkatkan kualitas tidur individu khususnya lansia.

Geriatric Nursing [1]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

ABSTRACT

The Correlation Between Lighting Room (Bedroom) While Sleeping with


Elderly Sleep Quality at Elderly Social Service Center Bisma Upakara
Pemalang

Elderly increases the risk of the emergence of various problems due to decreased
organ function. One of the problems experienced in elderly is the difficulty to fall
asleep. Light used during sleep is one of some factors that can affect a sleep. The
aim of this study was to determine the relationship between room lighting
(bedroom) during sleep with the quality of elderly in the elderly Social Care
Bisma Upakara Pemalang. The design of this research is descriptive correlation
with cross sectional approach. The sample of this study consisted of 45
respondents by using total sampling technique. Instruments used in the data
collection process are the Pittsburgh Sleep Quality Index and Luxmeter. The result
of univariate analysis showed 21 respondents (46,7%) accustomed to using
illumination and 28 respondents (62,2%) had poor sleep quality. The result of
bivariate analysis shows that score of ρ value = 0,035 means that there is
correlation between room lighting during sleep with elderly sleep quality. These
results suggest that dark lighting can improve the quality of individual sleep,
especially for elderly.

Keywords : Elderly, Lighting, Quality of Sleep

PENDAHULUAN tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.


Adanya perkembangan dan Secara global, populasi lansia
pengembangan ilmu pengetahuan diprediksi terus mengalami
dan teknologi (IPTEK), khususnya di peningkatan. Data dari UN, World
bidang kesehatan dan kedokteran Population Prospects, menunjukan
mampu mewujudkan peningkatan bahwa proporsi lansia di dunia tahun
kesejahteraan kesehatan masyarakat. 2013 yakni sebesar 13,4 % dari
Terbukti dengan adanya penemuan keseluruhan populasi manusia di
obat yang mampu mengobati dunia. Diproyeksikan pada tahun
berbagai penyakit, penurunan angka 2050 sampai dengan 2100 proporsi
kematian ibu dan anak, serta adanya jumlah lansia akan mencapai 25,3 %
perbaikan gizi dan sanitasi dan 35,1 % dari keseluruhan jumlah
mewujudkan adanya proses populasi manusia dunia
penghambatan menuju kematian. Hal (Kementerian Kesehatan Republik
ini menunjukan adanya peningkatan Indonesia, 2016). Di kawasan Asia
kualitas dan umur harapan hidup sendiri diproyeksikan proporsi
individu. Sehingga, dampaknya jumlah lansia pada tahun 2050 akan
terjadi peningkatan jumlah lansia mencapai 27,63 % dari seluruh
yang semakin pesat (Nugroho, 2008, jumlah populasi di Asia. Indonesia
h. 1). seperti negara-negara lain di
Lanjut Usia merupakan kawasan Asia Pasifik akan
seseorang yang mencapai usia 60 mengalami penuaan penduduk
tahun ke atas, berdasarkan Undang- dengan amat sangat cepat. Pada
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tahun 2012 Indonesia termasuk

Geriatric Nursing [2]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

negara Asia ketiga dengan jumlah berbagai faktor meliputi kondisi


absolut populasi di atas 60 tahun kesehatan, gaya hidup, stressor dan
terbesar yakni setelah Cina (200 lingkungan. Perawat sebagai salah
juta), India (100 juta) dan menyusul satu pilar pemberi layanan kesehatan
Indonesia (25 juta). Bahkan publik harus mengerti bagaimana
diperkirakan Indonesia akan proses perubahan normal tersebut
mencapai 100 juta lanjut usia (lansia) sehingga dapat memberikan
dalam tahun 2050 (Kementrian pelayanan yang efektif dan dapat
Kesehatan Republik Indonesia, membantu lansia dalam menjalani
2013). proses penyesuaian diri terhadap
Data dari UN, World perubahan yang terjadi. Salah satu
Pupolation Prospects, menunjukan perubahan yang terjadi adalah
bahwa proporsi jumlah lansia di perubahan neurologis, hal ini terjadi
Indonesia mencapai 8,9 % pada akibat dari proses menua yang
tahun 2013 dari seluruh total mengakibatkan jumlah sel saraf dan
populasi dan diproyeksikan akan fungsi neurotransmitter semakin
meningkat mencapai 21,4 % dan 41 berkurang. Lansia akan mengalami
% pada tahun 2050 dan 2100. kesulitan untuk tertidur, kesulitan
Berdasarkan data dari pusat data dan untuk terjaga, kesulitan tertidur
informasi, Kemenkes RI tahun 2015, setelah terbangun di malam hari,
DI Yogyakarta menjadi Provinsi terjaga terlalu cepat dan tidur siang
dengan jumlah lansia terbanyak yang berlebihan. Hal ini terjadi
dengan presentase 13,4 % dari akibat dari perubahan terkait usia
keseluruhan populasi yang ada, dalam siklus tidur dan terjaga (Potter
diikuti Provinsi Jawa Tengah dan & Perry, 2009, h.330).
Jawa Timur dengan 11,8 % dan 11,5 Menurut Ancoli-Israel (2005,
% jumlah lansia dari keseluruhan dikutip dalam Galimi, 2010)
populasi (Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa permasalahan
Republik Indonesia, 2016). tidur akan banyak muncul dengan
Fenomena tersebut jelas akan pertambahan usia (menua), hal ini
memunculkan berbagai konsekuensi, terjadi pada hampir lebih dari 50 %
seperti munculnya masalah fisik, orang dewasa dan lanjut usia. Oyane,
mental, sosial, serta kebutuhan et.al (2009, dikutip dalam Galimi,
pelayanan kesehatan dan 2010) menyatakan bahwa seorang
keperawatan, terutama kelainan lansia memiliki resiko mengalami
degeneratif (Nugroho, 2008, h.1). permasalahan tidur akibat berbagai
Konsekuensi tersebut akan faktor, termasuk permasalahan sosial
muncul karena pada saat individu dan psikososial, meningkatnya
telah memasuki tahap lanjut usia penyakit bawaan, kejiwaan yang
akan menunjukan berbagai dikuti kelainan neurologis secara
perubahan fisiologis yang alamiah bersamaan, penggunaan obat dan
terjadi pada lansia. Perubahan inilah alkohol, dan terjadinya perubahan
yang membuat kondisi lansia dalam ritme sirkadian lanjut usia.
semakin lemah dan rentan terhadap Gangguan tidur sendiri
berbagai penyakit. Perubahan akan diklasifikasikan menjadi 6 kategori
terjadi bertahap seiring dengan yakni insomnia, gangguan irama
bertambahnya usia. Perubahan yang sirkadian, masalah tidur akibat
khas pada lansia ini dipengaruhi oleh mobilisasi, gangguan pernapasan

Geriatric Nursing [3]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

saat tidur, hipersomnia, dan hormon, dan durasi serta intensitas


parasomnia cahaya yang cukup dan singkat
Gangguan tidur merupakan secara tiba tiba akan menekan
salah satu keluhan utama yang produksi hormon melatonin. Hormon
dialami lansia. Lansia yang berusia melatonin sendiri merupakan
65 tahun keatas, diperkirakan lebih hormon yang disekresikan dari
dari separuhnya yang tinggal di kelenjar pineal terutama di malam
rumah ataupun di fasilitas perawatan hari, hormon ini terlibat dalam siklus
mengalami kesulitan tidur (Mass, dan regulasi tidur seseorang, serta
et.al, 2014, h. 527). Bilgili, et al membantu aktivitas fisik siklus lain
(2012, dikutip dalam Daglar, et.al., dan ritme sirkadian manusia (Grivas
2013) menyebutkan bahwa beberapa & Savvidou, 2007).
konsekuensi dari kualitas tidur yang Nabi Muhammad Shallallahu
buruk akibat permasalahan tidur 'Alaihi Wasallam juga bersabda
pada lansia adalah munculnya dalam hadits shahih yang artinya;
penurunan kognitif, peningkatan "Padamkanlah lampu-lampu di
risiko jatuh, kelelahan siang hari, dan malam hari pada saat kalian tidur di
mengurangi kesehatan fisik dan malam hari, kuncilah pintu dan
mental serta kualitas kesehatan yang tutuplah bejana, makanan dan
berhubungan dengan status minuman.". Dan dalam hadits yang
kehidupan. lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
World Health Organization Wasallam juga bersabda: yang
menyatakan bahwa klasifikasi artinya; "Tutuplah tempat air kalian,
kualitas tidur sebagai salah satu pintu rumah kalian, dan matikanlah
indikator penting untuk kesehatan lampu-lampu kalian, karena bisa jadi
pada tahun 2000. Disebutkan bahwa tikus akan menarik sumbu lampu
kualitas tidur merupakan isu sehingga mengakibatkan kebakaran
kesehatan yang sangat kompleks, yang menimpa para penghuni
yang melibatkan faktor individu, rumah." (H.R. Al-Bukhari dalam
genetik, karakter fisiologis, Ahmad, 2013)
kesehatan fisik, emosi dan Bukan hanya penghematan
psikologis, keluarga serta faktor energi yang didapat, sunnah untuk
sosial (Chang, et.al, 2013). Kualitas tidur dalam kondisi gelap ternyata
tidur individu sendiri dipengaruhi memberikan berbagai manfaat, bukti
oleh beberapa faktor, mulai dari dari penelitian ilmiah menunjukkan
penyakit fisik, obat-obatan, gaya bahwa salah satu cara terbaik untuk
hidup, stress emosional, lingkungan, tidur adalah dengan mematikan
latihan fisik dan kelelahan, serta lampu di sekitar kita, selain hemat
asupan makanan (Potter & Perry, energi, secara medis telah terbukti
2009, h. 665). bahwa keadaan gelap dikala tidur
Faktor lingkungan yang dapat akan membuat hormon tubuh
mempengaruhi kualitas tidur bernama melatonin disekresikan dan
seseorang individu salah satu bekerja secara maksimal (Hardeland
contohnya adalah kadar cahaya. et al.,2011 dalam Ahmad, 2013).
Disebutkan bahwa cahaya memiliki Hasil penelitian mengenai
dua pengaruh pada hormon pengaruh penggunaan lampu saat
melatonin yakni siklus cahaya siang- tidur terhadap kualitas tidur remaja
malam akan mengubah irama sekresi di MAN 2 Pontianak, menunjukkan

Geriatric Nursing [4]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

bahwa responden yang saat ini ada 100 lanjut usia, dengan
menggunakan lampu, ditemukan jumlah laki-laki sebanyak 32 orang
sebanyak 24 atau 9,8% responden dan perempuan sebanyak 68 orang.
memiliki kualitas tidur baik dan 106 100 lansia tersebut tersebar dalam 8
atau 43,1% memiliki kualitas tidur wisma yang ada di dalam tempat
buruk. Sedangkan yang tidak rehabilitasi sosial tersebut. Adapun
menggunakan lampu, sebanyak 63 dari hasil wawancara dengan 7 lanjut
atau 25,6% responden memiliki usia yang berada di salah satu wisma
kualitas tidur baik dan 53 atau 21,5% disana ditemukan bahwa kebanyakan
memiliki kualitas tidur yang buruk. dari mereka terbiasa tidur dengan
Hal ini menunjukan bahwa besar pencahayaan terang walaupun ada
kecilnya intensitas pencahayaan saat pula yang terbiasa dengan
tidur memiliki sebuah keterkaitan pencahayaan gelap saat tidur.
dengan kualitas tidur seseorang Kebiasaan tidur menggunakan
(Rusmiyati, 2015). cahaya terus menerus hingga pagi
Penelitian lain, menyebutkan menjadi sebuah rutinitas sehigga
bahwa paparan cahaya ruangan dianggap telah menjadi kebiasaan
sebelum waktu tidur menekan onset yang tidak berpengaruh terhadap
melatonin dan memperpendek durasi pola tidurnya. Selain itu kebanyakan
melatonin pada manusia. Dikatakan dari mereka mengganggap tidur
bahwa dibandingkan dengan cahaya menggunakan cahaya terang jauh
redup, paparan cahaya kamar lebih menguntungkan karena ketika
sebelum tidur menekan melatonin, terbangun untuk ke kamar mandi
sehingga onset melatonin kemudian mereka tidak perlu kesulitan karena
99 % dari individu dan lapang pandang yang jelas.
memperpendek durasi melatonin Sedangkan sebagian kecil yang
sekitar 90 menit. Paparan cahaya terbiasa menggunakan cahaya gelap
kamar pada jam-jam biasa tidur saat tidur beranggapan bahwa tidur
menekan melatonin pada lebih dari dalam kondisi gelap jauh lebih
50% di sebagian besar (85%) uji nyaman karena mata tidak terasa
coba. Temuan ini menunjukkan pening karena pencahayaan lampu
bahwa cahaya ruangan memberikan ruangan yang silau dan panas.
sebuah efek penekan mendalam pada Adanya fenomena
tingkat melatonin dan peningkatan umur harapan hidup
mempersingkat representasi internal menimbulkan konsekuensi
tubuh pada durasi malam. Oleh meningkatnya jumlah populasi lansia
karena itu, lama mengekspos diri di Dunia, Asia, Asia Tenggara,
untuk pencahayaan listrik di malam hingga tak terkecuali Indonesia. Hal
mengganggu perangsangan ini memicu munculnya berbagai
melatonin dan karena itu berpotensi permasalahan klasik yang dialami
memengaruhi tidur, termoregulasi, lansia akibat penurunan fungsi fisik
tekanan darah, dan homeostasis dan psikologis. Salah satu
glukosa (Gooley, et.al, 2011). permasalahan yang muncul adalah
Hasil studi pendahuluan di penurunan kualitas tidur di malam
Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia hari yang apabila tidak ditangani
Bisma Upakara Pemalang pada hari dengan tepat dapat memunculkan
selasa tanggal 02 Februari 2017 berbagai kondisi komplikasi dan
didapatkan bahwa jumlah lanjut usia kronis. Salah satu faktor yang

Geriatric Nursing [5]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

mempengaruhi kualitas tidur adalah Usia Bisma Upakara Pemalang.


lingkungan, rangsangan sensorik dari Teknik pengambilan sampel
lingkungan seperti pencahayaan menggunakan teknik sampling jenuh
adalah salah satu contohnya. atau total sampling, dimana dalam
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini sampel terdiri dari 45
peneliti pada akhirnya tertarik untuk responden. Alat pengumpulan data
meneliti apakah ada hubungan antara dalam penelitian ini menggunakan
pencahayaan ruangan (kamar tidur) dua instrument uta yakni luxmeter
saat tidur dengan kualitas tidur sebagai alat ukur pencahayaan
lansia. ruangan (luxmeter) dan Pittsburgh
METODE PENELITIAN Sleep Quality Index sebagai alat ukur
Penelitian ini merupakan penelitian kualitas tidur lansia. Penelitian ini
deskriptif korelatif dengan dilakukan pada tanggal 22-26 Mei
menggunakan pendekatan cross 2017 di Panti Pelayanan Sosial
sectional. Populasi dalam penelitian Lanjut Usia Bisma Upakara
ini adalah seluruh lansia yang berada Pemalang.
di area Panti Pelayanan Sosial Lanjut

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pencahayaan Ruangan
(Kamar Tidur) Saat Tidur dengan Kualitas Tidur Lansia di Panti Pelayanan Sosial
lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang” yang telah dilaksanakan terhitung mulai
tanggal 22-26 Mei 2017 terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis secara deskriptif yang digunakan
untuk mengetahui frekuensi dan proporsi masing-masing variabel. Analisis
univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran
karakteristik responden, gambaran pencahayaan ruangan saat tidur dan
gambaran kualitas tidur lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma
Upakara Pemalang.

Geriatric Nursing [6]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

a. Gambaran karakteristik responden penelitian di Panti Pelayanan Sosial Lanjut


Usia Bisma Upakara Pemalang

Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Lansia di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Tahun 2017
Karakteristik Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 18 40,0 %
Perempuan 27 60,0 %
Total 45 100,0 %
Usia
Middle Age 0 0,0 %
Elderly 29 64,4 %
Old 14 31,1 %
Very Old 2 4,4 %
Total 45 100,0 %
Kondisi Sakit
Ya 33 73,3 %
Tidak 12 26,7 %
Total 45 100,0 %
Kebiasaan Merokok
Ya 19 42,2 %
Tidak 26 57,8 %
Total 45 100,0 %
Penggunaan Obat
Ya 23 51,1 %
Tidak 22 48,9 %
Total 45 100,0 %
Sumber Data Primer, 2017
Tabel diatas menjabarkan lebih banyak dibandingkan dengan
beberapa karakteristik responden jumlah lansia laki-laki.
yang diamati dalam penelitian ini
yakni jenis kelamin, usia, kondisi Tabel 1.1 diatas jua
sakit, kebiasaan merokok dan menunjukan distribusi usia lansia
penggunaan obat-obatan. Tabel pada 45 responden yang dijadikan
diatas menunjukan bahwa distribusi sampel penelitian di Panti Pelayanan
jenis kelamin dari 45 responden Sosial lanjut Usia Bisma Upakara
lansia di Panti Pelayanan Sosial Pemalang berdasarkan kategori yang
lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang dipublikasikan oleh World Health
meliputi 18 responden (40,0 %) Organisation tentang rentang usia
berjenis kelamin laki-laki, dan lansia yakni paling banyak dikisaran
sisanya yakni 27 responden (60,0 %) usia 60-74 atau kategori usia lanjut
berjenis kelamin perempuan artinya (elderly), dimana hasil menunjukan
bahwa jumlah lansia perempuan jauh bahwa dari 45 responden yang
termasuk kategori ini mencapai 64,4
%, diikuti kisaran usia 75-90 tahun

Geriatric Nursing [7]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

atau kategori usia old dengan lainnya sebesar 7 responden (15,6 5).
presentase mencapai 31,1 %, dan Hasil penelitian juga menunjukan
presentase mencapai 4,4 % untuk bahwa dari 45 respondn penelitian
kategori very old (> 90 tahun). 19 diantaranya (42,2 %) memiliki
kebiasaan merokok dan lainnya 26
Tabel 1.1 diatas juga responden tidak merokok (57,8 %).
menunjukan dari 45 responden Tabel diatas juga juga menunjukan
penelitian 33 responden (73,3 %) bahwa dari 45 responden penelitian
dalam kondisi fisik sakit dengan 23 responden (51,1 %) aktif
penyakit yang diderita, dimana mengkonsumsi obat-obatan baik
kebanyakan dari mereka menderita untuk mengobati sakitnya seperti
hipertensi sebanyak 12 responden obat antihipertensi, obat
(26,7 %), diabetes 7 responden (15,6 hipoglikemik oral, dan beberapa juga
%), stroke 3 responden (6,7 %), menggunakan obat tidur.
rematik 4 responden (8,9 %), dan
b. Gambaran pencahayaan ruangan (kamar tidur) lansia saat tidur di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencahayaan Ruangan
(Kamar Tidur) Lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara
Pemalang Tahun 2017
Pencahayaan Ruang Frekuensi Presentase (%)
Terang 9 20,0
Agak Terang 6 13,3
Remang 3 6,7
Redup 6 13,3
Gelap 21 46,7
Total 45 100
Sumber : Data Primer, 2017
Hasil analisa pencahayaan responden terbiasa dengan
ruangan (kamar tidur) lansia pada 45 pencahayaan remang (6,7 %) dan 6
responden di Panti Pelayanan Sosial responden (13,3 %) lainnya
lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang menggunakan pencahayaan redup
menujukan pencahayaan ruangan saat tidur. Hal ini menunjukan bahwa
(kamar tidur) yang digunakan lansia kebiasaan tidur seseorang untuk
saat tidur cukup bervariatif, 21 tertidur dalam kondisi gelap atau
responden (46,7 %) terbiasa dengan terang tergantung pada masing-
pencahayaan gelap, 9 responden (20 masing individu karena tingkat
%) terbiasa dengan pencahayaan kenyamanan satu orang dengan
terang, 6 responden terbiasa dengan orang lain berbeda sehingga tidak
pencahayaan agak terang (13,3%), 3 bisa disama ratakan.

Geriatric Nursing [8]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

c. Gambaran Kualitas Tidur Lansia di Panti Pelayanan Sosial Bisma Upakara


Pemalang
Tabel 1.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Lansia di Panti
Pelayanan Sosial Bisma Upakara Pemalang Tahun 2017
Kualitas Tidur Frekuensi Presentase (%)
Baik 17 37,8
Buruk 28 62,2
Total 45 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Hasil analisa kualitas tidur lansia pada 45 responden penelitan di Panti
Pelayanan Sosial lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang menunjukan bahwa lansia
yang memiliki kualitas tidur baik mencapai 17 responden (37,8 %), dan 28
responden (62,2%) lainnya masih memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini
menunjukan bahwa masih ada banyak lansia yang memiliki kualitas tidur yang
buruk sehingga perlu ada inisiatif alternatif bagi pihak Panti pelayanan Sosial
Bisma Upakara pemalang untuk meningkatkan kualitas tidur lansia yang masih
buruk, salah satunya dengan penerapan pencahayaan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan lansia.
2. Analisis Bivariat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
pencahayaan ruangan (kamar tidur dengan kualitas tidur lansia di Panti Pelayanan
Sosial Bisma Upakara Pemalang . Analisis biavariat digunakan untuk menguji
hipotesis apakah ada hubungan atau pengaruh antar 2 variabel yang diteliti. Hasil
analisis bivariat dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Hubungan Antara Pencahayaan Ruangan (Kamar Tidur) Saat tidur dengan
Kualitas Tidur lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara
Pemalang Tahun 2017
Kualitas Tidur Ρ
Total
Pencahayaan Ruang Baik Buruk Value
n % n % n %
Terang 1 11,1 8 88,9 9 20,0 0,035
Agak Terang 2 33,3 4 66,7 6 13,3
Remang 1 33,3 2 66,7 3 6,7
Redup 2 33,3 4 66,7 6 13,3
Gelap 11 52,4 10 47,6 21 46,7
Total 17 37,8 28 62,2 45 100

Sumber : Data Primer, 2017


Berdasarkan tabel 2.1 diatas silang antara pencahayaan ruang
menunjukan bahwa dari tabulasi dengan kualitas tidur menunjukan

Geriatric Nursing [9]


Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

bahwa responden yang terbiasa usia, kondisi sakit, kebiasaan


menggunakan pencahayaan gelap merokok, dan penggunaan
(46,7 %) ada sekitar 52,4 % yang obat-obatan. Hasil penelitian
memiliki kualitas tidur yang baik, ini menunjukan bahwa
selebihnya memiliki kualitas tidur berdasarkan jenis kelaminnya
yang buruk. Sebaliknya dari 20 % jumlah lansia wanita jauh lebih
responden yang terbiasa banyak dibandingkan jumlah
menggunakan pencahayaan terang lansia laki-laki, dimana data
hampir 88,9 % memiliki kualitas menunjukan dari 45 lansia
tidur yang buruk. Tabel diatas juga yang menjadi responden
menunjukan dari 6,7 % responden penelitian 18 responden (40,0
yang menggunakan pencahayaan %) berjenis kelamin laki-laki,
remang dan 13,3 % yang terbiasa dan sisanya yakni 27 responden
menggunakan pencahayaan agak (60,0 %) berjenis kelamin
terang dan redup, 66,7 % memiliki perempuan.
kualitas tidur yang buruk. Hasil ini menguatkan
data statistik mengenai jumlah
Hasil analisis bivariat panti werdha di Indonesia yang
menggunakan uji nonparametrik (uji menyebutkan bahwa dari 183
spearman rho) didapatkan nilai ρ panti werdha di Indonesia
value sebesar 0,035 yang berarti < α tahun 2002 jumlah lansia
atau ρ < 0,05 sehingga dapat wanita jauh lebih banyak yakni
disimpulkan bahwa Ho ditolak mencapai angka 5830
berarti ada hubungan antara dibandingkan lansia laki-laki
pencahayaan ruangan (kamar tidur) yang hanya mencapai angka
saat tidur dengan kualitas tidur 2552 (Wreksoatmodjo, B.R,
lansia. Hasil penelitian menunjukan 2013). Hal ini menunjukan
nilai koefesien korelasi spearman bahwa ada satu faktor atau
didapatkan nilai sebesar 0,315 maka kemungkinan yang
dapat dikatakan bahwa hubungan mewujudkan kondisi tersebut,
antara pencahayaan ruangan (kamar salah satunya adalah Karena
tidur) saat tidur dengan kualitas tidur usia harapan hidup perempuan
lansia memilki tingkat hubungan lebih panjang dibandingkan
yang sedang karena hasil koefesien laki-laki, maka jumlah
korelasi tersebut sesuai dengan penduduk lanjut usia
pendapat Colton (dalam Hastono, perempuan lebihbanyak
h.130) yang menyatakan bila nilai r dibandingkan laki-laki (11,29
= 0,26-0,50 mempunyai kekuatan juta jiwa berbanding 9,26 juta
hubungan yang sedang. jiwa). Oleh karena itu,
B. Pembahasan permasalahan lanjut usia secara
1. Gambaran karakteristik umum di Indonesia, sebenarnya
responden penelitian di Panti tidak lain adalah permasalahan
Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang lebih didominasi oleh
Bisma Upakara Pemalang perempuan (Data Statistik dari
Karakteristik responden STMIK Jakarta).
yang dijelaskan dalam Karakteristik responden
penelitian ini terdiri dari 5 dalam penelitian ini juga
komponen yakni jenis kelamin, didasari pada distribusi

Geriatric Nursing [ 10 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

usianya. Hasil penelitian sensitivitas orang tua terhadap


menunjukan berdasarkan waktu untuk mempertahankan
pengkategorian usia lanjut yang irama sirkadian. Timby, B. K
dipublikasikan oleh WHO (2007, h. 394) juga
presentase lansia yang menjadi meyebutkan bahwa penyakit
responden penelitian yang medis yang menyeluruh dapat
termasuk pada kategori lanjut meningkatkan gejala-gejala
(elderly) sebesar 64,4 %, yang penyakit di malam hari yang
termasuk kategori usia old 31,1 dapat mempengaruhi tidurnya.
%, dan termasuk kategori very Hasil ini menjadi sebuah alasan
old sebanyak 4,4 %. Hasil logis mengapa responden
penelitian ini menunjukan dalam penelitian ini lebih
bahwa berdasarkan 4 kategori banyak yang memiliki kualitas
usia lansia berdasarkan WHO tidur buruk.
kategori middle age memiliki Hasil penelitian juga
presentase 0 %, hal ini menunjukan bahwa dari 45
disebabkan karena sampel yang respondn penelitian 19
diambil sebagai responden diantaranya (42,2 %) memiliki
penelitian dibatasi mulai dari kebiasaan merokok dan lainnya
usia 60 tahun atas dasar dari 26 responden tidak merokok
pendapat Kemenkes RI. (57,8 %). Hasil penelitian ini
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa jumlah
menunjukan dari 45 responden lansia yang merokok masih
penelitian 33 responden (73,3 cukup banyak walaupun belum
%) dalam kondisi fisik sakit mencapai angka separuhnya.
dengan penyakit penyerta, Lexcen,et.al (dalam Mass, et.al,
dimana kebanyakan dari 2014, h.535) menyebutkan
mereka menderita hipertensi bahwa perokok lebih
sebanyak 12 responden (26,7 cenderung melaporkan
%), diabetes 7 responden (15,6 beberapa keluhan seperti
%), stroke 3 responden (6,7 %), kesulitan tertidur, kesulitan
rematik 4 responden (8,9 %), untuk tetap tertidur, keluhan
dan lainnya sebesar 7 terhadap perasaan mengantuk
responden (15,6 5). Hasil di siang hari, dan asupan kafein
penelitian ini membuktikan harian yang lebih tinggi,
pernyataan Potter & Perry dibandingkan dengan
(2009, h.186) yang menyatakan kelompok nonperokok. Pada
bahwa adanya penyakit kronis konsentrasi yang rendah,
sering menyebabkan gangguan nikotin memiliki efek bifasik
tidur lansia sehingga dapat pada tidur, yaitu dapat
mempengaruhi kualitas menimbulkan relaksasi dan
tidurnya. Disebutkan bahwa sedasi, pada konsentrasi yang
perubahan pola tidur sering lebih tinggi, nikotin dapat
terjadi disebabkan oleh menghambat tidur (Onen, et.al
perubahan dalam sistem saraf dalam Mass et.al, 2014, h.535).
pusat yang mmpengaruhi angka kejadian gangguan tidur
pengaturan tidur. penurunan lebih sering muncul pada
sensorik juga mempengaruhi perokok, berhubungan dengan

Geriatric Nursing [ 11 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

peningkatan angka kejadian 2. Gambaran Pencahayaan


gangguan pernapasan daripada Ruangan (Kamar Tidur) Saat
mereka yang tidak merokok Tidur Lansia di Panti
dan juga berhubungan dengan Pelayanan Sosial Lanjut Usia
stress yang lebih berat (Wetter, Bisma Upakara Pemalang
et.al dalam Mass, et.al, 2014, Hasil penelitian di
h.535). Panti Pelayanan Sosial Lanjut
Hasil penelitian juga Usia Bisma Upakara Pemalang
menunjukan bahwa dari 45 dari 45 lansia yang dijadikan
responden penelitian 23 responden penelitian
responden (51,1 %) aktif menunjukan bahwa
mengkonsumsi obat-obatan penggunaan pencahayaan
baik untuk mengobati sakitnya ruang saat tidur tergantung dari
seperti obat antihipertensi, obat tingkat kenyamanan individu,
hipoglikemik oral, dan dimana hasil penelitian
beberapa juga menggunakan menunjukan 21 responden
obat tidur. Potter & Perry, (46,7 %) terbiasa dengan
2009, h.186) menyatakan pencahayaan gelap, 9
bahwa lansia mengonsumsi responden (20,0 %) terbiasa
berbagai obat untuk dengan pencahayaan terang, 6
mengontrol atau mengobati responden (13,3 %) terbiasa
penyakit kronis, dan efek dengan pencahayaan agak
gabungan beberapa obat terang, 3 responden (6,7 %)
tersebut dapat sangat lainnya menggunakan
mengganggu tidur. Timby,B.K pencahayaan remang, serta 6
(2009, h.394) menyebutkan responden (13,3 %) lagi
bahwa bebrapa obat dapat lainnya terbiasa dengan
meningkatkan pembentukan pencahayaan redup.
urin salah satunya adalah obat Perry & Potter (2010,
jenis diuretik, obat ini akan h.188) menyebutkan bahwa
scara tidak langsung tingkat cahaya memengaruhi
memberikan respon untuk kemampuan seseorang untuk
mengosongkan kandung tertidur. beberapa orang
kencing. Hal ini terjadi karena memilih untuk tidur di ruangan
secara umuum obat ini yang gelap, sedangkan yang
memberikan efek untuk bangun lain lebih menyukai cahaya
jauh lebih pagi sehingga yang lembut atau redup. Hal ini
mempengaruhi tidur. Almeida, membenarkan pendapat bahwa
et.al (dalam Mass, 2014,h.535) setiap orang/individu memiliki
juga menyebutkan bahwa kebiasaan masing-masing
penggunaan obat tidur juga untuk mendapatkan istirahat
dapat menyebabkan gangguan dan dapat menemukan cara
tidur seperti peningkatan waktu untuk menyesuaikan dengan
untuk tertidur dan peningkatan lingkungan atau kondisi yang
jumlah waktu terjaga. dapat mempengaruhi
kemampuan untuk beristirahat
salah satu contohnya adalah

Geriatric Nursing [ 12 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

penggunaan pencahayaan siang untuk bangun berusaha.”


ruang. (QS.Al-Furqan (25):47)
Salah satu fitur Tidur merupakan
terpenting pada kamar tidur kebutuhan alami manusia.
agar kondusif idealnya adalah Proses fisiologis normal yang
dengan penggunaan bersifat aktif, teratur, berulang,
pencahayaan gelap, hal ini kehilangan tingkah laku yang
karena semua hormon reversible dan tidak berespons
melatonin sangat sensitif terhadap lingkungan. Dengan
terhadap cahaya, dan tidak tidur yang berkualitas,
terproduksi secara optimal metabolisme tubuh ditata
ketika kondisi terang kembali (Yuni, 2016)
(Thomas.Y, 2013, h.15). Studi Hasil penelitian di
mengenai insomnia oleh Collen Panti Pelayanan Sosial Lanjut
Carney, Phd, professor Usia Bisma Upakara Pemalang
psikologi di Ryerson dari 45 lansia yang dijadikan
University Toronto, responden penelitian
menunjukan bahwa menunjukan bahwa lebih dari
kebanyakan orang yang tidur separuhnya tmemiliki kualitas
dalam keadaan terang atau tidur yang buruk, dimana hasil
menggunakan cahaya lampu menunjukan bahwa presentasi
saat tidur terjadi karena adanya lansia yang memiliki kualitas
rasa tidak nyaman dalam tidur buruk mencapai 28
kondisi gelap akibat ketakutan responden (62,2 %) dan 17
(Vann, M.R, 2013) responden (37,8 %) lainnya
3. Gambaran Kualitas Tidur sudah memiliki kualitas tidur
Lansia di Panti Pelayanan yang baik.
Sosial Bisma Upakara Hasil penelitian lain
Pemalang juga menunjukan hal yang
Al-Qur’an dan Hadis sama, sebagai contoh adalah
Nabi SAW telah mengatur hasil penelitian yang dilakukan
seluruh syariat Islam, mulai oleh Kristiani tahun 2014
dari hal yang paling kecil mengenai gambaran kualitas
sampai kepada hal yang sangat tidur dan gangguan tidur pada
besar. Al-Qur’an menjelaskan lansia di Unit Pelayanan Teknis
secara global atau umum lalu Pelayanan Sosial Lanjut Usia
datanglah hadis Nabi SAW dan Anak Balita Binjai dan
yang menjelaskan apa yang Medan yang menunjukan
dimaksud oleh ayat Al-Qur’an bahwa lansia yang memiliki
tersebut. Termasuk di kualitas tidur buruk jauh lebih
dalamnya bagaimana kita tidur banyak dibandingkan dengan
dan malam sebagai istirahat. yang memiliki kualitas tidur
Allah Swt. berfirman: baik yakni 58 % memiliki
“Dialah yang menjadikan kualitas tidur buruk dan 42 %
untukmu malam (sebagai) memiliki kualitas tidur yang
pakaian, dan tidur untuk baik. Hal ini diperkuat oleh
istirahat, dan Dia menjadikan pendapat Hoffman (2003,
dikutip dalam Potter & Perry,

Geriatric Nursing [ 13 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

2009, hh. 185-186) demikian (Vitiello, 2009).


menyebutkan bahwa keluhan Hasil penelitian ini
kesulitan tidur mengalami menunjukan bahwa kualitas
peningkatan seiring dengan tidur pada lansia tidak serta
meningkatnya umur. Lebih dari merta selalu buruk, karena
50 % lansia yang berusia 65 faktor-faktor yang
tahun atau lebih melaporkan mempengaruhi kualitas tidur
mempunyai masalah dengan individu banyak dan daya
tidur. toleransi invividu satu dengan
Kualitas tidur baik yang lainnya juga berbeda. Hal
atau buruk ditentukan oleh 7 inilah merupakan sebuah alasan
aspek meliputi kualitas tidur yang logis mengapa hasil
subjektif, ketenangan tidur, penelitian ini juga menunjukan
lamanya tidur, kebiasaan tidur, bahwa jumlah lansia yang
gangguan tidur, penggunaan memiliki kualitas tidur yang
obat tidur, dan disfungsi siang baik juga cukup banyak artinya
hari selama 1 bulan terakhir tidak terlalu sedikit namun juga
(Smyth, 2010). Hasil penelitian tidak terlalu banyak.
menunjukan presentase lansia 4. Hubungan Antara Pencahayaan
yang memiliki kualitas tidur Ruangan (Kamar Tidur) Saat
buruk jauh lebih banyak Tidur dengan Kualitas Tidur
dibandingkan dengan yang Lansia di panti Pelayanan
memiliki kualitas tidur baik. Sosial Lanjut Usia Bisma
Disebutkan bahwa kualitas Upakara Pemalang
tidur yang buruk memiliki Kajian ilmiah
dampak yang buruk terhadap menyebutkan bahwa tidur
kondisi fisik. Hasil penelitian diartikan sebagai salah satu
yang dilakukan oleh Cauter, aktivitas terpenting bagi
Spiegel, Tasali, dan Leproult manusia dan seluruh makhluk
menunjukkan bahwa kurang hidup. Jika aktivitas ini bisa
tidur dapat menggangu dijalankan dengan baik, maka
metabolisme kabohidrat dan efeknya akan mengenai
berhubungan dengan berbagai dimensi kehidupan di
peningkatan resiko diabetes. waktu terjaga. Allah SWT
Kualitas tidur yang buruk menyebutkan bahwa tidur
sebagai hasil dari merupakan salah satu tanda
ketidakcukupan waktu tidur kekuasaanNya. Sesuai dengan
juga berdampak pada firman Allah SWT berikut
keamanan personal di jalan yang artinya :
raya.(Pizza, et al, 2010). “Dan diantara tanda-
Studi di Amerika tanda kekuasaanNya ialah
tentang kebiasaan tidur lansia tidurmu di waktu malam dan
menunjukan banyak lansia atau siang hari dan usahamu
lebih tua, melaporkan tidak mencari sebagian dari
puas dengan tidur dan lebih karuniaNya.Sesungguhnya
lelah di siang hari, namun perlu pada yang demikian itu benar-
digaris bawahi bahwa tidak benar terdapat tanda-tanda
semua lansia mengalami bagi kaum yang

Geriatric Nursing [ 14 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

mendengarkan.” (QS. Ar- pencahayaan gelap mampu


Rum:23) meningkatkan kualitas tidur
Firman Allah SWT individu tak terkecuali pada
diatas mengisyaratkan bahwa usia lanjut.
tidur merupaka aspek yang Hal ini senada dengan
penting dan mengeaskan bahwa hasil penelitian yang dilakukan
tidur merupakan salah satu oleh tim dari Harvard
tanda kebesaranNya (Yuni, University yang menyebutkan
2016). Hasil analisis bivariat bahwa meredupkan lampu pada
menggunakan uji statistik malam hari, dan tidur dalam
nonparametrik (uji spearman keadaan gelap mampu
rho) menunjukan nilai ρ value mengurangi insomnia, menjaga
sebesar 0,035 yang berarti < α tekanan darah normal, dan
atau ρ < 0,05 sehingga dapat menurunkan peluang diabetes.
disimpulkan bahwa Ho ditolak Dalam berbagai penelitian,
berarti ada hubungan antara melatonin saat tidur dalam
pencahayaan ruangan (kamar kondisi gelap selama ini
tidur) saat tidur dengan kualitas diketahui mempunyai peran
tidur lansia. Hasil penelitian dalam mengatasi kualitas tidur
menunjukan nilai koefesien yang buruk, hipertensi, bahkan
korelasi spearman didapatkan kanker (Harmandini, 2011
nilai sebesar 0,315 maka dapat dalam Rusmiyati, 2015).
dikatakan bahwa hubungan Hal ini perkuat kembali
antara pencahayaan ruangan dari sebuah teori yang
(kamar tidur) saat tidur dengan menyebutkan bahwa Jika
kualitas tidur lansia memilki ruangan gelap dan sepi, maka
tingkat hubungan yang sedang, aktivasi dari RAS akan terus
artinya bahwa faktor cahaya menurun. Pada titik tertentu
ruang saat tidur memberikan BSR akan mengambil alih
suatu dampak terhadap sehingga menyebabkan tidur
penentuan kualitas tidur (Perry & Potter, h.175).
individu (lansia). Hasil Penelitian lain juga
penelitian ini menunjukan mengemukakan bahwa siklus
bahwa dari kelima kategori terjaga yang diikuti oleh tidur
pencahayaan ruangan mulai dikaitkan dengan sistem
dari terang, agak terang, fotosensitif yang melibatkan
remang, redup dan gelap. mata dan kelenjar pineal di
Intensitas pencahayaan ruangan otak. Tanpa cahaya terang,
dalam kategori gelap kelenjar pineal mengeluarkan
memberikan dampak yang melatonin (hormon yang
positif, dimana dibandingkan menyebabkan mengantuk dan
dengan kategori yang lain, tidur), cahaya juga memicu
responden yang terbiasa penekanan sekresi
menggunakan pencahayaan melatonin(Rosenthal et al.,
ruang yang gelap (46,7 %) ada 1984 dalam Timby, B.K, 2009,
sekitar 52,4 % yang memiliki h. 393).
kualitas tidur yang baik, artinya Hasil penelitian ini juga
bahwa penggunaan menunjukan bahwa bahwa

Geriatric Nursing [ 15 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

penggunaan pencahayaa yang mengukur kadar melatonin


terang dapat berdampak negatif dalam darah setiap 30 - 60
terhadap kualitas tidur menit melalui kateter ke dalam
individu. Hasil penelitian ini pembuluh darah lengan para
menunjukan dari 20 % relawan. Terlihat bahwa cahaya
responden yang terbiasa di dalam ruangan mengurangi
menggunakan pencahayaan kadar melatonin ini rata-rata 90
terang hampir 88,9 % memiliki menit. Kamar yang tetap terang
kualitas tidur yang buruk, saat tidur akan mengurangi
artinya penggunaan kadar melatonin hingga 50
pencahayaan dengan intensitas persen (Harmandini, 2011
yang terang dapat menghambat dalam Rusmiyati, 2015).
tidur dengan kata lain dapat Stephen Lockey,
mengurangi kualitas tidur seorang peneliti tidur dari
individu. Harvard University, juga
Hal ini sependapat menjelaskan bahwa cahaya di
dengan peneliti dari Harvard malam hari adalah bagian dari
University yang menyebutkan alasan mengapa banyak orang
bahwa masyarakat umum tidak cukup tidur, sehingga
terlalu banyak terpapar cahaya. meningkatkan resiko terjadinya
Penyebabnya bukan hanya depresi, serta masalah diabetes
kamar yang terlalu terang, dan kardiovaskuler (Harvard
tetapi juga lampu yang Health Letter, 2012).
dinyalakan berjam-jam Berbagai fakta dan hasil
sebelum tidur. Kadar melatonin penelitian tersebut
dalam tubuh dipengaruhi oleh mewujudkan sebuah asumsi
cahaya. Bila lampu yang ilmiah yang kuat bahwa faktor
dinyalakan terlalu terang, pencahayaan memberikan efek
kualitas tidur dan kemampuan atau dampak terhadap tidur
tubuh untuk mengatur suhu seseorang. Bahwasanya secara
tubuh, tekanan darah, dan fisiologis cahaya yang terlalu
kadar glukosa menjadi terang akan menekan kelenjar
terpengaruh (Harmandini, 2011 pineal untuk mengaktifkan atau
dalam Rusmiyati, 2015). mengeluarkan hormon
Studi menunjukkan melatonin yang berfungsi
bahwa paparan terhadap cahaya sebagai hormone pengantar
di dalam ruangan memiliki tidur manusia, sehingga
pengaruh buruk terhadap rangsangan untuk tertidur
hormon melatonin, para menjadi terhambat. Begitupun
peneliti mengumpulkan 116 sebaliknya, jika cahaya yang
relawan usia 18-30 tahun yang digunakan semakin redup maka
sehat. Separuh dari mereka secara fisiologis kelenjar pineal
diberi paparan lampu yang akan mengaktifkan hormon
terang dalam delapan jam melatonin sehingga sesorang
menjelang tidur, separuhnya akan terdorong untuk memulai
lagi dengan lampu yang redup. fase tidurnya yang nyenyak dan
Hal ini dilakukan selama lima berkualitas. Disebutkan bahwa
hari berturut-turut. Para peneliti tidur pada jam yang tepat dan

Geriatric Nursing [ 16 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

mematikan lampu sebelum


tidur sangat membantu
menormalkan mekanisme jam
biologis. Circadian rhythms
adalah jam biologis internal
manusia normal. Jam ini
mengatur banyak hal terkait
aktivitas dan fungsi diri kita,
diantaranya pola tidur,
temperature tubuh,
metabolisme, kesadaran,
tekanan darah, detak jantung,
tingkat hormone, dan
sebagainya (Hardeland et al., Gambar 4.1
2011 dalam Ahmad, 2013). Standart Intensitas Pencahayaan
Hasil penelitian ini juga Menurut Schlangen Luc
mengindikasikan bahwa Berdasarkan gambar diatas
intensitas pencahayaan yang artinya bahwa intensitas yang paling
paling baik sebagai alternatif tepat untuk diaplikasikan guna
untuk meningkatkan kualitas meningkatkan kualitas tidur adalah
individu adalah intensitas pada kategori darkness atau gelap
pencahayaan gelap yang berada yakni pada intensitas 1 hingga 50
pada kisaran intensitas 1-100 lux sesuai satuan pencahayaan(lux) .
lux. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari (Schlangen Luc, KESIMPULAN DAN SARAN
2014) yang menyatakan bahwa
krisis terpenting terhadap siklus Hasil penelitian mengenai
tidur dan bangun individu hubungan antara pencahayaan
adalah melatonin, hormon yang ruangan (kamar tidur) saat tidur
mempromosikan tidur. dengan kualitas tidur lansia di Balai
Umumnya melatonin hanya Pelayanan Sosial lanjut usia Bisma
dihasilkan pada malam hari dan Upakara Pemalang, menunjukan
berada dalam pencahayaan bahwa hasil uji statistic
gelap yang merupakan waktu menggunakan uji korelasi spearman
dan situasi terbaik untuk rho didapatkan nilai ρ value 0,035 <
tertidur, karena mampu α (0,05), sehingga Ho ditolak artinya
mempercepat proses bahwa ada hubungan yang signifikan
mengantuk dan tertidur dengan antara pencahayaan ruangan (kamar
cepat dan pulas. Berikut ini tidur) saat tidur dengan kualitas tidur
adalah gambar yang lansia di Panti Pelayanan Sosial
menunjukan standart intensitas Lanjut Usia Bisma Upakara
pencahayaan berdasarkan Pemalang.
kategorinya menurut
Schlangen Luc : Melalui hasil penelitian ini,
diharapkan mampu menjadi bahan
dasar dalam upaya memodifikasi
lingkungan yang tepat khusunya
dalam pelayanan keperawatan yang

Geriatric Nursing [ 17 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

berbasis pada keperawatan gerontik, The Exercise Participation


sehingga pelayanan yang diberikan Behaviour College Students
semakin berkualitas. in the Central Taiwan
Region. International Journal
ACKNOWLEDGEMENT AND of Sport and Exercise
REFERENCES Science, 5 (2); 13-18

Acknowledgement Daglar, G, Pinar, S.E,


Sabanciogullan, S & Kav, S.
Terimakasih kepada Dinas
(2013). Sleep Quality in the
Pelayanan Modal dan Pelayanan
Elderly Either Living at
Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa
Home or in a Nursing Home.
Tengah, DINSOS Provinsi Jawa
Australian Journal of
Tengah, Balai Pelayanan Sosial
Advanced Nursing Volume
Lanjut Usia Bisma Upakara
31 Number 4
Pemalang, Bapak Mokhamad Arifin
atas bimbingannya dalam penelitian,
perpustakaan STIKes Galimi, R. (2010). Insomnia in the
Muhammadiyah Pekajangan, Kedua Elderly : An Update and
Orang Tua beserta keluarga peneliti, Future Challenges. Sosieta
dan pastinya ketiga teman saya yang Italiana di Gerontologia e
luar biasa Afid Setiyawan, Ima Geriiatria : G Gerontol :
Chusnul Chotimah, dan Media Ade 58:231-247
Lestari.
Gooley, J.J, et al. (2010). Exposure
References to Room Light Before
Bedtime Supresses Melatonin
Ahmad, M. (2013). Konservasi Air Onset and Shortens
dan Energi dengan Melatonin Duration in
Menghidupkan Sunnah Nabi. Humans. Translational
Konservasi Air dan Energi Endocrinology-Endocrine
(27-36) : El-Hayah Vol. 4, Research available in <
No.1 jcem.endojournals.org>

Chang, A.M, Aeschbach, D, Duffy, Grivas, T.B & Savvidou, O.D.


J.F & Czeisler, C.A. (2014). (2007). Melatonin The “Light
Evening Use of Light- of Night” in Human Biology
Emitting eReaders Negatively and Adolescent Idiopathic
Affects Sleep, Circadian Scoliosis. Biomed Central
Timinng, and Next-Morning available in <
Alertness. Cross Mark : www.scoliosisjournal.com/co
available in < ntent/2/I/6 >
www.pnas.org/cgi/doi/10.107
3/pnas.1418490112 > Harvard Health Letter. (2012). Blue
Light Has A Dark Side :
Chang,S.P, Huang, S.C, Chen, Y.H, Exposure To Blue Light At
Wright, R & Liao, L.C. Night, Emitted By Electronics
(2013). The Relationships and Energy-Efficient
Between Sleep Quality and Lightbulbs, Harmful to Yout

Geriatric Nursing [ 18 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

Health. Available in < Kozier, Erb, Berman, & Snyder.


http://www.health.harvard.ed (2010). Buku Ajar
u/staying-healthy/blue-light- Fondamental Keperawatan :
has-a-dark-side > Konsep, Proses &
Praktik,Volume : 1, Edisi : 7.
Harvey, et.al. (2008). The Subjective alih bahasa; Wahyuningsih,
Meaning of Sleep Quality : A Yulianti, Yuningsih &
Comparison of Individuals Lusyana. Jakarta; EGC
with and without Insomnia.
Sleep, Vol 31, No.3 available Kristiani, Yuli. (2014). Gambaran
in < Kualitas Tidur dan
http://www.journalsleep.org/ Gangguan Tidur Pada
Articles/310312.pdf > Lansia di Unit Pelaksana
Teknis Pelayanan Sosial
Hidayat, A.A. (2006). Pengantar Lanjut Usia dan Balita
Kebutuhan Dasar Manusia : Wilayah Binjai dan Medan.
Aplikasi Konsep dan Proses Naskah Publikasi : Fakultas
Keperawatan. Jakarta : Keperawatan Universias
Salemba Medika. Sumatera Utara. Diunduh
tanggal 06 Juni 2017 dari <
repository.usu.ac.id/bitstrea
Kementerian Kesehatan Republik
m/123456789/56676/5/Chapt
Indonesia. (2013). Topik
er%20I.pdf>
Utama Gambaran Kesehatan
Lanjut Usia di Indonesia.
Mass, M.L, Buckwalter, K.C, Hardy,
Buletin Jendela Data dan
M.D, Reimer, T.T, Titler,
Informasi : Kemenkes RI,
M.G & Specht, J.P. (2014).
Semester I. Diunduh pada
Asuhan Keperawatan
tanggal 16 November 2016
Geriatrik : Diagnosis
dari <
NANDA, Kriteria Hasil NOC,
http://www.depkes.go.id/dow
Intervensi NIC. Alih bahasa;
nload.php?file=download/pus
Komalasari, Lusyana &
datin/buletin/buletin-
Yuningsih. Jakarta : EGC
lansia.pdf >
Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Kementerian Kesehatan Republik
Gerontik dan Geriatrik Edisi
Indonesia. (2016). Situasi
Ketiga. Jakarta : EGC
Lanjut Usia (Lansia) di
Indonesia. InfoDatin : Pusat
Data dan Informasi Potter, P.A. & Perry, A.G.
Kementerian Kesehatan RI, (2009).Fundamentaal of
ISSN 2442-7659. Diunduh Nursing : Fundamental
pada tanggal 14 November Keperawatan Buku 1 Edisi 7.
2016 dari < alih bahasa; Fitriani,
http://www.depkes.go.id/dow Tampubolon & Diba. Jakarta:
nload.php?file=download/pus EGC.
datin/infodatin/infodatin%20l
ansia%202016.pdf >

Geriatric Nursing [ 19 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

________________________. University, College of


(2009).Fundamentaal of Nursing : Issued Number 6.1
Nursing : Fundamental available in <
Keperawatan Buku 3 Edisi 7. www.sleep.pitt.edu/content.a
alih bahasa; Fitriani, sp?id=1484&subid=2316 >
Tampubolon & Diba. Jakarta:
EGC. STIMIK Jakarta. (2010). Penduduk
Lanjut Usia. Diakses pada
Pizza, F. C. (2010). Sleep Quality tanggal 03 Juli 2017 dari <
and Motor Vehicle Crashes http://storage.jak-stik.ac.id>
in Adolescents. J Clin.Sleep
Med., 6, 41-45. Thomas, Yinka . (2013). Get a Good
Night Sleep’s. available ini <
Rusmiyati, R.S. (2015). Pengaruh http://www.sleepcouncil.org.
Penggunaan Lampu Saat uk/wp-
Tidur Terhadap Kualitas content/uploads/2013/01/Get-
Tidur Remaja di Madrasah a-Good Nights-Sleep.pdf >
Aliyah Negeri 02 Pontianak.
Naskah Publikasi Penelitian, Timby, B.K. (2009). Fundamental
Jurusan Keperawatan, Nursing Skills and Consepts
Universitas Tanjungpura Ninth Edition. Philadelphia :
Pontianak. Diunduh pada Wolters Kluwer Health
tanggal 20 November 2016
dari < Vann, M.R. (2013). Too Much
http://jurnal.untan.ac.id/index Light: Ruining Not Just Your
.php/jmkeperawatanFK/articl Sleep But Your Health Too.
e/view/11005> Available in <
http://www.everydayhealth.c
Schlangen,Luc. (2014). The Effect of om/sleep/too-much-light-
Light on Our Sleep/Wake ruining-not-just-your-sleep-
Cycle. Koninklijke Philips but-your-health-too.aspx >
N.V. All rights reserved.
Diunduh pada 1 Juli 2017 Vitiello, M.V. (2009). Aging and
dari < Sleep. Available in <
www.lighting.philips.com> https://sleepfoundation.org/sl
eep-topics/aging-and-sleep >

Sleep Health Foundation. (2011). Wreksoatmodjo, B.R. (2013).


Melatonin. Copyright From Perbedaan Karakteristik
Sleep Health Foundation Lanjut Usia yang Tinggal di
available in < Keluarga dengan yang
www.sleephealthfoundation.o Tinggal di Panti di Jakarta
rg.au> Barat. CDK-09/Vol.40
No.10, Th.2013
Smyth, C. (2012). The Pittsburgh
Yuni, F. (2016). Studi Hadis-hadis
Sleep Quality Index (PSQI).
Mematikan Lampu Ketika
The Hartford Institute for
Hendak Tidur (Analisis
Geriatric Nursing, Newyork

Geriatric Nursing [ 20 ]
Manuscript STIKes Muhammadiyah Pekajangan

Terhadap Makna Hadis


Dengan Pendekatan Ilmu
Kesehatan). Naskah
Publikasi : Fakultas
Ushuluddin; Program Studi
Tafsir Hadits

Geriatric Nursing [ 21 ]

Anda mungkin juga menyukai