sampel yang digunakan yaitu total sampling. Sampel dalam penelitian ini
yang baik, selalu menjaga kesehatan fisik, menjauhkan diri dari stress, dan
Abstract
______________________________________________________
DOI : 10.52317/ehj 1
Program Studi Keperawatan,
Institut Kesehatan Deli Husada,
Jl. Besar Delitua no.77
Email : yessicatarihoran600@gmail.com.
PENDAHULUAN
Manusia lanjut usia yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus
dengan tetap dipelihara dan di tingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan ( UU Kesehatan
No 36 Tahun 2009 Pasal 130) (Murwani, 2011).
Dampak dari kemajuan dari ilmu tekhnologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang
kesehatan, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu “Melenyapkan” berbagai
penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi, dan anak, memeperlambat kematian,
memperbaiki gizi, dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Oleh karena
itulah, sejumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan
pesat ( Widuri, 2010).
Mengutip data WHO, pada abad 21 jumlah penduduk dunia yang berlanjut usia semakin
melonjak. Di wilayah Asia pasifik, jumlah kaum berlanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta
tahun 2007 menjadi 733 juta pada 2025, dan diperkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050.
Indonesia merupakan Negara ke-4 yang jumlah penduduknya paling banyak didunia dan sepuluh
besar memiliki penduduk paling tua di dunia. Dari Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14% diantaranya
berada di provinsi daerah istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling tinggi jumlah
lansianya. Disusul provinsi Jawa Tengah (11,16%, Jawa Timur (11,14%), dan Bali ( 11,02%)
( Murwani, 2011).
Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah secara fisik, mental maupun sosial
ekonomi. Secara umum fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan.
Lansia lebih rentan terkena berbagai macam penyakit karena semakin bertambahnya umur maka akan
mengalami penurunan fungsi organ. Penurunan kondisi fisik lansia berpengaruh pada kondisi mental
dan psikososial pada lansia. Masalah mental yang sering dialami oleh lansia banyak berpengaruh
karena faktor kesepian, ketergantungan, dan kurang percaya diri sehingga menyebabkan lansia
mengalami depresi, kecemasan, dan stres. Kondisi mental dan psikisosial pada lansia yang memicu
bagi sebagian besar lansia mengalami gangguan tidur (Elly, 2013).
Luce dan Segal mengugkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang
berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas tidur sering muncul seiring dengan
bertambahnya usia. Gangguan tidur tidak hanya menunjukkan indikasi adanya kelainan jiwa yang
dini, tetapi merupakan keluhan hampir 30% penderita yang mencari pertolongan kepada petugas
kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh: Faktor ekstrinsik, misalnya lingkungan yang kurang aman
dan nyaman.
Perubahan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
pada seperti meningkatkan latensi tidur, efisiensi tidur berkurang, bangun lebih awal, mengurangi
tahapan tidur nyenyak dan gangguan irama sirkardian, peningkatan tidur siang. Jumlah waktu yang
dihabiskan untuk tidur lebih dalam menurun. Lansia melaporkan sering tidur siang dan mengalami
kesulitan jatuh tertidur dan tetap tidur ( Khasanah, 2012).
Pada kelompok lanjut usia 60 tahun, ditemukan 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah
tidur ( hanya dapat tidur lebih dari lima jam sehari). Hal yang sama ditemukan pada 22% kasus pada
kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih
DOI : 10.52317/ehj 2
awal pukul 05.00 pagi. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun
malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun
( Fitramaya, 2010).
Penelitian tentang kualitas tidur lansia sudah dilakukan oleh Khusnul kasanah (2012) dengan
judul “Kualitas Tidur Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. Pada 97 orang lanjut usia
yang tinggal di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
29 reponden (29,9%) memiliki kualitas tidur baik dan 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur
buruk atau jelek. Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa tidur Lansia di Balai Rehabilitasi Sosial “
Mandiri ” Semarang, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas tidur lansia buruk
( Khasanah, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Sukaramai Lingkungan
VII, lansia mengeluh memiliki gangguan tidur. Hasil wawancara dari 5 orang lansia, 3 diantaranya
mengeluh tidak bisa tidur. Mereka mengeluh sering terbangun 3 sampai 5 kali pada malam hari dan
sulit untuk memulai tidur kembali. Mereka juga sering merasa mengantuk pada siang hari sehingga
mengganggu aktivitas lansia pada siang hari. Banyaknya keluhan gangguan tidur yang dialami lansia
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain deksriptif. Penelitian ini digunakan untuk memaparkan/
menggambarkan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia di Lingkungan VII
Kelurahan Sukaramai Binjai. Lokasi penelitian ini di lakukan di Lingkungan VII Kelurahan
Sukaramai Binjai Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Lansia yang bertempat
tinggal di Lingkungan VII Kelurahan Sukaramai Binjai, waktu penelitian dilakukan pada bulan
februari.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling, yakni dengan mengambil seluruh
populasi menjadi sample penelitian, yang berjumlah 32 orang sampel.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengggunakan kuesioner data primer dengan alat bantu
kuesioner.
DOI : 10.52317/ehj 3
responden (37,5%), sedangkan responden yang memiliki latihan fisik dan kelelahan yaitu sebanyak 10
responden (31,2%) kualitas tidurnya buruk sebanyak 6.
Dari hasil penelitian tentang faktor latihan fisik dan kelelahan tidak ada pengaruhnya dengan kualitas tidur
lansia, disebabkan karena sebagian besar lansia tidak lagi bekerja dan mereka hanya melakukan aktivitas ringan,
beberapa lansia juga melakukan kegiatan hanya pada siang hari seperti berladang dan melakukan pekerjaan
rumah.
Latihan fisik yang berlebihan dapat menimbulkan kelelahan dan dapat mengganggu pola tidur di malam
hari. Latihan fisik ringan selama 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh dingin dan
mempertahankan suatu keadaan yang dapat meningkatkan relaksasi (Perry & Potter, 2006).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden (65,6%)
mengalami stress dengan kualitas tidur buruk sebanyak 9 responden (28,1%), dan responden yang tidak
mengalami stress yaitu sebanyak 11 responden (34,4%) dengan kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 9 responden
(28,1%).
HASIL
Dari hasil penelitian tentang faktor stress ada pengaruhnya dengan kualitas tidur responden.
Karena dari 21 responden mereka banyak mengeluh stress tentang penyakit fisik yang diderita
seperti nyeri dibagian sendi kaki, dan paha, mengeluh sakit kepala dan nyeri di bagian perut,
setelah itu tentang masalah ekonomi yang dihadapi akibat tubuh mereka yang semakin lemah
sehingga tidak dapat bekerja secara optimal seperti waktu muda, dan terkadang merasa kesepian
setelah ditinggal oleh pasangan atau orang yang mereka cintai.
Menurut Saputra (2013), bahwa stress pada seseorang dapat menyebabkan kecemasan atau
ketegangan dan depresi. Akibatnya, pola tidur pada seseorang akan terganggu. Sering terjadi
pengurangan siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada saat tidur.
PEMBAHASAN
GAYA HIDUP DAN KEBIASAAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden
(31,2%) memiliki kebiasaan tidur dengan kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 5 responden
(15,6%). Sedangkan sebanyak 22 responden (68,8%) tidak memiliki kebiasaan tidur memiliki
kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 13 orang (40,7%).
Dari hasil penelitian tentang faktor gaya hidup dan kebiasaan tidak ada pengaruhnya dengan
kualitas tidur responden. Karena sebagian besar responden sudah terbiasa dengan tidak
melakukan kebiasaan sebelum tidur sehingga tidak berpengaruh pada kualitas tidurnya.
Menurut Craven & Hirnle (2000), bahwa kebiasaan tidur yang efektif dapat menurunkan
waktu tidur terbangun seseorang di sela tidur.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden
(62,5%) tidak mengonsumsi obat-obatan dan substansi dengan kualitas tidur buruk sebanyak 14
responden (43,8%), sedangkan responden yang mengonsumsi obat-obatan dan substansi yaitu
sebanyak 12 responden (37,5%) dengan kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 4 responden (12,5%).
Dari hasil penelitian tentang faktor obat-obatan dan substansi tidak mempengaruhi kualitas
tidur. Karena sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, dan dari kuesioner yang
diberikan responden banyak menjawab tidak mengkonsumsi obat tidur, rokok, kopi dan alkohol
sebelum tidur.
Menurut Saputra (2012) bahwa mengonsumsi kafein dapat merangsang sistem saraf pusat
sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur. Nikotin yang terdatap dalam rokok juga dapat
menstimulasi tubuh sehingga perokok biasanya sulit untuk tidur dan mudah terbangun pada
malam hari. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa yang mengonsumsi makanan
dan minuman sebelum tidur yaitu sebanyak 17 responden (53,1%) dengan kualitas tidur buruk
yaitu sebanyak 7 responden (21,9%), sedangkan responden yang tidak mengonsumsi makanan
dan minuman sebelum tidur yaitu sebanyak 15 responden (46,8%) dengan kualitas tidur buruk
sebanyak 11 responden (34,3%).
Dari hasil penelitian tentang faktor diet ada pengaruhnya dengan kualitas tidur responden.
Karena sebagian besar responden mengkonsumsi makanan, minuman, ngemil sebelum tidur, dan
responden sulit tertidur jika tidak mengonsumsi makanan sebelum tidur, sehingga mempengaruhi
kualitas tidur responden.
DOI : 10.52317/ehj 4
Menurut Potter and Perry (2006) makan besar dan berbumbu pada saat makan malam
menyebabkan usus sulit untuk mencerna sehingga mengganggu kualitas tidur.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor faktor
yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia di Lingkungan VII Kelurahan Sukaramai Tahun
2014 adalah sebagai berikut:
1. Mayoritas responden memiliki penyakit fisik yaitu sebanyak 19 responden (59,4%),
sedangkan yang tidak memiliki penyakit fisik yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Dan ada
pengaruhnya dengan kualitas tidur responden.
2. Mayoritas responden menunjukan bahwa sebanyak 21 responden (65,6 %) mengalami stress
sedangkan responden sebanyak 11 responden (34,4%) tidak mengalami stress. Dan ada
pengaruhnya dengan kualitas tidur responden
3. Mayoritas responden menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (53,1%) mengonsumsi
makanan dan minuman sebelum tidur, sedangkan responden yang tidak mengonsumsi makanan
dan minuman sebelum tidur yaitu sebanyak 15 responden (46,9%). Dan ada pengaruhnya degan
kualits tidur responden.
SARAN
1. Bagi Pendidikan
Penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi mahasiswa dalam
melaksanakan program pendidikan yang akan datang.
2. Bagi Masyarakat
Kepala lingkungan dan masyarakat di Lingkungan VII Kelurahan Sukaramai Binjai untuk
mempertahankan kualitas tidur yang baik dan tetap menjaga kesehatan, menghindari diri dari
stress akibat berbagai masalah di lingkungan sekitar, dan mengurangi konsumsi kopi, dan
merokok sebelum tidur yang dapat mempengaruhi pada kualitas tidur.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Agar dapat melanjutkan penelitian ini di tempat lain dan dengan waktu yang cukup, tenaga yang
cukup, biaya yang cukup, kuesioner yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). METODE PENELITIAN KEBIDANAN DAN TEHNIK ANALISA
DATA. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan.unsoed.ac.id/content/sites/default/files/cover-p1-p9.pdf
Mariana, Pitta uli. (2011). EFEKTIFITAS RENDAMAN AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP
KUALITAS TIDUR LANSIA DI DESA BANGUN SETIA KECAMATAN PERCUT SEI
DOI : 10.52317/ehj 5
TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011. Riset tidak di publikasikan. Stikes
Deli Husada. Delitua. Indonesia
Muwarni, arita dan Priyanti, wiwin. (2011). GERONTIK KONSEP DASAR DAN ASUHAN
KEPERAWATAN HOME CARE DAN KOMUNITAS. Yogyakarta: Fitramaya
Nugroho, H.Wahudi. (2008). KEPERAWAAN GERONTIK DAN GERIATRIK, Ed.3. Jakarta: EGC
Saputra, lyndon. (2013). PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Jakarta: Bina aksara
Setiadi. (2007). KONSEP DAN PENULISAN RISET KEPERAWATAN. Yogyakarta: Graha ilmu
Widuri, Hesti. (2010). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA DI TATANAN KLINIk.
Yogyakarta: Fitramaya
DOI : 10.52317/ehj 6