ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Lansia dengan Masalah Gangguan Pola Tidur
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang senantiasa
melimpahkan Kasih sayang dan rahmat-Nya, dan telah memberikan kekuatan,
kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun
Asuhan Keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Masalah Gangguan Pola Tidur” Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan Fakultas ILmu
Kesehatan. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada BPK
vendi kurniawan S.Kep.Ners., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang selama ini telah
membimbing dan memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang
membangun dari semua pihak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan
keperawatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan
makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan
istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan
istirahat yang cukup,kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah status perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme tubuh menurun (Choppra, 2003),
tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan
respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007). Pola istirahat dan tidur yang biasa
dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan
mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas pelayanan kesehatan yang tidak dikenal.
(Potter & Perry, 2005).
Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil
polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54%
(National Sleep Foundation, 2007).
Orang Lanjut Usia (Lansia), menurut defenisi World Health Organization
(WHO), adalah orang usia 60 tahun ke atas yang terdiri dari (1) usia lanjut (elderly)
60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat lanjut (very old)
diatas 90 tahun ( Raharja, 2013). Indonesia meupakan salah satu negara berkembang
yang jumlah penduduknya berusia 60 tahun keatas semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan usia
harapan
(UHH) . Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,18%) . Angka ini meningkat menjadi 69,43% tahun pada
tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011
menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% (Kemenkes,
2013). Peningkatan usia harapan hidup tersebut bisa karena pengaruh kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang kedokteran. Kualitas
hidup merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kerena menurut
konstitusi WHO,kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental, serta social secara
keseluruhan. Pengukuran kesehatan, serta perawatan kesehatan tidak hanya
ditunjukan oleh perubahan frekuensi dan beratnya penyakit, melainkan juga harus
meliputi kenyamanan hidup yang dapat dinilai melalui peningkatan kualitas hidup
(Pangkahila, 2007).
WHO mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai
posisinya dalam kehidupan , dalam konteks kultur dan system nilai dimana mereka
hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan , harapan ,standar yang ada, dan perhatian
mereka (Pangkahila, 2007). Sedangkan kualitas hidup lansia merupakan suatu
komponen yang kompleks , mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan,kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,
pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan social dan jaringan social (Sutikno,
2011). Lansia dikatakan memiliki hidup yang berkualitas apabila mereka memiliki
kondisi fungsional yang optimal, sehingga mereka dapat menikmati masa tuanya
dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna.
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik dan merupakan salah satu aspek yang dapat
berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Terdapat perbedaan pola tidur pada lansia
dibandingkan dengan usia muda (Prayitno, 2002). Pada kelompok usia lanjut,
kebutuhan tidur akan berkurang dan mereka cenderung lebih mudah bangun dari
tidurnya. Pada usia 12 tahun kebutuhan untuk tidur adalah 9 jam, berkurang menjadi
8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6 jam setengah pada usia 60
tahun dan 6 jam pada usia 80 tahun (Prayitno, 2002).
Dengan bertambahnya jumlah lansia, maka jumlah permasalahan pada lansia
juga akan bertambah. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik
yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% pasien yang menderita sakit
fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan ansietas .
Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan mental
tersebut menderita gangguan tidur (Prayitno, 2002).
Gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% dan yang paling
sering ditemukan adalah insomnia. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur
sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur malam,
seseorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Hal ini berbeda
dengan lansia yang lebih sering terbangun (Amir, 2007).
Indonesia adalah suatu negara berkembang yang memiliki umur harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan secara umum. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa
seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya (Kosasih dkk, 2004).
Indonesia juga termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk lansia ini antara
lain disebabkan karena tingkat social ekonomi masyarakat yang meningkat,
kemajuan dibidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang
meningkat. Jumlah penduduk pada lansia tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan
usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan jumlah lansia sebesar
23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan, pada tahun
2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan
hidup 71,1 tahun (Efendi, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Makalah ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Lansia dengan Masalah Gangguan Pola Tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Pasien dengan masalah
gangguan tidur penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada Pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
b. Menegakkan diagnosa pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Tidur.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar Tidur.
d. Melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
yang sudah dibuat pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Tidur.
e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memberi asuhan
keperawatan kepada lansia untuk meningkatkan kebutuhan tidur yang
mengalami terganggu pola tidurnya.
2. Bagi Pasien dengan Gangguan Pola Tidur
Makalah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan tidur.
BAB II
KONSEP TEORI
4. Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30
menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh,
tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM.
Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 NREM, diikuti
kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM.
Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter &
Perry, 2005).
Tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek,dan
memperjangkan periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit
selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang
konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur
dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4
sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.
Perubahan tahap ketahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan
perpindahan
untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan
untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk
tidur nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1998 dalam Potter & Perry, 2005)
5. Pola Tidur Normal
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
a.Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b.Mudah berespons terhadap stimulus.
c.Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2. Bayi
a.Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
c.Tahap REM 20-30%.
3. Toddler
a.Tidur 10-12 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam malam hari.
b. Tahap REM 20%.
5. Usia Sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
7. Dewasa Muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
8. Dewasa pertengahan.
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
9. Usia Tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap NREM IV menurun kadang kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.
Proses Menua
Stress Lingkungan
Pemakaian Obat
Hilangnya
Frekuensi tidur Frekuensi tidur
ketenangan
menurun menurun
GANGGUAN
POLA TIDUR
2) Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Lansia
1. Pengkajian
a. Data biografi
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
b) Tanda: peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardia, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) dan pengisisan kapiler mungkin
lambat/tertunda
3) Integritas ego
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa lalu.
5) Makanan/cairan
a) Gejala: makanan yang disukai dan mencakup makanan tinggi garam, serta
lemak kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
6) Neurosensory
7) Nyeri/ketidaknyamanan
8) Pernapasan
9) Keamanan
10) Pembelajaran/penyuluhan
11) Cara penghitungan dengan quisioner PSQI (Pirtzburg Sleep Quality Index).
Apabila semakin tinggi skor yang didapatkan, maka akan semakin buruk
kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI ini adalah memiliki nilai
validitas dan reliabilitas tinggi. Namun ada juga kekurangan dari kuesioneir
PSQI ini yaitu dalam pengisian memerlukan pendampingan untuk mengurangi
kesulitan respoden saat mengisi kuesioner. Masing- masing komponen
mempunyai rentang skor 0 – 3 dengan 0 = tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1
= 1 kali seminggu, 2 = 2 kali seminggu dan 3 = lebih dari 3 kali seminggu. Skor
dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan
kisaran nilai 0 – 21. Ada dua interpretasi pada PSQI versi bahasa Indonesia ini
adalah kualitas tidur baik jika skor ≤ 5 dan kualitas tidur buruk jika skor > 5.
(Curcio, 2012; Contreras, 2014; Vicens, 2014)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola tidur diantaranya
yaitu sebagai berikut:
c. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk tidur, henti napas saat
tidur, (sleep apnea) dan ketidak mampuan mengawasi perilaku.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Penurunan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagaian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan
jika klien menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
STIKES HUSADA JOMBANG
Alamat wisma/KK : Dsn. grobogan, Rt/Rw : 04/06, Ds. karangpakis, Kec kabuh, Kab.
Jombang
Tanggal Pengkajian : 31 Juli 2022
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
2 DATA :
KELUARGA
Nama : Ny s
Hubungan : Anak Kandung.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dsn. grobogan, Rt/Rw : 04/06, Ds. karangpakis, Kec kabuh, Kab.
Jombang
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Klien mengatakan selalu
Mengonsumsi obat-obatan herbal ketika merasakan nyeri pada ekstremitas.
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Klien masih mampu melakukan
aktivitas secara mandiri, memerlukan
bantuan keluarga hanya di waktu-
waktu tertentu (saat keluhan timbul)
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan : √
lesi
KETERANGAN :
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN :
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Klien merasakan sakit kepala saat
merasa kelalahan dan saat merasa
cemas. Sakit kepala hilang timbul,
terasa seperti tertekan dan berat,
sering terjadi di kepala bagian kanan.
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Klien mengalami mata kabur/rabun
jauh. Konjungtiva anemis
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada.
KETERANGAN : Tidak ada.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2xsehari.
KETERANGAN : Tidak ada
9 Leher
.
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANG : Tidak ada.
AN
1 Pernafasan
0.
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANG : Klien mengatakan hanya mengalami batuk
AN biasa, tidak berdahak..
1 Kardiovaskul
1 er
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANG : Tidak ada.
AN
1 Gastrointestin
2 al
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / : √
vomiting
Hemateemesis : √
Perubahan : √
nafsu makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan : √
pola BAB
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 2 hari sekali (kadang-kadang)
KETERANG : Tidak ada
AN
1 Perkemihan
3
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : .....................................................................
..............
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri : √
berkemih
Pola BAK : Buang air kecil terlalu sering saat malam
hari menyebabakan pola tidur terganggu.
Kurang lebih 10-12 kali dalam sehari.
Normal, bau tidak menyengat
KETERANG :
AN
1 Reproduksi
4 (laki-laki)
Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah : √
sex
Impotensi : √
Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital :
bleeding
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat : .................................................................
menstruasi .............
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : .................................................................
.............
.................................................................
.............
1 Muskuloskele
5 tal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan : √
otot
Masalah gaya : √
berjalan
Nyeri : √
punggung
Pola latihan : Klien mengatakan sering berjalan-jalan
agar kaki klien tidak tambah terasa kaku
jika dibiarkan berlama-lama istirahat.
Dampak ADL : Cara berjalan klien terganggu sehingga
menyebabkan klien hanya mampu berjalan
pelan-pelan
KETERANG : Nyeri dirasakan saat sedang kelelahan, dan
AN klien mempunyai riwayat stroke pada
bagian tubuh sebelah kiri, terasa nyut-nyut
an serta kram, nyeri terasa dibagian
punggung dan tubuh bagian kiri, dan nyeri
sering terjadi hilang timbul.
1 Persyarafan
6
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah : √
memori
KETERANG : Klien merasakan sakit kepala saat merasa
AN kelalahan dan saat merasa cemas. Sakit
kepala hilang timbul, terasa seperti
tertekan dan berat, sering terjadi di kepala
bagian kanan.
Persepsi tentang kematian: Klien mengatakan selalu kahawatir jika sakit yang
dirasakan tidak bisa sembuh, dan takut jika waktu kematiannya akan segera tiba.
Dampak pada ADL : Tidak ada.
Spiritual
Aktivitas ibadah : Klien tetap menjalankan ibadah seperti biasa
Hambatan : Saat nyeri ekstremitas nya timbul, klien mengaku beribadah dengan posisi
duduk.
KETERANGAN :...........................................................................................
6 LINGKUNGAN :
Kamar : Tempat tidur berukuran 150x200, jendela dan ventilasi kurang memadai, lantai
kamar keramik.
Kamar mandi : Bak mandi berukuran 55x55 mampu menampung sekitar 120 Liter, Lantai
kamar mandi keramik, dan terdapat WC jongkok.
Dalam rumah.wisma : Lantai rumah keramik, ventilasi dan jendela memadai..
Interpretasi Hasil
>20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Kesimpulan : Klien masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri, klien
hanya meminta bantuan jika dirasa sangat kesulitan dalam melakukan hal tersebut.
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Total nilai 30 30
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidakadagangguankognitif
18 – 23 : gangguankognitifsedang
0 - 17 : gangguankognitifberat
Kesimpulan : Klien masih sangat mampu untuk melakukan hal-hal yang diminta , dan klien tidak
mengalami gangguan kognitif.
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 25 November 2021 25 Detik
2
3
Rata-rata Waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Kesimpulan : Klien masih sangat menikmati kehidupannya, meskipun aktifitas klien tidak bisa
sebanyak saat dulu.
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Total score 2
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
6. Hasil pemeriksaan Diagnostik
Do : - K/u Baik
- Konjungtiva enemis
- Klien tampak lelah
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/menit
- RR : 24x/menit
- S : 36 C
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Kurang kontrol tidur ditandai dengan mengeluh
sering terjaga, nyeri, dan kecemasan. (D. 0055)
b. Gangguan Imobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri, ditandai
dengan mengeluh kesulitan menggerakkan ekstremitas bagian kiri. (D. 0054)