Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TERAPI MUSIK KERONCONG

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA


LANSIA DI BPSTW UNIT BUDI
LUHUR BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

HALAMAN DEPAN
Disusun oleh:
DJANTI DWI KOSTRADAM
201510201143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGARUH TERAPI MUSIK KERONCONG
TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DI BPSTW UNIT BUDI
LUHUR BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
DJANTI DWI KOSTRADAM
201510201143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGARUH TERAPI MUSIK KERONCONG
TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DI BPSTW UNIT BUDI
LUHUR BANTUL
YOGYAKARTA

Djanti Dwi Kostradam


Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
e-mail:adam.kostradam@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of keroncong music
therapy on sleep quality in the elderly at BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta unit.
Sampling with purposive sampling technique. Tool for collecting data using
questionnaires and sound systems. The research method used was experimental with
one group pretest posttest research design. Before the statistical tests are carried out
before the normality test is done using Kolmogorov Smirnov, the results of pretest p =
0,000 while posttest p = 0.048 can be interpreted as distributed data is not normal
because it is less than 0.05. Then testing the effect of keroncong music therapy on
sleep quality in the elderly at BPSTW Budi Luhur unit using Wilcoxon with the results
of p = 0.000 (p <0.05) means that there is a positive effect of keroncong music therapy
on sleep quality in the elderly in BPSTW Budi Luhur unit.

Keywords: Keroncong music therapy, sleep quality, elderly

Abstrak:Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik keroncong


terhadap kualitas tidur pada lansia di BPSTW unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.
Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling. Alat pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner dan sound system. Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimental dengan desain penelitian one group pretest posttest. Sebelum
dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan
Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil pretest p=0,000 sedangkan posttest p=0,048
sehingga dapat diartikan data didistribusikan tidak normal karena kurang dari 0,05.
Maka pengujian pengaruh pemberian terapi musik keroncong terhadap kualitas tidur
pada lansia di BPSTW unit Budi Luhur menggunakan Wilcoxon dengan hasil p=0.000
(p < 0,05) artinya terdapat pengaruh positif pemberian terapi musik keroncong
terhadap kualitas tidur pada lansia di BPSTW unit Budi Luhur.

Kata kunci: Terapi musik keroncong, kualitas tidur, lansia


PENDAHULUAN Kualitas tidur yang baik dan teratur
Lansia merupakan seseorang yang telah menyebabkan aktifitas tubuh dan aktifitas
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia keseharian akan berjalan normal. Orang
merupakan kelompok umur pada manusia yang memiliki kualitas tidur yang baik
yang telah memasuki tahapan akhir dari dan sehat membantu menjaga kesehatan
fase kehidupannya. Kelompok yang fisik, kesehatan mental serta kualitas
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu hidup secara umum. Sebaliknya, orang
proses yang disebut Aging Process atau yang mengalami gangguan tidur seperti
proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap insomnia akan berpengaruh buruk
akhir siklus kehidupan merupakan tahap terhadap aktifitas kesehariannya (Kaplan
perkembangan normal yang akan dialami & Sadock, 1997).
oleh setiap individu yang mencapai usia Jumlah waktu tidur lansia menjadi
lanjut. Hal tersebut merupakan suatu berkurang dibandingkan dengan
kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh kelompok usia yang lain. Lansia dengan
setiap manusia (Notoatmodjo, 2014 ). usia di atas 60 tahun tidur selama 6 ½ jam
Menurut proyeksi Bappenas, jumlah per hari (Neubauer, 1999; Rajput &
penduduk berusia 60 tahun ke atas di Bromley, 1999). Bertambahnya usia
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun merupakan faktor terjadi peningkatan
2035 diperkirakan jumlah penduduk lansia prevalensi kualitas tidur yang buruk (Luo
mencapai 19,51% (Bappenas, 2013). et al, 2013). Hasil studi Wu et al (2012)
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki dengan menggunakan instrumen PSQI
populasi penduduk lansia tertinggi menunjukkan 49% lansia mengalami
mencapai 514.212 jiwa pada tahun 2011 penurunan kualitas tidur. Penurunan
(aplikasi.bkkbn.go.id). Jumlah lansia kualitas tidur lebih banyak dialami wanita
terbanyak berada di Kabupaten Sleman, daripada laki-laki (Luo et al, 2013).
saat ini mencapai 135.644 penduduk atau Gangguan tidur dialami oleh 50% dari
12,95% dari jumlah penduduk Wilayah lansia berusia 65 tahun keatas mengalami
Sleman terdiri dari 17 kecamatan, salah gangguan tidur (Floyd et al., 2000;
satu kecamatan dengan jumlah lansia Ancoli-Israel & Alessi, 2005 cit Emami,
terbanyak adalah kecamatan Turi yaitu 2012). Sebesar 78% lansia mengeluhkan
mencapai 5901 penduduk. sering mengalami gangguan tidur,
Setiap tahun di dunia diperkirakan terutama terbangun di malam hari untuk
sekitar 20%-40% orang dewasa mengalami ke toilet (nocturia) kurang lebih sebanyak
kesulitan tidur dan sekitar 17 % mengalami tiga kali.
gangguan tidur yang serius. Di indonesia Gangguan tidur yang lain adalah
menurut US Census Bureu, International mendengkur dan bermimpi buruk dialami
Data Basetahun 2004, sekitar 28 juta orang oleh 19% lansia (Wu et al, 2012).
dari total penduduk 238 juta atau sekitar Gangguan tidur yang dialami lansia dapat
10% menderita insomnia(Japardi,2002). menimbulkan masalah yang cukup serius,
Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan terjadi peningkatan resiko jatuh pada
oleh beberapa halseperti: perubahan gaya lansia meskipun telah dikontrol melalui
hidup (meminum alkohol), menderita pengobatan, usia, kesulitan berjalan,
penyakit infeksi, dan stres yang dialami gangguan penglihatan serta depresi
individu. (Stone, et al., 2006 cit Ancoli-Israel,
2008). Salah satu mekanisme gangguan
tidur yang paling beresiko jatuh adalah
adanya penurunan kewaspadaan dan
perhatian (Perumal et al, 2010).
Kewaspadaan dan perhatian lansia dapat
berubah seiring berjalannya waktu serta diri/mengganti dan mempertahankan
akibat pengaruh penyakit degenerative, fungsi normalnya sehingga tidak dapat
namun mekanisme yang terlihat sangat bertahan terhadap infeksi dan
jelas disebabkan oleh daytime sleepiness, memperbaiki kerusakan yang diderita
insomnia, dan sleep disordered breathing (Darmodjo, 2004). Pengaruh dari proses
mempengaruhi keseimbangan sehingga menua menimbulkan berbagai masalah
dapat beresiko untuk jatuh (Basta et al., 20 baik secara fisik, mental, maupun sosial
Faktor usia lanjut akan banyak menghadapi ekonomi yang akan menyebabkan
keterbatasan sehingga memerlukan berbagai gangguan psikologis (Darmojo,
bantuan peningkatan kesejateraan 2006). Masalah yang kerap muncul pada
sosialnya (Misnaniarti, 2017). Kualitas usia lanjut meliputi immobility
hidup yang baik akan membawa lansia (imobilisasi), instability (instabilitas dan
tetap mampu hidup produktif dalam jatuh), incontinence (inkontinensia),
keterbatasannya. Sebaiknya penurunan intellectual impairment (gangguan
kualitas hidup justru membuat lansia intelektual), infection (infeksi),
menjadi manusia yang tidak produktif, impairment of vision and hearing
bahkan tergantung pada bantuan pihak (gangguan penglihatan dan pendengaran),
lain. penurunan kualitas hidup antara lain isolation (depresi), Inanition (malnutrisi),
disebabkan oleh gangguan tidur sebagai insomnia (gangguan tidur), hingga
akibat proses penuaan. Maka penanganan immune deficiency (menurunnya
gangguan tidur sesungguhnya merupakan kekebalan tubuh) (Nugroho, 2008).
upaya peningkatan kualitas hidup lansia.
(Kemenkes RI, 2014). METODE PENELITIAN
Gangguan tidur menyerang 50% orang Desain penelitian ini adalah
yang berusia 65 tahun atau lebih yang eksperimental dengan desain penelitian
tinggal di rumah dan 66 % orang yang one group pretest posttest. Sebelum
tinggal di fasilitas perawatan jangka dilakukan uji statistik terlebih dahulu
panjang (Mickey, 2006). Prevalensi dilakukan uji normalitas menggunakan
insomnia yang terjadi di Amerika Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil
mencapai 60-70% kasus orang dewasa. pretest p=0,000 sedangkan posttest
Tingkat kejadian tersebut semakin tinggi p=0,048 sehingga dapat diartikan data
seiring dengan proses penuaan. Di didistribusikan tidak normal karena
Indonesia, kejadian insomnia pada lanjut kurang dari 0,05. Maka pengujian
usia yaitu mencapai angka 28 juta orang pengaruh pemberian terapi musik
dari total 283 juta orang penduduk keroncong terhadap kualitas tidur pada
Indonesia menderita insomnia (Putro, lansia di BPSTW unit Budi Luhur
2010). Prevalensi gangguan tidur pada menggunakan Wilcoxon dengan hasil
lanjut usia cukup tinggi, dilaporkan 40- p=0.000 (p < 0,05) artinya terdapat
50% dari populasi lanjut usia di dunia pengaruh positif pemberian terapi musik
menderita gangguan tidur (Sadock, 2007). keroncong terhadap kualitas tidur pada
Di Indonesia, hal-hal yang lansia di BPSTW unit Budi Luhur.
terkait dengan lanjut usia di atur dalam
suatu undang-undang yaitu undang-undang HASIL DAN PEMBAHASAN
Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 Penelitian ini dilakukan disalah satu Balai
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Pelayanan Sosial yang berada di Bantul.
(Suadirman & Partini, 2011). Proses Berikut adalah tabulasi data penelitian
penuaan adalah suatu proses yang diperoleh dari hasil kuesioner:
menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
umur, jenis kelamin,status
pernikahan, dan pendidikan
Karakteristik Frekuensi Persentas
Responden (F) e (%)
Umur Test, menunjukkan bahwa kualitas tidur
pada lansia paling banyak dalam kategori
60-74 33 63,5 buruk yaitu 47 orang (90,4%).
(Ederly)
75-90 (Old) 19 36,5
Tabel 1.3
Jenis kelamin
Laki-laki 10 19,2 Distribusi Post-Test Kualitas Tidur
Perempuan 42 80,8 Pada Lanjut Usia Berdasarkan Usia
Status di UPT Panti Wredha Budhi Luhur
pernikahan 42 80,8 Yogyakarta 2019
Janda
Duda 10 19,2
(n=52)
Pendidikan No. Kategori Post-Test
SD 23 44,2 F %
SMP 12 23,1 1. Baik 45 86,5
SMA 17 32,7 2. Buruk 7 13,5
Total 52 100%
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa Berdasarkan tabel 4.3. tentang distribusi
karakteristik responden berdasarkan usia Post-Test, menunjukkan bahwa kualitas
didominasi oleh rentang usia 60-74 tahun tidur pada lansia paling banyak dalam
yaitu sebanyak 33 responden (63,5%). kategori baik yaitu 45 orang (86,5%).
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin didapatkan sebagian besar Tabel 1.4
responden berjenis kelamin perempuan yaitu Hasil Uji Normalitas Pengaruh
42 responden (80,8%). Karakteristik Terapi Musik Keroncong Terhadap
responden berdasarkan status pernikahan Kualitas Tidur Pada Lansia di
sebagian besar janda yaitu sebanyak 42 BPSTW Bantul Yogyakarta
responden (80,8 %). Karakteristik (n=52)
Pendidikan didominasi paling banyak Kolmogorov-Sminorv
berpendidikan SD yaitu sebanyak 23 Statisti df Significant
rsponden (44,2%). c
Kualitas tidur sebelum 0,237 52 0,000
diberikan terapi musik
Tabel 1.2 keroncong
Distribusi Pretest Kualitas Tidur Pada Kualitas tidur sesudah 0,123 52 0,048
diberikan terapi musik
Lanjut Usia Berdasarkan Usia di UPT keroncong
Panti Wredha Budhi Luhur Yogyakarta Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan
2019 bahwa hasil uji normalitas
(n=52) menggunakan kolmogorov sminorv
No. Kategori Pre-test didapatkan hasil kualitas tidur sebelum
F % diberikan musik keroncong sebesar
1. Baik 5 9,6 0,000 yang dapat diartikan data
2. Buruk 47 90,4 didistribusikan tidak normal karena
Total 52 100%
kurang dari 0,05, sedangkan untuk
Berdasarkan tabel 4.2. tentang distribusi Pre- sesudah diberikan musik keroncong
sebesar 0,048 Berdasarkan hasil uji 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho
normalitas tersebut, maka pengujian ditolak artinya terdapat pengaruh positif
pengaruh pemberian terapi musik keroncong pemberian terapi musik keroncong
terhadap kualitas tidur pada lansia di terhadap kualitas tidur pada lanjut usia
BPSTW Bantul menggunakan uji parametric di BPSTW Unit Budi Luhur
Wilcoxon. Yogyakarta.
Tabel 4.5
Hasil Uji Pengaruh Terapi Musik PEMBAHASAN
Keroncong Terhadap Kualitas Tidur
Pada Lansia di BPSTW Bantul Unit Budi 1. Pre Eksperimen Kualitas tidur
Luhur Yogyakarta lansia sebelum diberikan terapi
n(52) musik keroncong.
No. Kategori Pre-test Post-test Berdasarkan hasil penelitian
F % F % dapat diketahui bahwa kualitas
1. Baik 5 9,6 45 86,5
2. Buruk 47 90,4 7 13,5
tidur responden sebelum diberikan
Total 52 100% 52 100% terapi musik keroncong yang
mengalami kualitas tidur buruk
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa adalah 47 orang (90,4%) dan yang
pada saat pretest kualitas tidur lansia dalam mengalami kualitas tidur baik
kategori buruk terdapat sebanyak 47 adalah 5 orang (9,6%). Terdapat 47
responden dengan hasil persensi 90,4 % dan orang dengan kualitas buruk dapat
kemudian pada saat postest menurun dipengaruhi karena faktor-faktor
menjadi 7 responden dengan hasil persensi diantaranya: nyeri,
13,5% setelah diberi intervensi. Dimana dari ketidaknyamanan fisik atau
52 responden lansia setelah diberikan terapi masalah suasana hati seperti
musik selama satu minggu masih terdapat 7 kecemasan atau depresi, stress,
responden yang masih memiliki kualitas lingkungan. Hal ini berkaitan
tidur hal tersebut dikarenakan dipengaruhi dengan penelitian sebelumnya
oleh beberapa faktor diantaranya adalah: mengenai kualitas tidur yang
lansia ada yang menderita penyakit seperti menyatakan bahwa sebelum
hipertensi dan asam urat dan juga karena diberikan Relaksasi Otot Progresif
stres emosional dikarenakan rindu terhadap Diiringi Musik Gamelan Jawa.
sanak saudaranya. yang memberikan Bahwa kualitas tidur lansia pada
ketidaknyamana pada lansia khususnya pengukuran pertama baik pada
dalam tidur. kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol cenderung sama dan tidak
Tabel 4.6 terlalu buruk, rata-rata mempunyai
Hasil Uji Wilcoxon Terapi Musik kualitas tidur yang agak buruk
Keroncong Terhadap Kualitas Tidur Di (Sukmono, Suharto, dan Indarwati,
BPSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta 2014). Menurut Potter dan Perry
(n=52) (2005) kualitas tidur dipengaruhi
p oleh penyakit yang menyebabkan
Sebelum dan 0,000 nyeri, ketidaknyamanan fisik atau
Sesudah terapi masalah suasana hati seperti
kecemasan atau depresi, stress,
Dari tabel 4.6 didapatkan hasil t hitung lingkungan.
0,000. Hasil analisa data dengan uji statistik
wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (p < Pada saat memasuki usia lanjut
seseorang akan mengalami berbagai Responden pada penelitian ini
perubahan fungsi baik itu fisik, didominasi oleh lansia dengan
fisiologis, psikologis maupun kognitif. status janda 42 (80,8%). Menurut
Hal-hal yang sering dialami oleh lansia Adiyati (2010) status perkawinan
yaitu gangguan mengingat, penurunan dapat mempengaruhi terjadinya
sistem imun, masalah sendi, depresi, insomnia karena jika seseorang
cemas bahkan gangguan tidur (Maryam, yang telah biasa tidur dengan
dkk, 2008). Menurut Roizen dan pasangannya maka tidur sendiri
Mehmet (2009) usia diatas 60 tahun akan membuat keadaan menjadi
dapat menyebabkan terjadinya terjaga. Kehilangan pasangan hidup
gangguan tidur atau insomnia. Hal dapat menimbulkan depresi yang
tersebut karena secara fisiologis dengan ditandai dengan perasaan sedih,
bertambahnya usia maka seseorang murung, tidak bersemangat dan
akan mengalami penurunan jumlah merasa kosong (Berlian & Heppy,
hormon melatonin yang dapat 2014). Keadaan depresi dapat
mengganggu tidur (Roizen & Mehmet, membuat seseorang mengalami
2009). sulit tidur bahkan mengalami
Menurut Nugroho (2010) jenis insomnia yang berkepanjangan
kelamin dapat menjadi salah satu faktor (Susilo & Wulandari, 2011; Potter
terjadinya insomnia pada lansia, hal & Perry, 2010).
tersebut dikarenakan perempuan pada Dalam penelitian ini responden
usia lanjut akan mengalami menopause. didominasi oleh Pendidikan SD
Secara fisiologis menopause dapat paling banyak yaitu 23 responden
menyebabkan penurunan produksi (44,2)%. Hasil serupa juga
hormon estrogen yang dapat didapatkan dari hasil penelitian
mempengaruhi kondisi psikologis Setyowati (2015) yang
seseorang yaitu menjadi lebih menunjukkan mayoritas responden
emosional dan gelisah, hal inilah yang tamatan SD yaitu sebanyak 53%
membuat lansia perempuan menjadi (18 orang). Pendidikan dapat
sulit tidur (Suastri, Tirtayasa, Aryana & membentuk kecerdasan emosional.
Kusumawardhani, 2014). Sulistyarini Seseorang yang memiliki
dan Santoso (2016) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional tinggi akan
selain faktor menopause, lansia mampu menguasai diri, mengelola
perempuan memiliki mekanisme koping emosi, memotivasi diri dan
yang lebih rendah dibandingkan laki- mengarahkan dirinya untuk lebih
laki sehingga lansia perempuan akan produktif dalam berbagai hal yang
mengalami cemas yang berlebihan dikerjakan. Apabila kecerdasan
dalam menghadapi suatu masalah dan emosionalnya rendah maka orang
sebagian besar akan menghabiskan akan menjadi cemas, sedih dan
waktu tidurnya untuk merenungi cenderung mudah terkena depresi.
masalah-masalah tersebut. Keadaan Stres dapat mempengaruhi
cemas dapat menyebabkan tingginya tingkatan untuk memperoleh
norepinefrin dalam darah melalui saraf kepuasan dalam hidup dan menjadi
simpatis, jika hal tersebut terjadi maka salah satu faktor yang ikut berperan
zat norepinefrin dapat mengurangi tidur untuk menurunkan kualitas hidup.
NREM (Non Rapid Eye Movement) Jika seseorang mampu mencapai
tahap 4 dan REM (Rapid Eye kesejahteraan psikologis yang baik
Movement) (Asmadi, 2008). akan berpengaruh pada peningkatan
kualitas hidupnya. Rendahnya sejalan dengan Fefi Putri Novianty
pendidikan seseorang akan (2014), “Pengaruh terapi musik
mempengerahui tingkat pengetahuan keroncong dan aroma terapi
dalam pencegahan risiko jatuh lavender (lavandula Angustifolia)
(Nugraheni, Widjasena, Kurniawan & terhadap peningkatan kualitas tidur
Ekawati, 2017). Penelitian yang lansia di Panti Wredha Dharma
dilakukan di BPSTW Bantul Unit Budi Bhakti Kasih Surakarta ”,
Luhur, bahwa pendidikan responden didapatkan nilai p = 0,001
bervariasi, meskipun rendahnya (p<0,05), hasil penelitian
pendidikan namun pengalaman hidup menunjukkan adanya pengaruh
yang dimiliki lebih banyak daripada terapi musik keroncong dan aroma
pendidikan yang tinggi. terapi lavender (lavandula
Hal tersebut juga terjadi pada lansia Angustifolia) terhadap peningkatan
di BPSTW Budi Luhur. Gangguan kualitas tidur lansia di Panti
mental yang terjadi pada lansia antara Wredha Dharma Bhakti Kasih
lain terkadang curiga, mudah marah dan Surakarta, sehingga dapat diambil
egois. Gangguan psikososial kesimpulan bahwa bila terapi musik
berdasarkan pernyataan lansia yaitu keroncong juga mampu
jauh dari keluarga sehingga menurunkan insomnia apabila
menyebabkan lansia merasa dijauhi oleh kualitas tidur lansia dapat
keluarganya. Faktor tersebut diatas ditingkatkan.
dapat mempengaruhi kualitas tidur pada Sesuai dengan penelitian yang
lansia (Susilo, 2015). Hasil penelitian dilakukan ( Purbowinoto, 2013 )
ini juga didukung penelitian yang berjudul Pengaruh terapi
sebelumnya menyebutkan bahwa musik keroncong terhadap
gangguan tidur terjadi pada lansia penurunan tingkat depresi pada
dengan keluhan kesulitan untuk lansia di PSTW Budhi Luhur
memulai tidur, tidur selama 5-6 jam, Yogyakarta. hasil penelitian
terbangun di tengah malam dan menunjukkan Pengaruh terapi
terbangun karena harus kekamar mandi. musik keroncong terhadap
Beberapa gejala tersebut dapat penurunan tingkat depresi pada
ditentukan dengan total skor kualitas lansia di PSTW Budhi Luhur
tidur pada lansia (Noviyanti, 2014). Yogyakarta, sehingga dapat diambil
2. Post Eksperimen Kualitas tidur lansia kesimpulan bahwa bila depresi
sesudah diberikan terapi musik teratasi maka secara tidak langsung
keroncong. insomnia pada lansia juga dapat
teratasi karena depresi merupakan
Berdasarkan hasil penelitian dapat salah satu faktor yang
diketahui bahwa kualitas tidur mempengaruhi insomnia.
responden sesudah diberikan terapi
musik keroncong yang mengalami 3. Pengaruh Terapi Musik
kualitas tidur baik adalah 45 orang Keroncong Terhadap Kejadian
(86,5%) dan 7 responden (13,5%) tetap Kualitas Tidur Pada Lansia
memilik kualitas tidur yang buruk, hal Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dipengaruhi oleh beberapa pada lansia di BPSTW Bantul
faktor nyeri, ketidaknyamanan fisik atau menunjukkan ada pengaruh yang
masalah suasana hati seperti kecemasan signifikan dari pemberian terapi
atau depresi, stress, lingkungan. Hal ini music keroncong terhadap kualitas
tidur lansia yaitu sebesar. Hal ini dapat dimana badan akan terasa lebih
diketahui dari hasil kuesioner yang segar, tidak lemas dan tidak mudah
diberikan pada responden dimana kelelahan karena kondisi fisik yang
sebanyak 45 (86,5%) responden baik. Sedangkan obat-obatan yang
menyatakan sudah mengalami kualitas dikonsumsi secara terus menerus
tidur yang baik. 7 (13,5%) mengatakan akan mengganggu kesehatan pada
kualitas tidurnya sangat buruk, maka lansia yang telah rentan terhadap
dapat disimpulkan terjadi peningkatan perubahan baik secara fisik maupun
kualitas tidur lansia sesudah diberikan psikologi. Dengan lebih
terapi musik keroncong. mengutamakan pada kebutuhan
Menurut seorang ahli dari pusat nutrisi atau makanan yang sehat
gangguan tidur di Amerika menyatakan maka lansia tidak perlu
bahwa terapi musik yang diberikan 30 mengkonsumsi obat-obatan tertentu
menit sampai satu jam setiap hari untuk membantu tidurnya
menjelang waktu tidur, secara teratur (Siregar,2011).
selama 1 minggu cukup efektif untuk Penelitian ini juga didukung oleh
mengurangi gangguan tidur (Djohan, (Noviyanti, 2014) menunjukkan
2006). Teori tersebut diterapkan oleh hasil bahwa setelah diberikan terapi
peneliti dalam penelitian ini yaitu musik keroncong dan aromaterapi
dengan memberikan terapi musik lavender pada lansia, yang
keroncong selama15 sampai 30 menit mengalami kualitas tidur menjadi
setiap hari sebelum tidur dan secara baik adalah 11 responden dari 20
teratur selama 7 hari. Musik keroncong responden. Selain itu juga didukung
yang diberikan bertempo pelan sesuai oleh penelitian dari (Susilo, 2015)
dengan kesukaan para lanjut usia. menyatakan bahwa ada perubahan
Musik dengan tempo lamban yang sangat signifikan terhadap
memberikan rangsangan pada korteks peningkatan kualitas tidur pada
serebri (korteks auditorius primer dan kelompok eksperimen yang telah
sekunder) sehingga dapat diberikan teknik relaksasi progresif
menyeimbangkan gelombang otak dengan musik keroncong terhadap
menuju gelombang otak alpha yang peningkatan kualitas tidur lansia.
menandakan ketenangan (Wijayanti, Hal ini juga sejalan dengan
2012). Ketenangan yang ditimbulkan penelitian sebelumnya yang
dari pemberian terapi musik membuat menyatakan terapi musik
lansia nyaman dan rileks sehingga keroncong dan aromaterapi juga
terjadi peningkatan pada kualitas tidur telah terbukti efektif dalam
lansia yang awalnya buruk menjadi meningkatkan kulaitas tidur lansia
baik. yang dilakukan oleh penelitian
Peningkatan kualitas tidur pada Novianti (2014).
lansia dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, gaya hidup dan obat- SIMPULAN DAN SARAN
obatan. Lingkungan tempat tinggal Simpulan
lansia yang nyaman, suhu ruangan yang Berdasarkan hasil penelitian yang
sesuai dan pencahayaan yang baik dapat dilakukan di BPSTW Budi Luhur
meningkatkan kualitas tidur lansia Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa
menjadi lebih baik. Gaya hidup lansia kualitas tidur sebelum dilakukan terapi
yang baik seperti olahraga teratur juga musik keroncong terdapat semua lanjut
mempengaruhi kualitas tidur lansia usia berjumlah 47 responden (90,4%)
mengalami kualitas tidur buruk. Kualitas DAFTAR PUSTAKA
tidur setelah dilakukan terapi musik
keroncong terjadi peningkatan kualitas tidur Amir, N. (2007). Gangguan Tidur pada
yaitu sebanyak 45 responden (86,5%) lanjut Lanjut Usia Diagnosis dan
usia yang masuk dalam kategori kualitas Penatalaksanaan. Jurnal Cermin
tidur baik. Berdasarkan hasil uji statistik dunia Kedokteran No (157).
Wilcoxon didapatkan hasil p = 0,000 (p <
0,05) yang berarti, terapi musik keroncong Anwar, W (2015) . Pengaruh Terapi
berpengaruh baik terhadap meningkatkan Musik Keroncong Terhadap
kualitas tidur pada lanjut usia di BPSTW Kualitas Tidur Lansia Di Pstw
Unit Budi Luhur Yogyakarta. Bantul. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Fakultas Ilmu
Saran Keperawatan. Universitas
Dari hasil penelitian diketahui bahwa „Aisyiyah: Yogyakarta.
pemberian terapi musik keroncong ternyata Asmadi. (2008). Konsep Dasar
efektif terhadap peningkatan kualitas tidur. Keperawatan. Jakarta: EGC
Untuk itu kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan hal tersebut disarankan: BAPPENAS, BPS & UNFPA, (2013).
1. Bagi BPSTW Proyeksi Penduduk Indonesia
Diharapkan perawat di BPSTW Unit 2010-2035. Jakarta: BPS
Budi Luhur dapat menerapkan terapi
musik keroncong setiap 2 kali dalam BKKBN.(2012). Jumlah Balita,
seminggu saat pagi atau sore hari Remaja, Dan Lansia Per
sehingga dapat meningkatkan kualitas Wilayah.[internet]
tidur lansia. dariwww.bkkbn.go.iddi akses
2. Bagi lanjut usia tanggal 07 Maret 2019
Diharapkan lansia dapat
mengaplikasikan terapi keroncong Bandiah, s. (2009). Lanjut usia dan
secara mandiri atau dengan bantuan keperawatan gerontik. Jakarta:
tenaga kesehatan di BPSTW Budi Nuha medika
Luhur tersebut untuk meningkatkan
kualitas tidur lansia. Darmodjo, B.R., Hadi R. (2004). Buku
Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
3. Bagi penelitian selanjutnya Usia Lanjut) Edisi 3. Jakarta:
Hasil penelitian ini dapat digunakan EGC.
sebagai data dasar untuk peneliti
selanjutnya sehingga bisa digunakan Darmojo. (2006). Geriatri ilmu
sebagai acuan bagi peneliti lain untuk kesehatan usia lanjut .Jakarta:
mengembangkan penelitian yang telah EGC.
dilakukan oleh peneliti dan melakukan
Davison, gerald c., neale, john m.
penelitian tentang terapi
(2006). Psikologi abnormal,
nonfarmakologi lain yang dapat
edisi 9. Jakarta: Rajawali pers.
digunakan untuk meningkatkan kualitas
tidur lansia Departemen Agama RI. (1994). Al-
Qur‟an dan Terjemahannya: Juz
1-30. Jakarta: PT.
Kumudasmoro Grafindo
Semarang.
Diah, H. (2009). Pengaruh Terapi Musik Noviaty, PF. (2014). Pengaruh Terapi
Sebelum Tidur Untuk Mengurangi Musik Keroncong dan
Insomnia Pada Lansia Di Panti Aromaterapi Lavender (
Sosial Tresna Werdha Unit Budi Lavandula Angustifolia)
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. terhadap Peningkatan Kualitas
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Tidur Lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Kasih Surakarta.
Dinsos DIY. (2015). Program Pelayanan Surakarta: Skripsi
Sosial Bagi Lansia Di Dinsos DIY. dipubikasikan.
http://dinsos.jogjaprov.go.id/program- digilib.stikeskusumahusada.ac.id
pelayanan-sosial-bagi-lansia-di-dinsos-diy/. . STIKES Karya Husada
Diakses tanggal 8 Januari 2015 Surakarta. Diakses tanggal 07
Juli 2019.
Djohan (2006). Terapi Musik, Teori dan
Aplikasi, Yogyakarta: Galangpresss. Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta:
Harniati, Helmi and Sudyasih, Tiwi (2017) EGC.
Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif
Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Oktora, SPD (2013). Pengaruh terapi
Di Dusun Godegan Tamantirto Musik Murottal Al Qur’an
Kasihan Bantul. Skripsi thesis, terhadap Kualitas Tidur Lansia
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap’, Skripsi
Kemenkes-RI. (2014). Situasi dan Analisis Tidak Dipublikasikan.
Lanjut Usia. Infodatin Pusat Data Universitas Jenderal Soedirman,
dan Informasi Kementerian Purwokerto
Kesehatan RI.

Machfoedz, I., 2009. Metodologi Penelitian Perry, & Potter. (2006). Buku Ajar
Bidang Kesehatan, Keperawatan, Fundamental Keperawatan:
Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta Konsep, Proses,Praktik Volume
: Fitramaya 2, Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal
Usia lanjut dan Perawatannya. Purnamasari, I (2013). Pengaruh Terapi
Jakarta :Salemba Medika. Musik Terhadap Peningkatan
Kualitas Tidur Lansia. Skripsi
Mickey,S. (2006). Buku Ajar Keperawatan Tidak Dipublikasikan.
Gerontik. Jakarta: EGC.
Purwanto, S. (2004). Pengaruh
Misniarti, (2017). Analisis Situasi Penduduk Pelatihan Relaksasi Religius
Lanjut Usia Dan Upaya Peningkatan Untuk Mengurangi Gangguan
Kesejahteraan Sosial Di Indonesia, Insomnia. Skripsi tidak
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. dipublikasikan. Universitas
8(2):67-73. muhammadiyah: Surakarta.
Putro, A. (2010). Insomnia Jangan Suadirman, partini, S. (2011). Psikologi
Disepelekan Gangguan Susah Tidur. lanjut usia. Yogyakarta: Gajah
dalam Mada University Press.
http://desputrohome.wordprees.com/, Susilo, (2015). Pengaruh Tehnik
diakses pada tanggal 20 desember Relaksasi Progresif Dengan
2014. Musik Keroncong Terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur Pada
Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Lansia di Panti Wredha Budi
Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Darma Yogyakarta. Jurnal
Elex Media Komputindo Stikes ‘Aisiyah Yogyakarta.

Sandjaya, I. (2007). Seri Menata Rumah Sutjaksono, T. (2008). Sejarah


Kamar Tidur, PT. Jakarta: Gramedia Keroncong di Indonesia, diakses
Pustaka Utama. 13 Desember 2013, (http://
dianrana-
Setiadarama. (2005). Terapi musik. Dalam katulistiwa.com/keroncong.pdf)
http://www.spiritia.or.id.pdf/, di
akses pada tanggal 17 September. Stefanus, K 2011, Pengaruh Terapi
2018. Musik terhadap Tingkat Depresi
pada Lansia di Panti Wreda
Siregar, Arma, Lubis. (2013). Perbandingan Hanna Yogyakarta November
Kualitas Hidup Lanjut Usia Yang 2011, diakses 15 Desember
Tinggal di Panti Jompo Dengan 2013,
yang Tinggal di Rumah di (http://kristiantostefanus.wordpr
Kabupaten Tapanuli ess.com)
Selatan.Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatra Stockslager, JL & Schaeffer, L. (2008).
Utara, Medan. Diakses pada tanggal Buku Saku Asuhan Keperawatan
16 Juni 2015 available Geriatrik, Edisi 2. Jakarta EGC.
http://repository.usu.ac.id/perbandi
ngankualitashidup.pdf Tarigan, I. (2010). Terapi Kesehatan
dengan Musik, diakses 10
Sitralita. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Desember 2013,
Otot Progresif terhadap Kualitas (http://www.esqmagazine.com/k
Tidur pada Lansia di Panti Sosial esehatan)
Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Batusangkar, diakses 11 Desember Wijayanti, FY 2012, „Perbedaan
2013, Tingkat Insomnia pada Lansia
(http://repository.unand.ac.id/18338) Sebelum dan Sesudah
Pemberian Terapi Musik
Stanly & beare. (2007). Buku Ajar Keroncong di Pelayanan Sosial
Keperawatan Gerontik. edisi 2. Lanjut Usia Tulungagung‟,
Jakarta: EGC Skripsi, Universitas Brawijaya
Malang, Malang

Anda mungkin juga menyukai